Anda di halaman 1dari 15

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Jeniskelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Alamat : Kota Agung
Masuk RS : 07 Mei 2017
Jam Masuk : 14.50 WIB
No. RekamMedik : 02 53 90

II. ANAMNESA
Keluhan utama :
Pusing berputar -putar
Riwayat penyakit sekarang :
OS datang ke RSUD Tais Kab. Seluma diantar keluarga dengan
keluhan pusing berputar -putar sejak 2 hari SMRS dan memberat 1 hari ini. OS
mengaku mual dan badannya terasa lemas. Dan OS juga mengeluh bila membuka
mata merasa dirinya berputar-putar dan ruangan disekelilingnya ikut terasa
berputar. OS mengaku keluhan semakin bertambah ketika duduk ataupun berdiri,
dan berkurang ketika berbaring dan beristirahat. OS menyangkal adanya keluhan
nyeri kepala, nyeri telinga, telinga berdenging, gangguan pendengaran,
pandangan kabur, batuk (-), Pilek (-), muntah (-) dan demam (-). BAK (+)N, BAB
(+)N. Riwayat trauma disangkal.

Riwayat penyakit dahulu


OS memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak jelas

Riwayat Pengobatan
OS belum pernah berobat untuk keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Alergi
OS mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

III. Pemeriksaan Fisik


Status Present
Vital Sign
Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 22 x/i
Temp. : 37,2 o C

IV. Status Lokalisata


a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik,
Pupil isokor, reflek cahaya (+/+), ptosis (-/-)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), secret (-/-)
Mulut dan tenggorokan : Bibir sianosis (-)

b. Leher
Trakea : Simetris, deviasi (-)
KGB : Pembesaran Kel. KGB (-)
Kelenjar Thyroid : Tidak teraba

c. Thoraks : Simetris (ki=ka), Nafas tertinggal (-)


Jantung : BJ 1 = BJ 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

d. Abdomen : Soepel, BU (+)N, Nyeri tekan epigasrium (-), hepar


dan lien tidak teraba
e. Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Ekstremitas:
Akral hangat, oedem pretibial (-/-)

V. Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan


Tandem Walking test : dalam batas normal
Romberg-Test : tutup mata (+)
Tes tunjuk hidung : dalam batas normal

Uji Dix-Hallpike : Tidak dilakukan

VI. Pemeriksaa Laboratorium


Darah Rutin
WBC : 10.900
PLT : 236.000
GDS : 160 mg/dl
Urin Rutin
Warna : Kuning
Kejernihan : Jernih
BJ : 1,010
Glukosa : Negatif
Protein : Negatif
Bilirubin : Negatif

VII. DD
- Vertigo
- Meniere Disease
- Migrain

VIII. DS
- Vertigo
IX. Anjuran dan Pemeriksaan Penunjang
- Tes pendengaran
- Darah Rutin
- GDS

X. Terapi
- Bed Rest
- IVFD RL 20 gtt/m
- Inj. Ondansentron 1 amp/12jam
- Inj. Esomeprazole 40mg/24jam
- Betahistine 3 x 1 tab
- Neurodex 2 x 1 tab
- PCT 3 x 500mg tab

XI. Follow up

Tanggal Subjektif Objektif Asessment Planning


08/05/2017 Kepala pusing KU: lemah Vertigo Bed Rest
Kes: cm IVFD RL 20 gtt/m
berputar-putar
TD: 100/70 mmHg
Inj. Ondansentron 1amp/12j
(+) Berkurang, N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt Inj. Esomeprazole 40mg/24j
mual (+), lemas
T: 36,6 c Betahistine 3 x 1 tab
(+). Neurodex 2 x 1 tab
PCT 3 x 500mg
09/05/2017 Kepala pusing KU: lemah Vertigo Bed Rest
Kes: cm IVFD RL 20 gtt/m
berputar-putar
TD: 110/80 mmHg
Inj. Ondansentron 1amp/12j
(-), mual (-), N: 84 x/mnt
RR: 20 x/mnt Inj. Esomeprazole 40mg/24j
lemas (-)
T: 36,8 c Betahistine 3 x 1 tab
Neurodex 2 x 1 tab
PCT 3 x 500mg

Pada tanggal 9 Mei 2017, pasien boleh pulang (BLPL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan spesialis
yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang terbatas mengenasi system vestibuler,
disamping itu tidak ada pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk mendiagnosis vertigo.
Pasien vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural,
pandangan kabur, dan disorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai macam problem
emosional dan fisik seperti emosional, kecemasan dan ketidak mampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau chepalgia, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada sistim keseimbangan.

Vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di
sekitar penderita bersangkutan dengan kelainan system keseimbangan (ekuilibrium).

B. Sistem Keseimbangan

Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil dibandingkan
dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih memerlukan informasi
posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi gerakan agar
dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut diperoleh dari
sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta
sistim vestibuler dan serebelum sebagai pengolah informasinya; selain itu fungsi penglihatan
dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota
tubuh. Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di
susunan saraf pusat
Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan
perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit, sendi,
otot]).Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan
serebrum.Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular.Labirin
tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan sebagai
reseptor sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara
itu, krista pada kanalis semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar,
sedangkan makula pada otolit mengatur akselerasi linear.
Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian, diteruskan
ke sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut.Gejala yang timbul
akibat gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh itu berbeda-beda, pada table
dibawah ini.
Tabel. Perbedaan Vertigo vestibular dan non-vestibular
Gejala Vertiogo vestibular Vertigo non-vestibular
Sifat vertigo Rasa berputar Melayang,hilang
keseimbangan
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan +/- -
pendengaran
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan visual
Situasi pencetus - Keramaian, lalu lintas

Tabel. Perbedaan vertigo vestibular perifer dan sentral


Gejala Vertigo vestibular Vertigo vestibular
perifer sentral
Bangkitan vertigo Lebih mendadak Lebih lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom (mual, ++ +
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran + -
( tinitus, tuli)
Tanda fokal otak - +

Tabel Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan


JenisVertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena
Berdasarkan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Awitan Serangan
Vertigo paroksismal Penyakit Meniere, TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal
tumor fossa cranii basilaris, epilepsi, positional vertigo
posterior, transient vertigo akibat lesi (BPPV)
ischemic attack lambung
(TIA) arteri
vertebralis
Vertigo kronis Otitis media kronis, Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik,
meningitis sindroma paska vertigo servikalis
tuberkulosa, tumor komosio, multiple
serebelo-pontine, sklerosis,
lesi labirin akibat intoksikasi obat-
zat ototoksik obatan

Vertigo akut Trauma labirin, Neuronitis -


herpes zoster otikus, vestibularis,
labirinitis akuta, ensefalitis
perdarahan labirin vestibularis,
multipel sklerosis

C. Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya berkat
adanya informasi-informasi yang dating dari indera.Didalam orientasi ruangan ini indera
yang penting peranannya adalah system vestibular (statokinetik), system penglihatan
(visual/optic), dan rasa dalam (proprioseptik).Untuk bekerja secara wajar, unit ini
memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-indera tersebut sehingga informasi yang
ditangkap dari sekitarnya adalah proporsional dan adekuat. Informasi ini dipertukarkan dan
diproses lebih lanjut olehsuatu unit pemroses sentral dan selanjutnya proses yang berlangsung
dalam system saraf pusat akan bekerja secara reflektorik.
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit proses
sentral tidak lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/biasa, melainkan
menempuh jalur luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain ketidak sempurnaan adaptasi otot-
otot mata dan ekstremitas tersebut juga akan memberikan tanda/peringatan kegawatan. Tanda
ini dapat dalam bentuk yang disadari ataupun yang tidak disadari oleh penderita.
Yang disadari :
- Bersumber dari pusat vestibular ialah vertigo

- Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah, berkeringat, dll.

- Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil


Yang tidak disadari : terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.

Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat abnormalitas
fungsi fisiologik salah satu atau lebih indera atau akibat informasi yang tidak harmonis, atau
tidak terkoordinasinya informasi-informasi yang datang dari indera-indera ekuilibrium.
Biasanya, bila abnormalitas itu bersumber dari sistem visual akan menimbulkan rasa ringan
dikepala, sedangkan bila bersumber dari system vestibular akan menimbulkan rasa gerakan.
Dikatakan dari semua indera itu, system vestibularlah yang pegang andil paling besar
terhadap ekuilibrium.Disamping ikut andil dalam orientasi ruangan, system vestibular
merupakan organ penting yang bekerja otomatis mempertahankan dan menstabilkan posisi
dan penglihatan. Sistem ini dapat membangkitkan reflex otomatis, involuntar, gerakan
paksaan yang hanya bergantung pada kesadaran seseorang. Termasuk gerakan bola mata
involuntary/nistagmus dan reflex penyesuaian terhadap posisi miring.

D. Etiologi

Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit.Penyebab
vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin ilmu.
1. Penyakit system vestibular perifer ( yaitu labirin, nervus VIII atau inti vestibularis)
a) Telinga :
- Telinga luar : serumen, benda asing

- Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, koleastetoma, rudapaksa dengan perdarahan.
- Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan vascular, alergi, hidrops
labirin (morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.
b) Nervus VIII :
- Infeksi

- Trauma

- Tumor
c) Inti vestibularis (batang otak) :
- Infeksi ( meningitis, encephalitis, abses otak)

- Perdarahan

- Trombosis (arteri serebeli postero-inferior)

- Tumor

- Sklerosis multiple
2. Penyakit susunan saraf pusat
a) Vascular
- Iskemik otak

- Hipertensi kronis

- Arteriosklerosis

- Anemia

- Hipertensi kardiovascular
b) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses.
c) Trauma
d) Tumor
e) Migren
f) Epilepsi
g) Kelainan endokrin (hipotiroid, hipoglikemik, keadaan menstruasi, hamil, menoupase)
h) Kelaianan psikoneurosis
3. Mata : paresis otot mata, kelainan refraksi, glaucoma
4. Kelainan propioseptik : pellagra, anemia pernisiosa, alkohholisme, tabes dorsalis.

E. Diagnosis
1. Anamnesis

- Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh


keliling, rasa naik perahu dan sebagainya.

- Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.

- Apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik,


progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang
karakteristik. (gambar dibawah)

- Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-


lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik,

- Apakah ada keluhan yang menyertai mual, muntah, gangguan pendengaran, tinnitus.
- Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi. Juga
kemungkinan trauma akustik.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Umum :

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur;


bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa
Pemeriksaan Neurologis :

- Pemeriksaan mata :

Mencari adanya nistagmus :

a) Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan.

b) Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus disebut
nistagmus tatapan.

c) Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat mempunyai cirri-ciri,
sebagai berikut :

- Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau lambat.

- Nistagmus ventrikal yang murni : nistgamus yang gerakan ke atas dan bawah.

- Nistagmus rotatari yang murni : gerakannya berputar

- Gerakan nistagmoid : gerakan bolamata yang bukan nistagmus sebenarnya tetapi


mirip dengan nistagmus.

- Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah arahnya bila arah
lirikan mata berubah.

- Uji Dix-Halpike : bertujuan untuk mencari adanya vertigo/nistagmus posisional


paroksismal maka untuk membangkitkannya diperlukan rangsangan perubahan posisi :
* Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring terlentang
dengan kepala tergantung diujung meja dan cepat-cepat kepala disuruh menengok
kekiri (10-20o) pertahankan selama 10-15 detik, liat adanya nistagmus kemudian
kembali ke posisi duduk dan liat adanya nistagmus dalam 10-15 detik.

* Ulangi pemeriksaan tersebut kali ini kepala menengok ke kanan. Orang normal dengan
manufer tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.

- Pemeriksaan Keseimbangan :

Romberg test :penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik.Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.

Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh. (buku
hijau)

Disadokokinesis : merupakan ketidakmampuan melakukan gerakan yang berlawanan


berturut-turut. Surh pasien merentangkan kedua lengannya kedepan, kemudian suruh ia
mensupinasi dan pronasi lengan bawahnya (tangannya) secara bergantian dan cepat.
Pada sisi lesi, gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.

Tes tunjuk hidung : Pasien disuruh menutup mata dan meluruskan lengannya
kesamping, kemudian ia disuruh menyentuh hidungnya dengan telunjuk. Pada lesi
serebral telunjuk tidak sampai di hidung tetapi melewatinya dan sampai di pipi.

3. Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan laboratorium rutin, darah, urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.

- Neurootologi : Tes kalori, Elektronistagmografi, BAEP (brainstem auditory evoked


potential)

- Radiologis : CT-Scan, MRI.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :

1. Terapi kausal

Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehinggaterapi lebih banyak
bersifat simtomatik dan rehabilitatif.

2. Terapi Simptomatis

Pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa vertigo (berputar, melayang)
dan gejala otonom (mual, muntah).

Tabel. Obat antivertigo, dosis obat per oral

Nama kelompok Nama Generik Dosis sekali Interval pemberian


ulangan

Antikolinergik Skopolamin 0,2-0,4 mg 3-6 jam

Atropin 0,2-0,4 mg 3-6 jam

Antihistamin Difenihidramin 50-100 mg 6 jam

Dimenhidrinat 50-100 mg 6 jamk

Sinarizin 75 mg 24 jam

Simpatomimetik d-Amfetamin 10 mg 12 jam

Efedrin 25-50 mg 4-6 jam

Penenang
Minor Fenobarbital 15-60 mg 6-8 jam

Diazepam 5-10 mg 4-6 jam

Prometazin 25-50 mg 4-6 jam


Mayor
Klorpromazin 10-25 mg 4-6 jam

3. Terapi rehabilitatif

Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi


sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular. (print artikel) Timbulnya
mekanisme bisa berasal baik dari system saraf tepi maupun dari system saraf pusat, dalam
usaha memperoleh keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan (alarm reaction) yang
merupakan sebab terjadinya vertigo akan dihilangkan.

Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan


rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibule), rangsangan
terhadap visus dan juga proprioseptik.

Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga
timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang. Beberapa cara latihan untuk
penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :

- Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap (stasioner)

- Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak.

- Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus.

- Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Riyanto Wreaksoatmodjo. 2004. Vertigo : Aspek Neurologi. Bogor. Online,
2. Lumbaltobing. 2000. Vertigo. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press
: Yogyakarta. Hal 341-357.
3. Wijayakusumah. 2008. Vertigo.
http://fk.wijayakusumasby.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu%2520Penyakit
%2520Saraf/Vertigo%2520%255BCompatibility%2520Mode)

Anda mungkin juga menyukai