Anda di halaman 1dari 14

I.

Kompetensi
Memelihara/servis, memperbaiki dan overhaul sistem pemindah tenaga pada
kendaraan ringan.

II. Sub Kompetensi


1. Mengidentifikasi unit plat kopling pegas diafragma dan komponen-komponennya.
2. Melepas dan memasang unit kopling pegas diafragma dengan cara yang benar.
3. Menjelaskan cara kerja kopling pegas diafragma dan komponen-komponennya.
4. Melakukan pemeriksaan, pengukuran dan mengidentifikasi gangguan serta cara
mengatasinya.

III. Alat dan Bahan


1. Unit kopling plat dengan pegas diafragma pada stand engine ST20.
2. Tool Box set, center clutch dan kunci momen
3. Penggaris siku, straight edge, feller gauge, DTI dan jangka sorong

IV. Keselamatan Kerja


1. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
2. Saat melepas unti kopling dari flywheel menggunakan center clutch/ obeng untuk
menahan plat kopling agar tidak jatuh.
3. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

V. Dasar Teori
Kopling adalah bagian dari sistem pemindah daya (power train) yang berfungsi
untuk memutus dan menghubungkan putaran dari mesin ke unit transmisi. Dengan
adanya kopling maka jalan kendaraan akan menjadi lembut dan tidak adanya kejutan
mendadak pada kendaraan saat kendaraan pindah gigi perseneling. Kopling adalah
bagian sistem pemindah tenaga yang sangat sederhana namun perannya sangat penting
dalam sistem pemindah tenaga.
Tanpa adanya kopling kita bisa membayangkan kendaraan tidak dapat berjalan
dengan lembut dan sering terjadi hentakan saat mobil di akselerasi dan memungkinkan
cepat rusak / rompalnya gigi transmisi saat memindah perseneling.
Gb. Komponen Kopling Pegas Diafragma

Komponen komponen kopling pada mobil :


1. Sistem mekanisme penggerak
2. Release fork
3. Release bearing
4. Pegas diafragma (pegas coil)
5. Plat penekan (pressure plate)
6. Plat kopling (clutch disc)

A. MEKANISME PENGGERAK
Pada kendaraan mobil mekanisme penggerak ini berfungsi untuk
menyalurkan gaya dari pedal kopling untuk menggerakkan release fork agar
release fork menekan release bearing.
Umumnya mekanisme penggerak yang digunakan adalah mekanisme
penggerak yang menggunakan kabel dan menggunakan sistem hidraulis.
Mekanisme Penggerak Dengan Kabel :
Seperti telah dijelaskan di atas kopling berfungsi untuk memutus dan
menghubungkan penyaluran tenaga mesin ke roda penggerak. Untuk
mengoperasikan fungsi tersebut, pada kendaraan ada dua macam yaitu sistem
mekanik dan sistem hidrolik. Sistem mekanik untuk memindahkan tenaga kaki
melalui pedal kopling disalurkan kabel baja ke pengungkit (Throwout lever).
Mekanisme Penggerak Dengan Sistem Hidraulis

Sistem ini untuk menggerakkan release fork digunakan sistem hidraulis, saat
pedal kopling di injak piston pada master silinder akan tertekan dan piston ini
akan menekan fluida sehingga fluida akan mengalir melalui fleksibel house dan
pada bagian bawah terdapat release silinder yang juga berisi sebuah piston, saat
aliran fluida sampai pada bagian ini maka piston pada release silinder akan
tertekan oleh fluida sehingga piston akan mendorong / menekan release fork.
B. RELEASE FORK
Release fork memiliki fungsi yaitu menekan release bearing sehingga
release bearing akan menekan pegas diafragma / pegas coil.
Release bearing berfungsi untuk menekan pegasi diafragma / pegas coil
sehingga plat penekan tidak kembali menekan plat kopling ke flywheel sehingga
aliran tenaga / putaran dari mesin melalui flywheel tidak dapat diteruskan ke
transmisi.
Clutch Cover (Rumah Kopling)

Clutch Cover ini terikat dengan flywheel sehingga saat flywheel berputar
clutch cover juga akan berputar. Clutch cover ini juga harus dapat memindahkan
panas dengan maksimal agar tidak terjadi over heating pada komponen kopling
Tipe Tipe Clutch Cover
1. Menggunakan Pegas Coil :
Keuntungan :
a. Penekanan terhadap plat kopling lebih kuat.

Kerugian :
a. Membutuhkan tenaga yang besar untuk menekan pedal kopling.
b. Kontruksi rumit sehingga harganya mahal.
c. Kekuatan penekanan akan berkurang saat putaran tinggi / karena gaya
sentrifugal yang tinggi.

2. Menggunakan Pegas Diafragma

Keuntungan :
a. Tenaga penekanan pedal kopling lebih ringan.
b. Penekanan terhadap plat kopling lebih merata.
c. Tenaga pegas tidak akan berkurang karena gaya sentrifugal saat kecepatan
tinggi.

Kerugian :
a. Penekanan terhadap plat kopling lebih kecil
C. PLAT KOPLING (CLUTCH DISC)

Plat kopling perannya sangat vital dalam sistem kopling. Plat kopling ini
berfungsi untuk menghubungkan putaran mesin dari flywheel ke unit transmisi
saat plat kopling ini tertekan oleh plat penekan dan berfungsi memutuskan aliran
tenaga saat plat penekan tidak kembali menekan plat kopling. Dalam plat kopling
terdapat clutch hub yang akan dihubungkan dengan input shaft transmisi.

Disc Plate Rivet (Paku Keling)

Cushion Facing

Cara kerja kopling pegas diafragma


1. Saat kopling belum bekerja
Pada saat pedal kopling tidak diinjak maka pegas penekan diafragma menekan
plat penekan sehingga plat penekan terhubung/tertekan. Kanvas kopling
terjepit diantara roda gaya dan plat penekan, putaran motor dapat dipindahkan
ke poros kopling.

2. Saat kopling bekerja / diinjak


Pada saat pedal kopling diinjak maka Pegas penekan diafragma mengungkit
plat penekan sehingga plat kopling bebas dari penekanan. Kanvas kopling
bebas dari penekan/jepitan, putaran motor tidak dapat dipindahkan ke poros
kopling.
VI. Langkah Kerja
A. Pembongkaran
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Melepas unit transmisi.
3. Sebelum melepas kopling menempatkan dulu clutch center pada tengah tengah
kopling agar saat baut clutch cover unit kopling tidak langsung jatuh.
4. Melepas unit kopling dengan cara melepas baut clutch cover. Saat melepas unit
kopling hati hati, agar plat kopling tidak jatuh.
B. Pemeriksaan
1. Pengukuran
a. Memeriksa kerataan pegas

Hasil : Terjadi keausan pada pegas, dengan keausan terbesar 0,1 mm

b. Pemeriksaan kerataan

Pemeriksaan menggunakan straight edge dan fellergauge dengan cara mencari


celah terbesar pada pegas diafragma.
Hasil : Pegas diafragma rata dan tidak ada celah
c. Pemeriksaan kedalaman paku keling

Pemeriksaan ini dengan jangka sorong, pengukuran dilakukan berdasarkan


kedalaman plat kopling terhadap paku keeling (rivet).
Hasil : Angka pengukuran paling besar 1,4 mm
Angka pengukuran paling kecil 1,08 mm

d. Pemeriksaan run out fly wheel


Pemeriksaan run out dengan menggunakan dial indikator dengan cara
seperti gambar dibawah ini :

Hasil : Tepi luar flywheel 0,1 mm


Tengah flywheel 0,09 mm
Tepi dalam 0,07 mm
e. Pemeriksaan keausan pegas diafragma

Pemeriksaan keausan pegas diafragma adalah meliputi kedalaman


diafragma dan lebar bekas gesekan release bearing. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan alat ukur jangka sorong.
Hasil : Kedalaman paling kecil pada diafragma 2,4 mm
Lebar bekas gesekan terbesar pada diafragma 7 mm

2. Perhitungan
Dalam praktikum ini perhitungannya hanya pada saat pengukuran run out
flywheel dengan dial indicator. Sebagai contoh misal pada dial indicator
penyimpangan jarum ke kiri menjauhi angka nol 7 mm dan ke kanan menjauhi
7+10
angka nol 10 mm. Maka hasil perhitungannya = 8,5 .
2

Tetapi saat pemeriksaan run out fly wheel jarum hanya menyimpang pada
satu arah, sehingga tidak perlu perhitungan dan langsung terbaca hasilnya.

3. Observasi/fisik
a. Pemeriksaan visual
Pada pemeriksaan ini dilihat secara visual kondisi dari pegas diafragma dan
baut untuk mengunci pegas diafragma.
Hasil : - Keausan diafragma tidak merata
- Baut pengunci ada yang hilang dan sudah aus
- Pelat kopling sudah banyak keroposnya.

b. Pemeriksaan pilot bearing


Pemeriksaan ini dengan cara melihat bagaimana kondisi dari pilot bearing
yang ada di tengah flywheel, apakah pilotnya lengkap atau sudah ada yang
hilang, pilot bearing sudah rusak atau masih bagus dan pilot bearing ada
atau tidak.
Hasil : Pilot bearing tidak ada

c. Pemeriksaan release bearing


Pemeriksaan release bearing apakah sudah kocak atau belum dan release
bearing macet atau tidak.

Hasil : - Release bearing tidak kocak


- Release berputar tidak lancar
4. Analisa dan Pembahasan
1. Pemeriksaan kerataan pegas diafragma
Pegas tidak rata sehingga saat release bearing menekan pegas diafragma
maka penekanan yang diberikan oleh release bearing pada pegas diafragma
tidak dapat merata.Sehingga perlu dilakukan perbaikan pada pegas
diafragma yang tidak rata.

2. Pemeriksaan kerataan unit pegas diafragma yang menempel pada plat


kopling
Jika ada celah atau tidak rata dengan cara diperiksa dengan staright edgedan
feller gauge apakah ada celah atau tidak, celah maksimum adalah 0,5mm.
Jika celah lebih dari spesiifikasinya maka harus diratakan dengan mesin
bubut atau dengan cara lain mengganti pegas diafragma sesuai dengan buku
manual. Karena jika tidak rata atau celah melebihi spesifikasi maka tekanan
ke plat kopling menjadi berkurang dan bisa mengakibatkan plat kopling
cepat aus.

3. Pemeriksaan kedalaman paku keling


Apabila kedalaman kurang dari limit spesifikasi 0,3 mm, maka plat kopling
harus diganti dengan baru karena kampas kopling sudah banyak yang aus
atau hampir habis. Jika tidak diganti dengan baru atau yang masih sesuai
spesifikasi maka kemungkinan yang terjadi kopling bisa selip dan kopling
tidak dapat bekerja secara optimal. Dari pengukuran yang diperoleh hasil
pengukuran yang terbesar dengan yang terkecil selisih 0,32 mm berarti
keausan yang terjadi pada pelat kopling tidak merata.

4. Pemeriksaan run out flywheel


Hasil pengukuran keolengan pada flywheel kurang dari spesifikasibatas
maksimum yaitu 0,2 mm. Jika keolengan melebihi 0,2 mm maka flywheel
harus diperbaiki agar putaran flywheel dan unit kopling stabil dan tidak
oleng sehingga kopling dapat bekerja secara optimal dan keausan pada
komponen-komponen kopling dapat merata.
5. Pemeriksaan pegas diafragma
Hasil pengukuran kedalaman pegas diafragma masih sesuai spesifikasi yaitu
limit (batas maksimum yang harus diganti) 0,6 mm maka pegas diafragma
masih aman untuk digunakan, jika kurang dari spesifikasi maka pegas
diafragma harus diganti. Karena jika kurang dari spesifikasi berarti tebal
pegas lebih tipis dan kemungkinan yang dapat terjadi jika masih digunakan
pegas diafragma bisa patah karena hentakan saat ditekan release bearing.
Hasil pengukuran lebar bekas gesekan release bearing tidak sesuai
spesifikasi batas maksimal yaitu 5 mm, sehingga pegas diafragma harus
diganti sesuai dengan buku manual. Karena diafragma sudah lemah
sehingga release bearing dapat menekan pegas diafragma lebih kuat
sehingga lebar bekas gesekan menjadi lebih besar.

6. Pemeriksaan visual
Hasil pemeriksaan visual dari diafragma keausannya tidak merata atau antar
diafragma keausannya selisih banyak, kemungkinan ini disebabkan karena
putaran pegas diafragma dengan release bearing tidak stabil sehingga pada
antar diafragma keausannya tidak sama.
Pada pegas diafragma baut yang digunakan untuk mengunci dengan
flywheel tidak lengkap atau bautnya kurang, selain itu ada juga baut yang
ulir bautnya sudah rusak, maka agar pegas diafragma dapat terpasang di
flywheel dengan kencang dan tidak oleng maka baut semua harus diganti
dengan baut yang masih bagus.
Hasil pemeriksaan visual pada plat kopling sudah banyak bagian kampas
yang keropos ini mungkin disebabkan karena faktor usia dari komponen
serta kurangnya perawatan pada komponen tersebut.

7. Pemeriksaan pilot bearing


Pada training obyek yang digunakan pilot bearing tidak ada atau tidak
terpasang pada tengah tengah flywheel, sehingga ini harus dipasangi pilot
bearing. Pemeriksaan pada pilot bearing biasanya kondisi kelengkapan
pilotnya lengkap atau tidak release kondisi pilot bearing rusak atau tidak.
8. Pemeriksaan release bearing
Hasil pemeriksaan release bearing, kondisinya tidak kocak dan putarannya
seret. Release bearing masih bagus tetapi perlu pelumasan agar putarannya
lancar. Jika release bearing kocak saat kopling diinjak maka penekanannya
pada diafragma spring dapat tidak merata dan tidak stabil putarannya.

5. Pemasangan
1. Memasang plat kopling pada clutch center agar pemasangan unit kopling
dapat center dengan flywheel.
2. Memasukkan clutch center pada tengah tengah flywheel guna memasang
plat kopling.
3. Memasang pegas diafragma pada flywheel saat plat kopling sudah center.
4. Memasang baut pada diafragma spring dan mengencangkan baut untuk
memastikan unit kopling sudah terpasang dengan tepat.
5. Memasang release bearing pada release fork di transmisi
6. Memasang unit transmisi dan mengencangkan semua baut unit transmisi.
7. Membereskan alat yang sudah digunakan dan membersihkan alat dan
komponen yang digunakan untuk praktikum.
VII. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kopling adalah bagian dari sistem pemindah daya (power train) yang
berfungsi untuk memutus dan menghubungkan putaran dari mesin ke unit
transmisi. Dengan adanya kopling maka jalan kendaraan akan menjadi lembut dan
tidak adanya kejutan mendadak pada kendaraan saat kendaraan pindah gigi
perseneling. Clutch cover pada kopling ada dua jenis yaitu coil spring dan
diafragma spring. Kopling jenis pegas diafragma lebih banyak digunakan pada
kendaraan kendaraan penumpang untuk mencari kenyamanan karena pedal
kopling penekannya lebih ringan dan lebih merata daripada kopling jenis pegas
koil.
Jika terjadi keausan komponen yang tidak merata kemungkinan yang terjadi
run out flywheel terlalu besar sehingga flywheel oleng, pemasangan plat kopling
tidak center dan release bearing kocak. Hal yang harus diingat saat pemasangan
unti kopling yaitu unit kopling harus center dengan poros input transmisi atau
flywheel. Komponen pada kopling yang sudah rusak atau tidak sesuai spesifikasi
pada buku manual harus diganti atau diperbaiki agar kopling dapat bekerja dengan
optimal.

2. Saran
a. Saat melepas unit transmisi dan kopling harus hati hati dan ditahan karena saat
baut sudah dilepas langsung bisa jatuh.
b. Saat pemasangan unit kopling maka harus dicenterkan dulu pada flywheel
dengan clutch center atau bisa juga dengan obeng.

Anda mungkin juga menyukai