Disusun Oleh :
1436 H/2015 M
ii
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
i
DAFTAR ISI
Hal
LEMBARAN PENGESAHAN......................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
v
BAB III METODE PENULISAN
BAB V PENUTUP
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel ................................ 5
vii
1
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan kebutuhan energi global terbesar
yang konsumsinya diperkirakan oleh Energy Information Adminisrtation (bagian
dari Departemen Energi AS) akan meningkat 57% dari tahun 2002 hingga 2025
(Prihandana dan Hendroko, 2007). Di samping itu, ketersediaan sumber BBM
semakin menipis. Sehingga masyarakat dunia mulai beralih ke bahan bakar
terbarukan, misalnya biodiesel.. Sebagai gambaran penggunaan BBM di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Penggunaan BBM
Jenis BBM Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Premium 12,422 13,732 14,647 17,027 17,027 17,471
Minyak Tanah 12,455 12,283 11,678 11,753 11,846 22,324
Solar 21 ,735 23,262 24,213 24,064 26,488 27,535
Minyak Diesel 1,451 1,399 1,360 1,183 1,093 8,987
Minyak Bakar 6,013 6,119 6,260 6,216 5,755 4,686
(Sumber: Rama Prihandana:2006)
Keberadaan minyak bumi sebagai bahan bakar fosil atau sering disebut
BBM semakin dibutuhkan untuk kesejahteraan umat manusia, sehingga
berdampak pada penggunaannya yang terus meningkat. Peningkatan laju
konsumsi BBM terlihat jelas khususnya pada penggunaan bahan bakar solar yang
digunakan untuk keperluan segala aspek kehidupan baik dalam bidang
transportasi, industri, pertanian, ataupun yang lainnya. Biodiesel merupakan
bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi dari minyak nabati atau
lemak hewani. Biodiesel diperoleh dari reaksi minyak tanaman (trigliserida)
dengan alkohol yang menggunakan katalis basa pada suhu dan komposisi tertentu,
sehingga dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau
sering disebut biodiesel) dan gliserol (Zhang et. al., 2003). Indonesia sebagai
negara yang memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah, banyak menyediakan
sumber minyak nabati. Salah satunya adalah biji karet.
3
Biji karet sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan baik, umumnya
masih dibuang di setiap perkebunan, hanya sedikit yang dijadikan sebagai benih
generatif. Biji karet berpotensi dijadikan sebagai biodiesel, Indonesia merupakan
negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Jumlah biji karet di
perkebunan tanaman karet mencapai 1 kg/m2 serta kandungan minyak yang
terdapat pada biji karet 40-50%-berat. Penggunaan biji karet untuk produksi
biodiesel tidak menimbulkan persaingan bahan pangan karena biji karet
merupakan sumber minyak nabati non pangan dan juga ramah lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengembangkan inovasi
terbaru pemanfaatan biodiesel dari biji karet sebagai energi terbarukan ramah
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan ester alkil asam-asam lemak yang berasal dari
minyak nabati atau lemak hewani. Ester alkil asam lemak dapat diperoleh
transesterifikasi trigliserida dengan alkohol dan esterifikasi asam lemak.
Transesterifikasi trigliserida dilangsungkan dengan menggunakan katalis asam,
basa maupun enzim dan menghasilkan gliserol sebagai produk samping. Di sisi
lain, esterifikasi asam lemak dilangsungkan dengan menggunakan katalis asam
kuat (asam sulfat, asam sulfonat organik, resin penukar kation asam kuat) dan
menghasikan air sebagai produk samping.
Biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak nabati atau
lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya
membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat , sehingga akan
memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester (Van Gerpen, 2005).
Kelebihan biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel antara lain: (1)
Biodiesel berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui; (2) Biodiesel
memiliki kandungan aromatik dan sulfur yang rendah (Ma & Hanna, 1999); (3)
Biodiesel memiliki bilangan setana (cetane number) yang tinggi (Zhang et al.,
2003). Bilangan setana adalah suatu indeks yang biasa digunakan bagi bahan
bakar motor diesel, untuk menunjukkan tingkat kepekaannya terhadap detonasi
(ledakan). Bahan bakar dengan bilangan cetana yang tinggi akan mudah
berdetonasi pada motor diesel. Bilangan setana bukan untuk menyatakan kualitas
dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan yang dipakai untuk menyatakan kualitas
dari penyalaan bahan bakar diesel atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan
pengapian dari bahan bakar itu sendiri. Beberapa sifat fisik dan kimia biodiesel
dan petrodiesel disarikan dalam Tabel 2.1.
5
sebanyak 400 pohon karet. Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat
menghasilkan 5.050 kg biji karet per tahunnya (Siahaan, et al., 2011).
Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet. Biji karet
terdiri dari 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana variasi
proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Biji karet yang
segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang rendah. Akan
tetapi biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang
tinggi sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji segar
terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet yang
telah dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak da
35,1% bahan kering (Swem, 1964). Biji karet mengandung sekitar 4050%-b
minyak nabati dengan komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat
dan asam linoleat, sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam
arachidat dan asam lemak lainnya.
pangan dan sangat baik digunakan sebagai bahan industri, seperti alkil, resin,
linoleum vernis, tinta cetak, cutting oils, dan minyak lumas (Swern dalam Maali,
1982).
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya:
halusnya hasil pemcacahan yang di lakukan, pemilihan jenis pelarut,
penyimpanan minyak hasil proses, dan sebagainya).
suhu kamar sedangkan dengan katalis asam reaksi berlangsung baru berjalan baik
pada suhu 100C. Bila tanpa katalis, reaksi membutuhkan suhu minimal 250C
(Kirk & Othmer, 1980).
2.5 Esterifikasi
Esterifikasi adalah proses untuk mengubah asam lemak bebas hasil dari
proses degumming menjadi ester dengan hasil samping air. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Esterifikasi dapat dilaksanakan
dengan menggunakan katalis padat (heterogen) atau katalis cair (homogen). Pada
penelitian ini, dugunakan katalis cair berupa asam sulfat (H2SO4).
Katalis-katalis yang cocok adalah zat yang berkarakter asam kuat, dan
karena ini, asam sulfat, asam sulfonat, organik atau resin penukar kation asam
10
R C OH + R OH R C OR + H2O
Asam Lemak Bebas alkohol ester alkil air
2.6 Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Diantara alkohol-
alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/termasuk gugus alkil, metanol
adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya
paling tinggi (sehingga rekasi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis identic dengan ester metil asam asam lemak (Fatty Acids
Methyl Ester, FAME).
Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah
transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam rekasinya. Tanpa adanya katalis,
konfersi yang dihasilkan maksimum namun reaksu berjalan dengan lambat
(Mittlebach, 2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Trigliserida
adalah trimester dari gliserol dengan asam asam lemak, yaitu asam asam
karboksilat beratom karbon 6 s/d 30. Trigliserida banyak dikandung dalam
minyak dan lemak, merupakan komponen terbesar penyusun minyak nabati/biji
11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Tulisan dalam karya tulis ini berdasarkan uji Laboratorium. Jenis
penelitian yang digunakan adalah analisa kualitatif deskriptif. Sehingga
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih
lanjut.
3.5.2 Bahan
1. Biji Karet
2. NaOH
3. Methanol
4. H2SO4 PA
5. H3PO4
6. Aquadest
14
3.6.1.3 Penyimpanan
Setelah dipecah dari cangkangnya biji karet dapat disimpan atau diproses
lebih lanjut. Pada tahap penyimpanan ini wadah penyimpanan harus
tertutup dengan rapat agar tidak mengalami kontak dengan udara luar
sehingga kadar Free Fatty Acids (FFA) tidak naik.
3.6.2 Pengepresan
Berikut ini adalah tahap tahapan proses didalam operasi pengepresan.
3.6.2.1 Pengukusan
Pada tahap pengukusan, 1,72 kg sampel diambil dari penyimpanan untuk
dikukus selama 1 jam pada suhu 100C. Tujuan dari pengukusan adalah
menurunkan kadar FFA.
3.6.2.2 Pemanasan
Pada tahap pemanasan, sampel yang telah dikukus dipanaskan dalam oven
selama 100 menit dalam suhu 60C. Tujuan dari pemanasan untuk
mempermudah proses pengambilan minyak saat pengepresan.
15
3.6.2.3 Penghalusan
Biji yang sudah di oven di haluskan dengan menggunakan lumpang secara
manual sampai biji halus selama 100 menit.
3.6.2.4 Pengepresan
Biji yang sudah dihaluskan di press dengan menggunakan alat press
sederhana. Proses pengepresan dilakukan selama 210 menit, minyak yang
dihasilkan kemudian di tampung dalam botol.
3.6.2.5 Penyaringan
Minyak yang dihasilkan biasanya bercampur dengan pengotor berupa
partikel padatan halus. Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring sehingga diperoleh
minyak bersih.
Kadar FFA dari CRSO tergolong tinggi, yaitu 6,66% (diatas 2,5%). Jika
CRSO diproses menjadi biodiesel metode katalis, maka harus mengalami proses
degumming untuk mengurangi kadar lendir dan getahnya dan proses esterifikasi
untuk menurunkan kadar FFA sampai dibawah 2% barulah mengalami proses
esterifikasi dan transesterifikasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
= 100% = 1,33 %
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mereaksikan minyak biji karet
: methanol (5:1) dapat disimpulkan bahwa minyak biji karet berpotensi sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel.
5.2 Saran
1. Bagi masyarakat sudah dapat menggunakan biji karet untuk biodiesel
sebagai energi terbarukan ramah lingkungan.
2. Diharapkan kepada pemerintah agar memperhatikan hal-hal yang bisa
dimanfaatkan dalam lingkungan terutama untuk limbah biji karet, sehingga
berpeluang untuk dijadikan sumber energi terbarukan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, di harapkan menganalisis hasil biodiesel yang
diperoleh oleh peneliti sebelumnya. Sehingga biodiesel yang dihasilkan
dapat memenuhi standard baku mutu biodiesel menurut SNI-04-7182-
2006.
21
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hasahatan, Denis. dkk. 2012. Pengaruh Ratio H2SO4 dan Waktu Reaksi Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar(Jurnal).
Palembang : Universitas Sriwijaya
Kirk, R.E. & Othmer, D.F., 1980, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,
Vol. 9, John Wiley and Sons, New York.
Maali, A.R, Abul, dkk. 1982. Pengaruh Ukuran Partikel dan Lama Pemanasan
Terhadap RendemenMinyak. Palembang : Dinamika Penelitian BIPA.
Shokib, Abdul. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet Dengan Metode
Supercritical Methanol. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
2009.
Siahaan, S., Setyaningsih, D., & Hariyadi, 2011, Potensi Pemanfaatan Biji Karet
(Hevea Brasiliansis Muell, Arg) Sebagai Sumber Energi Alternatif
Bikerosin, Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 19 (3) 145-151.
Swem, D. Baileys. 1964. Industrial Oil and Fat Product. New York. Intersciense
Publ.
Zhang, Y., Dude, M.A., Mclean.D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil: 1 Process Design and Technological Assement,
Bioresource Technology, 89, 1-16.
http://ufikk.blogspot.com/2012/12/oktane-number-cetane-number.html?m=1
23
LAMPIRAN
5.2.3.1.1 (b)
Gambar 7.(a). Proses penyaringan; (b) Hasil penyaringan
Biodiesel
Golongan Darah :A
Pendidikan Sekarang
Semester/Kelas : IV/E
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Golongan Darah :A
Pendidikan Sekarang
Semester/Kelas : IV/E
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
AnggotaTim KTI
Golongan Darah :A
Pendidikan Sekarang
Semester/Kelas : IV/E
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia