Anda di halaman 1dari 33

PATOFISIOLOGI

GANGGUAN HEMATOLOGI DAN IMUN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi


Dosen Pengampu : Ns. Trimawati, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 4:

Bunga Sisxa Feviani 010115A025

Dana Dewintasary 010115A026

Devi Anis Ramonda 010115A028

Dinia Estu Pangestuti 010115A034

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Gangguan Hematologi Dan Imun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Ungaran, 29 September 2016

2
DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKAN 4
B. RUMUSAN MASALAH 6
C. TUJUAN 6
D. MANFAAT 6

BAB II PEMBAHASAN

A. DARAH
1. Definisi Darah 7
2. Komponen Darah 7
3. Perkembangan Darah 12
4. Kelainan Sel Darah 16
5. Mekanisme Pembekuan Darah 18
B. SISTEM IMUN
1. Definisi Imun 19
2. Sistem Imun Spesifik dan Non spesifik 21
3. Jenis-jenis Imun 23
4. Mekanisme Hipersensitivitas 24
5. Fungsi Sistem Imun 29
6. Imunitas Natural dan Adaptif 29
7. Gangguan Sistem Imun 31

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 32
B. SARAN 32

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna
sebagai pengedar oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta
mengangkut karbon dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran.Alat
transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut
sistem peredaran darah.Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah,
jantung, dan pembuluh darah.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-
zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri.Istilah medis yang berkaitan dengan darah
diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal dari kata Yunani yang
berarti haima yang berarti darah.
Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah
ada dua jenis warna merah pada darah manusia. Warna merah terang
menandakan bahwa darah tersebut mengandung banyak oksigen,
sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh adanya
hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein)
yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat
terikatnya molekul-molekul oksigen.
Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-
obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk
dibuang sebagai air seni.Manusia dan hewan mempunyai sistem untuk
mempertahankan diri terhadap penyakit yang dikenal dengan sistem
imunitas. Ada dua jenis imunitas , yaitu imunitas bawaan dan imunitas

4
adaptif. Kedua imunitas tersebut merupakan garis pertahanan pertama
terhadap semua pengganggu. Bagian utama tubuh yang berfungsi sebagai
imunitas bawaan adalah kulit,air mata dan air liur.
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan yang sehat, makan cukup
berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa yang beracun kedalam
tubuh.Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera
dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup.Dalam
tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya
tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir,
pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan
memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk
membantu daya tahan tubuh sang bayi .semakin dewasa, sistem kekebalan
tubuh terbentuk sempurna. Namun pada orang lanjut usia, sistem
kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul
penyakit degenerative atau penuaan.
Pada pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara
cepat dan instan.Hal ini berdampak juga pada pola makan.Sarapan didalam
kendaraan, makan siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak
nafsu makan.Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara,
kurang berolahraga, dan steres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh
akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu,
banyak orang yang masih muda mengidap penyakit degenerative. Kondisi
stress dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan
antibody. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan,
sehingga timbulberbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia
produktif.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan darah ?
2. Apa saja fungsi darah secara umum ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya darah ?
4. Apa saja gangguan darah atau hematologi ?
5. Apa yang dimaksud dengan system imun ?
6. Apa saja fungsi system imun ?
7. Bagaimana mekanisme infeksi pada gangguan system imun ?
8. Apa saja gangguan system imun ?

C. TUJUAN
Dengan mempelajari teori ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami
tentang hematologi dan imunologi.

D. MANFAAT
1. Agar dapat mengetahui definisi darah
2. Agar dapat mengetahui fungsi darah secara umum
3. Agar dapat mengetahui mekanisme terjadinya darah
4. Agar dapat mengetahui gangguan darah
5. Agar dapat mengetahui sistem imun
6. Agar dapat mengetahui fungsi sistem imun
7. Agar dapat mengetahui mekanisme infeksi sistem imun
8. Agar dapat mengetahui gangguan sistem imun

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DARAH
1. Definisi Darah
Darah merupakan suatu jaringan yang terdiri atas eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit-trombosit yang
terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem
vaskular, mengangkut oksigen dari paru dan nutrien dari saluran cerna
ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga berperan penting dalam
fungsi integratif kelenjar endokrin dengan membawa hormon dari
asalnya ke sel-sel asaran jauh.
Volume darah manusia lebih kurang 5 liter, merupakan 7% dari
berat badan. Eritrosit sendiri mencakup 45% dari volume ini, leukosit
dan trombosit 1% , dan sisanya adalah plasma darah, yaitu cairan
kuning bening yang merupakan matriks ekstrasel jaringan ini. Bila
darah dikeluarkan dari pembuluh darah, dengan cepat darah akan
membeku menjadi massa mirip jeli berwarna merah tua, tetapi jika
pembekuan dicegah dengan anti koagulansia.

2. Komponen Darah
1) Eritrosit
Eritrosit adalah korpuskel-korpuskel kecil yang memberi
warna merah pada darah. Eritrosit berkembang dalam sumsum
tulang sebagai sel sejati, tetapi sebelum memasuki darah, eritrosit
kehilangan nukleusnya, sehingga tidak dapat lagi mensintesis
potein yang memerlukan penarahan DNA. Jumlah normal eritrosit
5,4 juta per milimeter kubik darah pada pria dan 4,8 juta pada
wanita. Jumlah ini sedikit meningkat bila tinggal didataran tinggi
eritrosit ini memiliki bentuk yang sangat khas yaitu berupa cakram
bionkaf berdiameter sekitar 7,5 , ketebalan maksimum 1.9 ,

7
dengan luas permukaan kira-kira 140 2 . eritrosit sangat lentur
dan dapat berbentuk mangkok atau parabola bila mengalir melalui
kapiler sempit.
Fungsi eritrosit. Fungsi utama sel darah merah adalah
membawa oksigen dari paru ke jaringan. Eritrosit mempunyai
kemampuan khusus melakukan fungsi ini karena kandungan
hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin, kapasitas
pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan
tentunya mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh. Fungsi
penting hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen
dengan longgar dan reversibel. Akibatnya oksigen yang langsung
terikat dalam paru, diangkut sebagai oksihemoglobin dalam darah
arterial, dan langsung terurai dari hemoglobin dalam jaringan.
Darah dalam vena, hemoglobin bergabung dalam ion hidrogen
yang dihasilkan oleh metabolisme sel sehingga dapat menyangga
kelebihan asam.
Mekanisme pembentukan sel darah merah (eritrosit),
pemebentukan sel darah merah tidak dimulai seperti sel lainnya
yang melakukan pembelahan sel darah merah menjadi 2 sel darah
merah dan seterusnya. Pembentukan sel darah merah juga dikenal
dengan nama eritropoeisis. Pembentukan sel darah merah pada
manusia berlangsung didaam sumsum tulang. Manusia
membentuk sel darah merah saat masih berupa kumpulan sel
tepatnya dikantung kuning telur (yolk sac). Kemudian setelah
beberapa bulan, pembentukan sel darah merah dilakukan didalam
hati (liver), limfa dan sumsum tulang. Kemudian setelah manusia
menginjak dewasa, pembentukan atau produksi sel darah merah
dilakukan sepenuhnya oleh sumsum tulang membranosa,
walaupun dalam keadaan kritis, sel darah merah akan dibentuk
dihati dan limfa.

8
2) Leukosit
Leukosit atau biasa disebut dengan sel darah putih,
memiliki nukleus dan tidak berwarna dalam keadaan segar.
Jumlah leukosit dalam sirkulasi berkisar antara 5000 sampai 9000
per milimeter kubik darah, tetapi jmlah ini bervariasi sesuai umur,
bahkan dalam waktu berbeda sepanjang hari. Leukosit
digolongkan sebagai leukosit granular atau leukosit nongranular,
terantung ada atau tidaknya ganul spesifik dalam sitoplsmanya.
Leukosit granular mencakup eosinofil, basofil, dan neutrofil
berdasarkan afinitas granulnya terhadap pewarna Romanovsky
yang biasanya dipakai untuk sediaan darah.
Fungsi Leukosit. Fungsi leukosit adalah melindungi tubuh
dari invasi bakteri atau benda asing lainnya. Fungsi utama
neutrofilik PMN adalah memakan benda asing (fagositosis).
Neutrofil tiba di tempat dalam waktu satu jam setelah awitan
reaksi peradangan dan memulai fagositosis, namun relatif berumur
pendek. Kehadiran monosit terlalu lebih lambat, namun sel ini
terus melakukan ativitas fagositik dalam jangka lama. Fungsi
limfosit terutama menghasilkan substansi yang membantu
penyerangan benda asing. Sekelompok limfosit (limfosit T)
membunuh sel secara langsung atau menghasilkan berbagai
limfokin, suatu substansi yang memperkuat aktivitas sel fagositik.
Kelompok limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan antibodi,
suatu molekul protein yang akan menghancurkan benda asing
dengan berbagai mekanismenya
Mekanisme pembentukan sel darah putih (leukosit), sel-sel
polimorfonuklear dan monosit dalam keadaan normal hanya
dibentuk didalam sum-sum tulang, sedangkan sel-sel limfosit dan
sel-sel plasma diproduksi dalam bermacam-macam organ limfoid
termasuk limfe, limpa, tonsil, dan bermacam-macam sel limfoid
yang lain didalam sum-sum tulang, usus dan sebagainnya. Sel-sel

9
darah putih yang dibentuk didalam sum-sum tulang, terutama
granulositosit akan disimpan didalam sum-sum samapi meeka
diperlukan di dalam sistem sirkulasi, kemudian bila kebutuhnnya
meningkat maka akan menyebabkan granulositosittersebut
dilepaskan. Dalam keadaan normal granulositosit yang
bersirkulasi didalam seluruh aliran darah sekitar 3 kali daripada
jumlah granulosit yang disimpan dalam sumsum, jumlah ini sesuai
dengan persediaan granulosit selama 6 hari.

3) Trombosit
Trombosit atau tromboplastid adalah badan kecil tanpa
nukleus dan tak berwarna yang ditemukan dalam darah semua
mamalia. Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2
sampai 4 , yang terdapat dalam plasma draah. Karena dapat
mengalami disitegrasi cepat dan mudah, jumlahnya selalu berubah
antara 150.000 dan 450.000 per 3 darah, tergantung jumlah
yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan kerusakan.
Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang
disebut megakariosit. Roduksi trombosit diatur oleh
tromboprotein.
Fungsi Trombosit. Trombosit berfunngsi untuk pembekuan
darah pada tempat cedera pembuluh darah, dan berfungsi
mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Subtansi yang
dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk
tambalan atau sumbatan, yang sementara mengehntikan
pendarahan. Substansi lain diepaskan dari trombosit untuk
mengaktifkan faktor pembekuan dalam plasma darah.
Mekanisme pembentukan trombosit, terdapat enzim yang
dinamakan trombokinase didalam didalam sel-sel darah pembeku.
Trombopoitein merupakan sistem yang mengatur produk

10
trombosit. Hati dan ginjal adalah penghasilnya. Trombosit
memiliki reseptor untuk trombopoitein dan bisa mengeluarkannya
dari sirkulasi. Sebab, kadar trombopoitein tinggi di
trombositopenia akibat apalsia sumsum tulang.
Jumlah dan kecepatan maturasi megakarosit dipacu oleh
trombopoitein. 6 hari setelah dimulainya terapi, jumlah trombosit
mulai meningkat dan tetap tinggi 7 sampai 10 hari. Trombosit
dalam sirkulasi juga bisa ditingkatkan oleh interleukin. Sebagai
contoh terdapat luka dibagian kulit dan keluar darah. Sel-sel
pembekuan kemudian ikut keluar juga karena tersentuh
permukaan-permukaan kasar, kecuali dinding pembuluh darah.
Dari sini sel-sel pembekuan pecah. Lalu dari dalamnya keluar
suatu zat yang disebut protombin.

4) Plasma Darah
Plasma darah adalah matriks cair yang menampung sel-sel
darah dan mengandung sejumlah protein penting secara fisiologis.
Bila darah membeku dan bekuan itu mengkerut, beberapa protein
plasma yang besar terperangkap dalam bekuan darah. Cairan yang
tertinggal disebut serum darah. Kategori utama protein darah
adalah albumin, globulin, fibrinogen, dan komplemen.
Albumin, dengan beratmolekul sekitar 50.000, adalah
protein plasma terkecil dan terbanyak. Disintesis dihati dan
dilepaskan kurang lebih konstan kedalam darah, albumin esensial
untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah, sehingga
mencegah merembesnya cairan berlebih kedalam matriks ekstrasel
jaringan.
Globulin adalah protein dengan berat molekul bekisar
antara 80.000 sampai sejuta lebih. Globulin dibagi dalam 3
kategori utama, globulin-, globulin- , dan globulin- .

11
Sistem komplemen adalah sekelompok 12 atau lebih protein
serum yang brinteraksi dalam sederetan reaksi yang produknya
berkaita dengan respons imun humoral, dengan awal radang, dan
dengan lisis mikroorganisme yang masuk.

3. Perkembangan Darah
a. Proses pembentukan dan perkembangn sel- sel darah.
Tempat pembentukan darah berbeda-beda sesuai
perkembangan usianya.Pada janin yang masih berumur 3 minggu,
darah dibentuk di bagian yang disebut yolksac, kemudian
berpindah ke hepar, lien, dan sumsum tulang sampai janin
tersebut lahir.Pada bayi yang masih berumur kurang dari 5 tahun,
darah dibentuk di tulang rangka, kemudian setelah dewasa
berpindah ke tulang belakang, iga dan bagian proksimal tulang
panjang.
Proses pembentukan darah dimulai oleh sel pluripotensial,
sel ini kemudian membelah menjadi 3 sel, dimana sel pertama
akan berkembang menjadi sel induk pluripotensial, sel kedua
berkembang menjadi sel limfosit, sedangkan sel yang ketiga
membelah lagi, ada yang menjadi sel eritrosit, trombosil,
neutrofil,monosit, eusinofil, dan basofil.Banyak faktor yang
mempengaruhi pembentukansel-sel darah, seperti zat besi,
vitamin B, asam folat, dan lain-lain.
Pada beberapa minggu pertama gestasi, kantung kuning
telur adalah tempat utama terjadinya hemopoesis. Sejak usia 6
minggu sampai bulan ke 6-7 masa janin, hati, limpa merupakan
organ utama yang berperan danterus memproduksi sel darah
sampai sekitar 2 minggu stelah lahir. Sumsum tulang adalah
tempat yang paling penting sejak usia 6-7 bulan kehidupan janin
dan merupakan satu-satunya sumber sel darah baru selama masa
anak dan dewasa yang normal.

12
Hemopoesis mencakup pembentukan eritrosit
(eritropoesis), granulosit dan monosit (mielopoesis), serta
trombosit (trombopoesis).Hemopoesis bermula dari suatu sel
induk pluripotensial bersama yang dapat menyebabkan timbulnya
berbagai jalur sel yang terpisah. Diferensiasi sel terjadi dari sel
induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain yang
melalui progenitor hemopoetik terikat (commited hemopoetic
progenitor) yang terbatas pada perkembangannya. Sel induk
mempunyai kemampuan untuk memperbarui diri sehingga
walaupun sumsum tulang merupakan tempat utama terjadinya
pembentukan sel baru, namun kepadatan selnya tetap konstan
pada keadaan sehat normal yang stabil (Hoffbrand, 2005).

b. Perkembangan Sel Darah Merah (Eritrosit)


Eritrosit bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya,
terbungkus dalam membran sel dengan permeabelitas
tinggi.Membran ini elastis dan fleksibel, sehinnga memungkinkan
eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil).Setiap
eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis
pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein yang kaya akan zat besi,memiliki daya gabung
terhadap oksigen itu membeentuk oksihemoglobin didalam
seldarah merah. Dengan fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-
paru ke jaringan. Volume hemoglobin mencapai 1/3 volume sel.
Sel darah merah biasanya bersirkulasi selama 120 hari
sebelum menjadi rapuh dan mudah pecah . Fragmen sel darah
merah yang rusak akan mengalami fagositosis oleh makrofag
dalam limfa, hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain. Globin
terdegradasi menjadi amas amino, yang kemudian akan
diperbaharui untuk sistesin selular. Hem (bagian yang
mengandung zat besi ) diubah menjadi biliverdin (pigmen hijau)

13
dan menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang dilepas kedalam
plasma. Bilirubin diserap hati dan disekresi dalam empedu.
Sebagian besar zat besi yang di lepas oleh hem akan di ambil
untuk di perbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.

c. Perkembangan Sel Darah Putih (Leukosit)


Jumlah leukosit pada yang normal adalah7000-9000 per
mm3.Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan
jumlah total leukosit.Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
tehadap invasi benda asing termasuk bakteri dan virus.Sebagian
besar leukosit berlangsung dalam jaringan bukan dalam aliran
darah.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk
hanya dalam sumsum tulang. Sebaliknya limfosit dan sel plasma
dihasilkan dalam berbagai organ limfogen termasuk kelenjar
limfe, limpa, kelenjar timus, tongsil, dan sisa limfoit yang terletak
dalam usus dan ditempat lain. Beberapa sel darah putih yang
dibentuk dalam sumsum tulang, khusunya granulosit, disimpan
dalam dalam sumsum tulang sampai dibutuhkan dalam system
sirkulasi, bila dibutuhkan akan dilepas.
Sifat-sifat sel darah putih :
1. Leukosit memiliki sifat diapedesisyaitu kemampuan
untuk menembus pori-porimembran kapilar dan masuk
kedalam jaringan.
2. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid
seperti amuba.
3. Beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang
tubuhnya dalam satu menit.
4. Leukosit memilki kemampuan kemotaksis,pelepasan
zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabbkan

14
leukosit bergerak mendekati (kemotaksisi positif) atau
menjauhi (kemotaksis negatif) sumber zat.
5. Semua leukosit adalah fagositik,tetapi kemampuan ini
lebih berkembang pada neutrofil dan monosit.
6. Setelah diproduksi disumsum tulang,leukosit bertahan
kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk
ke jaringan. Sel ini tetapdalam jaringan selama
beberapa hari,beberapa minggu,beberapa
bulan,bergantung jenis leukositnya.

d. Perkembangan Trombosit
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong.
Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 - 450.000/ mm3.
Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah
jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak lekas
membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus. Proses
pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan fribinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh
terluka, darah akan keluar, trombosit pecah dan akan
mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Trombokinase akan
bertemu dengan protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi
thrombin. Thrombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan
benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya,
yang akan menahan sel darah. Dengan demikian terjadi
pembekuan.

15
4. Kelainan Sel Darah :
a. Kelainan pada sel darah merah (eritrosit)
1) Anemia
Defisiensi sel darah merah dapat disebabkan oleh kehilangan
sel darah merah terlalu banyak atau pembentukan sel darah
merah yang terlalu lambat. Beberapa penyebab terjadinya
anemia adalah :
a) Perdarahan yang hebat
b) Sumsum tulang hancur karena keracunan obat atau radiasi
sinar gamma
c) Kegagalan pematangan karena kekurangan vitamin B12
d) Keracunan obat
e) Penyakit neonatus, antibody dari ibu merusak sel darah
merah dalam tubuh bayi
2) Anemia Hemoragi
Terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang akan
memproduksi sel darah merah secara bertahap untuk kembali
ke kondisi normal. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat
penurunan asupan makanan, penurunan gaya absorpsi, atau
kehilangan zat besi secara berlebihan.
3) Anemia Aplastik
Di tandai dengan penurunan sel darah merah secara besar
besaran. Hal ini dapt terjadi karena paparan radiasi yang
berlebihan, keracunan zat kimia,atau kanker.
4) Anemia Sesabit
Penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berberda
pada hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu
asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya sel darah
merah terdistorsi (terhambat) menjadi berbentuk sabit dalam
kondisi konsentrasi oksigen yang rendah sel-sel terdistorsi ini
menutup kapiler dan mengganggu aliran darah.

16
5) Polisetamia
Polisetamia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam
sirkulasi,yang mengakibatkan peningkatan viskositas
(ketahanan aliran cairan) dan volume darah.
6) Polisetamia Kompensator
Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat
hipoksia (kekurangan oksigen) karena hal berikut ini :
b. Kediaman permanen di dataran tingi
c. Aktiitas fisik berkepanjangan
d. Penyakitbparu atau jantung

b. Kelainan pada sel darah putih :


Leukimia adalah sejenis kanker yangditandai dengan
poliferase sel drah putih yang tidak terkendali. Jenis leukimia
ditentukan berdasarkan jenis sel yang dominan,seperti
meiolositik,limfositik,atau leukimia monositik,dan berdasarkan
durasi seperti keukimia kronik atau akut.
1) Mononukleosis Infeksius
Mononukleosis infeksiusdisebabkan oleh virus Epstein-
barr,yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah lifosit
dan ketidak seimbangan jumlah sel yanng abnormaldan tidak
matang.
2) HIV/AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS),disebabkan
human imunodeficiency virus (HIV),merusak sistem kekebalan
tubuh dengan cara menyerang rangkaian limfosit tertentuyang
disebut sel T.

17
c. Kelainan pada keping darah (trombosit)
Trombosit berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm3.Bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari
megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang.Ukuran
trombosit mencpai setengah ukuran sel darah merah.
Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula. Trombosit berfungsi dalam
hemostatis (penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh
darah yang robek.

5. Mekanisme Pembekuan Darah


a. Mekanisme ekstrinsik
Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu
sendiri.Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-
sel jaringan yang rusak mengaktivasi protombin (protein plasma)
dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk trombin. Trombin
mengubah fibrinogen yang dapat larut,menjadi fibrin yang tidak
dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan atau jaring-
jaring fibrin,yang menangkap sel darah merah dan trombosit serta
menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak.
b. Mekanisme instriksi.
Untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih
sederhan daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini
melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam
plasma darah. Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak
aktif. Jika salah satu diaktivasi,maka aktivitas enzimnya akan
mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian,dengan demikian
akan terjadi suatu rangkaian reaksi untuk membentuk bekuan.

18
B. IMUN
1. Definisi Imun
Imunologi (Immunology) yaitu studi tentang mekanisme biologis
dari Seluler, Molekular serta fungsional Sistem Imun. Sistim Imun
(Immune System) yaitu Sistim yang terdiri dari Molekuler, Seluler,
Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh.
a. Antigen
Antigen adalah suatu molekul yang bereaksi dengan antibodi
(juga dikenal sebagai imunoglobulin, yaitu glikoprotein plasma
yang disekresikan oleh limfosit B aktiv). Imunoglobulin mampu
berkaitan dengan antigen spesifik yang memicu pembentukannya.
Suatu imunogen adalah molekul yang menginduksi respon imun
umumnya kedua kata (antigen atau imunogen) sudah memadai
(sebuah antigen yang bukan imunogen kecuali apabila berkaitan
dengan molekul pembawa yang lebih besar).
Beberapa ciri yang terdapat pada suatu sistem molekul
menentukan kemampuan molekul tersebut memicu respon imun.
Molekul asing yang jelas berbedadari sel-sel tubuh sendiri. Dengan
demikian, sifat asing molekul adalah karakteristik penting dari
molekul yang memicu respon imun. Imunogen-imunogen yang
paling kuat adalah protein dengan berat molekul lebih dari 10.000
dalton.
Ciri penting terakhir dari imunogen adalah adanya sebuah
epitop (determinan antigen) sebuah epitop adalah suatu kimia kecil
pada imunogen yang memicu respon imun dan dapat bereaksi
dengan suatu imunoglobulin sebagian besar imunogen memiliki
lebih dari satu tipe epitop dan dianggap multivalen epitop
biasanya memiliki ukuran sekitar 5 asam amino atau gula (price,
syivia andarson. 2005 patofisiologi jakarta : EGC).

19
b. Antibodi
Antibodi atau yang disebut juga imunoglobulin merupakan
molekul glikoprotein yang terdiri atas komponen polipeptida
sebanyak 82-96% dan selebihnya karbohidrat (Kresno, 1996).
Antibodi dibentuk oleh sel B sebagai respon atas adanya antigen
yang bersifat imunologik masuk ke dalam tubuh dan berperan
dalam respon imun humoral. Antibodi yang terbentuk bersifat
spesifik terhadap antigen. Interaksi antara antigen dengan
membran antibodi pada sel B naive, menyebabkan terjadinya
respon imun humoral. Setelah disekresikan ke dalam sirkulasi
darah dan cairan mukosal, antibodi akan menetralkan dan
mengeliminasi mikroba dan toksin mikroba yang berada di luar
sel inang (Abbas et al., 2014).
Antibodi memiliki dua fungsi yaitu fungsi netralisasi
(mengikat antigen) dan fungsi efektor yang diperantarai antibodi
(Kresno, 1996). Fungsi efektor terdiri atas netralisasi mikroba
atau produknya yang toksik, aktivasi sistem komplemen,
opsonisasi antigen, lisis sel target dan hipersensitivitas tipe
segera. Molekul antibodi dibentuk sel B dalam dua bentuk yaitu
sebagai reseptor permukaan antigen dan sebagai antibodi yang
disekresikan ke dalam cairan ekstraseluler. Pengikatan antigen
harus disertai dengan fungsi efektor sekunder agar antigen
terikat kuat dengan imunoglobulin. Fungsi efektor sekunder
yaitu memacu aktivasi komplemen dan merangsang pelepasan
hitamin oleh basofil atau sel mast. Opsonisasi antigen oleh
imunoglobulin memudahkan APC memproses dan menyajikan
antigen kepada sel T.

20
2. Sistem Imun Spesifik Dan Non Spesifik
Sistem imun dibagi menjdi 2 yaitu sistem imun spesifik dan sitem
imun non spesifik.
a. Sistem Imun Non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu
siap dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya
patogen pada individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak
sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu
menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak
ditunjukkan terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan
berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas
dan mampu melindungi tubuh terhadap patogen yang potensial.
Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel
mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan
bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen,
interferon, protein fase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas
sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.
Komplemen juga berperan sebagai opsonin yang meningkatkan
fagositosis yang dapat menimbulkan lisis bakteri dan parasit.
Tidak hanya komplemen, kolektin merupakan protein yang
berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada
permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi
oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh
yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus.1 Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah
dan Mannan Binding Lectin yang berperan untuk mengaktifkan
komplemen terjadi saat mengalami infeksi akut.

21
Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel
Natural Killer dan sel mast berperan dalam sistem imun non
spesifik selular.
Neutrofil, salah satu fagosit polimorfonuklear dengan granula
azurophilic yang mengandung enzyme hidrolitik serta substansi
bakterisidal seperti defensins dan katelicidin. Mononuklear fagosit
yang berasal dari sel primordial dan beredar di sel darah tepi
disebut sebagai monosit. Makrofag di sistem saraf pusat disebut
sebagai sel mikroglia, saat berada di sinusoid hepar disebut sel
Kupffer, di saluran pernafasan disebut makrofag alveolar dan di
tulang disebut sebagai osteoklas
Sel Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi
dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast
berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam
usus serta invasi bakteri.

b. Sistem Imun Spesifik


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama
kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel
sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang
akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan.1 Respon
sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi
oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap
antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B
dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
1) Sistem imun spesifik humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun
spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi.
Antibodi dapat ditemukan di serum darah, berasal dari sel B
yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel

22
plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap
infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi
toksinnya. Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk
tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui
metode tertentu melalui marker seperti CD19, CD21 dan
MHC II.
2) Sistem imun spesifik selular
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular.
Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus.
Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus
untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun
spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri
intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan.
Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang
berbeda-beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3
atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T
helper dan CD8 merupakan penanda dari CTL yang
terdapat pada membran protein sel.

3. Jenis jenis Imun


a. Aktif
Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen diantaranya :
1) Alami : bila terserang antigen
2) Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan
b. Pasif
Diperoleh dari luar tubuh, diantaranya :
1) Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibuknya
2) Buatan : bila menyuntikkan serum anti bisa, imunoglobin
lainnya dari darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan
beberapa minggu.

23
4. Mekanisme Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah reaksi yang tidak diinginkan (adanya
kerusakan, ketidaknyamanan, kadang-kadang fatal) yang dihasilkan
oleh adanya sistem imun pada kondisi tertentu. Reaksi hipersensitivitas
memerlukan status imun awal dari hospes. Dapat dibagi menjadi 4
tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV, berdasar pada mekanisme yang terlibat
dan waktu yang diperlukan untuk timbulnya reaksi tersebut.
Seringkali, suatu kondisi klinik khusus (penyakit) dapat melibatkan
lebih dari satu tipe reaksi hipersensitivitas.

a. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I


Juga dikenal sebagai hipersensitivitas tipe cepat atau
anafilaksis, yang dapat terjadi pada kulit (urtikaria dan eksim),
mata (konjungtivitas), nasofaring (rinorea, rinitis), jaringan
bronkhopulmonari (asma) dan traktus gastro-intestinal
(gastroenteritis). Reaksinya dapat menyebabkan simtom
ketidaknyamanan minor sampai kematian. Waktu yang diperlukan
15-30 menit dari saat terjadinya paparan antigen (alergen),
meskipun kadang-kadang mempunyai onset yang lebih panjang
(10-12 jam ). Reaksi hipersensitivitas tipe I, diperantarai antibodi
IgE. Komponen sel utama yang terlibat: sel mast atau basofil.
Reaksi dapat diperbesar dan/atau dimodifikasi oleh platelet,
neutrofil dan eosinofil. Biopsi dari tempat terjadinya reaksi,
mengandung terutama sel mast dan basofil.
Mekanisme reaksi didahului dengan produksi IgE dalam
respon terhadap antigen tertentu (alergen). IgE mempunyai afinitas
yang tinggi untuk reseptornya pada sel mast dan basofil. Paparan
berikutnya dengan alergen yang sama, membentuk ikatan silang
dengan IgE yang terikat pada sel dan membebaskan berbagai
senyawa aktif secara farmakologis. Ikatan silang diatas penting
dalam memacu sel mast. Degranulasi sel mast dan didahului

24
dengan kenaikan Ca++ influk, merupakan proses yang menentukan
ionofor yang meningkatkan Ca++ sitoplasmik juga mendukung
degranulasi, sedangkan antigen yang mengosongkan Ca++
sitoplasmik menekan terjadinya degranulasi.
Senyawa yang dilepas oleh sel mast dan efeknya. Sel mast
dapat juga dipacu oleh perangsang yang lain, misal olahraga, stres,
senyawa kimia (media pengembang fotografi, kalsium ionofor,
kodein dll.), Anafilatoksin (C4a, C3a, C5a, dll.).
Reaksi yang terjadi tanpa adanya interaksi dengan IgE-
alergen, bukan merupakan reaksi hipersensitivitas meskipun
simtom yang timbul sama.
Reaksi tersebut diperbesar oleh PAF (platelet activating
factor) yang menyebabkan agregasi platelet dan membebaskan
histamin, heparin, dan amin vasoaktif. ECF-A dan NCF-A, yang
menarik eosinofil dan neutrofil, melepas enzim hidrolitik dan
menyebabkan nekrosis. Eosinofil juga mengontrol reaksi setempat
dengan membebaskan arilsulfatase, histaminase, fosfolipase-D dan
prostaglandin-E, meskipun perannya masih menjadi pertanyaan.
Nukleotida siklik juga mempunyai peran dalam memodulasi reaksi
hipersensitivitas tipe I, meskipun fungsi yang tepat belum jelas.
Senyawa yang mengubah level cAMP dan cGMP secara signifikan
mengubah simtom alerginya. Jadi senyawa yang meningkatkan
cAMP intraseluler melepas simtom alergik, khususnya pada
bronkhopulmonari, dan digunakan untuk pengobatan. Sebaliknya,
senyawa yang menurunkan cAMP atau menstimulasi cGMP
menambah berat kondisi alergik.
Tes diagnostik hipersensitivitas tipe I, termasuk test kulit,
pengukuran IgE total dan Antibodi IgE spesifik terhadap alergen
yang dicurigai, dengan ELISA yang dimodifikasi. Kenaikan
jumlah IgE menunjukkan adanya kondisi atopik, meskipun IgE
dapat juga meningkat jumlahnya dalam beberapa penyakit non

25
atopik (misal miloma, infeksi cacing, dll). Pengobatan simtomatik
dapat dicapai dengan anti-histamin yang memblok reseptor
histamin. Natrium kromolin menghambat degranulasi sel mast,
kemungkinan dengan jalan menghambat Ca ++ influk. Simtom
onset alergi yang tertunda, khususnya bronkhokonstriksi yang
diperantarai leukotrien diberi pengobatan pemblok reseptor
leukotrien (Singulair, Accolate) atau inhibitor jalur siklooksigenase
(Zileutoin). Simtomatik, meskipun singkat waktunya, pertolongan
untuk bronkhokonstriksi dapat diperoleh dengan bronchodilator
(inhalan) seperti derivat isoproterenol (Terbutalin, Albuterol).
Teofilin juga dapat digunakan untuk membebaskan simtom
bronkhopulmonari.
Hiposensitisasi (imunoterapi atau desensitisasi) adalah
pengobatan lain yang juga berhasil dalam beberapa alergi,
khususnya gigitan serangga dan polen. Mekanismenya belum jelas,
tetapi ada korelasi antara munculnya antibodi IgG dan pembebasan
dari simtom. Sel T supresor yang menghambat IgE adalah yang
berperan.

b. Reaksi Hipersensitivitas Tipe II


Juga dikenal sebagai hipersensitivitas sitotoksik dan
mempengaruhi bermacam-macam organ dan jaringan. Antigen
secara normal adalah endogenus, meskipun senyawa kimia
eksogenus yang dapat mengikat membran sel, juga dapat
menyebabkan hipersensitivitas tipe II. Sebagai contoh adalah obat
yang menginduksi terjadinya anemia hemolitik, granulositopenia
dan trombositopenia. Waktu timbulnya reaksi, beberapa menit
sampai beberapa jam. Hipersensitivitas tipe II terutama
diperantarai oleh antibodi IgM atau IgG dan komplemen. Sel
fagosit dan sel K juga berperan.

26
Lesinya mengandung antibodi, komplemen dan neutrofil.
Test diagnostik meliputi pendeteksian antibodi terhadap jaringan
yang terlibat, yang terdapat dalam sirkulasi, terdapatnya antibodi
serta komplemen dalam biopsi dengan imunofluoresen Pengobatan
melibatkan agen anti-inflamasi dan imuno-supresif.

c. Reaksi Hipersensitivitas Tipe III


Juga dikenal sebagai hipersensitivitas kompleks imun.
Reaksinya umum (mis. Serum Sickness) atau melibatkan organ,
misal kulit (mis. S L K, Arthus Reaction), ginjal (mis. Lupus
Nephritis), paru-paru (mis. Aspergillosis), pembuluh darah (mis.
Polyarthritis), sendi (mis. Rheumatoid Arthritis) atau organ yang
lain. Reaksi ini merupakan gambaran mekanisme patogenik suatu
penyakit yang disebabkan oleh beberapa bakteri. Waktu reaksi
terjadi 3-10 jam setelah paparan antigen. (Arthus Reaction),
diperantarai kompleks imun larut, terutama IgG, meskipun IgM
juga terlibat.
Antigennya, eksogenus (Chronic bacterial, infeksi atau
parasit) atau endogenus (non-organ autoimunitas spesifik, misal
SLE). Antigennya, antigen larut dan tidak melekat pada organ yang
terlibat. Komponen utama adalah kompleks imun dan produk
komplemen larut (C3a, 4a dan 5a). Kerusakan yang terjadi
disebabkan oleh platelet dan neutrofil. Lesinya mengandung,
terutama neutrofil dan timbunan kompleks imun serta komplemen.
Masuknya makrofag pada tahap akhir, terlibat dalam proses
penyembuhan. Afinitas antibodi dan besarnya kompleks imun,
adalah hal yang penting untuk timbulnya penyakit dan determinasi
jaringan yang terlibat. Diagnosa melibatkan pemeriksaan biopsi
jaringan untuk mengetahui adanya timbunan imunoglobulin dan
komplemen, dengan imunofluoresen. Hasil pengecatan
imunofluoresen hipersensitivitas tipe III adalah granular (untuk

27
hipersensitivitas tipe II adalah linier). Adanya kompleks imun dan
berkurangnya jumlah komplemen dalam serum, juga dapat
digunakan sebagai diagnosa. Turbiditas yang diperantarai
polietilenglikol (Nephelometri) dan tes dengan sel Raji, dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kompleks imun. Pengobatan
dengan menambahkan agen anti-inflamasi.

d. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV


Dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau
hipersensitivitas tipe lambat (tertunda). Contoh hipersensitivitas
tipe IV adalah Tes Tuberkulin (Mantoux) yang dapat diketahui
puncaknya pada jam ke 48 setelah suntikan antigen. Lesi
karakteristik, terjadinya indurasi dan eritema. Hipersensitivitas tipe
IV terlibat dalam patogenesis dari beberapa penyakit autoimun dan
infeksi (tuberkulosis, leprosi, blastomikosis, histoplasmosis,
leishmaniasis, dll.) dan granuloma yang terjadi karena infeksi dan
antigen asing. Bentuk lain dari hipersensitivitas tipe IV adalah
dermatitis kontak (racun Ivy, senyawa kimia, logam berat, dll.),
dimana lesinya lebih papular. Hipersensitivitas tipe IV dapat
diklasifikasi menjadi 3 katagori tergantung pada waktu onset,
presentasi klinik dan histological
Mekanisme terjadinya kerusakan dalam hipersensitivitas
tipe IV , meliputi sel T dan monosit, dan / atau makrofag. Sel T
sitotoksik menyebabkan kerusakan langsung, sedangkan sel Th 1
mensekresi sitokin yang mengaktifkan sel T sitotoksik dan
merekrut dan mengaktifkan monosit dan makrofag, yang
menyebabkan besarnya kerusakan. Lesinya mengandung monosit
dan sejumlah sel T. Limfokin yang terutama terlibat dalam reaksi
hipersensitivitas tipe IV, yaitu: MCF (Monocyte Chemotactic
Factor), EL-2, INF-, TNF-/, dll. Tes diagnostik in vivo, misal
reaksi Mantoux dan Tes Goresan (untuk dermatitis kontak).

28
5. Fungsi Sistem Imun
a. Pembentuk kekebalan tubuh
b. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke
dalam tubuh
c. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang
membahayakan
d. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh

6. Imunitas Natural Dan Adaptif


Secara umum, sistem imun manusia dibagi menjadi 2, yaitu sistem
imun alamiah (innate/natural immunity) dan sistem imun adaptif
(spesific immunity). Sistem imun alamiah terdapat sejak kita lahir dan
merupakan pertahanan pertama tubuh terhadap masuknya zat-zat
asing yang mengancam tubuh kita dimana sistem imun alamiah ini
terentang luar mulai dari air mata, air liur, keringan, bulu hidung,
kulit, selaput lendir, laktoferin dan asalm neuraminik (pada air susu
ibu), sampai asam lambung.
a. Imunitas Natural
Di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat
komponen sistem imun alamiah (innate/natural immunity) antara
lain terdiri atas fasa cair seperti IgA (immunoglobulin A),
Interferon, Komplemen, Lisozim, atau juga CRP (C-Reactive
Protein). Selain itu, fasa selular terdiri atas sel-sel pemangsa
(fagosit) seperti sel darah putih (PMN-Polimorfonuklear), sel-sel
mononuklear (monosit dan makrofag) sel pembunuh alamiah
(natural killer), dan sel-sel dendritik.

29
b. Imunitas Adaptif
Respon imun adaptif ditandai oleh 2 hal utama : spesifitas
dan memori. Kedua fitur dari respon adaptif adalah apa yang
membuat sistem kekebalan tubuh sehingga kuat dalam hal
memberikan perlindungan jangka panjang.
Respon imun adaptif dipicu ketika sel T mengenali antigen
yang telah disajikan pada sel antigen penyajian. Ini bagian dari
proses yang bergantung pada konsep imunologi disebut spesifitas,
yang merupakan kunci penting dari respon adaptif. Kekhususan
biasanya mengacu pada fakta bahwa sel-sel T sistem kekebalan
yaitu adaptifdan sel-B sangat spesifik dalam setiap selnya hanya
mengenal satu jenis anti gen. Sel-se ii hanya diaktifkan hanya
ketika mereka mengenali antigen khusus mereka, dan hanya ketika
telah disampaikan kepada mereka oleh sel aantigen-penyajian.
Respon imun adaptif lebih kuat dan lebih efektif dari pada
responbawaan, karena keterlibatan sel T dan sel B. Sel T helper
menghasilkan sitokin yang mengarahkan dan mengendalikan
respon, sedangkan sel T sitoksin menghancurkan sel-sel inang
yang telah terinfeksi patogen intraselukar. Sel B memproduksi
antibodi, yang sangat efektif alam menargetkan sel-sel bakteri
untuk kehancuran.
Respon adaptif juga cenderung lebih sangat spesifik dalam
hal menghasilkan respon dirancang untuk menghancurkan patogen
tertentu yang terlibat dalam infeksi.Dalam kasus infeksi virus
misalnya respon sitoksik lebih kuat dari respon antibodi, sebagai
yang pertama lebih efektif dalam memerangi infeksi intraselular.
Imunitas adaptif menghasilkan memori imunologi

30
7. Gangguan Sistem Imun
Respon imun adalah cara tubuh merespon masuknya antigen ke
dalam tubuh. Ada beberapa penyakit dan kelainan pada sistem imun
manusia:
1) Alergi (hipersentivitas), yaitu respon imun tubuh berlebih terhadap
benda asing baik yang membahaykan maupun tidak
2) Defisiensi imun, yaitu tidak bekerja adau terganggunya salah satu
atau seluruh komponen sistem imun
3) Penolakan transplantasi dikarenakan tubuh menganggap organ
transplantasi sebagai benda asing atau antigen. Agar tubuh dapat
menerima transplantasi, biasanya pasien diberikan imunosupresan
untuk menekan sistem imun sementara.

31
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian darah adalah Organ khusus yang berbeda dengan organ lain
karena berbentuk cairan yang tersusun atas komponen sel yang tersuspensi
dalam plasma darah. Sel darah dibagi menjadi tiga yaitu eritrosit, leukosit
dan trombosit. Adapun fungsi darah secara umum yaitu : darah sebagai
system transportasi pada tubuh, menghantarkan oksigen, membagi protein
dan sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung. Gangguan pada
sel darah merah dan sel darah putih yaitu anemia, polisitemia, leukemia,
mononukleusis infeksius, dan HIV/AIDS.
Pengertian system imun adalah Sistem yang membentuk kekebalan tubuh
dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ketubuh.
Fungsi system imun adalah sebagai pembentuk kekebalan tubuh, penolak
dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh,
pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan,
dan penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh

B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.

2. Bagi pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.2016.Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan.Jakarta :


Buku Kedokteran EGC

Slyvia.2003.Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC

Smeltzer,Suzane C & Bare,Brenda G.2001.Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC

Bloom&Fawcett.Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

33

Anda mungkin juga menyukai