Anda di halaman 1dari 6

Nama : Immanuel Riyadi Tampubolon

NPM : 110110160238
Mata Kuliah : Sosiologi Hukum - Kelas D
Dosen : Sarinah, S.H., M.Si.

Rangkuman

BAB I

A. Pengantar

Hukum secara sosiologis adalah penting dan merupakan suatu lembaga


kemasyarakatan (social institution) yang merupakan himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan
pola-pola perikelakukan yang berkisar pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Untuk
mengetahui hukum yang berlaku sebaiknya seorang sosiolog harus menaganilisi gejala-gejala
hukum di dalam masyarakat secara langsung, dia harus langsung meneliti proses-proses
peradilan, konsepsi hukum yang berlaku dalam masyarakat (keadilan), efektivitas dari hukum
sebagai sarana pengendalian sosial, serta hubungan antara hukum dengan perubahan-
perubahan sosial, dan lainnya.

Sosiologi hukum berkembang atas dasar suatu anggapan dasar bahwa proses hukum
berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat. Artinya
adalah, hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial terlebih dahulu
dan bahwa hukum merupakan suatu proses. Seorang ahli sosiologi menaruh perhatian yang
besar kepada hukum yang bertujuan untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas warga
masyarakat serta memelihara integrasinya. Akan tetapi, dia tak dapat berhenti sampai di sini,
karena hukum tak mungkin berfungsi atas dasar kekuatan sendiri. Warga masyarakat
menggunakan, menerapkan, dan menafsirkan hukum, dan dengan memahami proses
tersebut, barulah akan dapat dimengerti bagaiamana hukum berfungsi dan bagaimana suatu
organisasi sosial memberi bentuk atau bahkan menghalang-halangi proses hukum. Misalnya,
bagi seorang ahli sosiologi hukum, tidaklah cukup untuk hanya mengetahui struktur dan
organisasi peradilan dalam sistem hukum di Indonesia, tetapi dia juga harus mengetahui asal-
usul hakim-hakimnya, bagaimana cara mereka mencapai kata sepakat dalam menjatuhkan
vonis, bagaimana perasaan keadilan para hakim, sampai sejauh mana efek keputusan
pengadilan terhadap masyarakat, dan seterusnya.

B. Kurangnya Perhatian Para Sosiolog Terhadap Hukum

Sosiolog mengalami kesulitan untuk menyoroti sistem hukum semata sebagai


himpunan kaidah-kaidah yang bersifat normatif, sebagaimana halnya dengan para yuris.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, sosiolog membatasi diri terhadap persoalan penilaian,
artinya sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang, dalam arti
memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan.
Selanjutnya, ada dugaan bahwa pada umumnya para sosiolog dengan begitu saja menerima
pendapat bahwa hukum merupakan himpunan peraturan-peraturan yang statis.

Suatu fakta yang merupakan penghalang besar terhadap hubungan antara sosiologi
dengan hukum dan pada akhirnya menyebabkan lambatnya perkembanga sosiologi hukum
adalah kesulitan-kesulitan terjadinya hubungan antara para sosiolog dengan para ahli hukum,
karena kedua belah pihak tidak mempergunakan bahasa dan kerangka pemikiran yang sama.
Bahasa yang dimengerti oleh pihak-pihak yang mengadakan hubungan merupakan suatu
syarat mutlak bagi terjadinya dan berhasilnya komunikasi antara pihak-pihak tersebut.
Sulitnya komunikasi antara seorang sosiolog dengan seorang ahli hukum dipertajam dengan
kenyataan, bahwa masing-masing mempunyai pusat perhatian yang berbeda.

C. Perlukah Suatu Cabang Ilmu Pengetahuan Yang Berdiri Sendiri Dinamakan Sosiologi
Hukum?

Sosiologi hukum diperlukan dan bukan merupakan penamaan yang baru bagi suatu
ilmu pengetahuan yang telah lama ada. Baik ilmu hukum maupun sosiologi hukum
mempunyai pusat perhatian yang sama yaitu hukum, akan tetapi sudut pandang kedua ilmu
pengetahuan tadi berbeda, oleh karena itu, hasil yang diperoleh ke dua ilmu pengetahuan
tadi juga berbeda.
Pada dasarnya ruang lingkup sosiologi hukum adalah pola-pola perikelakuan dalam
masyarakat, yaitu cara-cara bertindak atau berkelakuan yang sama dari orang-orang yang
hidup bersama dalam masyarakat. Sosiologi hukum merupakan suatu cabang ilmu
pengetahhuan yang antara lain meneliti mengapa manusia patuh pada hukum dan mengapa
dia gagal untuk mentaati hukum tersebut serta faktor-faktor sosial lain yang
mempengaruhinya. Sosiologi hukum merupakan suatu cabang dari sosiologi umum,
sebagaimana halnya dengan sosiologi keluarga, sosiologi industri, sosiologi politik, ataupun
sosiologi ekonomi. Sosiologi hukum dapat pula dipandang sebagai suatu alat dari ilmu hukum
di dalam meneliti obyeknya dan untuk pelaksanaan proses hukum. Setelah melihat beberapa
persoalan yang disoroti sosiologi hukum, maka akan dapat diperoleh suatu perumusan yang
mantap tentang objeknya.

D. Beberapa Masalah Yang Disoroti Sosiologi Hukum


1. Hukum dan Sistem Sosial Masyarakat
Perlu diteliti dalam keadaan-keadaan apa dan dengan cara-cara yang bagaimana
sistem sosial mempengaruhi suatu sistem hukum sebagai subsistemnya, dan sampai
sejauh manakah proses pengaruh mempengaruhi tadi bersifat timbal-balik.
2. Persamaan-Persamaan dan Perbedaan-Perbedaan Sistem-Sistem Hukum
Untuk dapat mengetahui apakah memang terdapat konsep-konsep hukum yang
universal, dan apakah perbedaan-perbedaan yang ada merupakan suatu
penyimpangan dari konsep-konsep yang universal, oleh karena kebutuhan
masyarakat setempat memang menghendakinya.
3. Sifat Sistem Hukum yang Dualistis
Di satu pihak berisikan ketentuan-ketentuan tentang bagaimana manusia akan
menjalankan serta mengembangkan haknya, mempertahankan haknya,
mengembangkan kesamaan derahat manusia, menjami kesejahteraan, dan
seterusnya. Akan tetapi di lain pihak, hukum dapat menjadi alat yang ampuh untuk
mengendalikan warga masyarakat atau dapat dijadikan sarana oleh sebagian kecil
warga masyarakat yang menamakan dirinya sebagai penguasa, untuk
mempertahankan kedudukan sosial-politik-ekonominya yang lebih tinggi dari bagian
terbesar warga masyarakat.
4. Hukum dan Kekuasaan
Hukum merupakan suatu sarana dari elit yang memegang kekuasaan dan sedikit
banyaknya dipergunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan, alat untuk
menambah serta mengembangkannya. Secara sosiologis, elit tersebut merupakan
golongan kecil dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan yang tinggi atau
tertinggi dalam masyarakat dan yang biasanya berasal dari lapisan atas atau
menengah atas. Baik-buruknya suatu kekuasaan, tergantung dari bagaimana
kekuasaan tersebut dipergunakan.
5. Hukum dan Nilai-Nilai Sosial-Budaya
Hukum sebagai kaidah atau norma sosial, tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku
dalam suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan
pencerminan dan konkretisasi daripada nilai-nilai yang pada suatu saat berlaku dalam
masyarakat.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara hukum dengan nilai-nilai sosial-
budaya masyarakat Indonesia, perlu ditinjau sejenak alam pikiran bangsa Indonesia
yang untuk sebagian besar masih tinggal dan hidup di daerah pendesaan.
6. Kepastian Hukum dan Kesebandingan
Kepastian Hukum dan Kesebandingan seringkali tidak dapat ditetapkan sekaligus
secara merata.
7. Peranan Hukum Sebagai Alat untuk Mengubah Masyarakat (Soerjono Soekanto,
1970:62)
a. Pengadilan
Suatu penelitian yang juga akan sangat berguna, adalah penelitian terhadap
peranan hakim dalam mengubah masyarakat melalui keputusan-keputusannya.
b. Efek Suaru Peraturan Perundang-Undangan dalam Masyarakat
Suatu penelitian terhadap efek suatu peraturan perundang-undangan di dalam
masyarakat merupakan efek suatu peraturan perundang-undangan di dalam
masyarakat merupakan salah satu usaha untuk mengetahui apakah hukum
tersebut benar-benar berfungsi atau tidak.
c. Tetinggalnya Hukum di Belakang Perubahan-Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Hukum tertinggal, apabila hukum tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat pada suatu waktu dan tempat tertentu.
d. Difusi Hukum dan Pelembagaannya
Dari penelitian ini diketahui sampai sejauh manakah hukum mengalami proses
pelembagaan atau proses institutionalization dalam diri warga masyarakat atau
bahkan tertanam dalam jiwa mereka (internalized).
e. Hubungan antara para Penegak atau Pelaksana Hukum
Penelitian ini menghasilkan gambaran nyata dari kedudukan masing-masing
pelaksana hukum tersebut.
f. Masalah Keadilan
Penelitian ini perlu dilakukan untuk dapat diketahui batas keserasian antara tugas-
tugas hukum dalam menegakkan kepastian hukum untuk mencapai ketertiban dan
kesebandingan (keadilan) mencapai ketentraman.

E. Sosiologi Hukum dan Gunanya

Perihal perspektif dari sosiologi hukum secara umum ada dua pendapat utama,
sebagai berikut (J van Houtte 1970:57).

1. Pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa sosiologi hhukum harus diberikan suatu


fungsi yang global.
2. Pendapat-pendapat lain menyatakan bahwa kegunaan sosiologi hukum justru dalam
bidang penerangan dan pengkaidahan.

Kegunaan sosiologi hukum di dalam kenyataan adalah sebagai berikut:

1. Sosiologi hukum berguna untuk memberikan kemampuan-kemampuan bagi


pemahaman terhadap hukum di dalam konteks sosial.
2. Penguasaan konsep-konsep sosiologi hukum dapat memberikan kemampuan-
kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektivitas hukum dalam
masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana untuk mengubah
masyarakat, dan sarana untuk mengatur interaksi sosial agar mencapai keadaan-
keadaan sosial tertentu.
3. Sosiologi hukum memberikan kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat.
Kegunaan-kegunaan sosiologi hukum secara terperinci dapat dijabarkan sebagai
berikut:

1. Pada taraf organisasi dalam masyarakat:


a. Sosiologi hukum dapat mengungkapkan ideologi dan falsafah yang mempengaruhi
perencanaan, pembentukan, dan penegakan hukum.
b. Dapat diidentifikasikan unsur-unsur kebudayaan manakah yang mempengaruhi isi
atau substansi hukum.
c. Lembaga-lembaga manakah yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan
hukum dan penegakannya.
2. Pada taraf golongan dalam masyarakat:
a. Pengungkapan dari golongan-golongan manakah yang sangat menentukan dalam
pembentukan dan penerapan hukum.
b. Golongan-golongan manakah di dalam masyarakat yang beruntung atau
sebaliknya malahan dirugikan dengan adanya hukum-hukum tertentu.
c. Kesadaran hukum daripada golongan-golongan tertentu dalam masyarakat.
3. Pada taraf individual:
a. Identifikasi terhadap unsur-unsur hukum yang dapat mengubah perikelakuan
warga masyarakat.
b. Kekuatan, kemampuan, dan kesungguhan hati dari para penegak hukum dalam
melaksanakan fungsinya.
c. Kepatuhan dari warga masyarakat terhadap hukum, baik yang berwujud kaidah-
kaidah yang menyangkut kewajiban-kewajiban hak, maupun perilaku yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai

  • PBL Task Xi
    PBL Task Xi
    Dokumen12 halaman
    PBL Task Xi
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • PBL Task Iii
    PBL Task Iii
    Dokumen9 halaman
    PBL Task Iii
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • PBL Task Iii
    PBL Task Iii
    Dokumen9 halaman
    PBL Task Iii
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • Asas-Asas Hukum Agraria Nasional
    Asas-Asas Hukum Agraria Nasional
    Dokumen7 halaman
    Asas-Asas Hukum Agraria Nasional
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • PBL Task Iv
    PBL Task Iv
    Dokumen8 halaman
    PBL Task Iv
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • Uts Hukum Islam
    Uts Hukum Islam
    Dokumen8 halaman
    Uts Hukum Islam
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    100% (1)
  • Hukum Tata Negara
    Hukum Tata Negara
    Dokumen11 halaman
    Hukum Tata Negara
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat
  • Test Aja
    Test Aja
    Dokumen3 halaman
    Test Aja
    Immanuel Riyadi Tampubolon
    Belum ada peringkat