SDM profesional adalah mereka yang memiliki kompetensi, sesuai dengan profesi yang ditekuni. Artinya,
manusia yang mempunyai pengetahuan, sikap, keterampilan, dan atribut lain yang diperlukan agar bisa
berhasil dalam pekerjaannya. Ketiga, model tersebut juga menunjukkan bahwa akhlak mulia dan
kompetensi seseorang tidak memadai untuk menghasilkan kinerja yang diharapkan, bila ia tidak
memiliki hasrat yang kuat untuk melakukan tindakan tertentu kearah pencapaian tujuan. Dengan kata
lain, kinerja yang unggul akan diperoleh jika ada motivasi yang kuat untuk mewujudkannya. Dalam
perspektif yang sama, tetapi menggunakan istilah yang berbeda, sumber daya manusia profesional
adalah SDM yang memiliki kecerdasan spriritual, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan
kecerdasan kinestetik. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk mengakses
makna, nilai, tujuan terdalam, dan motivasi tertinggi kita. Kecerdasan emosional merujuk pada
keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan
Ciri-ciri Manajemen Sumber Daya Manusia yang profesional berikut ini bukan hanya dipersyaratkan
bagi manajer SDM saja, namun dapat juga dipakai bagi manajer atau manajemen lainnya.
Yang pertama-tama menunjukkan seorang manajer adalah manajer profesional atau bukan adalah
apakah ia tahu yang diharapkan oleh perusahaan darinya. Bagaimana caranya untuk mengetahui?
Tentunya dengna menanyakan kepada calon atasannya diperusahaan tersebut dan lepada seluruh
jajaran pimpinan lainnya. Ini yang oleh rekan-rekan kita orang pemasaran disebut berorientasi pada
kebutuhan konsumen! Seorang manajer sumber daya manusia atau manajer apapun yang merasa
dirinya termasuk kategori profesional akan selalu melakukan hal yang sama sebelum menerima
sebuah tawaran posisi. Ini adalah salah satu ciri khusus yang membedakan seorang manajer
profesional dan yang bukan.
Yang harus diketahui dan bisa dilakukan oleh seseorang yang disebut profesional tentunya harus
mencapai tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang termasuk kelompok amatir atau
yang biasa-biasa saja. Seorang petinju profesional lebih tahu banyak tentang strategi bertinju dan
berlaga untuk sepuluh ronde. Seorang petinju amatir hanya berlaga untuk tiga ronde! Dengan kata
lain, seorang profesional harus mempunyai kemampuan yang mumpuni ada aspek lain yang tidak
kalah pentingnya dengan kemampuan, yaitu sikap mental yang akan dijelaskan kemudian.
Seorang manajer profesional sadar betul bahwa ia pengetahuannya, dan keahliannya mempunyai
harga tertentu sesuai dengan harga pasarannya. Seorang manajer profesional akan mencapai suatu
tingkatan dimana ia tidak lagi dalam posisi melamar pekerjaan tetapi ia yang akan dilamar. Manajer
profesional yang mencapai tingkatan ini akan mengetahui harga yang melekat padanya. Ia tidak lagi
akan pusing dengan job grade (golongan atau kelas) dari jabatan yang didudukinya tapi yang penting
untuknya adalah apakah rupiah-nya kompetitif atau tidak. Di Indonesia sudah banyak yang
mencapai tingkatan seperti itu.
VISI 2
Peranan internet di bidang kesehatan selain mudahnya mengakses informasi kesehatan
secara otomatis juga mempengaruhi pola berfikir masyarakat di bidang kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Selain itu, informasi mengenai penyakit hingga terapi sudah
sangat marak di situs internet yang bisa dijadikan referensi pengetahuan kesehatan masyarakat.
Perkembangan teknologi komputer (informasi) yang begitu pesat telah merambah ke
berbagai sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang
yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi komputer relatif tertinggal.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur
standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap
perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang
padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di
AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasi
komputer, rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah satu
tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus
informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini adalah bagian penting dalam
manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat
(kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan
cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru.
Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi
dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara mudah dan
cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap
dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat
dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru. Dengan
berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi kesehatan di rumah sakit tidak
memberikan perhatian istimewa.
Komputer banyak berperan membantu di dunia kesehatan antara lain :
Adminstrasi.
Obat-obatan.
Penyakit diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status pasien).
Penelitian.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa tidak mudah dalam mengembangkan suatu
layanan menjadi unggulan. Tidak cukup hanya dengan suatu alat canggih
tertentu, atau seorang dokter spesialis tertentu, lalu RS mengklaim sudah
memiliki atau bisa segera memiliki layanan unggulan.
Diperlukan teamwork (multi-disiplin), leadership, komitmen dan dukungan
finansial (modal) yang tidak sedikit untuk menghasilkan suatu layanan
unggulan. Oleh karenanya, biasanya layanan unggulan ini diharapkan bisa
menjadi salah satu revenue center RS, agar sepadan dengan upaya yang
telah dikeluarkan.
VISI 4
Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah merupakan hak setiap pasien. Hal ini memacu
para penyelenggara pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit untuk secara serius berupaya
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Sekarang adalah zaman bahwa semboyan pasien
atau konsumen adalah raja, ini sudah benar-benar harus diwujudkan. Saat ini merupakan masa
keunggulan konsumen termasuk kesehatan harus berorientasi pada kepuasan pasien atau
konsumen. Aspek-aspek kepuasan pasien terdiri dari pelayanan medis, informasi, makanan,
fasilitas akomodasi, lingkungan, pelayanan keperawatan,dan jadwal visit ke pasien (Gadalean,
Chepte, & Constantin, 2011). Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi di bidang
kesehatan menimbulkan harapan akan peluang meningkatnya pelayanan kesehatan.
Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam meningkatkan kompetisi di
sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit memberikan pengaruh dalam manajemen
rumah sakit baik milik pemerintah, swasta dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk
meningkatkan pelayanan. Tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai
semakin meningkat turut memberikan warna di era globalisasi dan memacu rumah sakit untuk
memberikan layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat. Setelah pasien
pulang dari rumah sakit mereka akan mengingat kembali pengalaman mereka selama dirawat di
rumah sakit, bila mereka merasa puas akan pelayanan keperawatan maka Universitas Sumatera
Utara mereka akan kembali berobat ke rumah sakit tersebut ketika mereka membutuhkan
perawatan (Otani, Kurz, Barney, & Steven, 2004). Mutu pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra
institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat. Salah satu indikator
dari mutu pelayanan keperawatan yaitu apakah pelayanan keperawatan yang diberikan
memuaskan pasien atau tidak (Nursalam, 2011). Keberhasilan sebuah rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
pelayanan keperawatan, yang memberikan pelayanan secara terus-menerus selama 24 jam.
Dengan demikian pelayanan keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang dapat menjadi salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan serta berperan dalam
menentukan kepuasan pasien, sebagai tolok ukur mutu pelayanan