Anda di halaman 1dari 23

BAB II

METODE PELAKSANAAN KKN SISDAMAS

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/


mening-katkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Secara
konseptual, pemberdayaan merupakan istilah yang dalam bahasa Inggris
merujuk pada kata empowerment, dimana asal katanya adalah power yang
berarti kekuasaan. Dengan demikian. maka konsep empowerment berarti
terjadinya penguatan kekuasaan dari suatu kelompok/komunitas/
masyarakat. Ife mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata
empowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa),
kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.1
Secara garis besar Empowerment atau Pemberdayaan (selanjutnya
disebut sebagai pemberdayaan) dapat diartikan sebagai pemberian bantuan
kepada masyarakat agar dapat mengembangkan segenap potensi yang
dimilikinya menjadi sebuah kekuatan. 2 Dalam pemberdayaan ini, individu,
kelompok maupun komunitas berusaha mengkrontol kehidupan mereka
sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka. Gagasan ini bermakna untuk mendorong masyarakat
dalam berupaya mengatasi masalah dan memiliki kesadaran untuk
menentukan pilihannya sendiri.
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan
memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer,
yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau

1 J.W. Ife, J.W. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision,


Analysis and Practice. (Australia: Longman, 1995) yang dikutip oleh Ramdani Wahyu Sururie
dkk., Paradigma Dan Siklus KKN SISDAMAS, (Bandung: LP2M UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2016), hlm. 3.
2 Ramdani Wahyu Sururie, Paradigma Dan Siklus KKN SISDAMAS, hlm. 3.
individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan
upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan
sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan
stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan
(pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk
mewujudkan kecenderungan primer harus melalui kecenderungan sekunder
terlebih dahulu.3
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,
yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi
yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali
tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.4
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input), serta pem-bukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)
yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Pemberdayaan bukan
hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-
pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras,
hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari
upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi

3 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS (Kuliah Kerja Nyata
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat), (Bandung: LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
2017), hlm. 5.
4 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 5.
sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta
peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat
erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.5
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh
karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan
masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa
yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain).6
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mempunyai peranan penting
untuk mengembangkan potensi harkat dan martabat serta mampu
menanamkan nilai-nilai ilahiyah pada setiap individu. Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya untuk menuju masyarakat yang agamis. Karena jikalau
seluruh lapisan masyarakat menjadi pribadi muslim yang jujur dan amanah,
tentu daerahnya masing-masing akan mampu berkembang pesat dengan
keahlian berbagai lapisan masyarakat dalam menjalankan tugasnya masing-
masing yang dalam hal ini berlandaskan kejujuran dan keadilan karena
sudah menanamkan nilai-nilai ilahiyah pada dirinya masing-masing.
Tujuan dilaksananankannya program pemberdayaan menurut Payne
adalah untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan, kemampuan
untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan berhubungan

5 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 5.


6 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 5-6.
dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi serta sosial
dalam melakukan tindakan.7 Orang-orang yang telah mencapai tujuan
kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan
akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka
mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal.
Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk membentuk masyarakat
yang mandiri. Mandiri disini maksudnya adalah kemandirian dalam berpikir
lalu bertindak dan mampu mengendalikan apa yang dilakukan. Masyarakat
diberdayakan agar sadar dengan apa yang dialaminya tidak hanya untuk
individu dari tiap masyarakat tapi masyarakat diberdayakan agar terbentuk
masyarakat yang aktif dan tidak apatis lagi dengan kondisi sekitar.
Terbentuknya masyarakat yang bertransformasi dari pasif menjadi aktif serta
kritis akan menciptakan masyarakat yang mandiri, dengan kemandirian
tersebut masyarakat nantinya tidak perlu lagi berpangku tangan atau
mengandalkan lagi bantuan pemerintah dalam mengatasi permasalahan di
lingkungannya. Masyarakat akan terbiasa untuk berinisiatif ketika terjadi
permasalahan di lingkungannya sehingga pemerintah tidak terlalu terbebani
lagi oleh permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Sedangkan sasaran dari kegiatan KKN Sisdamas adalah:
1. Bagi perguruan tinggi, program KKN Sisdamas akan mendorong
tumbuh dan berkembangnya kerjasama berbagai pihak terkait
sehingga terjadi sinergi antara perguraun tingi dan masyarakat serta
instansi terkait;

2. Bagi mahasiswa, program KKN sisdamas akan membangun


terasahnya kompetensinya mahasiswa. Sebagai penggerak perubahan
dalam masyarakat, mahasiswa diharapkan dapat melahirkan
pemimpin yang memiliki kedekatan dengan permasalahan di
masyarakat.
7 M. Payne, Social Work and Community Care, (London: McMillan, 1932) yang
dikutip oleh Ramdani Wahyu Sururie dkk., Paradigma Dan Siklus KKN SISDAMAS, hlm. 3.
3. Bagi masyarakat, program KKN Sisdamas akan mampu secara
swadaya dan swakelola dalam membangun komunitasnya.

B. Tahapan Pelaksanaan KKN SISDAMAS

Dalam menjalankan program KKN SISDAMAS 2017, kelompok 32


mengikuti tahapan-tahapan atau siklus yang sudah disosialisasikan oleh
LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Program yang dilaksanakan oleh
Kelompok 32 adalah Menanamkan Akhlak Karimah Tuk Menjalin Ukhuwah
Islamiyyah. Tahapan pelaksanaan KKN SISDAMAS merupakan serangkaian
proses penguatan untuk perubahan tatanan masyarakat yang maju (madani)
dalam konteks pemberdayaan hanya dapat dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi Awal dan Rembug Warga

Dalam tahapan sosialisasi awal ini, kelompok 32 mulai


menyusuri wilayah Desa Haurpugur sebagai tempat kami
melaksanakan KKN SISDAMAS 2017. Kami pun menemukan wilayah RW
(Rukun Warga) yang lumayan dekat dengan posko kami yakni RW 04
Dusun II Desa Haurpugur. Ketua RW 04 bernama bapak Oman dan kami
pun mengunjungi rumahnya, setelah sampai di rumahnya,
disampaikanlah maksud dan tujuan kedatangan ke wilayah tersebut
adalah dalam rangka KKN SISDAMAS 2017 (Kuliah Kerja Nyata Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat). Ketua RW 04 pun pada akhirnya
menerima kedatangan kami ke wilayah yang tidak dan lain adalah
untuk bekerja sama memajukan dan mensejahterakan wilayahnya.
Sosialisai Awal ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 08 Agustus
2017.
Setelah bertemu dan bercengkrama dengan Ketua RW 04 yakni
bapak Oman, kami pun melanjutkan perjalanan untuk menemui Ketua
atau Staf Pengurus DKM Asy-Syukur. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya untuk mengabdi kepada masyarakat melalui kegiatan yang ada
di Masjid Asy-Syukur. Karena memang niatan tersebut juga sudah
disetujui oleh Ketua RW 04 yang menganjurkan kami juga untuk
mengembangkan dan memajukan kegiatan yang ada di Masjid Asy-
Syukur.
Dari perbincangan dengan Wakil Ketua DKM Asy-Syukur, kami
dianjurkan untuk mengabdi di DTA (Diniyyah Takmiliyah Awwaliyah)
Asy-Syukur yang memang sedang terjadi beberapa masalah intern
didalamnya hingga pengajiannya belum tertata dengan rapih.
Keesokan harinya, tepatnya hari Rabu tanggal 09 Agustus 2017 kami
mendatangi tempat mengaji DTA Asy-Syukur. Hal pertama kali yang
kami lakukan adalah melakukan sosialisasi awal dengan staf pengajar
DTA Asy-Syukur dan bertemulah kami dengan Kang Muhammad Megah
yang meneriman kedatangan kami dengan ramah serta menyetujui
maksud dan tujuan kedatangan kami ke DTA Asy-Syukur adalah untuk
mengabdi di DTA tersebut.
Dari penuturan staf pengajar yang ada di DTA Asy-Syukur
bahwasannya DTA Asy-Syukur beberapa bulan ini sistemnya belum
berjalan dengan baik dan pihak DTA pun memohon bantuannya kepada
kami untuk membangun dan mengembangkan kembali DTA tersebut
supaya anak-anak di DTA tersebut menjadi semangat mengaji dan
akhirnya menjadi generasi muslim sejati yang unggul dan kompetitif
serta bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, negaranya, dan kejayaan
agama Islam.
Gambar 2.1 Perbincangan bersama DKM Asy-Syukur

Setelah mendapatkan izin dari DKM Asy-Syukur, kami dari


kelompok 32 melaksanakan tahapan KKN SISDAMAS selanjutnya yaitu
Rembug Warga. Rembug Warga ini dilakukan sebagai upaya untuk
bersosialisasi dan bersilaturahmi dengan seluruh masyarakat yang ada
di Desa haurpugur baik dari pihak tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh wanita, tokoh pemuda, aparat pemerintah setempat dan lain-
lain.
Rembug Warga dilaksanakan pada hari selasa tanggal 08
Agustus 2017 bersamaan dengan Sosialisasi Awal yang bertempat di
Aula Desa Haurpugur. Rembug Warga ini bertujuan untuk mengetahui
sikap masyarakat terhadap KKN Sisdamas yang berusaha memecahkan
masalah sosial yang ada di wilayah tersebut. Apabila masyarakat
memutuskan untuk menerima KKN Sisdamas, maka secara otomatis
masyarakat harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan upaya
penanggulangan masalah sosial dengan koridor yang sudah
dikembangkan oleh KKN Sismadas, yaitu melaksanakan proses
pembelajaran dalam daur penanggulangan masalah sosial secara
partisipatif yang diejawantahkan dalam tahapan siklus-siklus
selanjutnya.8

8 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 20.


Gambar 2.2 Rembug Warga di Masjid Asy-Syukur

Dalam Rembug Warga ini juga, kami menyampaikan mengenai


KKN Sisdamas, Tahapan Pelaksanaan KKN Sisdamas, dan Program yang
akan dijalankan oleh kami (Kelompok 32). Inti dari pertemuan ini
adalah kami mengutarakan sebuah pengantar dari program kami
supaya masyarakat bisa bersama-sama membantu menjalankan
program yang akan kami realisasikan.

2. Refleksi Sosial

Refleksi Sosial dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran


kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah sosial. Kesadaran
kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali dalam berbagai
program yang menempatkan masyarakat sebagai objek
pembangunan, acapkali masyarakat tidak diajak untuk melakukan
berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari
masalah yang sebenarnya.9 Refleksi Sosial ini dilakukan secara paralel
dengan Sosialisasi Awal dan Rembug Warga dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 08 Agustus 2017. Dalam pertemuan ini ditemukanlah
beberapa masalah yang berkaitan dengan DTA Asy-Syukur dan pada
akhirnya kami memutuskan untuk fokus terhadap pemecahan masalah
9 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 20.
yang ada di DTA Asy-Syukur seperti masalah kepemimpinan dan
administrasi.
Dalam pelaksanaan tahapan Refleksi Sosial terdapat 2 hal
penting yang harus dilakukan, yaitu Olah Pikir dan Olah Rasa. Olah Pikir
adalah solusi untuk menumbuhkan kesadaran dan mencari hubungan
sebab akibat untuk memecahkan akar permasalahan sosial yang
sebenarnya. Sedangkan Olah Rasa adalah upaya untuk membantu
masyarakat dalam menumbuhkan sikap dan perilakunya yang
berhubungan dengan nilai-nilai luhur manusia (memanusiakan
manusia).
Dalam forum Refleksi Sosial ini kami menyampaikan materi
yang didalamnya mencakup olah rasa dan olah pikir. Berkaitan dengan
program kami yakni Dalam Dekapan Ukhuwah, Kita Bina Akhlak
Karimah, kami menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
pentingnya akhlak/adab tatakrama dalam segala aktifitas kehidupan
sehari-hari. Kita akan merasakan indahnya hidup bermasyarakat
jikalau masyarakatnya mempunyai akhlak yang mulia sehingga
terciptalah ukhuwah atau semangat persatuan dalam menggapai
Ridho Allah Swt. Hal tersebut dapat kita ketahui dan renungkan dengan
mempelajari kehidupan Rasulullah Saw. dalam membangun Pola
Persaudaraan (Muakhkhah) dan Terbentuknya Nilai Kasih Sayang. Maka
dari itu, kami pun menyampaikan bagaimana Rasulullah Saw. Membina
umat menuju akhlak karimah dalam dekapan Ukhuwah Islamiyyah.

3. Pemetaan Sosial

Pemetaan Sosial sebagai upaya lanjutan untuk menggali


informasi, bagaimana kondisi nyata dari masalah-masalah yang
dikemukakan dan dirumuskan pada saat refleksi sosial. Penggalian
informasi ini bertujuan untuk mencari data dan fakta dari masalah-
masalah yang ada sehingga informasi dan fakta tersebut bisa dianalisa
dan dikaji bersama.
Dalam tahapan ini dilakukan dengan metode dan teknik yang
dikembangkan untuk Pemetaan Swadaya yang lebih menekankan pada
proses diskusi masyarakat. Alat kajian (tools) yang dikembangkan
adalah alat untuk mengajak masyarakat terlibat dalam proses
penggalian informasi, analisa dan perumusan masalah/kebutuhan,
sehingga melalui proses tersebut sebetulnya masyarakat yang terlibat
menjadi peneliti bagi dirinya dan kehidupan lingkungannya sendiri.10
Proses penggalian informasi yang kami lakukan di wilayah Desa
Haurpugur adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai persoalan nyata mereka sendiri berdasarkan kepada fakta
dan informasi yang ada, sehingga yang mereka rumuskan bukan daftar
keinginan tetapi daftar kebutuhan, masalah dan potensi yang
bermanfaat untuk lingkungannya terutama dalam rangka
penanggulangan sosial. Dari proses ini kami mendapatkan beberapa
pemetaan sosial yang meliputi kebutuhan, masalah, dan potensi.
Ketiga hal itu tertuang dalam tabel berikut ini.
a. Tabel Pemetaan Sosial Kebutuhan

Tabel 2.1

Pemetaan Sosial Kebutuhan

Lokasi
No Kebutuhan Vol Frek
(RT/RW)
1 Kepala DTA Asy-Syukur 02/16
Guru Laki-Laki untuk DTA
2 02/16
Asy-Syukur
Kelengkapan Administrasi
3 02/16
DTA Asy-Syukur
Metode Pembelajaran
4 02/16
untuk DTA Asy-Syukur
5 Sarana dan Prasarana 02/16

10 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 23.


untuk DTA Asy-Syukur
(Latihan Qasidah, Nasyid,
Pidato dll)
Bimbingan Akhlak Mulia
6 untuk Para Santri DTA 02/16
Asy-Syukur

b. Tabel Pemetaan Sosial Masalah

Tabel 2.2

Pemetaan Sosial Masalah

Lokasi
No Masalah Vol Frek
(RT/RW)
Belum ada sosok yang
1 bisa memimpin DTA Asy- 02/16
Syukur
Belum ada Guru Laki-Laki
2 02/16
untuk DTA Asy-Syukur
Administrasi DTA Asy-
3 Syukur yang belum 02/16
tertata dengan rapih
Kualitas Guru DTA Asy-
Syukur yang belum
4 02/16
terasah (Kekurangan
Metode Pembelajaran)
Kurangnya Sarana dan
5 Prasarana untuk DTA Asy- 02/16
Syukur

c. Tabel Pemetaan Sosial Potensi

Tabel 2.3

Pemetaan Sosial Potensi


Lokasi
No Masalah Vol Frek
(RT/RW)
Tersedianya Sumber Daya
1 Manusia (bukan tenaga 3 02/16
ahli)

Secara umum, masalah yang ada di wilayah yang kami kaji


yakni RW.16 Desa Haurpugur adalah Kelembagaan dan
Kepemimpinan. Kelompok-kelompok yang terkenan dampak dari
permasalahan tersebut yaitu DTA (Diniyyah Takmiliyah Awwaliyah)
Asy-Syukur, DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Asy-Syukur, dan
masyarakat terutama anak didik yang sedang menuntut ilmu di
DTA Asy-Syukur. Informasi yang dihimpun untuk setiap komponen
bidang kehidupan masyarakat pada dasarnya terdiri dari informasi
mengenai aktifitas masyarakat dan aspek kelembagaan yang
terkait dengan bidang kehidupan tersebut. Hasil dari penggalian
informasi tersebut tidak sekedar berdasarkan kepada fakta empiris
berupa hasil pengamatan atau wawancara maupun data sekunder
saja, melainkan juga dari impresi anggota kelompok terhadap
fakta-fakta tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah guna memvisualisasi dan
memudahkan analisis pemetaan, kami menggunakan teknik Village
History. Village History atau sejarah desa/ kawasan merupakan
kajian suatu keadaan dari waktu ke waktu meliputi manusia,
sumber daya alam, lingkungan keadaan ekonomi budaya, sosial
politik dan keadaan penting masa lalu.11 Banjar sudah 14 tahun
menjadi kota Banjar setelah melepaskan diri dari Kabupaten
Ciamis. Secara administratif, kota ini terdiri atas 4 kecamatan, yaitu
Banjar, Purwaharja, Pataruman, dan Langensari, yang dibagi lagi
atas sejumlah desa dan kelurahan. Banjar pernah menjadi kota

11 Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 24.


kecamatan bagian dari Kabupaten Ciamis, kemudian ditingkatkan
statusnya menjadi kota administratif.
Desa Haurpugur awalnya merupakan bagian dari Desa
Banjar kemudian dipecah menjadi 3 wilayah yakni Desa Banjar,
Desa Mekarsari, dan Desa Hegarsari. Sejak tahun 2008 berubah
kedudukan menjadi Desa Haurpugur karena sejak tanggal 21
Februari 2003, Banjar berubah status menjadi kota, maka dari itu
Mekarsari menjadi kelurahan.
Bangunan yang ditempati sekarang oleh Desa Haurpugur
merupakan warisan dari Kelurahan Banjar, yang dulu itu bertempat
di dekat pasar dan terminal. Perkembangan kelurahan dibangun
pada tahun 1320. Wilayah fokus kajian kami adalah RW.16 Desa
Haurpugur Dusun II. RW.16 terdiri dari 3 RT yang mayoritas
penduduknya lebih banyak perempuan dan dari aspek ekonomi
dapat dikatakan cukup sejahtera karena cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Adapun, mata pencaharian RW.16 sebagian besar memilih
menjadi buruh tani dan adapula yang bekerja dalam bidang
perdagangan. Dalam bidang pendidikan, sebagian besar
merupakan lulusan SD namun adapula yang lulusan SMA. Program-
program yang berjalan di RW.16, diantaranya adalah BLT (Bantuan
Langsung Tunai), Balitung (Balita Menabung), RTLH (Rumah Tidak
Layak Huni), Gerakan Sholat Shubuh Berjamaah di Masjid, Gerakan
Maghrib Mengaji, dan lain-lain.
Tahapan Pemetaan Sosial ini, kami laksanakan mulai dari
tanggal 12 Februari 2017 sampai pada akhirnya kami melakukan
pertemuan untuk berdiskusi dengan para wakil masyarakat di
RW.16 Desa Haurpugur. Diskusi pertama dilaksanakan pada hari
rabu tanggal 22 Februari 2017 yang bertempat di Masjid Asy-
Syukur dengan pokok bahasan yaitu rencana Pemberdayaan Guru
DTA Asy-Syukur, Program-Program untuk DTA Asy-Syukur, rencana
acara Penutupan sekaligus Pentas Kreasi Santri DTA Asy-Syukur.
Diskusi ini dihadiri oleh kepala DTA Asy-Syukur, Staf Guru DTA Asy-
Syukur, wakil ketua DKM Asy-Syukur, dan Mahasiswa/i UIN SGD
Bandung KKN Sisdamas Kelompok 32. Pertemuan kedua yakni pada
hari kamis tanggal 23 Februari 2017 lebih fokus menggali informasi
sejarah Dusun II RW.16 Desa Haurpugur bersama narasumber wakil
ketua DKM Asy-Syukur yaitu Bapak Dul Hari yang dulu pernah
menjadi ketua Forum di tingkat Dusun se-Desa Haurpugur.

Gambar 2.3 Refleksi Sosial

4. Pengorganisasian Masyarakat

Siklus ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat


terhadap adanya organisasi masyarakat warga yang mampu
menerapkan nilai-nilai luhur yang dimotori oleh pemimpin yang
mempunyai kriteria yang sudah ditetapkan oleh masyarakat sebagai
jawaban dari hasil analisa kelembagaan dan refleksi kepemimpinan
yang sudah dilaksanakan dalam siklus Pemetaan Sosial.12
Organisasi masyarakat warga yang dibangun bisa bersifat
organik berbentuk paguyuban atau perhimpunan atau memanfaatkan
organisasi atau lembaga yang sudah ada di masyarakat seperti
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Majelis Ulama

12Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 26.


Indonesia (MUI), Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Pembina
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna dan lain-lain.13
Dalam tahapan ini, kami dari Kelompok 32 memilih untuk
berusaha memberdayakan lembaga yang sudah ada di masyarakat
yaitu DTA Asy-Syukur yang terletak di RW.16 Desa Haurpugur
Kecamatan Banjar Kota Banjar. Pengorganisasian Masyarakat ini kami
laksanakan pada hari rabu tanggal 22 Februari 2017 di Masjid Asy-
Syukur. Dalam pertemuan ini, kami berdiskusi dengan kepala dan staf
pengajar DTA Asy-Syukur serta wakil ketua DKM Asy-Syukur mengenai
hal-hal yang bisa menunjang dalam perkembangan DTA Asy-Syukur
ke depannya setelah didapatkan beberapa permasalahan yang terkait
dengan lembaga tersebut.
Dari hasil diskusi, ternyata para guru DTA Asy-Syukur berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda dan hampir semuanya
belum tahu mengenai metode pembelajaran yang baik dan cocok
untuk DTA. Kami pun memutuskan untuk memberikan dorongan dan
pelatihan mengenai metode pembelajaran untuk DTA kepada para
guru DTA Asy-Syukur. Kami berharap semoga metode pembelajaran
yang kami sampaikan bisa diberi inovasi kembali oleh para Guru DTA
Asy-Syukur dan dapat juga dibagikan pengalamannya dengan para
Guru DTA se-Desa Haurpugur bahkan sampai se-Kota Banjar.
Pemahaman metode pembelajaran untuk DTA ini semoga menjadi
wahana bersama untuk saling belajar memecahkan masalah, saling
peduli dan menghargai di antara anggotanya dan kalau sudah
semakin berkembang dapat menumbuhkan kepercayaan (trust) dari
pihak luar.

5. Perencanaan Partisipatif

Dokumen perencanaan partisipatif (dorantif) merupakan


perencanaan partisipatif warga untuk mengambangkan program

13Ibid hlm. 26.


penanggulangan sosial, baik jangka pendek selama satu tahun
maupun jangka menengah selama 3 tahun. Program yang
dikembangkan berdasarkan hasil kajian masalah (kebutuhan) dan
analisa potensi dalam Pemetaan Sosial secara swadaya. Walaupun
siklus ini merupakan siklus lanjutan dari pemetaan sosial akan tetapi
pelaksanaannya setelah pengorganisasian masyarakat dan
pengembangan Pokja.14 Khusus dalam pembentukan Pokja (kelompok-
kelompok kerja), kami memaksimalkan tenaga yang ada di DTA Asy-
Syukur yang saat ini terdiri dari 4 Orang dan bantuan dari DKM Asy-
Syukur serta aparat pemerintah setempat seperti RW dan RT.
Kegiatan ini dilakukan belakangan, dengan dasar pemikiran
bahwa pengurus organisasilah yang akan mengambil keputusan
untuk pengembangan progam-program mana dari keebutuhan
masyarakat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Di sisi lain
penerima manfaat dari program ini diprioritaskan pada kantung
masalah yang sudah diidentifikasi dalam pemetaan swadaya. Dalam
pengembangan dorantif, sumberdaya baik manusia maupun
sumberdaya lainnya diharapkan bukan hanya dari masyarakat, akan
tetapi harus dipikirkan pemenuhannya dari kerjasama dengan
pengusaha/ swasta dan dinas/ pemerintah setempat dan lembaga-
lembaga lain yang mempunyai program yang sejalan dengan dorantif
yang disusun oleh masyarakat.15
Program yang dijalankan oleh Kelompok 32 di wilayah RW.16
Desa Haurpugur adalah berkaitan dengan lembaga keagamaan yakni
DTA Asy-Syukur. Lembaga ini mempunyai peranan untuk
menanamkan aqidah islam yang kuat dan mencetak generasi muslim
yang unggul dan kompetitif serta berakhlak mulia. Kebanyakan dari
program-program yang akan dijalankan oleh DTA Asy-Syukur nantinya
adalah lebih kepada Pembinaan Akhlak Mulia yang pada akhirnya

14Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 27.


15Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 27-28.
tertanamkan dalam diri pribadi setiap santri semangat Ukhuwah
Islamiyyah dalam segala hal.
Program yang kami jalankan ini berorientasi pada visi UIN
Bandung yang intinya menjadi pribadi muslim yang unggul dan
kompetitif berbasis wahyu memandu ilmu dalam bingkai akhlak
karimah. Dokumen perencanaan partisipatif yang kami buat adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.4
Program DTA
Sumber
No Kegiatan Lokasi Harga
Biaya
1 Manasik Haji DTA RW.16 2.500.000
(Peralatan
Asy-Syukur
Manasik
Haji)
2 Pawai Hikmah Desa 100.000
Muharram DTA Asy- Haurpu
Syukur gur
3 Pelatihan Nasyid, RW.16 2.500.000
Hadroh, dan (Peralatan
Rebbana Nasyid dll)
4 Hikmah Maulid Nabi RW.16 1.000.000
Saw.
5 Hikmah Rajab RW.16 800.000
6 Hikmah Ramadhan RW.16 1.500.000
7 Kerja Bakti (GBS- RW.16 80.000
Gerakan Bebersih (Peralatan
Sasareungan) Kebersihan)
8 Forum Komunikasi RW.16 80.000/
Orang Tua Santri DTA pertemuan
Asy-Syukur
9 Pentas Kreasi Santri RW.16 1.000.000
DTA Asy-Syukur
Dalam Menanamkan
Semangat Ukhuwah
Islamiyyah
10 Kelengkapan RW.16 150.000
Administrasi dan
Sarana-Prasarana di
DTA Asy-Syukur

Kegiatan di atas juga dapat ditambah dengan pentas kreasi


santri DTA Asy-Syukur. Hal tersebut dimaksudkan untuk memacu
semangat para santri dalam berkontribusi untuk Syiar Islam. Syiar
Islam tersebut bisa dituangkan melalui puisi, pidato, murottal, nasyid,
nadoman, dan lain-lain.

6. Sinergi Program

Hasil perencanaan partisipatif ditentukan prioritas program


kegiatan yang disepakati bersama oleh seluruh stakeholder di desa
lokasi KKN melalui semacam forum rapat paripurna. Rapat tersebut
seyogyanya difasilitasi oleh organisasi masyarakat yang disepakati
melalui pendampingan peserta KKN dan DPL. Pada forum itu hadir
aparatur desa (Kades, LPMD, BPD dll), tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh wanita, tokoh pemuda. Dalam forum ini juga,
melakukan penetapan angka partisipasi swadaya masyarakat baik
dalam bentuk tenaga, bahan material atau uang tunai yang
dikapitalisasi. Kemudian dibuatlah proposal kegiatan dengan angka
yang riil dari hasil prioritas program dengan proses pendampingan
oleh peserta KKN.16
Dalam tahapan ini, dipilihlah salah satu kegiatan dari beberapa
kegiatan yang telah disepakati bersama, yaitu Menanamkan
Semangat Ukhuwah Islamiyyah Santriwan-Santriwati DTA Asy-Syukur

16Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 28-29.


Melalui Kreasi dan Prestasi. Kemudian kami bersama Staf Pengurus
DTA Asy-Syukur membuat proprosal kegiatan tersebut yang tiada lain
dan tiada bukan tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah dalam
rangka pembinaan akhlak mulia yang memang sesuai dengan
program kami dari awal yakni Bimbingan Akhlak Mulia melalui
penanaman semangat Ukhuwah Islamiyyah kepada para Santri DTA
Asy-Syukur Melalui Kreasi dan Prestasi.

7. Pelaksanaan Program

Pada tahap ini semua pihak terlibat dalam kegiatan


pelaksanaan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing panitia. Relawan diarahkan untuk mengisi pos-pos yang
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nilai-nilai luhur
kemanusiaan dalam bentuk sikap gotong royong, jujur, peduli,
tanggungjawab dan sebagainya diimplementasikan bersama pada
tahap ini.17
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi baik secara lisan dan
tulisan. Secara lisan dapat dilakukan secara face to face atau melalui
pengumuman pengeras suara milik masyarakat seperti dari masjid
atau mushola dengan oleh tokoh masyarakat dana atas persetujuan
bersama. Secara tulisan dapat berbentuk surat, leaflet atau spanduk,
papan proyek, dan lain-lain.18
Secara tulisan, kelompok 32 memasang banner di depan posko yang berisikan
bahwa kami sedang melakukan KKN Sisdamas di Desa Haurpugur Kecamatan Banjar
Kota Banjar. Secara lisan, kami sebelumnya sebagaimana dituliskan dalam tahapan
sosialisasi awal dan rembug warga, kami selaku peserta KKN kelompok 32 melakukan
pertemuan dengan warga dan membicarakan perihal adanya kegiatan KKN di daerah
tersebut.
Sebelum bersosialisasi ke warga sekitar, kami diberi pembekalan oleh pihak
kelurahan terkait KKN yang akan kami lakukan. Selain berinteraksi dengan warga

17Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 29.


18Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 29.
masyarakat, kami juga berinteraksi dan membantu sekaligus mencari informasi di
kantor kelurahan. Beberapa perwakilan kelompok diharuskan datang ke kelurahan
sesuai jadwal yang telah ditentukan selama diskusi bersama kelompok lain dalam satu
kelurahan.
Selain kelurahan, kami juga kadang mengikuti beberapa kegiatan yang
diadakan di kecamatan yaitu kecamatan Banjar. Beberapa kegiatan tersebut seperti acara
istigosah, program apel, dan diskusi mengenai acara HUT Banjar yang kebetulan jatuh
pada tanggal 20 Februari. Beberapa perwakilan kelompok juga ikut menjadi panitia
untuk acara HUT Banjar.
Wilayah tempat kami KKN sangat antusias dan mendukung adanya program
KKN Sisdamas di daerah tersebut. Kami pun menjadi lebih semangat dan menjadi lebih
inovatif untuk membuat program-program yang sesuai dan cocok dengan masalah yang
akan kami temukan.
Pelaksanaan Program yang kami jalankan pertama kali adalah
pembinaan akhlak karimah/ mulia kepada para Santri DTA Asy-Syukur.
Kami terlibat sebagai relawan pengajar di DTA Asy-Syukur. Pembinaan
akhlak mulia tersebut disampai melalui berbagai metode berdasarkan
kemampuan akademis dari setiap mahasiswa/i dari kelompok 32. Ada
yang menggunakan metode nadom, penyampaian sejarah Islam
(khususnya keteladanan Rasulullah Saw.), dan lain-lain.
Adapun pemberdayaan yang kami realisasikan adalah
Pemberdayaan Guru DTA Asy-Syukur mengenai Metode Pembelajaran
yang baik dan bagus untuk DTA Asy-Syukur. Materi yang disampaikan
bersumber dari hasil pengamatan Kelompok 32 terhadap proses
pembejalaran di DTA Asy-Syukur dan sikap para Santri DTA Asy-
Syukur. Rujukan lainnya adalah Materi Guruku Teladanku yang
disampaikan oleh Ustadz Budi Ashari, Lc di Al-Fatih Tv. Kegiatan
pemberdayaan ini dilaksanakan selama dua hari, yakni pada hari
senin tanggal 27 Februari 2017 dengan materi Guruku Teladanku dan
Permasalahan DTA di Era Globalisasi. Pada hari kedua, tepatnya hari
selasa tanggal 28 Februari 2017 membahas Metode Pembelajaran
untuk DTA Asy-Syukur dan Peranan Guru untuk Mencetak Generasi
Muslim yang Unggul dan kompetitif dalam Bingkai Akhlak Mulia.
Pelaksanaan Program lainnya adalah kegiatan hasil dari
kesepakatan dan musyawarah dengan berbagai pihak yang ada di
RW.16 Desa Haurpugur. Kegiatan ini kami realisasikan pada hari sabtu
tanggal 4 Maret 2017 yang bertempat di Masjid Asy-Syukur. Acara ini
berjudul Menanamkan Semangat Ukhuwah Islamiyyah Santriwan-
Santriwati Melalui Kreasi dan Prestasi. Kegiatan ini bertujuan untuk
Syiar Islam dalam hal penanaman semangat Ukhuwah Islamiyyah
dengan membina akhlak mulia khususnya kepada para Santri DTA
Asy-Syukur dan umumnya masyarakat sekitar RW.16 Desa Haurpugur.
Dengan adanya kegiatan seperti ini dan tujuannya untuk kebaikan
serta kemashlahatan umat, semoga kegiatan yang ada di DTA Asy-
Syukur bisa menjadi contoh untuk DTA lainnya.
Pada intinya, Kami memfokuskan program utama kami yaitu pemberdayaan
DTA Asy-Syukur. Hal ini dikarenakan masalah yang terdapat dalam lembaga tersebut
sangat menarik perhatian kami. Setelah melakukan pembicaraan dengan DKM dan
kader pengurus lama serta kajian lapangan selama kami mengajar di DTA, masalah
masih tetap sama yakni administrasi yang kurang tertata, kurangnya tenaga pengajar
yang kompeten dan kurangnya minat anak-anak untuk mengaji di DTA.
Kami mengajukan beberapa solusi untuk permasalahan tersebut. Mula-mula
kami mendata santri yang mengaji di DTA. Pendataan kami ambil saat kami mengajar
ngaji di DTA. Setelah pendataan dilakukan, kami membuat format untuk data santri
DTA Asy-Syukur. Administrasi yang kami buat mengacu pada beberapa DTA di tempat
lain yang kami pandang bisa menjadi contoh bagi DTA Asy-Syukur kedepannya.
Selain itu, kami juga mengajar secara bergantian di DTA Asy-Syukur sebagai
bentuk pengabdian kami kepada DTA Asy-Syukur. Saat kami mengajar, terdapat kader
pengurus baru yang memperhatikan kami selama proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang kami lakukan menggunakan berbagai metode pembelajaran supaya
pembelajaran tidak membosankan dan juga bias menarik minat anak untuk rajin
mengaji.
Gambar 2.4Pelaksanaan Program

8. Monitoring dan Evaluasi

Pada tahapan ini, organisasi masyarakat memfasilitasi


pertemuan warga bersama pemerintahan desa untuk membentuk tim
Monitoring dan Evaluasi. Kemudian tim melakukan tugas monitoring
dan evaluasi dengan mengecek kembali hasil pelaksanaan program
disesuaikan dengan rencana yang terdapat dalam proposal. Hasil
temuan monitoring dan evaluasi direkomendasikan kepada organisasi
masyarakat untuk bahan tindak lanjut pada program tahun
berikutnya.19
Dalam pelaksanaan program, kami di monitoring dan
mengevaluasi bersama-sama dengan pihak dari DKM Asy-Syukur
yang memang diberi kepercayaan oleh aparat pemerintah setempat
yakni Ketua RW.16 untuk memantau kegiatan kami selama satu
bulan di wilayah RW.16 Desa Haurpugur. Monitoring tersebut
dilaksanakan sebagai upaya untuk pembelajaran dari pihak DKM dan
DTA Asy-Syukur terkait program mana saja yang bisa dilanjutkan dan

19Ramdani Wahyu Sururie dkk., Panduan KKN SISDAMAS, hlm. 29-30.


dikembangkan setelah selesainya mahasiswa/i UIN SGD Bandung
Kelompok 32 dalam rangka melaksanakan tugas KKN Sisdamas 2017.

Anda mungkin juga menyukai