Anda di halaman 1dari 6

Tugas LK II

Etika Dan Hukum Kesehatan


ANALISA UNDANG-UNDANG TENAGA KESEHATAN

KELOMPOK III

METTY ASTUTI 1421312002


SIDARIA 1421312024
SUNARTI SWASTIKARINI 1421312028
SYAFRISAR MERI 1421312041
RIKA NOVARIZA 1421312042
IFON DRIPOSWANA 1421312048
ABRI MADONI 1421312049
ANDIKA CAESAR 1421312057

PROGRAM PASCA SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya
kepada kami sehingga Tugas II Mata Kuliah Etika dan Hukum Kesehatan dengan topik
pembahasan Undang-Undang Tenaga Kesehatan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Yulastri Arif, M.Kep selaku Dosen
Mata Kuliah yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami, serta teman-teman di
dalam kelompok yang solid ini turut menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Padang, 17 Oktober 2014

Kelompok III Manajemen


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang-Undang merupakan hukum yang telah disahkan oleh badan legislasif atau
unsur pemerintahan yang lainnya. Sebelum disahkan undang-undang tersebut sebagai
rancangan Undang-Undang. Undang-Undang berfungsi untuk digunakan sebagai otoritas,
untuk mengatur, untuk menganjurkan, untuk menyediakan dan sebagainya.
Undang-Undang dipandang sebagai salah satu dari tiga fungsi utama pemerintahan
yang berasal dari doktrin pemisahan kekuasaan. Kelompok yang memiliki kekuasaan formal
untuk membuat legislasi disebut sebagai legislatorsedangkan badan yudikatof pemerintah
memiliki kekuasaan formal untuk menafsirkan legislasi dan badan eksekutif pemerintah
hanya dapat bertindak dalam batas-batas kekuasaan yang telah ditetapkan oleh hukum
perundang-undangan. Begitu juga dengan Undang-Undang Tenaga Kesehatan yang mengatur
setiap tenaga kesehatan di lingkungan pemerintahan juga diatur oleh badan pembuat undang-
undang (DPR RI). Tenaga Kesehatan merupakan setiap individu yang mengabdikan diri
secara profesional dibidang kesehatan dan untuk mengetahui batasan-batasan tersebut
dibutuhkan sebuah undang-undang yang mengatur segala sesuatu tentang kesehatan.
Sebagai seorang perawat yang profesional, yaitu bagian dari tenaga kesehatan yang
berada dibawah organisasi Profesi, tentunya akan memerlukan Undang-Undang yang
mengatur tenaga kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, kelompok akan menjabarkan hasil
analisa kelompok mengenai substansi, keterbatasan dan implikasi UU terhadap Pelayanan
Keperawatan dan Pendidikan Keperawatan saar ini.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisa Undang-Undang Tenaga Kesehatan Tahun 2014

1.2.2 Tujuan Khusus


(1) Menganalisa Makna / Substansi Hukum
(2) Menganalisa Keterbatasan UU Tenaga Kesehatan
(3) Menganalisa Dampak/ Implikasi UU Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan
Keperawatan dan Pendidikan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Substansi / Kemaknaan Dari Undang-Undang Tenaga Kesehatan 2014

(1) Mengatur penempatan tenaga kerja di Fasilitas Kesehatan Pemerintah, dengan


melegalkan pegawai dengan perjanjian kerja (kontrak kerja tanpa batas masa kerja yang
jelas), untuk kemudian menjadi pegawai tetap negara/PNS atau bertentangan dengan
Pasal 59 UU No.13/2003 dan kepastian status kerja sebagai pekerja tetap pemerintah
Pasal 23 ayat 2b
(2) Tidak membahas posisi tenaga kesehatan sebagai pekerja di fasilitas kesehatan swasta
(3) Tidak membahas kepastian perlindungan tenaga kesehatan yang bekerja sebagai buruh
migran (indikasi melanggar Undang-Undang 39/2004 tentang PPTKILN dan Undang-
Undang No. 6/2012 Tentang Pengesahan Konvensi PBB 1990 mengenai perlindungan
hak-hak pekerja migran dan keluarganya).
(4) UU Tenaga Kesehatan mengunci hak politik untuk berorganisasi hanya pada satu
organisasi profesi (pasal 50 ayat 2)
(5) Tidak memberi ruang hak politik tenaga kesehatan sebagai pekerja yang memiliki hak
untuk berserikat di tempat kerja
(6) Tenaga kesehatan tradisional yang dibagi menjadi Tenaga Kesehatan Tradisional
Ramuan dan Tenaga Kesehatan Tradisional Keterampilan (pasal 11 ayat 1 huruf L dan
ayat 13)
(7) Ada indikasi diskriminasi terhadap penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai
tenaga kesehatan dengan mensyaratkan untuk mendapatkan surat izin praktek (SIP)
harus memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
(8) Dalam RUU Tenaga Kesehatan diperintahkan untuk membentuk Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia atau KTKI yang membawahi konsil-konsil profesi tenaga
kesehatan masing-masing profesi. Konsil ini adalah badan baru yang berkedudukan di
Ibukota dan didanai oleh APBN.
(9) Tidak menguraikan secara terperinci peran, tugas, hak, dan tanggung jawab masing-
masing tenaga kesehatan

2.2 Keterbatasan UU Tenaga Kesehatan Tahun 2014


(1) Dalam UU tenaga kesehatan bahwasanya pemerintah dan pemerintah daerah memberikan
perlindungan pada tenaga kesehatan dalam melakukan praktik keperawatan, namun
bentuk perlindungan seperti apa belum tergambar jelas dalam UU tersebut. Seperti
disebutkan dalam BAB II Pasal 4.c
(2) Dalam UU Tenaga Kesehatan tidak dibahas Hak dan kewajiban masing-masing dari
tenaga kesehatan dan Asisten Tenaga Kesehatan.
(3) Dalam pasal 31 dijelaskan bahwa pelatihan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh
pemerintah. Namun bagaimana dengan pelatihan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh
pihak swasta. Dalam pasal tidak menjelaskan tentang bagaimana peran pihak swasta
dalam memberikan pelatihan tenaga kesehatan.
(4) Dalam pasal 50 Ayat 2 yang berbunyi Setiap jenis Tenaga Kesehatan hanya dapat
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi. Berati UU Tenaga Kesehatan mengunci hak
politik untuk berorganisasi hanya pada satu organisasi profesi saja.
(5) Terdapat indikasi diskriminasi terhadap penyandang disabilitas yang berprofesi sebagai
tenaga kesehatan dengan mensyaratkan untuk mendapatkan surat izin praktek (SIP) harus
memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
(6) Dalam RUU Tenaga Kesehatan diperintahkan untuk membentuk Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia atau KTKI yang membawahi konsil-konsil profesi tenaga kesehatan
masing-masing profesi. Konsil ini adalah badan baru yang berkedudukan di Ibukota dan
didanai oleh APBN.

2.3 Implikasi UU Tenaga Kesehatan dengan Pelayanan Keperawatan dan Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Pelayanan Keperawatan

Dengan Adanya UU tersebut, Mewajibkan setiap Tenaga Kesehatan memiliki STR. Hal ini akan
berdampak kepada sistem perekruitan, dimana menjadi salah satu sarat Wajib perekrutan tenaga
kesehatan kedepan.

2.3.2 Pendidikan Keperawatan

Dengan adanya UU Tenaga Kesehatan menjadikan sistem pendidikan berdasarkan level KKNI
dimana terbagi atas pendidikan perawat vokasi, Akademisi dan Profesi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.parlemen.net/articles/2014/10/01/naskah-ruu-tentang-tenaga-kesehatan-beserta-
penjelasannya-rapat-paripurna

Anda mungkin juga menyukai