Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2003, maka definisi
apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyalur sediaan, dan perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dalam peraturan ini seorang apoteker bertanggung
jawab atas penglolaan apotek, sehingga pelayanan obat kepada masyarakat akan lebih
terjamin keamanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Apotek merupakan suatu institusi
yang di dalam pelaksanaanya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan
(patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit pelayanan
kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan fungsi apotek seagai institusi bisnis,
apotek bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dan hal ini dapat dimaklumi mengingat
investasi yang ditanam pada apotek dan oprasionalnya juga tidak sedikit. Pada saat ini
kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang berfokus pada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Peran apoteker diharapkan dapat menyeimbangkan antara aspek klinis
dan aspek ekonomi demi kepentingan pasien.
1.2 Tujuan
a. Sebagai Pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi
b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Feasibility Study (Studi Kelayakan)


Feasibility Studi (Studi Kelayakan) adalah suatu rancangan secara komprehensif
mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat kelayakan usaha baik dari pengabdian
profesi maupun sisi bisnis ekonominya. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman
modal yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan
cukup layak atau dapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi
kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti
tidak mengalami kerugian. Sebelum melakukan pendirian dan pengelolaan apotek, perlu
dilakukan perencanaan terlebih dahulu, maka setelah melakukan survei mengenai lokasi dan
banyaknya sarana penunjang (dokter, rumah sakit, poliklinik, dan lain-lain termasuk
banyaknya penduduk dengan kemampuan berbeda-beda) harus dilakukan studi kelayakan
(Hartono, 2003).
Sebelum melakukan permohonan ijin pendirian dan pengelolaan apotek, perlu dilakukan
perencanaan terlebih dahulu. Hal yang sangat penting dalam sebuah perencanaan apotek
adalah studi kelayakan, yaitu suatu rancangan secara komprehensif segala sesuatu tentang
rencana pendirian apotek baru untuk dapat melihat kelayakan usaha, baik ditinjau dari
pengabdian profesi maupun dari segi ekonominya. Dalam studi kelayakan diperlukan
perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami
kerugian. Hasil dari studi kelayakan bisnis adalah laporan tertulis yang menyatakan bahwa
suatu rencana bisnis layak direalisasikan (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Pertimbangan yang menjadikan studi kelayakan bersifat realistis antara lain:
1. Kepadatan penduduk yaitu tingkat kepadatan penduduk daerah sekitar lokasi apotek.
Makin padat penduduk maka kebutuhan sarana pelayanan kesehatan lebih besar,
2. Pelayanan kesehatan, dengan melihat jumlah sarana pelayanan kesehatan dan tingkat
kepadatan penduduk, dapat diketahui berapa banyak yang belum terlayani,
3. Tingkat kehidupan, taraf kehidupan masyarakat disekitar juga menjadi pertimbangan,
karena makin tinggi taraf hidup biasanya masyarakat makin memperhatikan
kesehatan, sehingga perlu sarana pelayanan kesehatan salah satunya apotek.
4. Tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat, makin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat akan makin kritis terhadap masalah kesehatan, dan
5. Untuk mematangkan perencanaan, pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity and
threat) (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum mendirikan apotek ialah:
1. Lokasi
1) Banyak faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
lokasi suatu usaha. Sebagai faktor yang digunakan sebagai dasar pertimbangan
pada umumnya Pasar, sebab merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan,
selain itu faktor pembeli harus diperitungkan dahulu. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang perlu diperhitungkan lebih dulu antara lain:
Ada tidaknya apotek lain
Letak apotek yang akan didirikan, mudah tidaknya pasien untuk parkir
kendaraannya
Jumlah penduduk
Jumlah Dokter
Keadaan sosial ekonomi rakyat setempat untuk diketahui
Selain keadaan tersebut perlu dipertimbangkan ada tidaknya fasilitas
kesehatan lain seperti : rumah sakit, puskesmas, poliklinik. Sebab
tempat-tempat tersebut juga memberi obat langsung pada pasien.

2) Perundang-undangan farmasi dan ketentuan lainnya.


3) Pembelian.
4) Penyimpanan barang/pergudangan.
5) Penjualan, yang terpenting ialah kalkulasi harga atas resep Dokter.
6) Administrasi, menyangkut pula laporan-laporan.
7) Evaluasi apotek pada akhir tahun (Anief, 2001).
2. Aspek Studi Kelayakan
Secara umum studi kelayakan dari suatu usaha mencakup 4 aspek penilaian, yaitu:
1) Aspek Manajemen
Apotek perlu mendapat dukungan tenaga manajemen yang ahli dan
berpengalaman, serta memiliki motivasi dan dedikasi yang tinggi untuk
mengembangkan apotek. Karena itu hendaknya disusun tugas-tugas pokok
yang harus dijalankan agar apotek dapat berjalan dengan baik. Tugas-tugas
tersebut kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan tertentu dan disusun
dalam satu organisasi, dengan tersusunnya struktur organisasi lebih mudah
untuk menentukan apa yang harus dipenuhi oleh calon pegawai apotek. Aspek
manajemen, meliputi :
Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
Strategi manajemen (Visi, Misi, Strategi, Program Kerja, SOP )
Bentuk badan usaha
Struktur organisasi
Jenis pekerjaan
Kebutuhan tenaga kerja
Program kerja
(Anief, 2001)
2) Aspek Teknis
Aspek teknis yang dimaksud adalah kondisi fisik dan peralatan yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek, diantaranya:
a. Peta lokasi dan lingkungan (posisi
( apotek terhadap sarana pelayanan
kesehatan lain)
b. Tata letak bangunan
c. Interior dan peralatan teknis
(Anief, 2001).
3) Aspek Pasar
Dalam pendirian apotek, aspek pemasaran mendapat prioritas utama agar laju
perkembangan apotek sesuai dengan yang diharapkan. Aspek ini diantaranya
menyangkut jumlah praktek dokter yang ada di sekitar apotek dan jumlah
apotek pesaing di lokasi tersebut. Aspek pasar meliputi :
a. Jenis produk yang akan dijual
b. Cara (dari mana, bagaimana) mendapatkan produk yang akan dijual
c. Bentuk pasar(Persaingan Sempurna, Monopoli, Oligopoli, Monopsoni)
d. Potensi pasar (Q = N.P)
e. Target pasar (Individu, Korporasi, Reseller)
f. Target konsumen
(Anief, 2001)
4) Aspek Keuangan
Aspek finansial ditujukan untuk memperkirakan berapa jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan kemudian untuk mengoperasikan apotek.
Sumber pembiayaan apotek dapat menggunakan dua sumber yaitu modal
sendiri, yang bisa didapat dari diri sendiri atau beberapa orang dengan
pembagian saham dan dengan pinjaman melalui bank atau lembaga non bank.
Aspek ini meliputi:
a. Investasi dan modal kerja
b. Penilaian analisis keuangan (PBP, ROI, NPV, IRR, BEP)
Yaitu analisa yang berkenaan dengan biaya operasional dan biaya
investasi. Penilaian analisis keuangan tersebut dapat menggunakan
analisis PBP, ROI, NPV, IRR, BEP
PBP : Pay Back Periode
ROI : Return On Investment
NPV : Net Present Value
IRR : Internal Rate of Return
BEP : Break Even Point
c. Cash Flow Analysis
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aspek keuangan dilihat dari
analisis Break Even Point, Return on Investment dan Payback Periode
dalam studi kelayakan.
a) Break Even Point (BEP)
Untuk mempertahankan kontinuitas usaha, apotek harus
menjaga tingkat keseimbangan antara hasil penjualan (total
revenue) atau laba yang diperoleh dengan biaya total. Analisa
pendekatan yang digunakan ialah metode break even point :
BEP = [1/(1-Biaya Variabel/Volume Penjualan)] x biaya tetap
Analisa BEP menunjukkan suatu keadaan kinerja suatu usaha
pada posisi tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian karena pada posisi tersebut pada omset tertentu laba
yang diperoleh sama dengan biaya tetap yang dikeluarkan.
Sehingga dengan harga yang ada, omzet yang didapatkan, serta
biaya yang dikeluarkan itu tidak akan menderita kerugian.
Dengan adanya BEP ini menjadi alat untuk menetapkan
perkiraan omzet yang harus didapatkan agar suatu usaha tidak
merugi (Anief, 2001). Analisa BEP tersebut berguna untuk:
Perencanaan laba(Profit Planning)
Sebagai alat pengendalian (Controlling)
Sebagai alat pertimbangan dalam menentukan harga jual
Sebagai alat pertimbangan dalam mengambil keputusan
perlu diketahui berapakah BEPnya.
b) ROI (Return on Investment)
Return on Investment (ROI) atau rentabilitas atau earning
power merupakan perbandingan antara pendapatan bersih
dengan aktiva bersih rata-rata yang digunakan. Hal ini penting
untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan. ROI dapat dihitung dengan rumus :
ROI = (Laba Bersih/Total Investasi) x 100%
ROI dapat dinaikkan dengan cara:
a. Menaikkan margin
Hasil penjualan (total sales) dinaikkan lebih besar
dibanding biaya.
Biaya diturunkan lebih besar dibanding penjualannya.
b. Menaikkan perputaran
Menaikkan hasil penjualan (laba) dibanding aktivanya
(modal lancarnya)
Menurunkan aktivanya lebih besar dibanding hasil
penjualan (laba).
ROI merupakan analisa hasil usaha. Hal ini tergantung dari
tujuan perusahaan, tapi secara umum dapat dikatakan ROI yang
baik adalah lebih besar daripada jasa pinjaman rata-rata.
Besarnya ROI yang diperoleh merupakan tingkat
pengembangan usaha suatu perusahaan (Anief, 2001).
c) Payback Periode
Pay Back Period merupakan suatu analisa untuk mengetahui
berapa lama modal yang kita investasi akan kembali (balik
modal). PBP merupakan rasio dari total investasi dibandingkan
dengan laba bersih. Pay Back Period dapat dihitung dengan
rumus:
PBP (thn) = Total Investasi/Laba Bersih
Semakin kecil waktu pengembalian modal maka semakin
prospektif pendirian apotek yang menandakan semakin besar
tingkat pengembalian modal dan keuntungan bersih rata-rata
juga akan semakin besar. Pay back period tergantung dari
jumlah investasi dan modal tetap yang dikeluarkan. Investasi
juga berasal dari modal operasional dan modal cadangan (Anief,
2001).

2.2. Tahapan Pembuatan Studi Kelayakan


1. Penemuan suatu gagasan
Gagasan merupakan suatu pemikiran terhadap apa yang kita inginkan untuk
dilaksanakan. Suatu gagasan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Sesuai dengan visi organisasi
Dapat menguntungkan organisasi
Sesuai dengan kemampuan sumber daya yg dimiliki organisasi
Tidak bertentangan dengan peraturan yg berlaku
Aman untuk jangka panjang.
2. Penelitian Lapangan
Data yang dibutuhkan dilapangan adalah:
1. Data ilmiah: melalui analisis data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan
eksternal yg ada di sekitar lokasi yg ditetapkan, seperti:
Nilai strategis sebuah lokasi
Data kelas konsumen
Peraturan yang berlaku di daerah tersebut
Tingkat persaingan
2. Non ilmiah: melalui intuisi atau feeling yg diperoleh setelah melihat lokasi
dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
3. Evaluasi Data
Evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dengan
cara:
1. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh misalnya:
Data lingkungan di sekitar lokasi (external factor) : apakah hasil
analisis terhadap data eksternal yg ada saat ini baik atau tidak bagi
apotik di masa mendatang, seperti :
Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran)
Tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan
Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di
lokasi
Kondisi keamanan di sekitar lokasi
2. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (internal factor):
Sumber daya yang diinginkan adalah mereka yang mempunyai
kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan
seperti kemampuan keuangan, kemampuan pengolahan, mampu
mengolah ketersediaan produk, dan tenaga kerja, serta membuat usulan
proyek (project appraisal) yang meliputi:
a) Pendahuluan, yang meliputi:
Latar belakang munculnya gagasan
Tujuan, yang merupakan sesuatu yang akan dicapai dari
rencana pelaksanaan suatu gagasan. Contohnya dengan
menambah jumlah apotik di wilayah tertentu maka
diharapkan akan dapat melayani konsumen lebih dekat
& lebih banyak, sehingga penjualan & laba bertambah
besar.
b) Analisis teknik, meliputi peta lokasi dan lingkungan di
sekitarnya.
Lokasi - lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru, harus
memiliki situasi lingkungan yang baik dan ditunjang dengan
fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktek dokter,
apotik pesaing.
c) Analisis pasar
Jenis pasar dan strategi persaingan: pasar monopoli,
oligopoli, persaingan bebas
Potensi pasar : jenis konsumen; daya tarik laba
Daya tarik pasar (konsumen sasaran): Jenis konsumen
mana yg menjadi sasaran dan yang bukan sasaran
d) Analisis Manajemen, mengenai:
Bentuk badan usaha apotik: PT, CV, koperasi
Struktur organisasi: berdiri sendiri atau menjadi bagian
apotik yg sudah ada
Jumlah kebutuhan tenaga kerja: berapa jumlah karyawan
yg dibutuhkan untuk omzet tertentu? Jenis karyawan
bagaimana yg dibutuhkan?
Program kerja: langkah penting apa yg menjadi prioritas
untuk dikerjakan?, Kapan program tersebut
dilaksanakan?
e) Analisis Keuangan, mengenai:
Jumlah biaya investasi & modal kerja: Berapa jumlah
biaya investasi yang dibutuhkan dan digunakan untuk
keperluan apa saja?; Berapa lama waktu pengembalian
(payback period)?; Berapa besar tingkat pengembalian
internal yang aman (internal rate of return)?
Sumber pendanaan: Dari mana sumber biaya investasi
diperoleh?; Berapa besar tingkat efisiensinya dibanding
sumber lain?; Jenis pinjamannya jangka pendek atau
panjang?
Aliran Kas: Bagaimana situasi aliran kasnya selama
periode investasi apakah negatif atau positif?; Langkah
apa saja yang dilakukan bila aliran kasnya selama
periode investasi negatif?
f) Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui kemudian menetapkan waktu
(time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala
prioritas:
Menyediakan dana biaya investasi & modal kerja
Mengurus ijin
Membangun, merehabilitasi gedung
Merekrut karyawan
Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung
Memulai operasional
g) Pelaksanaan Rencana Kerja
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuat suatu format
yang berisi:
Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
Mencatat setiap penyimpangan yg terjadi
Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
Setelah melakukan studi kelayakan Apotek dan arah bisnis plan Apotek, langkah
selanjutnya adalah proses perijinan. Proses perijinan Apotek berbeda dengan usaha lain,
karena melibatkan tiga instansi terkait yaitu IAI (Ikatan Apoteker Indonesia), Dinas
Kesehatan dan Kantor Pelayanan Perijinan. Setelah kita yakin bahwa rencana pendirian
apotek tidak ada halangan yang berarti, maka terdapat langkah yang harus dilakukan:
1) Daftar nama Apotek
Hal ini dilakukan dengan telepon ke Dinas Kesehatan Propinsi. Data yang
dibutuhkan untuk pendaftaran nama apotek ini adalah:
Alternatif nama apotek (prioritas nama apotek sesuai dengan nomor)
Nama Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA)
Alamat Apotek lengkap (RT, RW, Kelurahan, Kecamatan dan No.
rumah)
Keputusan nama apotek bisa langsung saat itu juga kita ketahui atau beberapa
hari lagi kemudian (tergantung petugas mau ngecek hari itu atau beberapa hari
kemudian). Jika Apotek telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
pemeriksaan nama aptek pada setiap dokumen perijinan.

2) Permohonan Surat Keterangan Kelayakan Praktek ke IAI Daerah


Sembari menunggu persetujuan nama apotek, calon APA menghadap ke IAI
daerah untuk minta surat keterangan kelayakan praktek. Bentuk surat
permohonan adalah sebagai berikut:

FORMULIR PERMOHONAN MENDAPATKAN SURAT KETERANGAN


KELAYAKAN MELAKUKAN PRAKTIK KEFARMASIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ....

Alamat : .............

Tempat lahir : ....

Tanggal lahir : .....

Nomor KTP : .....

Lulus Apoteker Tahun: .........................................................

Perguruan Tinggal : .....

Sertifikat Pembinaan : PD. IAI ....

Nomor : .

Tanggal : ..

Dengan ini menyatakan permintaan untuk mendapatkan Surat Keterangan Kelayakan


Melakukan Praktik Kefarmasian dalam kaitan dengan rencana melakukan praktik
kefarmasian di: Apotek/PBF/Industri .

yang berlokasi di
sebagai

Bersama formulir ini, kami juga menyerahkan :

Lampiran
1 Fotocopy ijazah Sarjana Farmasi
2 Fotocopy ijazah Program Profesi Apoteker
3 Fotocopy Surat Sumpah
4 Fotocopi Kartu Tanda Penduduk
5 Sertifikat Pembinaan
6 Sertifikat Kompetensi
Kartu Tanda Anggota / Bukti keanggotaan dari PD IAI Jawa Timur atau PC IAI di Jawa
7
Timur
8 Keterangan Sudah Menyelesaikan Magang (bagi Apoteker baru)

( ..)

Siapkan materai dan juga dikenakan iuran keanggotaan selama 1 tahun. Jangan lupa
minta kwitansi untuk ditunjukkan ke bendahara IAI Cabang (supaya tidak ditarik iuran
keanggotaan lagi). Disini calon APA akan mendapat kartu keanggotaan IAI daerah yang
bersangutan. IAI daerah akan menerbitkan surat Penerimaan Melakukan Praktek Kefarmasian
(PMPK) ke IAI cabang yang bersangkutan by email, kemudian IAI cabang memberi balasan
by email juga, lalu dalam waktu 7 hari kerja, apoteker bisa mengambil surat PMPK ke IAI
daerah.

3) Persiapan dokumen untuk IAI Cabang


APA membuat surat permohonan Rekomendasi pendirian Apotekke ketua
Cabang IAI setempat. Dokumen yang dibutuhkan antara lain:
1. Foto kopi Ijazah Sarjana, Apoteker dan Sumpah Apoteker yang
dilegalisir
2. Fotokopi KTP APA
3. Fotokopi KTP PSA
4. Surat Pernyataan APA
5. Surat Pernyataan PSA
6. Fotokopi STRA
7. Fotokopi Sertifikat Kompetensi
8. Perjanjian kerjasama
9. Form Kartu Pelayanan Obat Apotek
10. Standar Prosedur Operasional Apotek
11. Studi Kelayakan dan Analisa SWOT Apotek
12. Fotokopi surat keterangan magang
13. Pas Foto Uk. 46 dua lembar warna
Setelah dokumen lengkap diterima IAI, pengurus IAI akan menjadwalkan
untuk presentasi calon APA dan PSA (jika ada) untuk penerbitan surat
Rekomendasi. Proses penerbitan Surat rekomendasi ini berbeda-beda sesuai
dengan kebijakan masing-masing cabang IAI. Tujuan presentasi ini adalah
menilai kesiapan calon APA dan pola kerjasama APA-PSA (jika ada). Dari sini
diharapkan dapat meminimalisir ketidakharmonisan hubungan APA-PSA
dikemudian hari.

1. Pengurusan SIPA dan Permohonan Rekomendasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten


Pengurusan SIPA
Bentuk surat permohonan SIPA adalah sebagai berikut :
Hal : Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Banyuwangi,
.
Yang terhormat,
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
di
Temapat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Lengkap :
No. STRA :
Tempat, tanggal lahir :
Pendidikan terakhir :
Tempat Praktik/Kerja :
Alamat Rumah :
Nomor Hp :
No. Sertifikat Kompetensi :
Tgl. Sertifikat Kompetensl :
Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)/
Surat Izin Kerja (SIK). Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :
a. fotokopi STRA yang dilegaisir oleh KFN;
b. fotokopi ijazah sarjana dan profesi Apoteker
c. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan
fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/
penyaluran; dan
d. pasfoto berwarna ukuran 46 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x4 sebanyak 2 (dua) lembar
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih
Pemohon,
..

Tembusan :
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Surat Rekomendasi dari Dinas Kesehatan
Bentuk surat permohonan ke dinkes adalah sebagai berikut :
Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyuwangi
Di
Tempat
Lampiran : . lembar
Hal : Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama Lengkap :
Tempat, tanggal lahir :
Pendidikan terakhir :
Alamat Rumah :
mengajukan permohonan surat rekomendasi untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek
dengan alamat
Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan :
1. Fotocopy Ijazah Sarjana Apoteker;
2. Fotocopy KTP
3. Fotocopy SP/SK/STRA
4. Surat Pernyataan APA
5. Surat Pernyataan penerimaan PSA
6. Surat Perjanjian Kerjasama
7. Fotocopy rekomendasi dari organisasi profesi (IAI)
Demikian surat permohonan ini kami buat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Banyuwangi, .
Pemohon,

5. Pelaporan ke KPP ( Kantor Pelayanan Perijinan)


Setelah dari Dinas KEsehatan, berlanjut ke KPP untuk proses perijinan sebenarnya.
Format surat untuk KPP adalah sebagai berikut :
Kepada Yth.
Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Jl.
Di
..
Hal : Permohonan Ijin Apotek
Dengan hormat,
Bersama ini, kami mengajukan permohonan untuk mendapat izin Apotek dengan data sebagai
berikut :
1. Pemohon
Nama Lengkap :
Nomor Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA) :
Nomor Kartu Tanda Penduduk :
Alamat dan Nomor Telepon :
Pekerjaan Sekarang :
Nomor Pokok Wajib Pajak :
2. APOTEK
Nama Apotek :
Alamat :
Nomor Telepon :
Kecamatan :
Kabupaten :
3. Dengan menggunakan sarana
Nama Pemilik Sarana :
Alamat :
Nomor Pokok Wajib Pajak :
Bersama Permohonan ini kami lampirkan :
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
2. Surat Rekomendasi Apoteker PEngelola Apotek (APA)
3. Foto copy Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA) / Surat TAnda Regiter Apoteker (STRA)
4. Foto copy ijazah / Surat SumpahSertifikat Kompetensi Apoteker
5. Foto copy ijazah / Surat izin dari Prop / Surat ijin Kerja (SIK) Asisten Apoteker
6. Foto asli dan foto copy denah bangunan dan denah lokasi
7. Foto copy IMB
8. Surat Pernyataan Status BAngunan (Sewa/Kontrak)
9. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan nomor
Surat Izin Kerja (SIK)
10. Asli dan foto copy daftar terperinci alat perlengkapan apotek
11. Asli dan foto copy rekomendasi dari IAI
12. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker PEngelola Apotek di Apotek lain
13. Asli dan foto copy surat izin atasan (bagi pemohon PNS, anggota TNI dan Instansi
lainnya
14. Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana
Apotek (PSA)
15. Surat pernyataan Pemilik Sarana tidak terlibat pelanggaran Peraturan Perundang-
undangan di bidang obat
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Feasibility Studi (Studi Kelayakan) adalah suatu rancangan secara komprehensif
mengenai rencana pendirian apotek baru untuk melihat kelayakan usaha baik dari
pengabdian profesi maupun sisi bisnis ekonominya
Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif dan
berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup layak atau dapat
bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis yang diliahat dari berbagai aspek,
seperti:
1. Aspek Studi Kelayakan Meliputi:
Analisis Manajemen
Analisis Pasar
Analisis Teknis
Analisis Keuangan
2. Tahapan Pembuatan Studi Kelayakan meliputi:
Penemuan suatu gagasan
Penelitian Lapangan
Evaluasi Data
Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan Rencana Kerja

DAFTAR PUSTAKA
https://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/studi-kelayakan2.pdf
http://hadikurniawanapt.blogspot.co.id/2012/11/tata-cara-pendirian-
apotek-dan-studi.html
https://ilmufarmasis.wordpress.com/2011/04/10/bahan-kuliah-manajemen-
farmasi-komunitas/

Anda mungkin juga menyukai