Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guna menyediakan barang kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat

tentunya pedagang memerlukan modal yang semakin meningkat. Untuk

peningkatan modal pedagang melakukan berbagai cara guna memenuhi

kebutuhan akan modal, antara lain dari lembaga keuangan dan lembaga non

keuangan baik yang resmi atau tidak resmi.(Indrawati,2014)

Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk

berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan

sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang

menambah kekayaan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sumber modal antara

lain : modal sendiri, yang merupakan modal yang diperoleh dari si pemilik usaha

tersebut, berasal dari tabungan, saudara, hibah, sumbangan dan lain

sebagainya. Modal pinjaman yang berasal dari pinjaman perbankan atau

lembaga keuangan lainnya. Sedangkan modal lainnya berasal dari lembaga

keuangan tidak resmi seperti rentenir, lintah darat dan peretas uang.

Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup berlangsung sejak

manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi

kebutuhan tersebut adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana

pendukungnya. Pasar merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi salah satu

perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Pasar selama ini sudah

menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam kehidupan masyarakat

sehari-hari, bagi masyarakat pasar tidak hanya sebagai tempat bertemunya

penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi sosial. Para

1
ahli ekonomi, mendeskripsikan pasar sebagai kumpulan penjual dan pembeli

yang melakukan transaksi atas produk tertentu atau kelompok produk tertentu

(Hakim, 2005).

Secara umum masyarakat mengenal 2 jenis pasar, yaitu pasar tradisional

dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara

langsung. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan

makanan berupa ikan, buah-buahan, sayur, telur, daging, pakaian, elektronik,

jasa dan lain-lain. Pasar seperti ini masih banyak dijumpai di Indonesia dan

umumnya terletak di dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli

untuk mencapai pasar. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan

manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai

penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada

konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar

modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre,

waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya.

Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain

menyediakan barangbarang lokal, pasar modern juga menyediakan barang

impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena

melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak

memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern

umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi

harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum

dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang

2
baik salah satunya mengandalkan keramahan,kerapihan dan juga fasilitas seperti

pendingin udara (Fadhilah, 2011).

Pasar tradisional ini merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh

pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan

Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha

berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,

menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar

(Peraturan Presiden RI No.12 Tahun 2007).

Pasar tradisional mempunyai peran strategis dalam hal penyerapan

tenaga kerja. Menurut data BPS (2012) menunjukkan bahwa sektor ritel mampu

menyerap 23,4 juta tenaga kerja atau sekitar 21,3% dari total tenaga kerja

Indonesia. Dengan jumlah tersebut, penyerapan tenaga kerja di sektor ritel

menempati urutan kedua setelah sektor pertanian yang menampung 39,3 juta

tenaga kerja atau sekitar 35,8% dari total tenaga kerja Indonesia. Khusus sektor

ritel di Pasar tradisional sendiri, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan

mencatat bahwa terdapat 13.450 pasar tradisional di seluruh Indonesia dengan

12,6 juta pedagang yang melayani kebutuhan sehari-hari dari hampir 60%

populasi Indonesia. (Irnawati, 2014)

Di Indonesia, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Harian Kompas

menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 13.450 pasar tradisional atau dalam

konteks paper ini pasar lokal yang masih eksis yang menampung sekitar 12,6

juta pedagang (Kompas, 2006). Sementara di Kota Makassar sendiri,Terdapat 20

unit pasar tradisional yang di kelola langsung oleh PD Pasar Makassar Raya

termasuk dua pasar darurat yang sektor utara dan sektor selatan, yaitu: Unit

3
Pasar Makassar Mall, Unit Pasar Terong, Unit Pasar Butung, Unit Pasar

Kampung Baru, Unit Pasar Pannampu, Unit Pasar Kalimbu, unit pasar Kerung-

Kerung, Unit Pasar Maricaya, unit pasar Cendrawasih, Unit Pasar Sawah, Unit

Pasar Mamajang, Unit Pasar Sambung Jawa, Unit Pasar Pabaeng-Baeng, Unit

Pasar Pabaeng-Baeng Timur, Unit Pasar Parang Tambung, Unit Pasar

Panakukang, Unit Pasar Niaga Daya, Unit Pasar Mandai, Unit Pasar Darurat

Utara, Unit Pasar Darurat Selatan.

Tabel 1.1
Nama Pasar Tradisional Yang Ada di Kota Makassar beserta
Jumlah Pedagang
NO NAMA PASAR TRADISIONAL JUMLAH PEDAGANG
1 Unit Pasar Makassar Mall 1.946
2 Unit Pasar Butung 734
3 Unit Pasar Niaga Daya 663
4 Unit Pasar Terong 572
5 Unit Pasar Mandai 269
6 Unit Pasar Pannampu 246
7 unit pasar Pabaeng-Baeng 245
8 Unit Pasar Pabaeng-Baeng Timur 215
9 unit Pasar Maricaya 197
10 Unit Pasar Sawah
11 Unit Pasar Mamajang
12 Unit Pasar Sambung Jawa
13 Unit Pasar Kampung Baru
14 Unit Pasar Kalimbu
15 Unit Pasar Parang Tambung
16 Unit Pasar Panakukang
17 Unit Pasar Kerung-kerung
18 Unit Pasar Cendrawasih
19 Unit Pasar Darurat Utara
20 Unit Pasar Darurat Selatan.
Sumber:

Sebagai daerah yang semakin berkembang Kota Makassar memiliki

sarana pasar yang tersebar di Kecamatan yang ada, baik pasar moderen

maupun pasar tradisional. Pasar tradisional tersebar pada setiap Kecamatan di

4
Kota Makassar. Pada umumnya para pedagang di pasar tradisional terdiri dari

banyak pedagang untuk satu komoditi dan tidak bersifat monopoli, sehingga

persaingan diantara para pedagang dalam menentukan harga tergantung dari

margin yang mereka inginkan atas komoditi tersebut. Margin yang mereka

tetapkan tergantung pada biaya yang mereka keluarkan untuk mendatangkan

barang tersebut dari daerah lain, serta biaya-biaya lainnya seperti sewa lapak

dan biaya untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produk tersebut dan berapa

harga yang ditetapkan para pesaingnya.(Fatma,2014)

Dalam melakukan kegiatan ekonomi, pedagang mempunyai berbagai

pertimbangan. Pertimbangan pedagang tersebut adalah ketika menentukan

pilihan konsumsi maupun penentuan sumber permodalan yang digunakan untuk

memenuhi faktor produksinya. Sumber permodalan bagi pedagang diperlukan

untuk menunjang kelancaran dalam menyediakan barang-barang dagangannya,

karena salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan seorang pedagang dalam

membangun sebuah usaha adalah dana atau yang dikenal dengan modal. Modal

usaha mutlak diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha. Namun

permasalahan umum yang sering dijumpai adalah keterbatasan modal itu sendiri.

Keterbatasan modal akan membatasi ruang gerak pedagang kecil dalam

menjalankan serta meningkatkan usahanya. Dengan kepemilikan modal yang

terbatas para pedagang kecil sulit untuk mengembangkan usahanya. Modal

usaha dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan modal dari luar

antara lain lembaga-lembaga keuangan. (Zazkia, 2015)

Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, pedagang

pasar tradisonal masih mengalami banyak kesulitan. Salah satu kesulitan yang

dialami pedagang dalam upaya mengembangkan usahanya adalah keterbatasan

5
permodalan. Keterbatasan modal pada pedagang pasar tradisonal disebabkan

adanya beberapa hambatan yang dihadapi para pedagang dalam mengakses

modal kerja dari perbankan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain;

ketidaktahuan tentang prosedur pengajuan kredit (kelemahan informasi),

prosedur pengajuan kredit yang berbelit-belit dan banyak persyaratan, serta

adanya kekhawatiran kredit yang diajukan tidak memenuhi standar (Tambunan,

2002).

Menurut Widiyanto,kesulitan yang dialami pedagang kecil dalam upaya

mengembangkan usahanya adalah kesulitan permodalan. Hal ini terutama

disebabkan karena kesulitan mendapatkan dana investasi dan modal kerja dari

lembaga keuangan perbankan, karena hingga saat ini lembaga perbankan yang

ada belum mampu menjangkau pengusaha kecil (Widiyanto 2000). Penyebab

kesulitan ini adalah upaya penyaluran kredit bank menggunakan penilaian 5C

yaitu Caracter, Capasity, Capital. Collateral dan Condition, yang mana

persyaratan ini sulit dipenuhi oleh pedagang-peadagang kecil. Disamping itu ada

dari kalangan pedagang kecil yang berpendapat bahwa bunga bank adalah riba

dan haram hukumnya.

Laju inflasi yang stabil dan cenderung rendah tentunya mendukung

terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap

seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil. Bagi golongan masyarakat ini,

harga-harga yang terus melambung menyebabkan kemampuan daya beli untuk

memenuhi kebutuhan dasar akan semakin rendah. Hal ini akan mempersulit

dunia usaha dalam perencanaan kegiatan bisnis, baik dalam kegiatan produksi

dan investasi maupun dalam penetuan harga barang dan jasa yang

6
diproduksinya. Kondisi ini akan menyebabkan permintaan akan kredit modal

menurun (Akhmad, 2010:13)

Sementara itu suku bunga kredit juga dipengaruhi oleh jumlah dana pihak

ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. semakin banyak jumlah dana dari

masyarakat yang berhasil dihimpun oleh perbankan maka suku bungan pinjaman

menurun. Selain itu resiko atas penyaluran kredit juga mempengaruhi tinggi atau

rendahnya bunga pinjaman, dimana semakin banyak jumlah dana pihak ketiga

maka suku bunga pinjaman akan menurun juga. (Mishkin, 2008: 299)

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

menarik untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

permintaan modal pedagang pasar tradisional Di Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada paparan

sebelumnya, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana tingkat pendidikan, agunan, waktu tunggu, jenis modal dan

bunga berpengaruh terhadap permintaan modal pedagang di Pasar tradisional

Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penulisan ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pendidikan,

agunan, waktu tunggu, jenis modal dan bunga terhadap permintaan modal

pedagang di Pasar tradisional Kota Makassar

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menempuh ujian akhir di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan Ilmu Ekonomi

7
Universitas Hasanuddin. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pada penelitian yang relevan dan

bagi pihak pihak yang berkepentingan.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan

dan bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah pengalaman

keterampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian sekaligus

merupakan suatu latihan penulisan ilmiah dalam menyelesaikan studi di

perguruan tinggi.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Issue Teoritis Tentang Modal Usaha

Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

Listyawan (2011) modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk)

untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang,

dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang

menambah kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan

sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan

bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-

galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah

usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting

tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi

bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan

dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005).

Menurut Riyanto (1997) pengertian modal usaha sebagai ikhtisar neraca

suatu perusahaan yang menggunakan modal konkrit dan modal abstrak. Modal

konkrit dimaksudkan sebagai modal aktif sedangkan modal abstrak dimaksudkan

sebagai modal pasif. Dalam ilmu ekonomi, istilah capital (modal) merupakan

konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks

penggunaannya dan aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal

juga mengalami perubahan atau perkembangan. Istilah modal yang biasa

dipergunakan pada abad ke-16 dan abad ke-17 menunjukkan pengertian kepada

dua hal. Pertama, modal dalam pengertian persediaan uang yang digunakan

9
untuk membeli barang yang akandijual untuk mendapatkan keuntungan dalam

perdagangan. Kedua, modal dengan maksud untuk menggambarkan persediaan

yang berupa barang-barang. Oleh sebab itu maka istilah modal digunakan

untuk kedua pengertian yaitu konsep keuangan dan konsep barang

(Komaruddin, 1991).

John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy (dalam Komaruddin,

1991) menggunakan istilah modal dalam pengertian: (1) barangbarang fisik

yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang lainnya, dan (2) sejumlah

dana yang tersedia untuk menyewa tenaga kerja. Pada akhir abad ke-19, modal

dalam pengertian barang-barang fisik yang digunakan dalam proses produksi

ditinjau sebagai salah satu dari keempat faktor dasar dalam produksi.Yang

lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau keusahawanan.

Sekarang, modal sebagai suatu konsep ekonomi dipergunakan dalam konteks

yang berbeda-beda. Mubyarto (1989) memberikan definisi modal

sebagaisumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia.

Kadangkadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai

sumbersumber ekonomi non-manusiawi termasuk tanah. Definisi modal yang lain

yaitu merupakan barang atau uang, yang bersama-sama faktor produksi tanah

dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Dalam artian yang lebih

luas, dan dalam tradisi pandangan ekonomi non-Marxian pada umumnya, modal

mengacu kepada asset yang dimiliki seseorang sebagai kekayaan yang tidak

segera dikonsumsi melainkan disimpan (saving) atau dipakai untuk

menghasilkan barang atau jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat

berwujud barang dan uang (www.ut.ac.id, 2011).

10
Akan tetapi, tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah

uang itu menjadi modal apabila uang tersebut ditanam atau diinvestasikan untuk

menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada

investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok

barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi,

atau dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa

pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan (www.ut.ac.id, 2011).

Adam Smith dalam The Wealth of Nation (dalam www.ut.ac.id, 2011)

menggunakan istilah capital dan circulating capital. Pembedaan ini didasarkan

atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu terkonsumsi dalam jangka waktu

tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur modal itu dalam jangka waktu

tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil) nilainya

menjadi susut, maka unsur itu disebut fixed capital dalam bentuk bangunan

pabrik,mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-

barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru. Tetapi

jika unsur modal terkonsumsi secara total, maka disebut circulating capital dalam

bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk

diolah menjadi barang jadi.

Modal terdiri atas 3 macam yaitu modal sendiri, modal asing (pinjaman),

dan modal patungan. Modal sendiri menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan

bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri.

Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara, dan lain

sebagainya. Kelebihan modal sendiri yaitu, tidak ada biaya seperti biaya bunga

atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan; tidak

tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik

11
modal; tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang

relatif lama; tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang

ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya

pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain. Adapun kekurangan modal sendiri

yaitu jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu

sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas; perolehan modal

sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon pemegang saham

baru) sulit karena mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek

usahanya ; kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunaka

modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan modal asing.

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh

dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan

modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam

jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya

timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan

sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari pinjaman

dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun pemerintah atau

perbankan asing; pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan

pegadaian, modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau

lembaga pembiayaan lainnya; pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Kelebihan modal pinjaman yaitu jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan

dapat mengajukan modal pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang

diajukan perusahaan layak, perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak

berusaha menawarkan dananya ke perusahaan yang dinilai memiliki prospek

12
cerah; motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan

modal sendiri. Jika menggunakan modal asing, motivasi pemilik untuk

memajukan usaha tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman.

Selain itu, perusahaan juga berusaha menjaga image dan kepercayaan

perusahaan yang memberi pinjaman agar tidak tercemar. Kekurangan modal

pinjaman yaitu dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi.

Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai

kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya provisi

dan komisi, materai dan asuransi;harus dikembalikan. Modal asing wajib

dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan

yang sedang mengalami likuiditas merupakan beban yang harus ditanggung;

beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang

mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman sehingga akan

menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir,

2007:91).

Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha

dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan

menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau

beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar,

2010:15).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah

harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiata usaha dengan

tujuan memperoleh laba yang optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan

pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Makassar.

13
2.1.2 Issue Teoritis Tentang Permintaan Modal Usaha

2.2 Hubungan Antar Variabel

2.2.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan Tarhadap Tingkat Permintaan Modal

Para pelaku ekonomi memandang modal fisik sebagai faktor yang paling

menentukan dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan telah

merekomendasikan bahwa tingkat pertumbuhan modal di negara berkembang

harus ditingkatkan. Untuk itu, yang ditujukan untuk mempercepat proses

pertumbuhan ekonomi dan menaikkan tingkat kehidupan penduduk. Pendidikan

berhubungan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian dan

keterampilan dari manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan.

Pendididkan juga dikatakan sebagai modal manusia (humancapital).

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berlangsung

seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat, oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah(Fuad Ihsan, 2001) Pendidikan

memberikan banyak manfaat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

maka semakin tinggi pula tingkat produkfitasnya. Apabila produktifitasnya tinggi,

semakin besar pula penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi tidak

menutup kemungkinan suatu saat seseorang membutuhkan dana yang

mendesak dan jumlahnya besar. Pendidikan memberikan pengetahuan tentang

lembaga jasa keuangan untuk mengatasi masalah kebutuhan, sehingga dengan

kemampuan dan potensi yang di milikinya lebih mudah dalam proses

pengambilan dan pengembalian kredit.

2.2.2 Pengaruh Agunan (Jaminan) Terhadap Tingkat Permintaan Modal

14
Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila

debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan

kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak

mampu membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit

yang telah diberikannya.

Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang

menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun

yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian

hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Dengan demikian, segala

harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala orang

tersebut membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas

sebagai jaminan.

Terhadap jaminan ini akan timbul masalah manakala seorang debitur

memiliki lebih dari seorang kreditur di mana masing-masing kreditur

menginginkan haknya didahulukan. Hukum mengantisipasi keadaan demikian

dengan membuat jaminan yang secara khusus diperjanjikan dengan hak-hak

istimewa seperti hak tanggungan, fiducia, gadai, maupun cessie piutang. Kreditur

yang memegang hak tersebut memiliki hak utama untuk mendapatkan

pembayaran kredit seluruhnya dari hasil penjualan benda jaminan. Apabila

terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan terebut dapat diberikan

kepada kreditur lain.

Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian

pokok. Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan

tidak mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir,

maka perjanjian penjaminan akan berakhir pula.

15
Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU

Perbankan yang menyatakan bahwa : Dalam memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan

serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa

keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi

kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan

tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang

seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari

nasabah debitur.

Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah

mempertimbangkan dua faktor, Secured, artinya jaminan kredit mengikat secara

yuridis formal sehingga apabila suatu hari nanti nasabah debitur melakukan

wanprestasi (cedera janji), maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan

tindakan eksekusi. Dan marketable, artinya bila jaminan tersebut hendak

dieksekusi, dapat segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban

debitur .

2.2.3 Pengaruh Waktu Tunggu Terhadap Tingkat Permintaan Modal

2.2.4 Pengaruh Jenis Modal Terhadap Tingkat Permintaan Modal

2.2.5 Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Tingkat Permintaan Modal

Tingkat suku bunga kredit adalah harga/biaya dari penggunaan dana

yang tersedia untuk dipinjamkan. Suku bunga kredit berpengaruh negative

fterhadap permintaan kredit. Artinya semakin tinggi suku bunga kredit yang

16
mencerminkan semakin mahalnya biaya maka akan menurunkan permintaan

kredit, dan sebaliknya semakin rendah suku bunga kredit yang menceminkan

semakin murahnya biaya akan meningkatkan permintaan kredit.

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nopirin (1995)

bahwa makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan

masyarakat untuk menabung, artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi

masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi guna menambah tabungan.

2.3 Tinjauan Empiris

Beberapa hasil penelitian mengenai eksternalitas yang pernah dilakukan

sebelumnya yang terkait dengan penelian ini adalah sebagai berikut:

1. Tian Mulyaqin dan Dewi Haryani (2013) menulis tentang Aksesibilitas Petani

Padi Sawah Terhadap Sumber Permodalan dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya di Provinsi Banten. (Jurnal Ilmiah) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa.Sebagian besar petani padi di Provinsi Banten masih

mengandalkan pada modal sendiri untuk usaha tersebut. Hasil pengakajian

terdapat lima pola sumber pembiayaan usahatani padi yaitu: ) modal sendiri,

modal sendiri+pinjaman, modal sendiri+bantuan pemerintah, modal

sendiri+bantuan pemerintah+pinjaman dan, lainnya. Kredit program yang

sudah diakses adalah KUR dan GP3K, namun hanya sebagian kecil petani

yang mampu mengaksesnya. Bahkan petani belum pernah mengakses

kredit program KKP-E, padahal kredit ini tidak sulit yaitu dilakukan secara

berkelompok dengan system tanggung renteng, dengan agunan berupa

kekayaaan milik ketua/pengurus kelompok tani. Aksesibilitas petani padi

sawah terhadap sumber permodalan terdiri dari faktor internal dari

17
rumahtangga petani yaitu karakter petani, pendidikan, agunan, keanggotaan

kelompok tani, pengalaman pinjaman sebelumnya, dan eksternal terkait

dengan sumber pembiayaan seperti persyaratan skim kredit, kebijakan dan

sosialisasi kredit program serta fasilitator pembiayaan. Alasan petani yang

tidak mengakses sumber modal yang bersifatkomersial dikarenakan mereka

tidak tahu prosedurnya, kalaupun sudah tahu merasa prosedurnya berbelit-

belit serta tidak mempunyai agunan. Tidak semua petani mampu

menyediakan modal sendiri untuk kegiatan usahataninya. Dengan modal

terbatas, petani tidak mampu memenuhi kebutuhan sarana produksi untuk

usahatani padi sawah, yang berdampak negatif terhadap pencapaian

produksinya

2. Maratus Syawalia Navis (2014) menulis tentang PreferensiI Pedagang

Pasar Tradisional Terhadap Sumber Permodalan (Studi Pada Pedagang

Pasar Merjosari , Kecamatan Lowokwaru Kota Malang) (Jurnal Ilmiah)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Pedagang Pasar Merjosari dalam

menjalankan kegiatan perdagangannya menggunakan bermacam-macam

sumber permodalan. Sumber permodalan tersebut di antaranya ada yang

menggunakan modal sendiri, modal dari Baitul Maal Watamwil, modal dari

rentenir, dan pernah meminjam di Bank namun sudah tidak meminjam lagi.

Pedagang-pedagang dalam menentukan pilihan sumber permodalannya

akan memiliki berbagai pertimbangan dan alasan sehingga pilihan sumber

permodalannya dapat memberikan manfaat bagi pedagang tersebut.

Pedagang dalam menentukan preferensinya disesuaikan dengan

kemampuan dan kesesuaian penggunaannya. Selain itu, pedagang juga

mayoritas menentukan pilihan sumber permodalannya melihat dari prosedur

18
pengajuan dan pembayaran pinjaman yang mudah. Hal tersebut disebabkan

karena pedagang tidak mau terbebani dengan lembaga keuangan yang

menetapkan persyaratan dan prosedur yang rumit.

3. Toti Indrawati dan Indri Yovita (2014) menulis tentang Analisis Sumber

Modal Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Pekanbaru (Jurnal Ilmiah) Hasil

penelitian menunjukkan bahwa. Sumber modal pedagang pengecer pada

pasar tradisional Pasar Sail, Pasar Dupa pada umumnya pengecer

tradisional untuk komoditas pertanian, perikanan dan peternakan pada

umumnya menggunakan modal sendiri. Pengecer tradisional Pasar Sail

secara keseluruhan menggunakan modal sendiri. Sedangkan sumber modal

pedagang pengecer Pasar Kodim bervariasi, sebagian besar menggunakan

modal sendiri sedangkan untuk komoditas industri sudah menggunakan

modal perbankan sebagai pelengkap.

2.4 Kerangka Pikir

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel

bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka

pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah permintaan modal (sebagai variabel

terikat atau dependen) yang dipengaruhi oleh pendidikan, agunan, waktu tunggu,

bunga dan jenis modal (sebagai variabel bebas atau independen).

TINGAT
PENDIDIKAN (X1)
AGUNAN (X2)

WAKTU TUNGGU PERMINTAAN


(X3) MODAL

JENIS MODAL (X4)

TINGKAT BUNGA
(X5)
19
2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan dan tinjauan pustaka diatas, maka

dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan modal Pedagang

2. Diduga variabel agunan bepengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan modal Pedagang

3. Diduga variabel waktu tunggu berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan modal Pedagang

4. Diduga variabel tingkat bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan modal Pedagang

5. Diduga variabel jenis modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan modal Pedagang

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruanglingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan modal pedagang di Pasar Tradisional Kota Makassar, khususnya

pendidikan, agunan, waktu tunggu, jenis modal dan bunga.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian, yaitu pada Lokasi

yang dinilai strategis dan mewakili daerah bagian Utara, Selatan, Timur dan

Barat, yang dalam hal ini adalah Pasar Makassar Mall, Pasar Terong, Pasar

Pannampu, Pasar Niaga Daya, Pasar Panakukang dan Pasar Cendrawasih.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor yang penting yang

menjadi pertimbangan yang menentukan metode pengumpulan data. Data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer berupa data langsung yang

dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu

daftar pertanyaan (kuesioner) dan observasi yaitu mengamati secara langsung

hal-hal yang berhubungan dengan penelitian misalnya kehidupan sosial

pedagang dan juga perilaku pedagang itu sendiri.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit atau obyek analisa yang

ciri-ciri karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah para

pedagang yang berada di Pasar Tradisional Kota Makassar

Sampel adalah bagian populasi yang hendak diselidiki. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Proposive Sampling untuk

21
mengetahui populasi yang mana ingin diteliti, dan kemudian menggunakan

metode Simple Random Sampling yang artinya semua populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel dalam hal ini jumlah

responden yang diambil sebanyak 100 responden

3.5 Model Analisis

Dalam penelitian ini akan menjelaskan pengaruh antara pendidikan,

agunan, waktu tunggu, jenis modal dan bunga terhadap permintaan modal di

Pasar Tradisional Kota Makassar yang drumuskan dalam fungsi:

Y = F (X1, X2, X3, X4,X,5).. (3.1)

Dalam analisis ini pendekatan yang dilakukan adalah analisis fungsi

produksi, dimana fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan

output. Bentuk fungsi produksi yang digunakan adalah:

Y = 0 X11 X22 X33X44X55. (3.2)

Dan menggunakan persamaan linear sebagai berikut.

LnY = 0+1LnX1+2LnX2+3LnX3+4LnX4+5LnX5+ . (3.3)

Dimana:

Y = Permintaan Modal Pedagang

X1= Tingkat Pendidikan (Dummy, 0 = lulusan SMA ke bawah atau 1 =

lulusan D1 ke atas).

X2= Agunan (Dummy, 0 = Tidak Ada ; 1 = Ada)

X3= Waktu Tunggu

X4= Bunga

X5= Jenis Modal (Dummy, 0 = Modal Sendiri 1 = Modal Lain)

0= Intercept

1= Koefisien regresi i=1,2,3,4,dan 5

22
= eror term (kesalahan pengganggu)

3.6 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-

f), pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2), uji asumsi

klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan

normalitas.

3.6.1 Uji Statistik

3.6.1.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel

independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien

determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2

paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2 sama dengan 0 maka garis

regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab

variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak

mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

Tidak ada ukuran yang pasti berapa besarnya R2 untuk mengatakan

bahwa suatu pilihan variabel sudah tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati

1, maka model makin tepat data. Untuk data servei yang berarti bersifat cross

section, data yang diperoleh dari banyak responden pada waktu yang sama,

maka nilai R2 = 0,3 sudah cukup baik.

3.6.1.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0 diterima

atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh

23
terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang

terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel

independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis

koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

3.6.1.3 Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi

pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen

secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : 1 = 0 tidak berpengaruh, H1

: 1 > 0 berpengaruh positif, H1 : 1 < 0 berpengaruh negative. Dimana 1

adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis.

Biasanya nilai dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X 1 terhadap Y.

bila thitung< ttabel maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk

membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat

signifikan yang digunakan yaitu 5%.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

3.6.2.1 Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat

diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan

model regresi linear (Gujarati, 1991). Untuk mendeteksi multikolinearitas dengan

24
menggunakan Eviews-8.0 dapat dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel

bebas (Correlation Matrix).

3.6.2.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode

tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain

variabel gangguan tidak random. Akibat dari adanya autokorelasi adalah

parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak

efisien, (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya

dilihat dalam pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW) yang

dibandingkan dengan nilai ftabel.

3.6.2.3 Uji Heteroskedasitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Keteroskedasitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang

sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedasitas, penaksir OLS

tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati dan Porter, 2003). Cara untuk mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan white

heteroscedasticity yang tersedia dalam program Eviews 8.0.

3.6.2.4 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang

terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.

25
3.7 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

1. Permintaan modal pedagang adalah besarnya permintaan nilai modal

pedagang yang digunakan untuk manambah modal dagangannya dan

diperoleh dari pinjaman kredit ke salah satu lembaga keuangan (Rupiah).

2. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang ditempuh pedagang

pasar tradisional di Kota Makassar berdasarkan lama waktu yang

ditamatkan dalam satuan tahun. Dalam hal ini mengguakan dummy 0 =

lulusan SMA ke bawah atau 1 = lulusan D1 ke atas

3. Agunan adalah asset dari pihak peminjam (pedagang) yang dijanjikan

kepada pemberi pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan

pinjaman tersebut. Dalam hal ini mengguakan dummy 0 = Tidak Ada ; 1 =

Ada

4. Waktu tunggu adalah lama waktu yang diperlukan untuk menunggu

pencairan dana dari pihak kreditur. Dalam hal ini diukur dalam satuan

Bulan.

5. Tingkat bunga adalah biaya penggunaan dana yang dinyatakan dalam

presentase persatuan waktu.( Persen)

6. Jenis modal adalah modal usaha bersumber dari modal sendiri atau

modal dari luar. Dalam hal ini mengguakan dummy 0 = Modal Sendiri 1 =

Modal Lain

26
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Kholisudin. 2010. Determinan Permitaan Kredit Pada Bank Umun di

Jawa Tengah. Economics Development Analysis Journal, Vol 8 No.2.

Universitas Negeri Semarang

Hakim, Muhammad Aziz. 2005. Menguasai Pasar Mengeruk Untung. Jakarta :

PT Krisna Persada

Ihsan, Fuad. 2001. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Indarawati, Toti. 2014. Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional Di

Kota Pekanbaru.Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Jackie Ambadar. (2010). Membentuk Karakter Pengusaha. Bandung:

Kaifa.

Kasmir. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja

Grafindo

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 1131. Hak

Kebendaan Berssifat Jaminan. www.wikipedia.com

Listyawan Ardi Nugraha. (2011). Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendidikan,

dan Sikap Kewirausahaan terhadap Pendapatan Usaha Pengusaha

Industri Kerajinan Perak Di Desa Sodo Kecamatan Paliyan Kabupaten

Gunung Kidul. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta.

Mardiyatmo. (2008). Kewirausahaan untuk SMK Kelas XI. Jakarta:

Yudistira

Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan

Buku I. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyaqin,Tian. 2013. Aksesibilitas Petani Padi Sawah Terhadap Sumber

Peermodalan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Provinsi

27
Banten.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl.Ciptayasa Km.01

Ciruas Serang

Nasution. (1992). MetodeResearch. Bandung : Jemmars.

Nur Fadhilah, Ani. 2011. Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional (Studi

Kasus di Ngaliyan). Semarang : Fakultas Syariah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo

Nopirin.2000. Ekonomi Moneter Buku II. BPFE. Yogyakarta

Peraturan presiden RI.112. 2007. Penataan dan Pembinaan pasar

tradisional,pusat perbelanjaan dan toko modern. WWW.bpkp.go.id

Tambunan,Tulus.1999.Perkembangan Industri Skala kecil di Indonesia.

PT.Mutiara Sumber Widya:Jakarta

Udang-Undang Perbankan Pasal 8 ayat (1). Dasar hukum jaminan dalam

pemberian kredit. www.wikipedia.com

Widyanto. 2000. Kemampuan Baitul Maal Wat Tamwil Kota Semarang Dalam

Menjangkau Pengusaha Kecil, Mengelola Dana, Menghimpun serta

Menyalurkan ZIZ, EKOBIS Vol.1. No.2, Mei 2000 : 95-104.

28

Anda mungkin juga menyukai