Anda di halaman 1dari 8

Statistika, Vol. 2, No.

1, Mei 2014

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN


KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH
BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

1
Safaat Yulianto, 2Kishera Hilya Hidayatullah
1,2
Akd. Statistika Muhammadiyah Semarang
Alamat e-mail :

ABSTRAK
Kesejahteraan rakyat selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran utama kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan oleh setiap negara. Dalam melaksanakan program pembangunan perlu
adanya identifikasi berdasarkan karakteristik tingkat kesejahteraan rakyat tiap daerah agar
dalam mengambil kebijakan dan strategi pembangunan dapat tepat sasaran dan tepat guna.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelompokan 35 kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah dan mengetahui karakteristik setiap kelompok berdasarkan Indikator
Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010. Meskipun dalam penelitian ini terdapat data outlier
(nilai ekstrim) yaitu Kabupaten Kudus dan Kota Surakarta, kedua data outlier tersebut
tetap dipertahankan karena tidak bisa dikatakan ada kesalahan pada proses sampling
maupun inputing data. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa
proses pengelompokan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dibentuk tiga
kelompok (klaster), dimana kelompok A beranggotakan 28 kabupaten/kota, kelompok B
beranggotakan 2 kabupaten/kota dan kelompok C beranggotakan 5 kabupaten/kota.

Kata Kunci : Average Linkage, Agglomerative, Euclidean

PENDAHULUAN persen). Dibandingkan dengan penduduk


miskin pada Bulan Maret 2009 yang
Konstitusi Indonesia UUD 1945, secara berjumlah 5,726 juta orang (17,72 persen),
eksplisit mengakui hal itu dengan berarti jumlah penduduk miskin turun
mengamanatkan bahwa tugas pokok sebanyak 356,53 ribu orang [1],[2],[4].
pemerintah Republik Indonesia adalah Meskipun jumlah penduduk miskin
memajukan kesejahteraan umum, menurun, pada kenyataannya pertumbuhan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta kesempatan kerja tidak mampu menyerap
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi pertumbuhan angkatan kerja dalam setiap
seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut tahunnya. Kondisi kemiskinan di
berarti, hidup bebas dari kemiskinan atau pemerintahan Provinsi Jawa Tengah tidak
menikmati kehidupan yang layak jauh berbeda dengan di pemerintahan
merupakan hak asasi setiap warga negara pusat, yakni masih tingginya jumlah
yang menjadi tugas pemerintah yang penduduk miskin jika dibandingkan
diwujudkan dalam pembangunan nasional. dengan provinsi lain di pulau Jawa.
Dengan demikian pengentasan kemiskinan Kemiskinan merupakan topik strategis dan
merupakan prioritas utama pembangunan. mendapatkan prioritas utama untuk
Jumlah penduduk miskin (penduduk ditangani. Hal tersebut terbukti selain di
yang berada di bawah Garis Kemiskinan) dalam Renstra Jawa Tengah (Perda No.
di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Maret 11/2003), Pergub 19 tahun 2006 tentang
2010 sebesar 5,369 juta orang (16,56 Akselerasi Renstra, Keputusan Gubernur

56
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

No. 412.6.05/55/2006 tentang METODE PENELITIAN


pembentukan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) juga Sumber Data dan Variabel Penelitian
di dalam draft Rencana Pembangunan Dalam penelitian ini, digunakan data
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa sekunder yang dipublikasikan oleh Badan
Tengah Tahun 2005-2025, kemiskinan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
merupakan salah satu dari topik strategis Tengah yaitu data indikator kesejahteraan
yang mendapat prioritas untuk penanganan rakyat Tahun 2010. Data yang digunakan
pada setiap tahapan pelaksanaannya. [11] dalam permasalahan ini ada tujuh variabel
Disamping masalah kemiskinan, angka yaitu, PDRB perkapita, kepadatan
pengangguran di Jawa Tengah juga masih penduduk, penduduk miskin, jumlah
cukup tinggi. Sesuai data Tahun 2010, angkatan kerja, pengeluaran riil perkapita
angka pengangguran masih mencapai 1,25 yang disesuaikan, angka harapan hidup
juta jiwa. Implikasinya, tingkat dan rata-rata lama sekolah. [3]
pengangguran terbuka akan semakin Ciri-ciri klaster yang baik adalah :
meningkat, jika tidak ada perubahan - Homogenitas (within-cluster), yaitu
strategi dalam penciptaan lapangan kerja. kesamaan yang tinggi antar anggota
Dalam melaksanakan program dalam satu klaster.
pembangunan perlu adanya identifikasi - Heterogenitas (between-cluster), yaitu
berdasarkan karakteristik tingkat perbedaan yang tinggi antar cluster yang
kesejahteraan rakyat tiap daerah agar satu dengan klaster yang lain [9].
dalam mengambil kebijakan dan strategi
pembangunan bisa tepat sasaran dan tepat Metode Analisis
guna.
Salah satu prasyarat keberhasilan Tahap awal dari analisis klaster adalah
program-program pembangunan sangat merumuskan masalah dengan
tergantung pada ketepatan mendefinisikan variabel-variabel yang
pengidentifikasian target group dan target dipergunakan untuk dasar pengklasteran,
area[5]. Oleh karena itu, sangat penting kemudian ukuran jarak yang tepat harus
mempertimbangkan pengelompokan dan dipilih. Ukuran jarak menentukan
karakteristik 35 kabupaten/kota di Provinsi kemiripan atau ketidakmiripan dari objek
Jawa Tengah berdasarkan indikator yang akan dikelompokan (dimasukan
kesejahteraan rakyat Tahun 2010. Analisis dalam klaster)[10]. Dilanjutkan dengan
klaster merupakan analisis yang digunakan tahap pembentukan klaster/kelompok
untuk mengelompokan pengamatan atau dengan menggunakan metode
variabel menjadi beberapa kelompok pengklasteran yang ada. Pemilihan metode
pengamatan atau variabel yang jumlahnya pengklasteran harus tepat dan sesuai untuk
lebih sedikit. Analisis klaster dilakukan memecahkan masalah yang dihadapi
jika peneliti belum mengetahui jumlah sehingga nantinya kelompok yang
kelompok baru[6]. Analisis klaster terbentuk memiliki anggota yang relatif
bertujuan untuk mengelompokan n objek homogen.
berdasarkan p variat yang memiliki Hasil akhir dari analisis merupakan
kesamaan karakteristik diantara objek- keanggotaan kelompok dari masing-
objek tersebut. Objek tersebut akan masing individu. Pengelompokan
diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih dimaksudkan untuk membentuk
klaster (kelompok) sehingga objek-objek kelompok-kelompok bagi individu
yang berada dalam satu klaster akan sedemikian sehingga keragaman antar
mempunyai kemiripan atau kesamaan individu dalam kelompok sekecil mungkin
karakter[10]. lebih kecil daripada keragaman antar

57
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

kelompok. Kelompok yang terbentuk Pandang variabel : X 1 , X 2 ,....., X p dari


menurut kriteria yang akan dipilih memuat pengukuran dilakukan terhadap setiap
semua anggota yang berdekatan satu sama individu anggota, contoh yang besarnya n
lainnya. Individu-individu yang tidak mirip yaitu individu-individu a1, a2,.....,an. Hasil
atau berjauhan akan menjadi anggota dari pengukuran variabel Xj individu ai
kelompok yang berbeda. dinyatakan dengan dij (untuk setiap
Oleh karena tujuan pengklasteran ialah i=1,2,....,n dan j=1,2,.....,p ).
untuk mengelompokan obyek yang mirip
dalam klaster yang sama, maka beberapa d 11 d12 d 1 p
d d 22 d 2 p
ukuran diperlukan untuk mengakses
dij = 21
seberapa mirip atau berbeda obyek-obyek
tersebut. Pendekatan yang paling biasa
ialah mengukur kemiripan dinyatakan d n1 d n 2 d np
dalam jarak (distance) antara pasangan dij menjelaskan fungsi jarak antara individu
obyek. Makin besar nilai ukuran ke-i dan ke-j, dengan jumlah contoh
kemiripan atau jarak antar dua buah objek, anggota n dan p sama. Misal a dan b jarak
makin besar pula perbedaan antara dua antar individu[7].
objek tersebut, sehingga makin cenderung Maka fungsi jarak d (a,b) mempunyai sifat
untuk tidak menganggapnya kedalam sebagai berikut:
kelompok yang sama. a. Simetri, d (a,b) = d (b,a)
Terdapat beberapa cara dalam b. Positif, d (a,b) 0
mengukur jarak, yaitu: c. d (a1,a2) = 0
a. Menggunakan jarak euclidean, yaitu d. (a,b) meningkat seiring tidak miripnya
jarak berupa akar jumlah kuadrat a dan b
perbedaan nilai untuk tiap variabel. e. (a,c) d (a,b) + d (b,c)
Jika x ( x1 , x 2 ,..., x p ) Semakin kecil nilai d, maka semakin besar
kemiripan antara kedua pengamatan
y ( y1 , y 2 ,..., y p ) maka tersebut. Sebaliknya bila d besar, semakin
d (x, y) (x1 y1 ) 2 (x2 y2 )2 ... (x p y p ) 2 besar ketidakmiripan dari pengamatan
(1) tersebut.
b. Menggunakan jarak kuadrat euclidean Ukuran kedekatan yang digunakan adalah
(squared euclidean distance). jarak Euclidian, yang merupakan jarak
c. The City Block or Manhattan Distance antar individu jika terdapat p variabel
antara dua objek merupakan jumlah maka jarak individu ke-i dan ke-j
nilai perbedaan mutlak untuk tiap Langkah yang dilakukan dalam
variabel. Jarak ini juga disebut jarak pengklasteran :
Minkowski. 1. Sampel yang diambil harus benar-benar
Jika x' ( x1 , x 2 ,..., x p ) ; p adalah bisa mewakili populasi.
variabel. Maka xi ' ( x i1 , xi 2 ,..., xip ) 2. Pengujian Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk
adalah kumpulan variabel pada obyek
mengetahui ada tidaknya variabel
ke-i
1 independen yang memiliki kemiripan
p r
dengan variabel independen lain.

r
d ij x ik y ik
k 1 lainnya.
(2) 3. Transformasi Data
dengan dij = jarak antar dua obyek ke-i Jika terdapat perbedaan nilai yang besar
dan obyek ke-j antar variabel yang dapat menyebabkan
d. The Chebyshev Distance antar dua bias dalam analisis klaster maka data
obyek ialah nilai perbedaan mutlak asli perlu ditransformasi
yang maksimum pada tiap variabel.

58
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

(standarisasi)[9]. Misalnya, ada yang b. Membentuk klaster secara hierarkis


dalam satuan juta dan ada yang satuan Dalam metode ini menggunakan
puluhan atau bahkan lebih kecil. aglomerasi. Dalam metode aglomerasi
Perbedaan data yang besar akan tiap observasi pada mulanya dianggap
menyebabkan perhitungan jarak sebagai cluster tersendiri sehingga
menjadi tidak valid. terdapat cluster sebanyak jumlah
4. Pengujian Data Outlier observasi. Kemudian dua cluster yang
Data outlier adalah data yang secara terdekat kesamaannya digabung
nyata berbeda dengan data-data yang menjadi suatu cluster baru, sehingga
lain[7]. Outliers adalah obyek-obyek jumlah cluster berkurang satu pada tiap
dengan profil-profil yang berbeda atau tahap.
value yang berbeda dalam satu sampel c. Melakukan interpretasi terhadap klaster
atau variabel[8]. Deteksi terhadap yang terbentuk
univariat outlier dapat dilakukan Tahap akhir dari analisis klaster adalah
dengan menentukan nilai batas yang menginterpretasikan dari klaster-klaster
akan dikategorikan sebagai data outlier yang terbentuk.
yaitu dengan cara mengkonversi nilai
data ke dalam skor standardized atau
yang biasa disebut z-score, yang HASIL PENELITIAN
memiliki nilai means (rata-rata) sama
dengan nol dan standar deviasi sama Analisis deskriptif dari indikator
dengan satu. Jika sebuah data outlier, kesejahteraan rakyat sebagai berikut:
maka nilai z terletak dalam selang (-2,5 Tabel 1 Ringkasan Statistik Deskriptif Berdasarkan
; +2,5)[9]. Jika data diketahui terdapat Indikator Kesejahteraan Rakyat
satu atau lebih data outlier, pada outlier Var Maksimum Minimum
tersebut bisa dilakukan beberapa
penanganan : Kab. Rp.39.173.0 Kab. Rp.4.795.
X1
Kudus 50,68 Grobogan 686,22
a. Data outlier dihilangkan, jika data Kab. 11.341 jiwa 462 jiwa
outlier tersebut didapat karena X2 Kab. Blora
Surakarta per km2 per km2
kesalahan pengambilan data, Kab. 398.700 Kota 12.400
X3
kesalahan inputing pada komputer Brebes jiwa Magelang jiwa
dan sebagainya. Kab. 884.757 Kota 61.945
X4
Brebes jiwa Magelang jiwa
b. Data outlier tetap dipertahankan
Kota Kab. Rp.
(retensi), dan tidak perlu X5
Tegal
Rp. 648.660
Sragen 627.150
dihilangkan, jika tidak terdapat Kab. 67,37
X6 Kab. Pati 72,77 tahun
kesalahan pada proses sampling Brebes tahun
maupun inputing data. X7
Kota
10,32 tahun
Kab.
5,62
Surakarta Brebes
5. Analisis Klaster
*Sumber : Analisis Deskriptif Indikator
Metode yang digunakan adalah metode Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010
hierarki (average linkage) dengan teknik
agglomerative dan ukuran jarak euclidean. Analisis Klaster dengan Metode
Langkah-langkah pengelompokan dalam Hierarki
analisis klaster dengan metode hierarki
mencakup tiga hal, yaitu : Penggabungan objek tersebut dapat
a. Mengukur kesamaan jarak ditunjukkan dengan jelas pada gambar
Hal yang penting dalam dendogram pengelompokan kabupaten/
penggerombolan adalah bagaimana kota berdasarkan indikator kesejahteraan
mengkuantifikasi ukuran kemiripan rakyat di Provinsi Jawa Tengah.
antar objek. Berdasarkan hasil proses analisis klaster

59
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

hierarki yang menggunakan dendogram 12.Pada tahap 12 objek 6 dan 17


dengan metode average linkage, maka bergabung menjadi kelompok 6.
diperoleh 3 kelompok kabupaten/kota 13.Pada tahap 13 objek 14 bergabung
seperti yang tampak pada gambar berikut : dengan kelompok 22 menjadi kelompok
14 yang terdiri dari 3 objek (14,22,23).
Dendrogram
14.Pada tahap 14 objek 13 bergabung
Average Linkage; Euclidean Distance
dengan kelompok 12 menjadi kelompok
42,33 12 yang terdiri dari 3 objek (12,13,18).
15.Pada tahap 15 objek 2 bergabung
61,55
dengan kelompok 5 menjadi kelompok
Distance

5 yang terdiri dari 3 objek (2,5,15).


16.Pada tahap 16 objek 8 bergabung
80,78
dengan kelompok 3 menjadi kelompok
3 yang terdiri dari 8 objek
100,00
1 2 5 1 5 24 26 27 28 3 7 4 25 8 9 20 2 1 6 17 16 14 22 23 1 0 12 18 13 11 29 19 3 3 30 32 34 35 31 (3,7,4,25,8,9,20,21).
Kabupaten/Kota
17.Pada tahap 17 objek 16 bergabung
Gambar 1 Dendogram Analisis Klaster Hierarki dengan kelompok 6 menjadi kelompok
Metode Average Linkage 6 yang terdiri dari 3 objek (6,17,16).
18.Proses penggabungan dilakukan hingga
Teknis pengelompokan hierarki tersebut tahap 34 dimana kelompok 1 bergabung
dapat dijelaskan dengan Amalgamation dengan kelompok 19 menjadi satu
Steps berikut: kelompok yang terdiri dari keseluruhan
1. Pada tahap 1 objek 9 dan 20 bergabung objek (35 objek).
menjadi kelompok 9. Terdapat tiga kelompok klaster dalam
2. Pada tahap 2 objek 3 dan 7 bergabung analisis tersebut, kelompok 1 terdiri dari
menjadi kelompok 3. 28 kabupaten/kota yaitu Kab. Cilacap,
3. Pada tahap 3 objek 24 dan 26 Kab. Banyumas, Kab. Purbalingga, Kab.
bergabung menjadi kelompok 24. Banjarnegara, Kab. Kebumen, Kab.
4. Pada tahap 4 objek 5 dan 15 bergabung Purworejo, Kab. Wonosobo, Kab.
menjadi kelompok 5. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten,
5. Pada tahap 5 objek 12 dan 18 Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab.
bergabung menjadi kelompok 12. Karanganyar, Kab. Sragen, Kab.
6. Pada tahap 6 objek 8 bergabung dengan Grobogan, Kab. Blora, Kab. Rembang,
kelompok 9 menjadi kelompok 8 yang Kab. Pati, Kab. Jepara, Kab. Demak, Kab.
terdiri dari 3 objek (8,9,20). Semarang, Kab. Temanggung, Kab.
7. Pada tahap 7 objek 4 bergabung dengan Kendal, Kab. Batang, Kab. Pekalongan,
kelompok 3 menjadi kelompok 3 yang Kab. Pemalang, Kab. Tegal, dan Kab.
terdiri dari 3 objek (3,7,4). Brebes. Kelompok 2 terdiri dari 2
8. Pada tahap 8 objek 22 dan 23 kabupaten/kota yaitu Kab. Kudus dan Kota
bergabung menjadi kelompok 22. Semarang. Kelompok 3 terdiri dari 5
9. Pada tahap 9 objek 21 bergabung kabupaten/kota yaitu Kota Magelang, Kota
dengan kelompok 8 menjadi kelompok Surakarta, Kota Salatiga, Kota Pekalongan
8 yang terdiri dari 4 objek (8,9,20,21). dan Kota Tegal.
10.Pada tahap 10 objek 25 bergabung
dengan kelompok 3 menjadi kelompok Karakteristik Kelompok
3 yang terdiri dari 4 objek (3,7,4,25). Untuk mengetahui karakteristik setiap
11.Pada tahap 11 objek 27 dan 28 klaster maka perlu dihitung nilai rata-rata
bergabung menjadi kelompok 27. untuk setiap klasternya. Data rata-rata hasil

60
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

pengelompokan analisis klaster dapat angkatan kerja (X4) dan angka


diperoleh sebagai berikut: harapan hidup (X6) memiliki nilai
Tabel 2 Data Rata-rata Analisis Klaster dari yang paling tinggi dibandingkan
Variabel Indikator Kesejahteraan Rakyat di kelompok lain. Selain itu dapat
Provinsi Jawa Tengah dilihat pula kepadatan penduduk
(X2), penduduk miskin (X3) dan
Var Satuan Klp A Klp B Klp C
pengeluaran riil perkapita (X5) dan
1 juta rupiah 8.303 33.636 13.702 rata-rata lama sekolah (X7)
2 Jiwa/km2 978 2.996 6.857 memiliki nilai yang cukup tinggi
3 ribu jiwa 175 74 29
4 ribu jiwa 534 608 134 (sedang). Dilihat dari aspek
5 ribu rupiah 635 640 645 kesehatan yang diwakili oleh
6 tahun 70,25 70,82 70,38 variabel X6, dapat kita simpulkan
7 tahun 6,91 9,05 9,42 bahwa anak-anak pada kelompok
ini yang lahir tahun 2010
Dengan menggunakan nilai rata-rata diperkirakan rata-rata hidup sampai
variabel untuk setiap kelompok, maka usia 71 tahun. Kemudian dari aspek
dapat diketahui karakteristik tiap pendidikan yang diwakili oleh
kelompok sebagai berikut : variabel X7, dapat kita simpulkan
1. Kelompok A dapat dilihat untuk bahwa kelompok ini juga sudah
PDRB perkapita (X1), kepadatan memiliki pendidikan yang baik,
penduduk (X2), pengeluaran riil karena masyarakat pada kelompok
perkapita (X5), angka harapan ini rata-rata menempuh jenjang
hidup (X6) dan rata-rata lama pendidikan sampai kelas 1
sekolah (X7) memiliki nilai yang SMA/sederajat. Artinya program 9
paling rendah diantara kelompok tahun yang digalakan pemerintah
lain, sedangkan untuk penduduk sudah tercapai.
miskin (X3) memiliki nilai yang 3. Kelompok C dapat dilihat untuk
paling tinggi diantara kelompok PDRB perkapita (X1) dan angka
yang lain. Selain itu dapat dilihat harapan hidup (X6) memiliki nilai
pula jumlah angkatan kerja (X4) yang cukup tinggi (sedang). Selain
yang cukup tinggi (sedang). Dilihat itu dapat dilihat kepadatan
dari aspek kesehatan yang diwakili penduduk (X2) memiliki nilai yang
oleh variabel X6, dapat kita paling tinggi dan penduduk miskin
simpulkan bahwa anak-anak pada (X3) memiliki nilai yang paling
kelompok ini yang lahir tahun 2010 rendah. Hal ini berarti masyarakat
diperkirakan rata-rata hidup sampai pada kelompok ini tinggal di
usia 71 tahun. Kemudian dari aspek daerah perkotaan yang padat
pendidikan yang diwakili oleh penduduk namun tidak banyak
variabel X7, dapat kita simpulkan penduduk miskin. Selain itu jumlah
bahwa kelompok ini belum angkatan kerja (X4) memiliki nilai
memiliki kualitas pendidikan yang yang paling rendah, sedangkan
baik, karena masyarakat pada pengeluaran riil perkapita (X5) dan
kelompok ini rata-rata menempuh rata-rata lama sekolah (X7)
jenjang pendidikan sampai kelas 1 memiliki nilai yang paling tinggi.
SMP/sederajat. Artinya program 9 Dilihat dari aspek kesehatan yang
tahun yang digalakan pemerintah diwakili oleh variabel X6, dapat
belum tercapai. kita simpulkan bahwa anak-anak
2. Kelompok B dapat dilihat untuk pada kelompok ini yang lahir tahun
PDRB perkapita (X1), jumlah 2010 diperkirakan rata-rata hidup

61
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

sampai usia 71 tahun. Kemudian Kab. Purbalingga, Kab.


dari aspek pendidikan yang Banjarnegara, Kab. Kebumen, Kab.
diwakili oleh variabel X7, dapat Purworejo, Kab. Wonosobo, Kab.
kita simpulkan bahwa kelompok ini Magelang, Kab. Boyolali, Kab.
sudah memiliki pendidikan yang Klaten, Kab. Sukoharjo, Kab.
baik, karena masyarakat pada Wonogiri, Kab. Karanganyar, Kab.
kelompok ini rata-rata menempuh Sragen, Kab. Grobogan, Kab. Blora,
jenjang pendidikan sampai kelas 1 Kab. Rembang, Kab. Pati, Kab.
SMA/sederajat. Artinya program 9 Jepara, Kab. Demak, Kab.
tahun yang digalakan pemerintah Semarang, Kab. Temanggung, Kab.
sudah tercapai. Kendal, Kab. Batang, Kab.
Pekalongan, Kab. Pemalang, Kab.
Tegal, dan Kab. Brebes.
KESIMPULAN b. Kelompok B terdiri dari 2 wilayah
yaitu, Kab. Kudus dan Kota
Dari hasil analisis dan pembahasan, Semarang
maka dapat diambil beberapa kesimpulan c. Kelompok C terdiri dari 5 wilayah
yaitu : yaitu Kota Magelang, Kota
1. Gambaran umum kesejahteraan Surakarta, Kota Salatiga, Kota
masyarakat Provinsi Jawa Tengah Pekalongan dan Kota Tegal.
berdasarkan Indikator Kesejahteraan
Rakyat Tahun 2010 adalah masih belum
merata. Hal ini dapat dilihat dari DAFTAR PUSTAKA
banyaknya jumlah penduduk miskin
khususnya di Kabupaten Brebes dan [1] Badan Pusat Statistik. 2009. Indikator
kepadatan penduduk yang tinggi di Kesejahteraan Rakyat 2009. Semarang
Kota Surakarta. Umumnya penduduk di : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
Provinsi Jawa Tengah lebih memilih Tengah.
tinggal di perkotaan, sehingga jumlah [2] .2010. PDRB Jawa Tengah
penduduk belum tersebar secara merata. 2010. Semarang : Badan Pusat Statistik
Sedangkan dilihat dari PDRB perkapita, Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Kudus memiliki PDRB [3] .2011. Jawa Tengah Dalam
perkapita yang paling tinggi dibanding Angka 2011. Semarang : Badan Pusat
lainnya. Kemudian, jumlah angkatan Statistik Provinsi Jawa Tengah.
kerja di Jawa Tengah yang paling [4] .2011. Indikator Ekonomi
banyak dimiliki oleh Kota Semarang. 2011. Semarang : Badan Pusat Statistik
Dari aspek kesehatan yaitu angka Provinsi Jawa Tengah.
harapan hidup di Jawa Tengah yang [5] Basri F H. 1995. Perekonomian
paling tinggi dimiliki oleh Kabupaten Indonesia Menjelang Abad XXI :
Pati. Sedangkan dilihat dari aspek Distorsi, Peluang dan Kendala.
pendidikan yaitu rata-rata lama sekolah Jakarta: Erlangga.
yang paling tinggi dimiliki oleh Kota [6] Iriawan, N., Astuti S.P. 2006.
Surakarta. Mengolah Data Statistik dengan
2. Pengelompokan 35 Kabupaten/Kota di Mudah Menggunakan Minitab 14.
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Jakarta : CV ANDI.
indikator kesejahteraan rakyat Tahun [7] Nugroho, S. 2008. Statistik Multivariat
2010 dapat dibentuk 3 kelompok yaitu : Terapan. Bengkulu : UNIB Press.
[8] Prayudho, B.J. 2009. Analisis Cluster.
a. Kelompok A terdiri dari 28 wilayah
[terhubung berkala].
yaitu, Kab. Cilacap, Kab. Banyumas,

62
Statistika, Vol. 2, No. 1, Mei 2014

http://prayudho.wordpress.com/2008/1
2/30/analisis-cluster/. [17 Juni 2012]
[9] Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS
Statistik Multivariat. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
[10] Supranto, J. 2004. Analisis
Multivariat Arti dan Interpretasi.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
[11] [[TNP2K]. 2011. Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Glosarium. [terhubung
berkala].
http://data.tnp2k.go.id/?q=category/da
ta/ glosarium. [02 Juli 2012].

63

Anda mungkin juga menyukai