Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi kehamilan ektopik

Definisi

Ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan seltelurtelah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di salurantelur (tuba
Fallopii).

Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung
pada keja diansalpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 perseribu kehamilan.
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum
mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat
nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi
rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu (Hadijanto, 2008).

Berdasarkan lokasi terjadinya, menurutHadijanto (2008) kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi
5 berikutini :

a) Kehamilan tuba, meliputi>95 % yang terdiriatas Pars ampularis(55%),

Pars ismika(25%), pars fimbriae (17%), dan pars interstisialis(2%)

b) Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi diserviks uterus, ovarium, atau
abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan kehamilan abdominal
sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba pars abdominalis (abortustubaria)
yang kemudian embrio/buah kehamilannya mengalami reimplantasi di kavum abdomen,
misalnya di mesenterium/mesovariumatau di omentum.

c) Kehamilan intraliga menter , jumlahnya sangat sedikit

d) Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satujaninberada di kavum


uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar satu per
15.000-40.000 kehamilan.
e) Kehamilan ektopik bilateral, kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun sangat jarang
terjadi

2). Patofisiologi kehamilan ektopik

Sujiyatini dkk (2009) menyebutkan terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba.

Ada kemungkinan akibat dari halini :

a) Kemungkinan tuba abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan keujung distal
(fimbria) dan kerongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk kerongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

b) Kemungkinan rupture dinding tuba kedalam rongga peritoneum sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.

c) Faktor abortus kedalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila berimplantasi
pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau
karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam halini akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok
dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai