Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ANALISA MODEL KONSEP IMOGENE KING ”


Tugas LK 2 dalam Mata Kuliah Sains Keperawatan

DISUSUN OLEH:
Kelompok B1

Riris Friandi
Didi Yunaspi
Reni Trevia
Lisavina Juwita
Nonong Tri Senja

PASCA SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

TAHUN 2012
DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………….i
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
B. Tujuan …………………………………………………………………... 1
C. Manfaat ………………………………………………………………… 1
BAB II. Konsep Teori ……………………………………………………………… 2
BAB III Pembahasan ……………………………………………………………..... 4
BAB IV. Penutup
1. Kesimpulan ……………………………………………………………... 5
2. Saran ……………………………………………………………………. 5
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Imogene King adalah seorang ahli teori keperawatan yang telah


memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan pengetahuan
keperawatan. Makalah ini memberikan gambaran Kerangka Konseptual King dan
Teori Pencapaian Tujuan dan menerapkan teori untuk darurat dan keperawatan
pedesaan. Konsep diri, pertumbuhan tubuh, gambar dan pengembangan, waktu,
komunikasi, dan interaksi adalah konsep dari teori King untuk mengidentifikasi
sebagai yang paling berguna ketika bekerja dengan klien di ruang gawat darurat
dan di lingkungan pedesaan.
Imogene King mengembangkan model konseptual untuk keperawatan pada
pertengahan tahun 1960 dengan gagasan bahwa manusia adalah sistem terbuka
berinteraksi dengan lingkungan (King, 1981). Pekerjaan King dianggap sebagai
model konseptual karena mencakup kerangka kerja konseptual dan teori (Fawcett,
2000). Kerangka Konseptual King dan Teori Pencapaian Tujuan dan penggunaan
model dalam pengaturan ruang gawat darurat dibahas. Akhirnya, karya King
dibandingkan dengan teori keperawatan pedesaan dalam upaya untuk
mengidentifikasi tema-tema umum.

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mampu memahami dan menganalisa jurnal sesuai teori konsep Imogene King

b. Tujuan Khusus

1. Memahami model konseptual Imogene King


2. Mampu menganalisa jurnal sesuai teori Imogene King

C. MANFAAT

Makalah ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan tentang


model konseptual Imogene King bagi penulis dan pembaca.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Kerangka Konsep Imogene M. King


King mengemukakan dalam kerangka konsepnya, hampir setiap konsep
yang dimiliki oleh perawat dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.
a. Sistem Personal
Menurut king setiap individu adalh system personal (system terbuka).
Untuk system personal konsep yang relevan adalah persepsi, diri, peretumbuhan
dan perkembangan, citra tubuh, dan waktu.
1. Persepsi
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan
kejadian- kejadian. Persepsi berbeda dari satu orang dan orang lain dan hal ini
tergantung dengan pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetauhan dan
status emosi. Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua,
selekltif untuk semua orang, subjektif atau personal.
2. Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang
lain. Diri adalah individu atau bila seseorang berkata “AKU”. Karakteristik
diri adalah individu yang dinamis, system terbuka dan orientasi pada tujuan.
3. Pertumbuhan dan perkembangan

Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia.


Perubah ini biasnya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksiakan
walaupun individu itu berfariasi, dan sumbangan fungsi genetic, pengalam
yang berarti dan memuaskan. Tumbuh kembang dapat didefinisikan sebagai
proses diseluruh kehidupan seseorang dimana dia bergerak dari potensial
untuk mencapai aktualisasi diri.

4. Citra tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan tubuhnya
dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.
5. Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal
atau subjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan hubunganya
dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional, atau berdasarkan pada persepsi
individu terhadap situasi. Definisi secara operasioanal, ruang meliputi ruang
yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut
territory dan perilaku oran yang menempatinya.
6. Waktu
King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan
kejadian yang lain merupakan pengalaman unik setiap orang dan hubungan
antara satu kejadian dengan kejadian yang lain

b. Sistem Interpersonal
King mengemukakan system interpersonal terbentuk oleh interkasi antra
manusia. Interaksi antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD,
dan empat orang disebut GROUP. Konsep yang relefan dengan system
interpersonal adalah interkasi, komunikasi, transaksi, peran dan stress.
1. Interaksi
Interaksi didefinisak sebagai tingkah laku yang dapat diobserfasi oleh dua
orang atau lebih didalam hubungan timbal balik.
2. Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses diman informasi
yang diberikan dari satu orang keorang lain baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya melalui telpon, televisi atau tulisan kata. ciri-ciri
komunikasi adalah verbal,non verbal, situasional, perceptual, transaksional,
tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis.
Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam
menyampaikan ide- ide satu orang keorang lain.
Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain
dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan
gerakan tubuh.
3. Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai
realitas personal berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial,
mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam
waktu.
4. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada
suatu saat sebagai pemberi dan disat yang lain sebagai penerima ada 3
elemen utama peran yaitu, peran berisi set perilaku yang di harapkan pada
orang yang menduduki posisi di social system, set prosedur atau aturan
yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan
prosedur atau organisasi, dan hubungan antara 2 orang atau lebih
berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.
5. Stress
Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis
dimanapun manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara
keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang
melibatkan pertukaran energi dan informsi antara seseorang dengan
lingkungannya untuk mengatur stressor. Stress adalah suatu yang dinamis
sehubungan dengan system terbuka yang terus-menerus terjadi pertukaran
dengan lingkunagn, intensitasnya berfariasi, ada diemnsi yang temporal-
spatial yang dipengaruhi oleh pengalaman lalu, individual, personal, dan
subjektif.
c. Sistem Sosial
King mendefinisikan system social sebagai system pembatas peran
organisasi sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk
memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktk-praktek dan
aturan (George, 1995). Konsep yang relevan dengan system social adalah
organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.
a. Organisasi
b. Otoritas
c. Kekuasaan
d. Pembuatan keputusan
e. Status
B. Levels of Theory Development
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa Aplikasi King dalam Keperawatan Gawat Darurat

Setelah analisis yang cermat Kerangka Konseptual King dan Teori


Pencapaian Tujuan, jelas bahwa model ini dapat diterapkan dalam pengaturan
ruang gawat darurat. Konsep-konsep yang terkait dengan sistem pribadi dapat
diintegrasikan ke dalam tahap penilaian dari proses keperawatan. Penilaian awal
pasien sangat penting di ruang gawat darurat, khususnya yang berkaitan dengan
pasien trauma. Namun, setelah selesai dari survei primer (jalan nafas, pernafasan,
dan sirkulasi), perawat harus mempertimbangkan perasaan pasien dalam hal
persepsi, diri, pertumbuhan tubuh, gambar dan pengembangan, waktu, dan ruang.
Gangguan dalam persepsi diri dan citra tubuh sering terjadi pada pasien trauma
yang mengalami cedera signifikan tubuh.
Sebuah contoh klasik dari hal ini dalam pengaturan ruang gawat darurat
melibatkan seorang mahasiswa muda yang amputasi traumatis dari lengan karena
kecelakaan kendaraan bermotor. Setelah pasien ini stabil dari sudut pandang
hemodinamik, perhatian perawat itu kembali fokus pada membantu pasien dalam
mengatasi perasaan kehilangan, pemisahan, dan kemarahan yang ia alami.
Mencoba untuk mengembalikan pasien harga diri, mengingat kerugian yang
traumatis itu, adalah tujuan saling didirikan antara perawat dan klien. Dalam
contoh khusus ini, itu juga penting bagi perawat untuk menyadari bahwa bidang
persepsi pasien dipersempit karena rasa sakit dan emosi yang ia alami.

Keluhan utama pasien gawat darurat adalah lama waktu tunggu. Menunggu
dua jam untuk hasil tes mungkin tampak seperti selamanya bagi pasien, tetapi
untuk perawat, waktu berlalu dengan cepat karena s / ia biasanya sibuk merawat
pasien lain, atau melakukan tugas-tugas lainnya. King (1981) menekankan bahwa
menunggu waktu membuat tampak lebih lama. Salah satu intervensi yang telah
terbukti sukses dalam situasi ini telah menjadi instalasi televisi dan telepon di
kamar pasien di gawat darurat. Perangkat ini tampaknya membantu pasien
melewatkan waktu dan mengurangi beberapa frustrasi yang berhubungan dengan
waktu tunggu yang lama.
Dari semua konsep yang disebutkan dalam kaitannya dengan sistem
interpersonal, komunikasi paling membutuhkan perhatian di departemen darurat.
Keterampilan komunikasi yang baik adalah penting dalam pengaturan ruang gawat
darurat. Dalam lingkungan yang mengharuskan seseorang untuk menjadi reaktif
dan responsif, klien sering menganggap perawat sebagai terlalu sibuk atau terlalu
terburu-buru. King (1981) mendorong perawat untuk menyadari bagaimana
mereka menampilkan diri kepada klien mereka karena cara di mana perawat
memasuki ruangan klien menetapkan nada untuk seluruh pertemuan. Keterampilan
komunikasi yang buruk menyebabkan transaksi miskin dan interaksi antara
perawat dan klien.

B. Analisa Aplikasi King dalam Keperawatan Komunitas Pedesaan

Komunitas pedesaan memiliki persepsi yang berbeda tentang kesehatan


dibandingkan dengan komunitas kota. Data menunjukkan bahwa klien pedesaan
sering menunda mencari perawatan kesehatan sampai kesehatan mereka telah
terancam (Weinart & Panjang, 1998). Perawat yang bekerja dengan klien pedesaan
harus mempertimbangkan persepsi klien kesehatan ketika melakukan penilaian.
Klien pedesaan mungkin tidak memiliki akses yang sama ke perawatan kesehatan
sebagai komunitas kota, dan kesehatan sering tidak menjadi prioritas bagi mereka.
Hal ini penting bagi perawat untuk menjadi non-menghakimi dalam situasi ini
karena ini hanyalah sebuah cara hidup bagi komunitas pedesaan, cara hidup yang
mereka telah datang untuk menerima sebagai norma.

Konsep King waktu juga dapat dikaitkan dengan masyarakat pedesaan.


Komunitas pedesaan lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam perawatan
kesehatan jika dengan mudah dapat ditampung ke dalam jadwal kerja mereka
(Weinart & Panjang, 1987). Jika komunitas pedesaan harus melakukan perjalanan
60 sampai 70 mil untuk kesehatan, mereka mungkin merasa bahwa ini
membutuhkan waktu terlalu banyak dari hari mereka, sehingga mereka mungkin
gagal untuk menjaga janji. Long (1998) menggambarkan seorang pria yang jari
tertangkap dalam perontok gabah. Karena ia mampu mengendalikan perdarahan
dengan saputangan, ia menunda mencari pengobatan sampai setelah bekerja di
lapangan selesai. Pria itu kemudian menyatakan "ia pergi untuk menunjukkan
kepada Anda bahwa jika Anda pergi ke dokter mereka terlalu cepat, Anda berakhir
dengan banyak pengobatan yang tidak perlu dan tagihan." Ini menunjukkan pola
pikir khas komunitas pedesaan dalam kaitannya dengan konsep waktu. Waktu
adalah berharga untuk komunitas pedesaan, konsep lain yang harus
dipertimbangkan ketika menangani kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat
pedesaan.
Dua yang terakhir dari kerangka konsep King yang berguna ketika bekerja
dengan klien pedesaan komunikasi dan interaksi. Kita telah menetapkan bahwa
komunikasi yang baik mengarah ke interaksi yang positif. Jika perawat adalah
memiliki pengaruh apapun pada perilaku kesehatan komunitas pedesaan, maka
harus mampu berkomunikasi dengan mereka secara efektif. Ini mungkin berarti
berbicara dalam istilah awam daripada menggunakan istilah medis yang
membingungkan atau ambigu kepada klien. Perawat harus mengakui bahwa klien
pedesaan mungkin tidak memiliki tingkat pendidikan yang sama sebagai klien
perkotaan. Setelah perawat telah membentuk cara yang efektif untuk
berkomunikasi dengan klien pedesaan, s / ia mungkin dapat menerapkan kesehatan
mempromosikan perilaku. Komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan
saling percaya antara perawat dan klien, sebuah elemen penting untuk interaksi
yang menguntungkan.

C. Level of Theory Development


Dari hasil analisa melalui jurnal yang ada untuk model konseptual Imogene
King masih dalam level Grand Theory level
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada unsur-unsur teori King yang berlaku untuk kedua darurat dan praktik
keperawatan dalam pengaturan pedesaan. Konsep dari pekerjaan King berguna
terlepas dari konteks di mana mereka digunakan. Manusia adalah individu yang
dinamis dan mereka terus berinteraksi dengan lingkungan masing-masing.
Konseptualisasi King di awal 1960-an terus memandu praktek keperawatan.

B. Saran
Sebagai seorang perawat, hendaklah bisa mencontoh teori-teori dari para
pencetus teori keperawatan yang telah ada, khususnya teori Imogene King
DAFTAR PUSTAKA

Fawcett, J. (2000). Analisis dan evaluasi pengetahuan keperawatan kontemporer:


Keperawatan model dan teori. Philadelphia: F.A. Davis.
King, I.M. (1971). Menuju teori keperawatan: Konsep umum dari perilaku manusia.
New York: Wiley.
King, I.M. (1981). Sebuah teori untuk keperawatan: Sistem, konsep, proses. New
York: Wiley.
Online Journal of Nursing Pedesaan dan Perawatan Kesehatan, vol. 2, no. 1, Spring
2001 30
Panjang, K.A. (1998). Konsep kesehatan: perspektif Pedesaan. Dalam HL Lee (Ed.),
secara konseptual untuk keperawatan pedesaan (hal. 211-221). New York: Springer.
Panjang, K.A. (1998). Masa Depan arah untuk teori keperawatan pedesaan. Dalam
HL Lee (Ed.), secara konseptual untuk keperawatan pedesaan (hal. 475-484). New
York: Springer.
Seiloff, C.L. (1991). Imogene King: Sebuah kerangka konseptual untuk keperawatan.
Newbury Park, CA: Sage.
Torres, G. (1986). Teoritis dasar keperawatan. Norwalk, CT: Appleton-Century-
Crofts.
Weinart, C., & Panjang, K. (1987). Memahami kebutuhan perawatan kesehatan
keluarga pedesaan. Journal of Family Relations,, 36 450-455.
Weinart, C., & Panjang, K. (1998). Pedesaan keperawatan: Mengembangkan dasar
teori. Dalam HL Lee (Ed.), secara konseptual untuk keperawatan pedesaan (hlm 3-
18). New York: Springer.
Woods, E.C. (1994). King teori dalam praktek dengan orang tua. Ilmu Keperawatan
Quarterly, 7, 65-69. [MEDLINE]
Online Journal of Nursing Pedesaan dan Perawatan Kesehatan, vol. 2, no. 1, Spring
2001

Anda mungkin juga menyukai