Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ABORTUS INCOMPLETE

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi

di RSUD Kota Semarang

Disusun oleh:
Akhmad Ulil Albab
Rahajeng Iskinitra Supraba

Pembimbing:
dr. Cipta Pramana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KOTA SEMARANG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
BAB I
STATUS PENDERITA

1.1. ANAMNESIS
Tanggal 3 September 2013 jam 09.00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. V
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Karangawen
Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 5 bulan yang lalu
HPMT : 8 Juni 2015
HPL : 15 Maret 2016
UK : 12 minggu
Tanggal Masuk : 2 September 2015
No.CM : 335414
Berat badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 156 cm

2. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Datang seorang G1P0A0, 23 tahun, usia kehamilan 12 minggu dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak hari sabtu lalu. Sebelumnya pasien
jatuh di kamar mandi pada hari kamis (27/8). Setelah jatuh, pasien tidak
mengalami sakit atau tidak ada keluhan sama sekali. Pada sabtu (29/8)
pasien mengalami perdarahan pervagina berupa flek-flek. Lalu dibawa ke RS
Kusuma dan pasien diberi obat penguat kandungan. Namun, keluhan hanya
berkurang sedikit. Rabu (2/9) pasien mengalami nyeri perut hebat sehingga
dibawa oleh orang tuanya ke RSUD kota Semarang. Di RSUD, pasien diberi
obat dan dipulangkan. Pukul 17.00 pasien kembali mengalami perdarahan
pervagina disertai dengan keluarnya prongkol-prongkol. Pukul 19.00, pasien
dibawa kembali ke IGD RSUD kota Semarang. Di IGD, pasien sempat
kembali mengeluarkan prongkolan dari jalan lahir. Sehingga akhirnya pasien
dirawat di bangsal gynekologi (parikesit)

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat kebiasaaan merokok : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Obstetri
Ini merupakan kehamilan pertama pasien
7. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pasien baru memeriksakan kehamilannya 1x di RS Kusuma.

8. Riwayat Haid
- Menarche : 12 tahun
- Lama menstruasi : 7 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari

9. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, 5 bulan yang lalu

10. Riwayat Keluarga Berencana :


Pasien belum pernah memakai KB

1.2. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Interna
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x / menit
Respirasi Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : Mesocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Cor :
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (N/N), Ronki basah kasar (-/-)

Abdomen:
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Timpani pada bawah prosessus xiphoideus, redup pada
daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital : darah (+)
Ekstremitas : Oedema
- -
- -

Akral dingin
- -
- -

2. Status Obstetri
Abdomen : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Leopold I : TFU tidak teraba
Leopold II : Tidak dapat dinilai
Leopold III : Tidak dapat dinilai
Leopold IV : Tidak dapat dinilai
P/V : (+)
Tanda Chadwick : (+)

3. Status Ginekologis
Inspeksi : Massa (-), P/V (+)
Inspekulo :
- Portio : licin, erosi (-), fluksus (+) dari kanalis servikalis, OUE
terbuka.
- Vagina : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak darah di introitus
vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir.
VT :
Korpus uteri antefleksi, besar biasa, tanda Hegar (+),
tanda Piskacek (+)
Adneksa kanan-kiri sulit dinilai
Cavum douglas tidak menonjol, nyeri (-).
Nyeri goyang serviks (-)

1.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium Darah tanggal 2 September 2013 :
Hemoglobin : 11,4 gr/dl
Hematokrit : 37 %
Leukosit : 7,9 /Ul
Trombosit : 268
Golongan Darah :O
GDS : 65 mg/dL
Ureum : 17 mg/dL
Creatinin : 0,4 mg/dL
Na+ : 135 mmol/L
K+ : 3,9 mmol/L
Calcium : 1,08 mmol/L
HbS Ag : negatif
Protein : 6,6
Albumin : 3,89

1.4. KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang perempuan dengan G1P0A0, 23 tahun, hamil 12
minggu. dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir setelah jatuh dari kamar
mandi. Awalya, pasien mengalami perdarahan pervagina berupa flek-flek. Sudah
dibawa ke RS dan diberi obat. Akan tetapi, kemudian keluar darah dari jalan lahir
yang disertai dengan keluarnya prongkol-prongkol. Riwayat HPHT tanggal 8
Juni 2015. Riwayat pernikahan, pasien baru menikah sekitar 5 bulan lalu.
Sebelumnya pasien belum pernah memakai alat kontrasepsi/KB. Selama
kehamilan, pasien baru memeriksakan kehamilannya 1x di RS Kusuma.
Hasil pemeriksaan didapatkan status internus dalam batas normal. Status
obstetri dan ginekologi didapatkan hasil sebagai berikut:
Status Obstetri
Abdomen : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-)
Leopold I : TFU tidak teraba
Leopold II : Tidak dapat dinilai
Leopold III : Tidak dapat dinilai
Leopold IV : Tidak dapat dinilai
P/V : (+)
Tanda Chadwick : (+)
Status Ginekologis
Inspeksi : Massa (-), P/V (+)
Inspekulo :
- Portio : licin, erosi (-), fluksus (+) dari kanalis servikalis, OUE
terbuka.
- Vagina : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak darah di introitus
vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir.
VT :
Korpus uteri antefleksi, besar biasa, tanda Hegar (+),
tanda Piskacek (+)
Adneksa kanan-kiri sulit dinilai
Cavum douglas tidak menonjol, nyeri (-).
Nyeri goyang serviks (-)
Pemeriksaan penunjang lab darah dalam batas normal.

1.5. DIAGNOSA AWAL


G1P0A0 Usia 23 tahun hamil 12 minggu dengan abortus inkomplit

1.6. TERAPI
1. Mondok bangsal ginekologi
2. Kuretase
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram.(terakhir,
WHO/FIGO 1998 : 22 minggu) (Prawiroharjo, 2009)

2.2. FAKTOR RISIKO


Faktor risiko abortus yaitu:
1. Bertambahnya usia ibu.
Abortus meningkat dengan pertambahan umur. Risiko berkisar 13,3% pada usia
12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9% pada usia 25-29 tahun; 15%
pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51% usia 40-44 tahun; 93,4%
pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia ayah dianggap sebagai
suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa
melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia
wanita 35 tahun dan pria 40 tahun.
2. Riwayat reproduksi abortus.
Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan berikutnya ditentukan
dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami riwayat 1 kali
berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4 kali berisiko 40%.
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang
wanita yang mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%.
3. Kebiasaan orang tua
a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS yang akan
mendestruksi organel seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus, dan
membran sel. Selain itu, secara tidak langsung ROS akan menyebabkan
kerusakan sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal
maupun ganda sperma.
Plasentasi normal diatur oleh invasi arteri spiral uterina yang diatur oleh
genomik tropoblas yang normal. Pada organogenesis embrionik dalma
menjamin invasi tropoblas, tekanan oksigen rendah, dan metabolisme
cenderung anaerob. Oleh karena itu, produksi ROS biasanya menurun.
Keadaan ini diatur aktivitas integrin yang merangsang tropoblas untuk
proliferasi. Tekanan oksigen rendah membantu implantasi sedangkan tekanan
tinggi membantuk proliferasi sel tropoblas.
Dengan faktor pemicu asap rokok, stres oksidatif akan semakin buruk. Stres
oksidatif sendiri dapat menyebabkan apoptosis yang mengganggu invasi
plasenta dan abortus dini. ROS akan bereaksi dengan molekul pada berbagai
sistem biologi sehingga dapat terjadi kerusakan sel yang ekstensif dan disrupsi
fungsi sel. Dengan risiko stres oksidatif, pasien tidak pernah mengonsumsi
vitamin yang berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan risiko
abortus. Selain itu, Vural, et al. menunjukkan adanya peningkatan radikal
bebas superoksida oleh PMN pada trimester satu kehamilan.
b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi
spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu dan
tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari.
Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa risiko abortus meningkat 1,3 kali
untuk setiap gelas alkohol yang dikonsumsi setiap hari.
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan tetapi
pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi setiap hari
menunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan tetapi,
jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak diketahui
secara pasti.
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan menyebabkan
risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.
f. Psikologis seperti ansietas dan depresi.

2.3. ETIOLOGI
1) Faktor janin
a) Faktor Genetik.
Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom
pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester
pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
b) Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dengan kelainan lokal
d) Kelainan pada plasenta
Endometritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhandan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
2) Faktor maternal
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek
uterus yang didapatkan (acquired). Lingkungan di endometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan
pada hasil konsepsi terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain
Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria
monocytogenes dan Toxoplasma gondii.
c) Pengaruh endokrin
Hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisiensi progesteron.
d) Penyakitkronisyang melemahkan, misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis, namun keadaan ini jarang menyebabkan abortus; sebaliknya
pasien meninggal dunia karena penyakit ini tanpa melahirkan. Penyakit kronis
lain (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis).
e) Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti
yang menyatakan bahwa defisiensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
f) Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus
dan antibodi cardiolipin. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan
reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena
pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas
kapiler.
g) Faktor psikologis
h) Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka
terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang
secaraemosional dan sangat penting dalammenyelamatkan kehamilan.
3) Faktor eksternal
a) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat merusak janin, dan
pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
b) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena)
Rokok juga mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan
janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem
sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus.

2.4. KLASIFIKASI
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini
dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan
kandungan, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa, bila perlu ditambah
dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu
Menurut Shiers (2003), disebut abortus dini bila abortus tejadi pada usia
kehamilan <12 minggu dan >12 minggu disebut abortus lanjut. Abortus trimester
satu biasanya diakibatkan kelaian genetik atau penyakit autoimun yang diderita
ibu, abortus trimester dua biasanya disebabkan oleh kelainan uterus, dan abortus
trimester tiga.
2.5. PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabakn nekrosis
jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua
tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses
abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda asing dalam
uterus yang menyebabkan uterus kontraksi dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara
in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan pecahnya selaput
ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam
banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk
yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang
bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama. Plasentasi
tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis. Akibatnya,
terjadi peredaran darah prematur dari ibu ke anak.

2.6. DIAGNOSIS
Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah terlambat haid. Hipotesis dapat diperkuat pada
pemeriksaan bimanual dan tes kehamilan. Harus diperhatikan banyaknya perdarahan,
pembukaan serviks, adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya sedikit-sedikit dan berlangsung lama,
ekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan, dan akibat perdarahan
tidak menimbulkan gangguan apapun atau syok. Disebut pendarahan ringan-sedang
bila doek bersih selama 5 menit, darah segar tanpa gumpalan, darah yang bercampur
dengan mukus. Pendarahan berat bila pendarahan yang banyak, merah terang, dengan
atau tanpa gumpalan, doek penuh darah dalam waktu 5 menit, dan pasien tampak
pucat.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi berupa pada usia gestasi di bawah
14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna dikeluarkan seluruh atau
sebagian hasil konsepsi, di atas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna
dapat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan
dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu
disebutkan persalinan immaturus, dan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih
dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan
darah.
Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20
minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi serviks.
Pasien akan atau tidak mengeluh mules-mules, uterus membesar, terjadi
pendarahan sedikit seperti bercak-bercak darah menstruasi tanpa riwayat
keluarnya jaringan terutama pada trimester pertama kehamilan. Pada
pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan positif dan serviks belum
membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding vagina,
porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.
2. Abortus Insipiens adalah erdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi serviks
uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus. Pasien akan
mengeluhkan mules yang sering dan kuat, keluar darah dari kemaluan tanpa
riwayat keluarnya jaringan, pendarahan biasanya terjadi pada trimester pertama
kehamilan, darah berupa darah segar menglair. Pada inspekulo, ditemukan darah
segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan.
3. Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal dalam uterus. Pada
anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan berupa darah segar mengalir
terutama pada trimester pertama dan ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan
lahir.
4. Abortus Komplit adalah keaddan di mana semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah
menutup dan uterus mulai mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap. Pada penderita ini
disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas ferrosus atau transfusi bila anemia.
Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan anamnesis di sini berperan
penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat keluarnya jaringan dari jalan
lahir Pada inspekulo, ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio
terbuka, tidak ditemukan jaringan
5. Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam kandungan
>8 minggu sebelum minggu ke-20. Pada anamnesis akan ditemukan uterus
berkembang lebih rendah dibanding usia kehamilannya, bisa tidak ditemukan
pendarahan atau hanya bercak-bercak, tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari
jalan lahir. Pada inspekulo bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding
vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
6. Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut. Pada
anamnesis akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas, riwayat
menggunakan IUD atau percobaan aborsi sendiri, dan adanya demam.
7. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang bau
dari vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan syok
(lelah, panas, menggigil)
8. Blighted ovum adalah suatu keadaan di mana embrio tidak terbentuk tetapi
terdapat kantung gestasi. Kofirmasi tidak ada embrio pada kantung gestasi
(diameter minimal 25 mm) dengan USG.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk abortus meliputi:
1. Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter 2-3
mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm, kantung
telur 3-8 mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 10
mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia gestasi 7 minggu,
diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat bagian kepala dan badan yang menyatu.
Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung gestasi 25 mm, herniasi midgut,
terlihat rhombencephalon, dan limb buds. Pada usia gestasi 9 minggu, tampak
pleksus koroidalis, vertebra, dan ekstremitas. Pada usia gestasi 10 inggu, telah
terlihat bilik jantung, lambung, kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia
gestasi 11, usus telah terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk
dengan baik. Abortus dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila pada
embrio >8 mm tidak ditemukan aktivitas jantung.
2. Kariotipe genetik
3. Tiroid, KGD
4. BIopsi endometrium fase luteal untuk kadar progesteron
5. Infeksi
6. Imunologis
7. Beta hCG
a. Serum beta HCG >2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal90%
KDR
b. Serum beta HCG >6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen 90%
KDR
2.9. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
banding
Abortus - perdarahan dari uterus pada- TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih
iminens kehamilan sebelum 20 umur kehamilan positif
minggu berupa flek-flek - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac (+),
- nyeri perut ringan fetal plate (+), fetal
- keluar jaringan (-) movement (+), fetal heart
movement (+)
Abortus - perdarahan banyak dari- TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin masih
insipien uterus pada kehamilan umur kehamilan positif
sebelum 20 minggu - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac (+),
- nyeri perut berat fetal plate (+), fetal
- keluar jaringan (-) movement (+/-), fetal heart
movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak / sedang- TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin masih
inkomplit dari uterus pada kehamilan kehamilan positif
sebelum 20 minggu - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa hasil
- nyeri perut ringan - teraba jaringan dari konsepsi (+)
- keluar jaringan sebagian (+) cavum uteri atau
masih menonjol pada
osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin masih
komplit - nyeri perut (-) kehamilan positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari setelah
abortus.
USG : sisa hasil konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin negatif
abortion - nyeri perut (-) kehamilan setelah 1 minggu dari
- biasanya tidak merasakan- Dilatasi serviks (-) terhentinya pertumbuhan
keluhan apapun kecuali kehamilan.
merasakan pertumbuhan - USG : gestasional sac (+),
kehamilannya tidak seperti fetal plate (+), fetal
yang diharapkan. Bila movement (-), fetal heart
kehamilannya > 14 minggu movement (-)
sampai 20 minggu
penderita merasakan
rahimnya semakin
mengecil, tanda-tanda
kehamilan sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin masih
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan positif
sedikit gelembung mola - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
- Perdarahan banyak / sedikit sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
- Nyeri perut (+) ringan mola - USG : adanya pola badai
- Mual - muntah (+) - DJJ (-) salju (Snowstorm).

Blighted - Perdarahan berupa flek-flek- TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin positif
ovum - Nyeri perut ringan kehamilan - USG : gestasional sac (+),
- Tanda kehamilan (+) - OUE menutup namun kosong (tidak terisi
janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok (+/-) eritrosit dapat meningkat,
- Perdarahan pervaginam (+/- : hipotensi, pucat, leukosit dapat meningkat.
) ekstremitas dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac diluar
abdomen (+) : perut cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus yang
batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba

2.9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan abortus masih kontroversial. Namun, biasanya didasari oleh jenis
abortus yang terjadi. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid dan
lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis. Langkah pertama dari
serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian kondisi klinis pasien. Penilaian
ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan memulai pertolongan awal
kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali berbagai komplikasi yang
dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok, infeksi/sepsis, perdarahan hebat
(masif) atau taruma intraabdomen. Melalui pengenalan ini, dapat diambil langkah
untuk mengatasi kondisi kegawatdarutan.
Penatalaksanaan abortus secara spesifik disesuaikan dengan jenis abortusnya
yaitu:
1. Abortus imminens
Tirah baring tidak memberikan hasil lebih baik namun dianjurkan untuk
membatasi aktivitas agar meminimalkan kemungkinan rangsangan prostaglandin.
Tidak dianjurkan terapi dengan hormon estrogen dan progesteron. Meta analisis
menunjukkan bahwa tatalaksana abortus imminens dengan preparat progesteron
dengan plasebo menunjukkan hasil yang hampir sama. Regimen progesteron
yang dipakai yaitu dydrogesteron oral 40 mg lalu 10 mg dilanjutkan sampai 16
minggu, pervaginam 25-90 mg sampai 14 hari berhenti berdarah, dan
dydrogesteron oral 10 mg dilanjutkan sampai 1 minggu setelah berhenti
berdarah.
Hindari campur terlebih dahulu karena dapat terjadi kolonisasi bakteri pada
kavum uteri di mana bakteri dapat lanjut menginvasi membran fetus, plasenta,
cairan amnion yang meningkatkan risiko abortus. Selain itu, cairan semen dari
laki-laki dapat merangsang kontraksi uterus dan pengeluaran oksitosin. Vitamin
diberkan dengan asumsi fungsi antioksidan untuk mengatasi penyebab stres
oksidatif pada kasus abortus. Penelitian Rumbold, et al. (2005) pada 35353
kehamilan menunjukkan bahwa pemberian vitamin A gagal menunjukkan
penurunan angka abortus tetapi pemberian vitamin C dan E meunjukkan hasil
sebaliknya. Pemberian tokolitik seperti beta agonis dinilai bermanfaat dalam
menurunkan risiko abortus.
2. Abortus insipiens
Umumnya harus dirawat. Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup
bagi janin, maka dapat diberikan misoprostol untuk mengeluarkan konsepsi.
Analgetik mungkin dapat diberikan. Demikian pula, setelah janin lahir, kuretase
mungkin diperlukan.
Pada kehamilan kurang dari 12 atau 16 minggu biasanya perdarahan tidak
banyak namun bahaya perforasi lebih besar pada kerokan sehingga proses
abortus harus dipercepat. Dengan pemberian infuse oksitosin janin dapat keluar.
Regimen lain yang dapat diberikan adalah ergometrin IM (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 g oral (dapat diulang sekali setelah 4
jam bila perlu). Apabila plasenta masih tertinggal pengeluaran plasenta dilakukan
secara manualdan disusul kerokan.
3. Abortus inkomplit
Abortus inkomplit dapat ditatalaksana dengan rawat ekspektatif, pembedahan,
maupun medikamentosa. Efektivitas rawat ekspektatif berkisar antara 52%-81%
setelah follow up 2 minggu. Terapi medikamentosa dengan misoprostol
menunjukkan efektivitas 80% ke atas. Namun, tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan antara keduanya. Reynold et al. (2005) menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan statistik yang signifikan mengenai efikasi medikamentosa dan
pembedahan dalam penatalaksanaan abortus inkomplit. Namun, terdapat
peningkatan risiko infeksi pelvik pada penatalaksanaan secara surgikal. Hal ini
berlaku saat kantung gestasional <24 mm. Setelahnya, efikasi medikamentosa
dibanding pembedahan akan berkurang 85%. Penelitian Weeks et al. Dengan 600
mcg misoprostol oral dengan aspirasi vakum manual menunjukkan bahwa lebih
baik dengan misoprostol, tetapi tidak bermakna.
a. Perbaiki keadaan umum: volume intravaskuler efektif harus dipertahankan
untuk memberikan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat
Sekitar 13% abortus bersifat infeksius baik pre dan post operasi. Pada sebuah
penelitain RCT yang menilai profilaksis doksisiklin sebelum kuretase,
ditunjukkan tidak ada efek yang bermakna terhadap penurunan motralitas
infeksi pasca kuretase.
c. Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, bila perlu dilakukan laparotomi
eksplorasi, sampai pengangkatan Rahim.
Pada perdarahan ringan dan kehamilan <16 minggu, dapat dilakukan
pengeluaran hasil konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari atau forceps
cincin. Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan <16 minggu,
dilakukan evakuasi hasil konsepsi dari uterus dengan pilihan aspirasi vakum.
Indikasi aspirasi vakum manual adalah pada kasus abortus insipien atau
inkomplit <16 minggu (sumber lain menyebutkan batasan usia kehamilan
<12-14 minggu). Bila evakuasi tidak memungkinkan untuk segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit bila
diperlukan) atau misoprostol 400 g oral (dapat diulang setelah 4 jam bila
diperlukan). Pada kehamilan >16 minggu, dilakukan induksi ekspulsi janin
infus oksitosin 40 IU dalam 1 L kristaloid dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi. Bila perlu, dapat diberikan
misoprostol 200 g per vaginam tiap 4 jam hingga terjadi ekspulsi, dosis total
tidak lebih dari 800 g. Setelah itu, mengevakuasi sisa hasil konsepsi yang
tersisa dari uterus.
4. Abortus komplit
a. Perbaiki keadaan umum
b. Infeksi harus dikendalikan dengan antibiotik yang tepat
c. Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi, bila perlu dilakukan laparotomi
eksplorasi, sampai pengangkatan rahim.
5. Abortus rekuren
Penyebab abortus habitualis untuk sebagian besar tidak diketahui. Oleh karena
itu, penanganannya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, anjuran istirahat cukup banyak, larangan koitus dan
olah raga. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan
lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis. Risiko perdarahan
pervaginam yang hebat maka perlu diperhatikan adanya tanda-tanda syok dan
hemodinamik yang tidak stabil serta tanda-tanda vital. Jika pasien hipotensi,
diberikan secara intravena-bolus kristaloid untuk stabilisasi hemodinamik,
memberikan oksigen, dan mengirim jaringan yang ada, ke rumah sakit untuk
diperiksa.
6. Missed abortion
Bila gestasional <12 minggu, bisa langsung dilakukan dilatasi dan kuretase jika
seviks memungkinkan. Bila gestasional >12 minggu / <20 minggu, dilakukan
induksi (untuk mengeluarkan janin) & diberi Invus (iv) cairan oksitosin (untuk
profilaksis retensi cairan). Terdapat tehnik pemberian prostagalandin untuk
induksi serta berefek pd pembukaan ostium serviks, dgn pemberian mesoprostol
(sublingual). Bila usia gestasi lebih dari 4 minggu memungkinkan terjadinya
gangguan trombosis darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
7. Abortus infeksi atau septik
Kuretase dilakukan setelah 6 jam diberikan antibiotika yang adekuat. Pada
infeksi berat, diberikan ampisilin intravena 2 g setiap 6 jam, gentamisin 5
mg/kgBB intravena selama 24 jam, dan metronidazole 500 mg intravena setiap 8
jam. Pada infeksi ringan, cukup diberikan amoxicillin oral 3 kali sehari selama 5
hari, metronidazole oral 400 mg 3 kali sehari selama 5 hari, dan gentamisin
intravena 5 mg/kgBB bila perlu.
8. Blighted ovum
Dilatasi dan kuraetase secara selektif.

2.11. PENCEGAHAN
Pada serviks inkompeten, dilakukan operasi untuk mengecilkan ostium uteri pada
kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit. Dasar operasinya adalah memperkuat
jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri internum dengan
benang sutera atau dakron yang tebal. Jika berhasil maka kehamilan dapat dilanjutkan
sampai hampir cukup bulan dan benang dipotong pada usia kehamilan 38 minggu.
Operasi tersebut dapat dilakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald.
2.12. PROGNOSIS
Selain pada kasus antibodi antifosfolipid dan serviks inkompeten, angka
kesembuhan setelah tiga kali abortus berturut-turut berkisar antara 70 dan 85 %,
apapun terapinya. Apabila wanita belum pernah melhairkan bayi hidup dan pernah
mengalami paling sedikit satu kali abortus spontan, risiko abortus adalah 46%.
Wanita dengan abortus spontan tiga kali atau lebih berisiko lebih besar mengalami
pelahiran preterm, plasenta previa, presentasi bokong, dan malformasi janin pada
kehamilan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bui, Q., Management Option for Early Incomplete Misscarriage. Cochrane for Clinicans.
2011
2. Evans, Arthur T.Manual of Obstetric 7th ed .Lippincot Williams and Willkins. 2007
3. Fawole, A.O. et al., Misoprostol as first-line treatment for incomplete abortion at
a secondary-level health facility in Nigeria. International Journal of Gynecology
and Obstetrics. 2012
4. Guttmatcher Institute. Aborsi di Indonesia. Guttmatcher Institue. 2008
5. Hatcher, Robert A. Trussell, James.Nelson, Anita L. Contraceptice Technology.Ardent
Media. 2008
6. Keeling, Jean W. Khong T Yee.Fetal and Neonatal Pathology. Springer. 2007
7. McBride, Dorothy E. Abortion in United State. ABC-CLIO.2008
8. Morgan, Mark. Siddighi, Sam.Obstetrics and Gynecology Volume 1.LippincotWilliams and
Willkins. 2004
9. Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md Gilstrap, John C., MdHauth,
Katharine D., Md Wenstrom, John C.Hauth, J. Whitridge Obstetrics Williams(Editor),
StevenL. Clark, Katharine D. Wenstrom.Williams Obstetrics 23rd Ed: McGraw-Hill
Professional
10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2009
11. R. James. Scoot, Md. S. Ronald et al.Danforths Obstetric and Gynecology
9thEdition.Lippincott Williams & Wilkins. 2003
12. Shokry, M., et., Vaginal misoprostol versus vaginal surgical evacuation of first
trimester incomplete abortion: Comparative study. Middle East Fertility Society
Journal. 2014
13. The American Collage of Obstetrician and Gynecologyst. Misoprostol for Post
Abortion Care. 2009
14. World Health Organization. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for
HealthSystems. World Health Organization. 2003

Anda mungkin juga menyukai