BAB I
PENDAHULUAN
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak-hak dan
kewajiban. Dalam filosofi kewarganegaraan aktif, seorang warga negara wajib memberikan
kontribusi kemampuannya untuk memperbaiki masyarakat melalui partisipasi ekonomi,
layanan publik, kerja sukarela, dan kegiatan lain yang sejenis untuk meningkatkan mata
pencaharian masyarakatnya. Dari pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan
Civics yang diberikan di sekolah-sekolah.
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling
banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional
dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat,
karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada
tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk
selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan
ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik
apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk
2
mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen
secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi
keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini
pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan
medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan
hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu adanya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diangkat dalam
makalah ini adalah :
6. Masalah/Keluhan Masyarakat
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita semua, khususnya para pembaca
memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya mengenai pengertian
kewarganegaraan dan pelayanan kesehatan di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewarganegaraan
Secara bahasa, kewarganegaraan berarti hal yang berhubungan dengan Warga negara,
keanggotaan sebagai warga negara. Secara istilah, kewarganegaraan berasal dari kata warga
negara, yaitu penduduk sebuah negara/bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran dan
sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu.
Warga negara juga di artikan sebagi orang-orang yang merupakan bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Menurut pasal 1 UU no 12 tahun 2006, kewarganegaraan adalah
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara, sedangkan warga negara adalah
warga suatu negara yang di tetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
B. Definisi kewarganegaraan
Kewarganegaraan adalah hak dimana manusia tinggal dan menetap di suatu kawasan
negara, dan berhak mendapatkan perlindungan hukum. Sedangkan Negara adalah suatu daerah
4
atau wilayah yang ada di permukaan bumi yang terdapat pemerintahan yang mengatur
ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dll. Di dalam suatu negara minimal
terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta
pengakuan dari negara lain. Dan warga negara adalah orang yg tinggal di dalam sebuah negara
dan mengakui semua peraturan yg terkandung di dalam negara tersebut.
Tentu saja warga yang tinggal dalam suatu Negara mendapatkan hak dan kewajiban. Dan hak-
haknya adalah :
5. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-
masing yang di percayai, dll
Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak serta kewajiban warga Negara.Kewarganegaraan
adalah keanggotaan seseorang didalam satuan politik tertentu (secara khusus ialah Negara ) yang
dengannya akan membawa hak untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan
keanggotaan yang demikian ialah disebut dengan warga Negara.
2. Wolhoff
Kewarganegaraan adalah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni ialah sejumlah manusia yang terikat
dengan yang lainnya dikarenakan kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran
nasionalnya.
Kewarganegaraan pun memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakana ialah hak-hak
untuk aktif dalam perpolitikan.
Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara serta seseorang. Ikatan itu menjadi suatu
kontrak politis antara Negara yang mendapat status sebagai Negara yang berdaulat
serta diakui karena memiliki tata Negara.Kewarganegaraan ialah bagian dari konsep
kewargaan.
4. R. Daman
Kewarganegaraan ialah istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk dalam suatu
bangsa.
Kewarganegaraan adalah hak untuk dapat berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola
struktur social , politik serta kehidupan kultural serta untuk dapat membantu menciptakan
bentuk-bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.
6. R. Parman
Kewarganegaraan adalah suatu hal-hal yang saling berhubungan dengan penduduk dalam suatu
bangsa.
7. Soemantri
Kewarganegaraan adalah sesuatu yang saling berhubungan dengan manusia sebagai individu
dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam suatu hubungan dengan Negara.
Kewarganegaraan adalah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan serta hak-
kewajiban warga Negara.
D. Asas Kewarganegaraan
6
Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui
ketentuan-ketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau pedoman
dalam menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan
kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan
ada 2 (dua) asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas
kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Dalam asas kewarganegaraan yang berdasarkan
kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang digunakan, yaitu ius soli (tempat
kelahiran) ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas kewarganegaraan yang berdasarkan
perkawinan juga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat.
Ketika SMP dan SMA kita telah mempelajari tentang asas kewarganegaraan, yaitu ius
soli (asas kelahiran) dan ius sanguinis (asas keturunan). Kedua asas ini termasuk dalam asas
kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran.
India, Irlandia, Israel, Italia, Libanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia,
Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina
Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi perkawinan yang
mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan derajat
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu pada UU
Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas kewarganegaraan juga menjadi
dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas kewarganegaraan umum dan (2) asas kewarganegaraan
khusus.
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas (4)
empat asas, yaitu asas kelahiran (ius soli), asas keturunan (ius sanguinis), asas
kewarganegaraan tunggal, dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis) mempunyai pengertian yang
sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas kewarganegaraan tunggal
8
adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.Jadi, setiap warga
negara hanya memiliki satu kewarganegaraan, tidak bisa memiliki kewarganegaraan ganda
atau lebih dari satu. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda (lebih dari satu kewarganegraan) bagi anak-anak sesui dengan
ketentuan yang diatur dalam UU.Jadi, kewarganegraan ini hanya bisa dimiliki ketika masih
anak-anak dan setelah anak tersebut berumur 18 (delapan belas) tahun, maka ia harus memilih
atau menentukan salah satu kewarganegaraannya.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu kewarganegaraan dan
jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan karena kelahiran dan keturunan
sekaligus, maka ia harus memilih salah satu diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.
Asas ini terdiri atas beberapa macam asas atau pedoman kewarganegaraan, yaitu
Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh
kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam maupun di luar
negeri.
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan
yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif,
tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
e) Asas Non-Diskriminatif
9
Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin, serta harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.
Adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan hak warga negara pada
khususnya.
g) Asas Keterbukaan
Adalah asas yang menetukan bahwa segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara
harus dilakukan secara terbuka.
h) Asas Publisitas
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh dan atau kehilangan
kewarganegaraan RI akan diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat mengetahuinya.
Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur berdasarkan
hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal hak dan kewajiban
diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin hak asasi manusia, dan
sebagainya.
E. Sejarah Kewarganegaraan
Hindia Belanda bukanlah suatu negara, maka tanah air pada masa penjajahan Belanda tidak
mempunyai warga negara, dengan aturan sebagai berikut:
3. kawula negara belanda bukan orang Belanda, juga bukan orang Bumiputera, misalnya:
orang orang Timur Asing (Cina, India, Arab, dan lain-lain).
b. Masa kemerdekaan
pada masa ini, Indonesia belum mempunyai UUD. Sehari setelah kemerdekaan, yakni tanggal
18 agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia mengesahkan UUD 1945.
Mengenai kewarganegaraan UUD 1945 dalam pasal 26 ayat(1) menentukan bahwa Yang
menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia aseli dan orang orang bangsa
lain yang di sahkan dengan undang undang sebagai warga negara, sedang ayat 2
menyebutkan bahwa syarat syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapan dengan undang
undang. Sebagai pelaksanaan dari pasal 26, tanggal 10 april 1946, diundangkan UU No. 3
Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan warga negara Indonesia menurut UU No. 3 Tahun
1946 adalah:
Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari konferensi meja bundar (KMB) tanggal
27 desember 1949 antara Belanda dengan Indonesia Serikat ada tiga hal yang penting dalam
persetujuan tersebut antara lain:
1) Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi terhadap keturunannya yang
lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6 bulan sebelum 27 desember 1949
setelah penyerahan keddaulatan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia yang
disebut juga Hak Opsi atau hak untuk memilih kewarganegaraan.
2) Orang orang yag tergolong kawula Belanda (orang Indonesia asli) berada di Indonesia
memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak tinggal di Suriname / Antiland
Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda dan dapat memilih kewarganegaraan
Indonesia,
11
3) Orang orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka dua kemungkinan yaitu:
jika bertempat tinggal di Belanda, maka dtetapkan kewarganegaraan Belanda, maka
yang dinyatakan sebagai WNI dapat menyatakan menolak dalam kurun waktu 2 tahun.
Undang undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku sampai sekarang adalah
UU No. 62 tahun 1958, yang mutlak berlaku sejak diundangkan tanggal 1agustus 1958.
Beberapa bagian dari undang undang itu, yaitu mengenai ketentuan ketentuan siapa warga
negara Indonesia, status anak anak an cara cara kehilangan kewarganegaraan, ditetapkan
berlaku surut hingga tanggal 27 desember 1949.
Hal hal selengkapnya yang diatur dalam UU No. 62 tahun 1958 antara lain: (1) siapa yang
dinyatakan berstatus warga negara Indonesia (WNI), (2) naturalisasi atau pewarganegaraan
biasa,(3) akibat pewarganegaraan, (4) pewarganegaraan istimewa, (5) kehilangan
kewarganegaraan Indonesia, dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus asing.
Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara
tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada keawarganegaraan
orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya menentukan kewarganegaraan
12
Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan daerah tempat ia
dilahirkan.Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau wilayah hukum negara
Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali
anggota-anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas.
Di samping dan bersama-sama dengan prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di
negara Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius sanguinistetap bisa
mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan
atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai negara itu berbeda.
Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara itu berbeda, jadi
persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan situasi negaranya.
Warga negara diartikan sebagai seseorang yang bertempat tinggal disuatu tempat yang menjadi
bagian dari suatu penduduk berdasarkan kedudukannya sebagai seseorang yang berada pada
wilayah atau tempat itu sendiri yang menjadi bagian dari unsur negara.
Dimana unsur negara tersebut harus meliputi beberapa faktor, bila terpenuhi suatu faktor-faktor
tersebut barulah suatu tempat atau wilayah itu bisa dikatakan sebagai suatu negara.
Faktor tersebut diantaranya adanya wilayah, adanya warga negara, adanya seorang pemimpin
yang memimpin dalam pelaksanaan penyelenggara dan manajemen suatu negara, dan tentunya
negara tersebut harus mendapat pengakuan dari negara yang lain.
Dalam UUD 1945 BAB X tentang Warga Negara pasal 26 ayat 1 yang berbunyi yang menjadi
warga negara ialah orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. Dan pasal 26 ayat 2 Penduduk adalah warga negara Indonesia atau orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
Hak ini adalah hak yang paling mutlak, dimana setiap warga negara wajib mendapat
perlindungan apapun dalam bentuk apapun dari pemerintah agar seseorang tersebut merasa
nyaman, aman bertempat tinggal dan menjadi suatu warga negara yang berada pada suatu
wilayah atau negara yang dilindungi oleh hukum dan pemerintah.
Tidak mengenal status atau kedudukan sesorang tersebut untuk mendapat perlindungan dari
pemerintah, yang pasti setiap warga negara harus dan wajib hukumnya berada pada lindungan
pemerintah dalam bentuk apapun perlindungan itu.
Hak ini yang semakin lama semakin jauh dan semakin pula dilupakan oleh pemerintah, padahal
terdapat dalam UUD 1945 BAB X Tentang Warga Negara pasal 27 ayat 2 Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Artinya sudah jelas bahwa hak ini memang ada dan diatur oleh undang-undang, kenapa hak
yang seperti ini tidak direalisasikan dengan baik? Faktor sdm kah? Atau faktor lain dengan
alasan dana dan lapangan pekerjaan yang terbatas? Padahal kalau kita kaji lebih dalam,
Indonesia ini negeri yang kaya akan sumber daya alam melimpah, negeri yang kaya yang
dijuluki mega a diver city country dan itu banyak diakui oleh negara lain. Tapi kenyataan,
Bebas dari penjajahan tapi tetap saja dijajah!
Setiap warga negara berhak ikut serta dan berperan aktif dalam upaya membela negaranya,
bahkan kata perang sekalipun wajib hukumnya bahwa setiap warga negara harus ikut berperan
aktif disana guna mencapai suatu kekuatan negara yang kuat dan kokoh bahkan tidak
kehilangan jati diri bangsa dan harga diri negara.
Pasal 27 ayat 3 Bab X UUD 1945 Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
pembelaan negara.
Sudah jelas tercantum pada bab XA tentang Hak Asasi Manusia pasal 28E ayat 1Setiap orang
bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
14
Menurut WHO (1996) sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan
(supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk
manusia maupun dalam bentuk material. Dalam definisi yang lebih luas lagi, sistem kesehatan
mencakup sektor-sektor lain seperti pertanian dan lainnya.
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo (2001) pelayanan kesehatan adalah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif (pencegahan),kuratif
(penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, lingkungan. Yang dimaksud sub sistem disini adalah sub sistem dalam pelayanan
kesehatan yaitu input , proses, output, dampak, umpan balik.
Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang sistem akan
memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari
subsistem yang membentuk sebuah sistem yang antara yang satu dengan yang lainnya harus
saling mempengaruhi.
Dalam teori sistem disebutkan bahwa sistem itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
15
dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat,
tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
2. Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah
hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana contoh dalam sistem pelayanan
kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
3. Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses , dalam sistem pelayanan kesehatan hasilnya dapat
berupa pelayanan kesehatan berkualitas, efektif, dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat sehingga pasien cepat sembuh dan sehat optimal.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil baru sistem, yang terjadi relative lama
waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan , maka
dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian
karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
5. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam sistem pelayanan
kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang juga dapat menjadikan input yang selalu
meningkat.
6. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat
16
berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi
di luar pelayanan masyarakat.
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-
orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan
organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam
bentuk material. Sistem kesehatan tidak terbatas pada seperangkat institusi yang mengatur,
membiayai, atau memberikan pelayanan, namun juga termasuk kelompok aneka organisasi
yang memberikan input pada pelayanan kesehatan, utamanya sumber daya manusia, sumber
daya fisik (fasilitas dan alat), serta pengetahuan/teknologi (WHO SEARO, 2000). Organisasi
ini termasuk universitas dan lembaga pendidikan lain, pusat penelitian, perusahaan kontruksi,
serta serangkaian organisasi yang memproduksi teknologi spesifik seperti produk farmasi, alat
dan suku cadang.
WHO mendefinisikan sistem kesehatan sebagai seluruh kegiatan yang mana mempunyai
maksud utama untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan. Mengingat maksud tersebut di
atas, maka termasuk dalam hal ini tidak saja pelayanan kesehatan formal, tapi juga non formal,
seperti halnya pengobatan tradisional. Selain aktivitas kesehatan masyarakat tradisional seperti
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, peningkatan keamanan lingkungan dan jalan raya
, pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan bagian dari sistem.
Sistem kesehatan paling tidak mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: Pelayanan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, penyediaan sumberdaya dan stewardship/ regulator. Fungsi-fungsi
tersebut akan direpresentasikan dalam bentuk sub-subsistem dalam sistem kesehatan,
dikembangkan sesuai kebutuhan. Masing-masing fungsi/subsistem akan dibahas tersendiri. Di
bawah ini digambarkan bagaimana keterkaitan antara fungsi-fungsi tersebut dan juga
keterkaitannya dengan tujuan utama Sistem Kesehatan.
Pelayanan kesehatan dapat diperoleh mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit, dokter praktek
swasta dan lain-lain. Masyarakat dewasa ini sudah makin kritis menyoroti pelayanan kesehatan
dan profesional tenaga kesehatan. Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang baik dari
pihak rumah sakit, disisi lain pemerintah belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana
yang diharapkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, kecuali rumah sakit swasta yang
17
berorientasi bisnis, dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik. Untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang trampil dan fasilitas rumah sakit yang
baik, tetapi tidak semua rumah sakit dapat memenuhi kriteria tersebut sehingga meningkatnya
kerumitan system pelayanan kesehatan dewasa ini. Salah satu penilaian dari pelayanan
kesehatan dapat kita lihat dari pencatatan rekam medis atau rekam kesehatan. Dari pencatatan
rekam medis dapat mengambarkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien,
juga meyumbangkan hal penting dibidang hukum kesehatan, pendidikan, penelitian dan
akriditasi rumah sakit. Yang harus dicatat dalam rekam medis mencakup hal-hal seperti di
bawah ini;
1) Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan, yaitu merupakan catatan mengenai hasil
pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, pengamatan mengenai penderita, mengenai hal
tersebut ada kewajiban simpan rahasia kedokteran.
2) Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan suatu hal yang harus diingat bahwa
berkas catatan medik asli tetap harus disimpan di rumah sakit dan tidak boleh
diserahkan pada pasien, pengacara atau siapapun. Berkas catatan medik tersebut
merupakan bukti penting bagi rumah sakit apabila kelak timbul suatu perkara, karena
memuat catatan penting tentang apa yang telah dikerjakan dirumah sakit. Catatan medik
harus disimpan selama jangka waktu tertentu untuk dokumentasi pasien. Untuk suatu
rumah sakit rekam medis adalah penting dalam mengadakan evaluasi pelayanan
kesehatan, peningkatan efisiensi kerja melalui penurunan mortalitas, morbiditas dan
perawatan penderita yang lebih sempurna. Pengisian rekam medis serta
18
penyelesaiannya adalah tanggung jawab penuh dokter yang merawat pasien tersebut,
catatan itu harus ditulis dengan cermat, singkat dan jelas. Dalam menciptakan rekam
medis yang baik diperlukan adanya kerja sama dan usaha-usaha yang bersifat
koordinatif antara berbagai pihak yang samasama melayani perawatan dan pengobatan
terhadap penderita.
Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui
kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Diantara pelayanan kesehatan dalam sistem
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Health promotion
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan
menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-
penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini
adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti
imunisasi BCG, DPT, Hepatirtis, campak, dan lain-lain.
3. Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau ditimbulnya
gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya
penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi
penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka
survey pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus
serta pencegahan terhadap meluasnya kasus.
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada
kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan
dapat berupa perawatam untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut,
pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
5. Rehabilitation (rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini di laksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini
dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang
diberikan pada pasien., kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan
kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan
senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.
1. Rawat Jalan
Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis
yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik-klinik
kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik petawatan spesialis dan lain-lain.
2. Institusi
Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan
berbagai tingkat pelayanan kesehatan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.
3. Hospice
20
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan kepada klien yang
sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnya dengan tenang.
Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga
dan lain-lain.
Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang relatif masih baru di
Indonesia. Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan yang secara langsung
berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang
rusak. Hukum kesehatan mencakup penerapan hukum perdata dan hukum pidana yang
berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan. Subyek-subyek hukum dalam
sistem hukum kesehatan adalah:
a. Tenaga kesehatan sarjana yaitu: dokter, dokter gigi, apoteker dan sarjana lain di bidang
kesehatan.
b. Tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah;
1) Bidang farmasi
2) Bidang kebidanan
3) Bidang perawatan
4) Bidang kesehatan masyarakat, dll.
Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi segala aspek hukum
dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi kedokteran merupakan masalah
penting, karena membawa akibat yang berat, terutama akan merusak kepercayaan masyarakat
terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi dapat disebabkan karena
Kekurangan; (1) pengetahuan (2) pengalaman (3) pengertian. Ketiga faktor tersebut
menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan atau penilaian. Contoh: kejadian
tindakan malpraktek Malpraktek adalah suatu tindaka praktek yang buruk, dengan kata lain
adalah kelalaian dokter dalam melaksanakan profesinya, apabila hal tersebut diadukan kepada
pihak yang berwajib, maka akan diproses secara hukum dan pihak pengadilan yang akan
21
membuktikan apakah tuduhan tersebut benar atau salah. Upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya kelalaian dalam menjalankan profesi ialah; 1. Meningkatkan kemampuan profesi
para dokter untuk mengikuti kemajuan ilmu kedokteran atau menyegarkan kembali ilmunya,
sehingga dapat melakukan pelayanan medis secara profesional.
Dalam program ini perlu diingatkan tentang kode etik dan kemampuan melakukan konseling
dengan baik. 2. Pengetahuan pengawasan perilaku etis. Upaya ini akan mendorong dokter
untuk senantiasa bersikap hati-hati. Dengan berusaha berperilaku etis, sehingga semakin jauh
dari tindakan melanggar hukum. 3. Penyusunan protokol pelayanan kesehatan, misalnya
petunjuk tentang informed consent. Protokol ini dapat dijadikan pegangan bilamana dokter
dituduh telah melakukan kelalaian. Selama dokter bertindak sesuai dengan protokol tersebut,
dia dapat terlindung dari tuduhan malpraktek.. Beberapa contoh malpraktek di bidang hukum
pidana:
1. Menipu Pasien
2. Membuat surat keterangan palsu
3. Melakukan pelanggaran kesopanan
4. Melakukan pengguguran tanpa indikasi medis
5. Melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau lukaluka
6. Membocorkan rahasia kedokteran yang diadukan oleh pasien
7. Kesengajaan membiarkan pasien tidak tertolong
8. Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam keadaan bahaya maut
9. Memberikan atau menjual obat palsu
10. Euthanasia
O. Teoritis
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin
merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang sama di mata masyarakat.
Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah
23
begitu banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di
negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka yang
memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan
yang adil dan proporsional. Orang-orang miskin sepertinya tidak boleh sakit.
Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering
menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan
kedokteran itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang
harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar
biasa. Mungkin paradigma awal ketika seseorang memilih jalan hidupnya sebagai seoang
dokter mengalami disorientasi. Pengabdian kepada masyarakat dan bangsa bukanlah menjadi
faktor yang mendominasi keinginan seseorang menjadi dokter. Ada faktor-faktor
komersialisasi yang terkadang melandasi seseorang dalam menempuh jalur kedokteran sebagai
pilihannya. Tulisan ini bukan dibuat untuk mendiskreditkan seorang dokter, sama sekali tidak.
Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dokter merupakan posisi yang menjadikan
seseorang dapat lebih menghargai kehidupan. Substansinya adalah dewasa ini gambaran
seorang dokter yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah komersialisasi pekerjaan bukan
pelayan kesehatan. Seandainya paradigma-paradigma yang mengalami disorientasi tersebut
dapat diluruskan maka posisi seorang dokter akan kembali pada tingkatan yang mulia.
Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang
dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Dokter
terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan. Belum lagi perawat di rumah sakit
sering malas-malasan jika bekerja. Salah seorang pernah berkata bahwa rumah sakit di Jepang
tidak menyediakan fasilitas hiburan seperti televisi bagi para pegawai rumah sakit. Dengan
demikian kondisi kerja akan jauh lebih kondusif karena konsentrasi tidak akan terpecah antara
urusan pekerjaan dan hiburan. Sementara di Indonesia keberadaan televisi bagi pegawai rumah
sakit adalah sebuah keniscayaan. Sebenarnya kondisi ini dapat merusak produktivitas kerja.
Meskipun selalu ada pembenaran bahwa profesionalisme selalu dijunjung tinggi dalam
menjalani profesi. Tidak jelas kevalidan wacana tersebut, namun tampaknya melihat kondisi
rumah sakit yang ada di Indonesia dengan pelayanannya, wacana tersebut ada benarnya
terlepas dengan kondisi yang ada pada rumah sakit di Jepang.
24
Budiarto (2004) dalam penelitiannya tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan di 14 rumah sakit yang tersebar pada sepuluh propinsi di Indonesia menunjukkan
bahwa kualitas pelayanan rumah sakit yang mencakup ketersediaan fasilitas medik dan
fasilitas-fasilitas lain yang menunjang pelayanan medik disamping sumber daya manusia
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Pandangan masyarakat akan kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia semakin menurun. Pasien Indonesia yang berobat ke luar
negeri terus meningkat. Sebuah data dari salah satu situs menyebutkan di Singapore saja setiap
tahunnya sekitar 300.000 pasien internasional datang berobat. Sekitar 7200 orang di antaranya
merupakan warga Indonesia ( website Komunikasi Dokter Pasien edisi 13 Mei 2009).
Sementara itu jumlah orang Indonesia yang berobat ke Malaysia tahun-tahun terakhir ini sudah
melampaui yang ke Singapore. Data lainnya menyebutkan jumlah pasien Indonesia yang
berobat di RS Lam Wah Ee Malaysia mencapai 12.000 pertahun atau sekitar 32 pasien perhari.
Di RS Adventist Malaysia jumlah pasien Indonesia yang terdata mencapai 14.000 pertahun
atau sekitar 38 pasien perhari. Bahkan sedikitnya seribuan pasien dari Aceh dan sekitarnya
dilaporkan terpaksa pergi ke luar negeri setiap bulannya, terutama ke Penang, Malaysia, untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima. Kecenderungan ini datang karena mereka
kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit-rumah sakit yang
ada di Aceh dan sekitarnya. (Serambi On Line 14 Juli 2007). Tingginya minat masyarakat
berobat keluar negeri seperti Malaysia dan Singapura secara umum disebabkan factor
kelengkapan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pasien.
Berbagai macam alasan yang memicu banyaknya masyarakat berobat dan memeriksakan
kesehatannya keluar negeri, diantaranya pelayanan prima dan ketepatan waktu, mereka cepat
mendapatkan kepastian diagnosa sehingga tidak membuat pasien cemas atau bosan karena
menunggu hasil diagnosa yang tidak kunjung datang serta masih banyak keunggulan yang bisa
mereka dapatkan disana. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa pada saat ini, jumlah
pasien yang berobat ke luar negeri yaitu Singapura dan Malaysia, didominasi oleh pasien asal
Indonesia. Hal ini merupakan sebuah masalah yang serius, mengingat selain berhubungan
dengan masalah kepercayaan terhadap pelayanan di Indonesia, juga berhubungan dengan
masalah pemasukan pemerintah dari sektor pelayanan rumah sakit. Data tahun 2006
menyebutkan jumlah devisa negara yang tersedot ke rumah sakit luar negeri mencapai US $
600 juta setiap tahunnya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan dari
25
berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan kualitas fasilitas kesehatan, peningkatan kualitas
profesionalisme sumber daya manusia dan peningkatan kualitas manajemen rumah sakit.
Pelayanan yang berkualitas harus dijaga dengan melakukan pengukuran secara terus menerus,
agar diketahui kelemahan dan kekurangan dari jasa pelayanan yang diberikan dan dibuat tindak
lanjut sesuai prioritas permasalahannya.
R. Masalah/Keluhan Masyarakat
Permasalahan juga tampak dari beberapa pengguna jasa rumah sakit yang masih banyak
keluhan dari pelayanan yang diberikan, ini terlihat dari masih banyaknya dijumpai keluhan
tentang pelayanan yang lamban, adanya perilaku petugas perawat yang kurang ramah dan tidak
komunikatif.
Dari data pada Tabel 1.2, terdapat keluhan atau ketidakpuasan masyarakat akan hasil
pelayanan, jelas terlihat bahwa keluhan masyarakat akan menunjukkan kualitas pelayanan yang
diberikan, sebab inti dari pelayanan publik bermuara kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan yang diterima masyarakat.
Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.
Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh
perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas
lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya maka digunakanlah alat
seperti laser, terapi perubahan gen dll. Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan biaya yang
cukup besar dan butuh tenaga yang professional di bidang tertentu.
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang
lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya
pada masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
26
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem
pelayanan kesehatan.
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lebih mudah diperoleh dan di jangkau
dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah. Keadaan ekonomi ini
akan mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam sistem pelayanan.
Strategi yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang paradigma sehat,
srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat), dan desentralisasi.
Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah telah menyusun misi yang akan di jalankan
sebagaimana dalam sistem pelayanan kesehatan, diantaranya :
Dalam melaksanakan misi yang ada, keperawatan sebagai profesi dalam bidang kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada paradigma sehat
sesuai dengan paradigma keperawatan yang dimiliki, salah satunya adalah pembangunan
27
kesehatan yang berorientasi penyembuhan pada orang berian pelayanan kesehatan difokuskan
pada promosif agar dapat lebih meninggkatkan dan memelihara badan agar segar lebih
produktif dan yang sakit agar lebih sehat. Sehingga akhirnya akan terjadi pola atau gaya hidup
sehat pada semua lapisan masyarakat Indonesia.
Banyak alasannya kenapa pelayanan di negeri kita (tercinta) bisa jadi terburuk salah satunya :
"Menurut dr. Nugroho Wiyadi, MPH, ada pelaku pelayanan primer yang secara profesi tidak
memiliki kompetensi dan kewenangan yang memadai, sehingga penanganan penyakit tidak
sesuai standar, dan sering terjadi pemakaian berbagai obat secara tidak tepat yang pada
akhirnya mengakibatkan ketidakefektifan biaya, dan juga masalah-masalah lain seperti
resistensi obat akibat pemakaian obat antibiotik.
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/pelayanan, terdapat
sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1. Tangible (nyata/berwujud)
2. Reliability (keandalan)
3. Responsiveness (Cepat tanggap)
4. Competence (kompetensi)
5. Access (kemudahan)
28
6. Courtesy (keramahan)
7. Communication (komunikasi)
8. Credibility (kepercayaan)
9. Security (keamanan)
10. Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)
Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu
pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman et al. (1990) dimensi tersebut difokuskan
menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar Belakang diadakannya kewarganegaraan adalah bahwa semangat perjuangan bangsa yang
merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam masa perjuangan
fisik, sedangkan dalam menghadapi globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan
perjuangan nono fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai-
29
nilai perjuangan bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan
prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela
negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI.W
Sedangkan suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua
pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan
dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada perubahan
pandangan dalam upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia kesehatan harus
lebih peduli terhadap masyarakat. Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung tinggi bukan hanya aspek
finansial yang mendapatkan porsi perhatian secara lebih. Begitu juga dengan masyarakat harus
bersinergi dengan pelayan kesehatan tersebut dengan menghargai dan melakukan respon yang positif
terhadap posisi mereka sebagai pelayan masyarakat.
Memilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati bangsa.
Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki fasilitas yang
cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih baik pada pasiennya. Namun ada
pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap
kapasitas dokter-dokter dan rumah sakit yang ada di negeri ini. Perspektif seperti ini mengundang
banyak pertanyaan. Sebenarnya melakukan perawatan ke luar negeri berarti membunuh secara perlahan
kinerja dokter dan rumah sakit lokal. Namun seharusnya hal ini jadi batu loncatan bagi para dokter dan
rumah sakit untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya sehingga kepercayaan pasien terhadap mereka
dapat dijaga. Dengan demikian generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit yang kurang
memadai dapat dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter yang ada di
Indonesia dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan terjalin kerjasama yang sangat
baik antara kedua belah pihak.
Dan juga hendaknya kita sebagai umat Islam bisa merujuk kepada solusi Islam yang mana pastinya
memberikan kemasyalahatan bagi kita semua. Yang mana aturan Islam sudah memberi solusi bagi
permasalahan kesehatan. Terbukti bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.
B. Saran-saran
Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorentasi pada kebutuhan pelanggan dan citra rumah
sakit yang baik dimasyarakat maka pihak rumah sakit perlu melakukan upaya perbaikan yang
berkesinambungan dengan langkah-langkah sbb :
1) Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan sikap yang ramah dan juga bisa mengerti dan
memahami keadaan pasien.
30
2) Meningkatkan kedisiplinan dan kometmen dalam bekerja pada seluruh petugas Rumah Sakit agar
bisa memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, dan dapat melaksanakan tugas, fungsi serta
peranannya dengan baik sesuai dengan visi dan misi.
3) Untuk meningkatkan kualitas teknis, perlu dilaksanakan program pendidikan dan pelatihan yang
sesuai dengan standar pelayanan prima sehingga mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan bagi pasien.
4) Untuk meningkatkan kualitas fungsional, perlu dilaksanakan pelatihan terutama yang berkaitan
dengan hubungan manusia yaitu mengenai sikap dan cara komunikasi yang baik guna memberikan
karakter kepribadian pada sumber daya manusia.
5) Pihak Rumah Sakit diharapkan terus meningkatkan sarana, prasarana dan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit serta memelihara dan memperbaiki fasilitas yang telah ada, seperti pengadaan
alat-alat medis dan penunjang medis, perbaikan fasilitas di ruang rawat inap dan kebersihan lingkungan
Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Wijono D., 2000, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Air Langga University-Press,
Surabaya.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24625/4/Chapter%20II.pdf
31