Anda di halaman 1dari 6

Menu Cari

Imronfauzi.wordpress.com
Ayo kita majukan Pendidikan Indonesia !!

PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA MASA DEWASA

A. Pendahuluan

Sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang
dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengartian dan
perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai perkembangan jiwa beragama pada masa dewasa.

B. Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan

Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; Saya hidup dan saya tahu
untuk apa, menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup.[1] Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha
untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:[2]

1. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang
penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran
umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2. Masa dewasa madya (middle adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan
wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.

3. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh
tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut;
perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi
psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan.
C. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain
memiliki cirri sebagai berikut:[3]

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-
ikutan.
2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap
dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan
memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap
keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuaka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan
atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga
terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama
yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga perhatian
terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

D. Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama

Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya
serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama.
Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta serta
mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience William James menilai secara garis besar sikap dan
prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:[4]

1. Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)

Menurut William James,sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah
mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Maksudnya orang tersebut meyakini
suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang
berkembang secara bertahap sejak usia kanak-kanak hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya yang
terjadi pada perkembangan secara normal. Mereka meyakini suatu agama dikarenakan oleh adanya
penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah, konflik batin ataupun sebab lainnya yang
sulit diungkapkan secara ilmiah.

Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung
menampilkan sikap:[5]

Pesimis

Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri kepada nasib yang telah mereka
terima.

Intovert
Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan penderitaan selalu
dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah diperbuat.

Menyenagi paham yang ortodoks.

Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong
mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih konservatif dan ortodoks.

2. Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)

Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck yang dikemukakan oleh W. Houston
Clark dalm bukunya Religion Psychology adalah:[6]

Optimis dan gembira

Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Pahala menurut
pandangannya adalah sebagai hasil jerih payah yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah
dan penderitaan yang dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beranggapan
sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia.

Ektrovet dan tak mendalam

Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jasmani ini menyebabkan mereka mudah
melupakankesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya.

Menyenagi ajaran ketauhidan yang liberal

Sebagai pengaruh kepribadaian yang ekstrovet maka mereka cenderung;

1) Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kakuk

2) Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas

3) Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara sosial.

E. Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa

Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa
sebagai berikut;

1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambildengan
menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang
matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah pasrah. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang
beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.

REFERENSI

[1]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 105

[2] Sururin, M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004 hal. 83
[3]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 107- 108

[4]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 124

[5]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama,. hal. 126

[6]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 130

Iklan

Suka
Jadilah yang pertama menyukai ini.

Terkait

Kematangan Beragama PERKEMBANGAN REMAJA Perkembangan pada Anak


dalam "Psikologi Agama" dalam "Psikologi Agama" dalam "Bimbingan dan
Konseling"

13 f 2009 1 Balasan

Sebelumnya Berikutnya

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

kaitokid724 pada 14 f 2009 pukul 2:58 am

Anda bisa lebih mempopulerkan artikel anda dan cari teman sebanyak-banyak di
http://www.infoGue.com
http://pendidikan.infogue.com/perkembangan_jiwa_beragama_pada_masa_dewasa

Kalender

JULI 2009

S S R K J S M
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31
Mei

Kategori

Administrasi dan Supervisi (5)


Agama (26)
Bimbingan dan Konseling (7)
Filsafat (3)
Kepemimpinan Pendidikan (2)
Pembelajaran (5)
Pendidikan Islam (10)
Penelitian (2)
Psikologi Agama (3)
Sejarah (6)
Uncategorized (8)

Arsip

Juli 2009(34)
Mei 2009(1)
Desember 2008(8)
November 2008(1)
Oktober 2008(2)
Agustus 2008(2)
Juli 2008(4)
Juni 2008(25)

Opini

Tirza Sri di MEMBACA NALAR STUDI AGAMA SAKR

mukhlas ozy di PRINSIP PRINSIP BIMBINGAN DA

Rendahnya mutu pendi di ADMINISTRASI SARANA DAN PRASAR


Primadi Setiawan di BERGAUL ALA RASULULLAH

Afis Afis di Hukum Makelar dalam Perspektif

Cari

Motto saya:

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain".

Meta

Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

View Full Site

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai