Rudol Chrysoekamto
Dosen di PPS Al Khoziny Buduran Sidoarjo
Abstract
School based-management (MBS) is a managerial principle that is
considered can improve the quality spirit. School management that is well
established will certainly lead to a quality achievement. As a result, MBS is
reasonable to be developed to foster the spirit of decent quality.
PENDAHULUAN
Saat ini bangsa Indonesia sedang berada pada era transisi menuju
demokratisasi. Implementasi demkrasi diharapkan membawa angin segar
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu produk kehidupan
demokrasi adalah bergulirnya wacana otonomi daerah. Semangat otonomi
daerah diyakini mampu menciptakan kesejahteraan, kebebasan berpikir-
berekspresi, dan kebaikan bersama.
Menurut UU No. 22 tahun 1999, daerah otonom ditunjukkan tidak adanya
atasan dan tidak ada bawahan langsung, serta mempunyai wewenang; 1)
inisiatif sendiri, 2) kebijakan sendiri, 3) perencanaan sendiri, 4)
pengaturan sendiri, 5) keuangan sendiri, 6) pelaksanaan sendiri.
Kewenangan tersebut tidak berhenti dalam tataran konsep tapi telah
sampai pada pelaksanaan program pembangunan daerah kabupaten/kota.
Khusus dalam bidang pendidikan, implikasi penting dari otonomi daerah
adalah adanya kewenangan bagi setiap daerah untuk mengembangkan
pendidikan pada sekolah-sekolah yang ada di daerah. Daerah harus
memberi kewenangan pada sekolah untuk melakukan pengelolaan
pendidikan melalui konsep dan penerapan manajemen berbasis sekolah.
Gema otonomi yang merembes pada institusi pendidikan, telah direspon
para pakar dan praktisi pendidikan dengan bergerak secara cepat dalam
upaya mengimplementasikan otonomi pendidikan di sekolah. Secara cepat
Departemen Pendidikan Nasional, melalui mesin penggeraknya
Mendiknas melakukan upaya menata sistem pendidikan yang relevan
dengan tuntutan zaman, adaptif dan memiliki prospek bagi peserta didik.
Idealnya pendidikan sekolah memang harus dapat memenuhi tuntutan
yang berkembang di masyarakat, sehingga keluaran lembaga pendidikan
dapat menjawab tantangan kehidupan era global. Masyarakat
mengharapkan lulusan pendidikan sekolah memiliki keterampilan yang
memadai dalam bidangnya. Keterampilan ini akan menunjang profesinya
dan menjadikan mereka berproduktivitas tinggi dalam pekerjaannya.
KESIMPULAN
Membincangkan fenomena pendidikan memang akan selalu menarik dan
aktual. Terlebih pada era global ini, dunia pendidikan sedang dihadapkan
pada kondisi dan masalah yang rumit dan kompleks. Hadirnya budaya asing
yang membahayakan memudarnya budaya bangsa Indonesia, perkembangan
teknologi dan komunikasi yang berat untuk sekedar diikuti, rendahnya
kualitas pendidikan, sampai persoalan UU Sistem Pendidikan Nasional yang
masih dianggap bermasalah. Persoalan tersebut hadir bersamaan dengan
munculnya wacana otonomi daerah.
Dalam upaya melaksanakan amanat otonomi daerah, pemikiran tentang
penerapan konsep MBS diharapkan dapat menyumbang kearah perbaikan
kualitas pendidikan sekolah (khususnya di kabupaten Banyuwangi). Konsep
MBS bukan satu-satunya resep mujarab yang dapat memecahkan seluruh
problem pendidikan, tetapi setidaknya merupakan gagasan alternatif yang
layak direnungkan dan selanjutnya dilaksanakan secara baik di dunia
pendidikan. Mudah-mudahan agenda pemikiran sederhana ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengemban tugas di bidang
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Malik Fadjar, 2001, Pendidikan Membekali Lulusan Menghadapi
Kehidupan, dalam Kompas, 15 September 2001.
Diknas, 2001, Program Latihan MBS, Proyek Perluasan dan Peningkatan
Mutu SLTP.
Nalon, B.C, 1989, Management of Change, Armidale: A.C.A.E Publication.
Nurkolis, 2001, Strategi Sukses Implementasi MBS, dalam Kompas 27 Juli
2001.
Sukidin, 2002, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya: Insan
Cendekia.
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.