Anda di halaman 1dari 78

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat pertolongan dan
cinta kasihNya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan
baik.
Adapun maksud penyusunan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tuntutan dari mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah yang juga merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada setiap
mahasiswa yang mengontrak mata kuliah ini. Selama praktikum ini berlangsung, kami dibantu dan
dibimbing oleh berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini kami hendak menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Freddy Jansen, M.Eng selaku Kepala Laboratorium Surveying
2. Vicky F. Lesawengen, ST selaku Koordinator Asisten P.L
3. Giovanni A. Wagiu, ST selaku Assisten P.L
4. Henry Wattimury, ST selaku Assisten P.L
5. Bryan Barsel Tulungen selaku Asisten P.L
6. Irwanto L. Pongsipulung selaku Assisten P.L
7. Olivia Tumurang selaku Co.Assisten P.L
8. Gisela Ondang selaku Co.Assisten P.L
Selain itu tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam proses penyusunan laporan ini yang tak sempat kami lampirkan satu persatu.
Kami sebagai penyusun sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun cara penyusunannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna menyempurnakan laporan yang kami buat ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih banyak dan kami mohon maaf bila ada kesalahan
penulisan kata dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membaca serta membutuhkan laporan ini sebagai referensi ataupun acuan dalam
membuat laporan.
Manado, 2015

Penyusun

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

DAFTAR ISI

1. Lembar Nilai Akhir


2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Bab I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Fungsi dan Pentingnya Ilmu Ukur Tanah dalam Pekerjaan Teknik Sipil
1.3. Definisi dan Istilah
1.4. Stuktur Organisasi Pelaksanaan Praktikum
1.5. Peserta Praktek
1.6. Jenis - jenis Materi Praktikum
1.7. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Responsi dan Praktikum
5. Bab II : Bahan dan Peralatan Umum Penunjang Praktikum
2.1. Selang Plastik (Waterpass Manual)
2.2. Jalon
2.3. Meter Tangan dan Rol Meter
2.4. Tripod
2.5. Unting-Unting
2.6. Kompas Tangan
2.7. Waterpass Benang
2.8. Benang Katun
2.9. Patok
2.10. Siku
2.11. Payung
2.12. Palu
2.13. Paku Seng
2.14. Mistar Ukur
6. Bab III : Praktikum Ilmu Ukur Tanah
3.1. Membuat Garis Lurus di Lapangan
3.2. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik di Lapangan
3.3. Memperpanjang Garis Lurus di Lapangan
3.4. Membuat Titik Potong Antara Dua Garis Yang Bersilangan di Lapangan
3.5. Pengukuran Beda Tinggi Dengan Menggunakan Selang Plastik

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6. Pengenalan Alat Ukur Water Pass dan Cara Penggunaannya


3.6.1. Automatic Level dan Syarat - syarat Alat Sipat Datar
3.6.2. Elemen - elemen Automatic Level
3.6.3. Cara Perletakan Posisi Alat Dalam Pengukuran Automatic Level dan
Theodolite
3.6.4. Nivo
3.6.5. Langkah - langkah Menyetel Nivo Pada Alat Ukur Automatic Level
dan Theodolite
3.6.6. Mencari dan Membidik Sasaran
3.6.7. Mengatur Posisi Mistar
3.6.8. Langkah - langkah Gerak Pengaturan Mistar
3.6.9. Membaca Mistar
3.6.10. Sistem Pembacaan Mistar Ukur/Baak Ukur
3.6.11. Membaca Sudut Horisontal Pada Water Pass
3.7. Pengukuran Sipat Datar Dengan Cara Double Stand
3.8. Pengukuran Sipat Datar Dengan Cara Pergi Pulang
3.9. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang
3.10. Pengenalan Alat Ukur Theodolite dan Cara Penggunaannya
3.10.1. Theodolite dan Cara Penggunaannya
3.10.2. Mendirikan Theodolite dan Centering
3.10.3. Membuat Skala Horizontal 0 0 0
3.10.4. Cara Membaca Sudut Horizontal dan Vertikal
3.10.5. Mencari Nilai Azimuth
3.10.6. Mengukur Tinggi Alat
3.11. Pengukuran Poligon Terbuka
3.12. Pengukuran Poligon Tertutup
3.13. Pembuatan Peta Situasi dan Peta Topografi
3.14. Pemasangan Bowplank (Papan Bangun)
7. Bab IV: Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Lampiran:
Dokumentasi

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Lembar Assistensi Praktikum ( Jalon, Water Pass, Theodolite,


Bowplank)
Lembar Aktivitas
Lembar Peminjaman Alat
Gambar Pengukuran Waterpass dan Theodolite

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu Ukur Tanah (IUT) merupakan salah satu bagian dari suatu ilmu yang lebih luas yaitu
ilmu geodesi. Ilmu ini mempunyai dua maksud yakni:
a. Maksud Ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi
b. Maksud Praktis : Membuat bayangan yang dinamakan peta.
Maksud ilmiah yang menentukan bagian dari permukaan bumi, sedangkan maksud praktis
yaitu membuat bayangan dari sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi yang disebut
peta. Didalam peta terdapat skala yaitu perbandingan jarak sebenarnya dan jarak diatas kertas.
Macam - macam cara pengukuran yang biasanya digunakan dapat kita bagi dalam 2 bentuk yaitu
pengukuran tegak dan pengukuran mendatar.
Ilmu Ukur Tanah (IUT) ini telah dikenal sejak zaman dahulu yakni pada saat zaman orang-
orang romawi. Dimana oarang-orang romawilah yang lebih dahulu mengenalkan tentang manfaat
pengukuran tanah, sehubungan dengan pembatasan daerah-daerah kerajaan romawi pada waktu itu.
Sehingga akhirnya orang-oarang romawi membuat alat-alat ukur seperti groma (dipakai untuk
membidik), litella (sebuah kerangka berbentuk huruf A dengan sebuah bandul/unting-unting untuk
menyipat datar), serta chorobates (sebuah tepi lurus horizontal dengan kaki penyangga dengan
sebuah lekukan bagian atas untuk diisi air yang berfungsi sebagai nivo).
Dalam pengertian yang lebih umum, Ilmu Ukur Tanah dapat di anggap sebagai disiplin yang
meliputi semua metode untuk mengumpulkan pemrosesan informasi tentang bumi dan lingkungan
fisis, atau dengan kata lain maksud praktis yang dicapai dengan melakukan pengukuran pada
permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan.

1.2. Fungsi dan Pentingnya Ilmu Ukur Tanah Dalam Pekerjaan Teknik Sipil
Secara umum Ilmu Ukur Tanah dapat berfungsi :
1. Melakukan pemetaan bumi di atas dan di bawah permukaan laut;
2. Membantu menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaannya di udara, darat dan laut;
3. Menetapkan batas kepemilikan tanah pribadi dan tanah negara;
4. Membantu pengembangan informasi tata guna lahan dan sumber daya alam yang membantu
pengelolaan lingkungan;
5. Mempersiapkan peta-peta bulan dan planet;
6. Merencanakan, membangun dan memelihara jalan;

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

7. Membantu membuat saluran irigasi dan bendungan;


8. Membuat pengkaplingan tanah-tanah di perkotaan;
9. Membangun dan memelihara sistem persediaan air dan saluran pembuangan limbah;
10. Dan lain-lain.
Ilmu Ukur Tanah sangat penting dalam pekerjaan Teknik Sipil misalnya, dalam penentuan
batas-batas bangunan baik berupa gedung bertingkat, jembatan maupun perumahan, selain itu dapat
membantu dalam pengukuran luas maupun kemiringan suatu daerah atau lahan sehingga dapat
direncanakan pengembangan daerah atau wilayah tersebut sambil mempertimbangkan hal-hal apa
yang dapat dijadikan sebagai objek dan konstruksi yang dirasa sangat tepat untuk memanfaatkan
wilayah yang ada. Dengan mengetahuinya maka akan sangat membantu juga dalam menentukan
sistem pengairan, jalur jalan ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan suatu
kawasan. Aplikasi Ilmu Ukur Tanah akan terlihat jelas pada pelaksanaan proyek Teknik Sipil,
khususnya rekayasa struktur, untuk mengetahui topografi suatu lahan sehingga dapat memudahkan
penyesuaian struktur bangunan dengan topografi setempat.

1.3. Definisi dan Istilah


Altimeter : Alat pengukur tinggi
Azimuth : Sudut yang diukur dari arah utara dan searah jarum jam
Back Azimuth : Sudut yang diukur dari arah utara dan berlawanan arah jarum jam.
Bench Mark : Titik tepat duga, yaitu sebuah objek tetap (alamiah ataupun buatan)
yang mempunyai tiang yang di tandai dan elevasinya di atas atau di
bawah datum tertentu.
Datum : Sembarang permukaan datar yang di pakai sebagai acuan (referensi)
elevasi, misalnya MSL (Mean Sea Level)
Elektronic Distance
Mousture (EDM) : Alat Pengukur jarak elektronik yang dipasang di atas Theodolite dan
bekerja berdasarkan kecepatan Gelombang Elektronik.
Elevasi : Jarak vertikal dari sebuah datum (titik acuan) sampai ke suatu titik
atau objek.
Garis Bidik : Garis singgung di bagian dalam teropong di tengah - tengah pembagi.
Garis Kontur : Garis yang membedakan ketinggian dari daerah - daerah yang
tergambar dalam peta dan menghubungkan daerah yang sama tinggi.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Jalon : Besi atau baja yang berwarna hitam atau putih berganti - gantian
dan di bagian bawah diruncing untuk di tancapkan pada titik yang di
ukur.
Jarak Datar : Jarak antara dua titik yang diukur secara horisontal, bukan di ukur
mengikuti kemiringan tanah.
Jarak Langsung : Jarak yang diperoleh dengan menngunakan alat ukur langsung seperti
pita ukur, dan instrumenukur jarak elektrik.
Jarak Optis : Jarak tidak langsung atau jarak yang diperoleh dari hasil pengolahan
data yang didapat dari alat ukur.
Koordinat : Hubungan antara sumbu X dan Y.

Mean Sea Level


(MSL) : Mean Sea Level (Permukaan air laut dijadikan sebagai acuan elevasi).
Lensa Centering
Optis (LCO) : (lensa centering optis) lensa yang terdapat pada Theodolite yang
digunakan untuk centering.
Pengunci Halus
Horizontal : Bagian dari theodolite yang digunakan untuk mengunci sudut
horizontal secara halus.
Pengukuran : Sistem pengukuran pada Waterpass, muka belakang.
Peta situasi : Peta yang menggambarkan keadaan lokasi atau daerah yang di tinjau,
misalnya letak bangunan, jalan, dan sebagainya.
Peta topografi : Peta yang mengganbarkan permukaan bumi yaitu mengenai bentuk
(relief) bumi, seperti tinggi rendahnya permukaan bumi, lalu
dilengkapi dengan keadaan suatu daerah, misalnya posisi benda
benda alam ataupun batuan yang terdapat pada permukaan bumi.
Plotting : Pekerjaan pembuatan peta dengan cara menggunakan kertas kalkir
dan peralatan gambar.
Poligon : Serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukandari pengukuran lapangan.
Poligon terbuka : Serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah
ditentukan dari pengukuran lapangan dan garis garis tidak kembali
ke titik awal dan membentuk sudut banyak.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Skala : Angka perbandingan jarak di peta dengan jarak yang sesungguhnya di


permukaan bumi.
Stereoskop : Alat optis binokuler yang membantu kita melihat 2 foto yang di
oriontasikan secara baik untuk memper oleh kesan model 3 dimensi.
Theodolite : Alat ukur sudut yang digunakan untuk mengukur sudut kearah 2 titik
atau lebih serta sudut vertikal terhadap bidang yang horizontal pada
titik pembacaan.
Theodolite Repetisi : Theodolit ini mempunyai sumbu I (tegak) rangkap sehingga
pengukuran sudut rangkap dapat dilakukan 1 kali
Theodolite Reiterasi : Theodolit ini tidak dilengkapi dengan sumbu I rangkap sehingga
pengukuran sudut atau azimuth hanya dapat dilakukan dengan
terpisah atau satu persatu.
Titik kontrol : Serangkaian BM yang di ketahui elevasinya
Tripod : Alat penyangga yang terdiri dari 3 kaki yang bisa disesuaikan dengan
tinggi pengamat digunakan untuk meletakkan waterpass dan thedolite.
Waterpass : Suatu alat penyipat datar yang terutama berfungsi untuk mengukur
beda tinggi dan elevasi.

1.4. Struktur Organisasi Pelaksanaan Praktikum


Stuktur pelaksana praktikum Ilmu Ukur Tanah Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
adalah sebagai berikut:
Kepala Lab. Surveying : Dr. Ir. Freddy Jansen, M.Eng
Koordinator Assisten P.L : Vicky F. Lesawengen,ST
Assisten P.L : - Giovanni A. Wagiu, ST
- Henry Wattimury, ST
- Bryan Barsel Tulungen
- Irwanto L. Pongsipulung
Co. Assisten P.L : - Olivia Tumurang
- Gisela Ondang
1.5. Peserta Praktek
Peserta praktek adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Ilmu Ukur Tanah maupun
para mahasiswa yang sebelumnya telah mengikuti praktikum tapi belum berhasil. Dalam praktikum
Ilmu Ukur Tanah, mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya. Masing-
masing kelompok terdiri dari tujuh atau lebih orang. Kami dari kelompok XXII, terdiri atas:

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Ketua : Marwan Olii (14021101028)*


Sekretaris : Muhammad Alriansyah Rurung (14021101112)**
Anggota : - Gianina Sasuwuk (14021101122)
- Mega Tri Paskah (14021101012)
- Nurjannah Baharta (14021101207)
- Yemima Y. E. Nggebu (14021101216)
- Dian Rahayu Alani (14021101093)
Keterangan: * Ketua kelompok
** Sekretaris kelompok

1.6. Jenis-Jenis Materi Praktikum


Sebelum melaksanakan praktikum di lapangan, koordinator praktikum dan para assisten
praktikum lapangan memberikan responsi agar dalam praktikum nanti peserta praktikum dapat
bekerja secara optimal dan juga dapat mengetahui tujuan dari kegiatan praktikum.
Responsi Pertama: - Pengenalan Laboratorium Surveying
Responsi Jalon
- Membuat Garis Lurus di Lapangan
o Membuat Garis Lurus antara 2 Titik di Lapangan
o Memperpanjang Garis Lurus di Lapangan
o Membuat Garis Potong antara 2 Titik di Lapangan
Responsi kedua: Responsi Autometic Level
- Pengenalan Alat Ukur waterpass dan cara penggunaannya
- Pengukuran Sipat Datar dengan Cara Pergi Pulang
- Pengukuran Sipat Datar dengan Cara Double Stand
- Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang
Responsi Ketiga: Responsi Theodolite
- Pengenalan Alat Ukur Theodolite dan Cara Penggunaannya
- Pengukuran Poligon Terbuka
- Pengukuran Poligon Tertutup
- Membuat Peta Situasi dan PetaTopografi
Responsi Keempat: Responsi Bowplank
- Pemasangan Bowplank
1.7. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Responsi dan Praktikum
Responsi Pertama

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Waktu : Rabu/16.00 WITA - Selesai


Tanggal : 18 Februari 2015
Tempat : Laboratorium Surveying
Responsi kedua
Waktu : Rabu/16.00 WITA Selesai
Tanggal : 04 Maret 2015
Tempat : Laboratorium Surveying
Responsi Ketiga
Waktu : Rabu/17.00 WITA - Selesai
Tanggal : 08 April 2015
Tempat : Laboratorium Surveying
Responsi Keempat
Waktu : Jumat/11.00 WITA - Selesai
Tanggal : 08 Mei 2015
Tempat : Laboratorium Surveying
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ditentukan oleh assisten Praktikum Lapangan.
Praktikum Jalon
Waktu : Sabtu/12.30 WITA - Selesai
Tanggal : 21 Februari 2015
Tempat : Samping Gedung Baru Fakultas Teknik
Praktikum Waterpass
Waktu : Sabtu/14.00 WITA - Selesai
Tanggal : 07 Maret 2015
Tempat : Seputaran Fakultas Teknik
Praktikum Theodolite
- Waktu : Sabtu/08.30-Selesai
- Tanggal : 18 April 2015
Praktikum Bowplank
- Waktu : Sabtu/09.00- Selesai
- Tanggal : 09 Mei 2015

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB II
PERALATAN PENUNJANG DALAM PRAKTIKUM

2.1. Selang Plastik (Waterpass manual)


Selang plastik adalah alat bantu dalam pengukuran di lapangan. Selang platik yang
dipakai terbuat dari bahan plastik yang elatis berwarna bening dengan diameter 0,5 cm, dan
panjangnya 20 m. Fungsinya untuk menampung air yang diisikan ke dalam selang untuk
mengetahui beda tinggi antara 2 titik yang ditinjau. Cara pengunaannya adalah mengisi air di
dalam selang dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung udara, lalu ukur beda tinggi
antara kedua titik.
Selang plastik yang digunakan yaitu selang plastik yang berdiameter 8 mm. Selang
plastik dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi antara 2 titik. Prinsip kerja selang
plastik dalam pengukuran adalah bahwa
bagian atas dari suatu zat cair akan selalu
berada dalam keadaan mendatar.
Selang plastik hanya digunakan
untuk jarak pendek, misalnya bangunan-
bangunan gedung. Alat ini termasuk alat
sederhana dan mudah diperoleh. Untuk
penggunaan selang plastik ada beberapa syarat
yang harus diperhatikan antara lain:
a. Selang plastik tidak boleh mengandung gelembung-gelembung udara. Jadi kita harus sering
memeriksa apakah slang plastik masih dapat berfungsi dengan baik dengan melihat
gelembung-gelembung udara dalam slang, jika ada gelembung harus segera dikeluarkan.
Untuk mencegah gelembung-gelembung masuk dalam slang waktu pengisian, letak air
harus berada pada tempat yang lebih tinggi dan dibiarkan mengalir ke ujung yang lebih
rendah. Jika masih ada gelembung, biarkan air mengalir sampai gelembungnya tidak ada.
b. Selang plastik tidak boleh kotor, karena menyulitkan pembacaan letak datarnya, dan sulit
dilihat apakah ada gelembung atau tidak.
c. Pada saat digunakan, slang plastik tidak boleh terlipat atau tertekuk, lipatan pada slang
menyebabkan tersumbatnya aliran air sehingga tidak datar lagi. Untuk melewati tanah yang
lebih tinggi sekali, alat ini tidak bisa dipakai.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

d. Pada saat digunakan, slang plastik salah satu ujungnya tidak boleh tertutup karena akan
mengakibatkan air di dalam slang tidak bisa bergerak karena udara yang masuk tidak bisa
menembus air di dalam slang.
e. Posisi jalon atau mistar yang digunakan untuk mengukur kedataran tidak boleh miring,
baik ke depan, ke belakang, atau ke samping. Posisi mistar yang tidak tegak lurus akan
menyebabkan elevasi semakin berkurang sehingga memungkinkan masuknya gelembung
ke dalam selang.
Prinsip kerja selang plastik berdasarkan prinsip bejana berhubungan yaitu bila air
sudah tenang berarti kedua permukaan datar. Saat digunakan, selang plastik dilengkungkan
membentuk huruf U.
Kesimpulannya dengan menggunakan selang plastik dapat dengan mudah ditentukan
beda tinggi antara dua titik yang berdekatan.

2.2. Jalon
Jalon adalah alat penunjang dalam praktikum ilmu ukur tanah yang
berbentuk tongkat besi dengan salah satu ujungnya runcing atau tajam dan
panjangnya 2 m, terbuat dari besi yang diberi warna berbeda, misalnya
warna merah dan putih. Fungsinya untuk memperjelas titik awal dan titik
selanjutnya, agar membentuk satu garis lurus di lapangan.Cara
penggunaannya adalah tancapkan ujung jalon pada tempat yang tidak
berbatu.Penancapan jalon berjarak 30 cm dari pengamat.

2.3. Meter Tangan dan Rol Meter


Meter tangan dan rol meter adalah alat
ukur panjang. Jenis meter tangan yang digunakan berbahan baja,
sedangkan rol meter berbahan fiber /
plastik. Fungsinya untuk pengukuran
panjang antara 2 titik yang ditinjau.Cara
penggunaannya adalah tarik meter tangan atau rol meter dari titik
yang satu ke titik yang lainnya. Pastikan posisi pita ukur pada titik
awal berada pada titik nol.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

2.4. Tripod
Tripod adalah penyangga yang terdiri dari 3
kaki yang tingginya dapat disesuaikan dengan situasi
atau kondisi tanah.Fungsinya sebagai tempat berdirinya
alat Waterpass dan Theodolite yang dapat disetel
sehingga alat selalu berada dalam keadaan datar.Cara
pengunaannya adalah letakkan tripod, lalu buka ketiga
kakinya dan tancapkan di tanah.Tinggi tripod diatur
sedemikian rupa agar nantinya tinggi alat sesuai dengan
pengamat dan keadaan di lapangan.

Jenis dan Tipe Tripot


Tripot adalah suatu alat yang berfungsi sebagai tempat penyangga alat. Ada berbagai macam
jenis tripot, jika ditinjau dari bahannya, tripot dibagi atas dua jenis :
Tripot kayu
Tripot aluminium

Berikut ini adalah beberapa jenis tripot yang biasanya digunakan :


TYPE B TRIPODS
BMF BMS BMC
Flat Spherical Flat Tripod Head
148 mm 148mm 148mm Diametre of Head
60 mm dia. 52mm dia. 60 mm dia. Head Bore
W 5/8in. dia . x 11 W 5/8in. dia . x 11 35 mm dia. x 2 mm Head Screw
1,750 mm 1,765 mm 1,750 mm Legs : Max length
1,060 mm 1,075 mm 1,060 mm Min length
5.4 kg 5.4 kg 5.4 kg Weight

TYPE C TRIPODS
CMF CMS CMC
Flat Spherical Flat Tripod Head
133mm 133 mm 133 mm Diametre of Head
52 mm dia. 52 mm dia. 52 mm dia. Head Bore
W 5/bin. dia. x 11 W 5/Bin. dia. x 11 35 mm dia. x 2 mm Head Screw

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

1,700 mm 1,710 1,700 mm Legs : Max length


1,015 mm 1,025 mm 1,615 mm Min length
4,1 kg 4,1 kg 4,1 kg Weight

2.5. Unting Unting


Unting Unting adalah benda yang terdiri atas kait dan rantai,
serta ujungnya berupa kerucut dalam posisi terbalik, yang
ditempatkan di tengah tengah di bawah plat tripod. Jenis unting
unting yang digunakan berbahan baja atau besi logam.
Fungsinya sebagai penunjuk titik acuan atau titik pusat. Cara
penggunaannya adalah gantungkan unting unting dengan cara
mengaitkan kait pada tripod, tunggu sampai unting unting diam
/ tidak bergoyang lagi, sehingga unting unting menunjuk ke titik yang ditentukan. Akan
tetapi penggunaan unting unting kurang efektif, hal ini disebabkan oleh karena faktor luar
seperti angin, dan sebagainya yang menyebabkan unting unting akan sulit mencapai posisi
diam / tidak bergoyang.

2.6 Kompas Tangan


Kompas adalah alat yang penunjuk arah yang di
dalammya tertera 8 arah mata angin yang ditunjukkan
dengan jarum yang diberi simbol. Jarum kompas akan
selalu menunjuk arah utara. Fungsinya adalah untuk
mengetahui arah patokan yang dikehendaki sebelum
pembacaan sudut. Kompas digunakan bersama sama
dengan alat ukur. Cara penggunaannya adalah putar
kompas hingga arah kompas menunjuk ke arah patokan, misalnya arah utara.

2.7. Waterpass Benang


Waterpass benang adalah
alat untuk menyetel posisi benang
pada pemasangan bowplank agar
sejajar dengan elevasi tanah.
Untuk mengetahui benang sudah atau belum datar/sejajar dengan tanah, dapat dilihat pada
gelembung nivo yang ada pada alat. Syarat benang sudah datar/sejajar dengan elevasi tanah adalah

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

gelembung nivo harus berada tepat ditengah. Cara untuk membuat gelembung nivo tepat berada
ditengah yaitu dengan menaikkan/menurunkan benang. Jika gelembung nivo berada disebelah kiri
alat maka kita harus menaikkan benang disebelah kiri alat, dan sebaliknya.

2.8. Benang Katun


Benang Katun / cotton merupakan benang yang terbuat
dari serat kapas. Kapas sendiri adalah serat halus yang
menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa
disebut pohon/tanaman kapas), tumbuhan semak
yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat
kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil.
Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun
menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa
disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).

2.9. Patok
Patok adalah sebuah benda yang digunakan sebagai titik atau tanda yang
terlihat jelas, agar pengamat dapat menjadikannya sebagai acuan ke arah atau
titik berikutnya. Contoh patok yaitu berupa paku, batang kayu, beton, dan
sebagainya. Jenis yang digunakan dalam praktikum adalah patok paku dan
patok kayu.

2.10. Siku
Siku Ukur adalah salah satu alat yang sangat penting dalam
pertukangan. Siku ukur merupakan salah satu yang sering dipakai
dalam dasar pekerjaan dan juga saat penguran bagian bagian yang
sangat berhubungan dalam kesikuan bahan maupun ruang yang
akan dikerjakan. Tidak hanya itu mungkin siku ukur adalah alat
tercepat dan termudah untuk menandai garis persegi untuk pemotongan , tetapi dapat digunakan
untuk dengan cepat menandai setiap sudut hingga 45 derajat dan 90 derajat dan juga alat yang
paling sering dipergunakan untuk mengukur sampai enam inci (20 cm).

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

2.11. Payung
Payung adalah alat pelindung yang terdiri dari
pegangan, gagang dan nilon yang dapat dibuka dan
ditutup. Fungsiya adalah untuk melindungi alat dari
cahaya matahari maupun hujan.

2.12. Palu
Palu atau Martil adalah alat yang digunakan untuk
memberikan tumbukan kepada benda. Palu umum
digunakan untuk memaku, memperbaiki suatu benda,
penempaan logam dan menghancurkan suatu obyek.
2.15. Paku Seng
Benda bulat panjang dari logam besi yg berkepala
dan berujung runcing (sebagai titik atau tanda
dalam praktikum).

2.14. Mistar Ukur


Alat ini merupakan salah satu alat penting untuk melaksanakan
pengukuran di lapangan . Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar berbahan
dasar alumunium, mistar ini mempunyai panjang 3.4 bahkan ada yang 5 meter.
Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap tiap blok merah, putih atau hitam
menyatakan 1 cm, setiap lima blok tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan
5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap tiap meter diberi warana yang
berlainan, merah-putih, hitam-putih, dan lain-lain. Kesemuanya ini dimaksudkan
agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB III
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

3.1. Membuat Garis Lurus Di Lapangan


Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan:
Jalon 6 buah
Pita Ukur (rol meter) 1 buah
Handboard 1 buah
Alat Tulis Menulis
Meter tangan (5 m) 1 buah
Camera Digital (Dokumentasi Foto)
- Cara Kerja :
Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Mengecek kelengkapan Peralatan dan perlengkapan.
Ambil satu titik sebagai tumpuan, lalu tancapkan jalon 1 dan beri nama titik A.
Dari titik P1, tarik jarak dan tancapkan jalon 2, dan beri nama titik B.
Pengamat 1 berdiri di belakang jalon A ( 30 cm), untuk mengamati kelurusan jalon
jalon.
Pengamat 1 melihat kelurusan dari tiap tiap jalon.
3.2. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik Di Lapangan
Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan:
Jalon 6 buah
Pita Ukur (rol meter) 1 buah
Handboard 1 buah
Alat Tulis Menulis
Meter tangan (5 m) 1 buah
Camera Digital (Dokumentasi Foto)
- Cara Kerja :
Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Mengecek kelengkapan Peralatan dan perlengkapan.
Ambil satu titik sebagai tumpuan, lalu tancapkan jalon 1 dan beri nama titik A.
Dari titik P1, tarik jarak dan tancapkan jalon 2, dan beri nama titik B.
Pengamat 1 berdiri di belakang jalon A ( 30 cm), untuk mengamati kelurusan jalon
jalon.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Kemudian diantara titik A dan B, tancapkan jalon 3 dan beri nama titik C.
Pengamat 1 melihat kelurusan dari tiap tiap jalon.

3.3. Memperpanjang Garis Lurus Di Lapangan


- Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan:
Jalon 6 buah
Pita Ukur (rol meter) 1 buah
Handboard 1 buah
Alat Tulis Menulis
Meter tangan (5 m) 1 buah
Camera Digital (Dokumentasi Foto)
- Cara Kerja :
Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Mengecek kelengkapan Peralatan dan perlengkapan.
Ambil satu titik sebagai tumpuan, tancapkan jalon 1 dan beri nama titik A.
Dari titik A, tarik jarak sejauh 5 m dengan menggunakan pita ukur. Tancapkan jalon
2 dan beri nama titik B.
Pengamat I berdiri dibelakang jalon 1 ( 30 cm) untuk mengamati kelurusan jalon 1
dan 2. bila belum lurus, pengamat I memberikan aba aba melalui isyarat.
Bila sudah lurus, dari titik B tarik jarak sejauh 5 m. Kemudian tancapkan jalon 3 dan
beri nama titik C.
Pengamat II berdiri di belakang jalon 2 ( 30 cm) untuk mengamati kelurusan jalon
2 dan 3. bila belum lurus, pengamat II memberikan aba - aba melalui isyarat.
Bila sudah lurus, dari titik C tarik jarak sejauh 5 m. Kemudian tancapkan jalon 4 dan
beri nama titik D.
Pengamat III berdiri di belakang jalon 3 ( 30 cm) untuk mengamati kelurusan jalon
3 dan 4. bila belum lurus, pengamat III memberikan aba aba melalui isyarat.
Bila sudah lurus, dari titik D tarik jarak sejauh 5 m. Kemudian tancapkan jalon 5 dan
beri nama titik E.
Pengamat IV berdiri di belakang jalon 4 ( 30 cm) untuk mengamati kelurusan jalon
4 dan 5. bila belum lurus, pengamat IV memberikan aba aba melalui isyarat.
Bila sudah lurus, dari titik E tarik jarak sejauh 5 m. Kemudian tancapkan jalon 6 dan
beri nama titik F.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Pengamat V berdiri di belakang jalon 5 ( 30 cm) untuk mengamati kelurusan jalon


5 dan 6. bila belum lurus, pengamat V memberikan aba aba melalui isyarat.
Pengamat I Mengecek kelurusan yang ada dititik A ke F sebaliknya juga begitu.

3.4. Membuat Titik Potong antara Dua Garis yang Bersilangan Dilapangan
- Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan:
Jalon 5 buah
Pita Ukur (rol meter) 1 buah
Handboard 1 buah
Alat Tulis Menulis
Meter tangan (5 m) 1 buah
Camera Digital (Dokumentasi Foto)
- Cara Kerja :
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Mengecek Kelengkapan alat dan bahan.
Ambil satu titik sebagai tumpuan, tancapkan jalon I dan beri nama titik A.
Dari titik A, tarik jarak sejauh 5 m dan beri nama titik B. Dari titik B, tarik jarak
sejauh 5 m dan beri nama titik C. Dari titik C, tarik jarak sejauh 5 m dan beri nama
titik D. Perhatikan apakah keempat titik ini membentuk persegi di lapangan.
Disetiap titik juga harus ditancapkan jalon.
Pengamat I ( 30 cm) mengamati kelurusan jalon jalon titik A ke B. Bila belum
lurus, pengamat I memberikan aba aba melalui isyarat.
Pengamat II ( 30 cm) mengamati kelurusan jalon jalon titik B dan C. Bila belum
lurus, pengamat II memberikan aba aba melalui isyarat.
Orang Ketiga menempatkan jalon E segaris dengan A, dan B.
Orang Ketiga memperpanjang garis A, E ke arah C, dan berhenti di titik 5 atas aba-
aba sedemikian rupa sehingga titik 5 segaris dengan B, dan D.
Titik 5 adalah titik potong A,C dan B,D.
3.5. Pengukuran Beda Tinggi Dengan Menggunakan Waterpass Selang Plastik
- Alat dan Bahan yang diperlukan
Jalon 5 buah
Pita Ukur (rol meter) 1 buah
Handboard 1 buah
Alat Tulis Menulis

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Meter tangan (5 m) 1 buah


Camera Digital (Dokumentasi Foto)
- Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Mengecek kelengkapan alat dan bahan
Pengukuran beda tinggi ini erat kaitannya dengan kegiatan B
Selang palstik dirapatkan pada jalon 1 yang ada pada titik A, dan tarik selang ke
jalon 2 yang ada di titik B.
Namun sebelumnya selang plastik diisi air tapi jangan sampai ada gelembung udara
Kemudian ukur beda tingginya, dengan cara mengukur tinggi air yang ada pada
selang plastik menggunakan meter tangan. Namun, selang plastik jangan gerakkan
Begitu selanjutnya sampai pada jalon yang terakhir.
Membuat Garis Lurus Di Lapangan
Membuat Garis Antara 2 Titik Di Lapangan
F
Memperpanjang Garis Lurus Di Lapangan E
C D
B
A

5m 5m 5m 5m 5m

Pengukuran Beda Tinggi Dengan Menggunakan Waterpass Selang Plastik

F
E
D
B C
A

5m 5m 5m 5m 5m

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Titik Potong Antara 2 Titik Yang Bersilangan Di Lapangan

D A

C B

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6. Pengenalan Alat Ukur Waterpass dan Cara Penggunaannya


3.6.1. Automatic Level dan Syarat-syarat Alat Sipat Datar
Waterpass adalah suatu alat penyipat datar yang terutama berfungsi untuk mengukur beda
tinggi dan elevasi.
Secara umum waterpass mempunyai struktur yang hampir sama dengan theodolite/transit
level, namun sesuai dengan fungsinya ada beberapa hal yang berbeda. Boleh dikatakan umum
elemen-elemen yang ada pada waterpass terdapat juga pada theodolite, tetapi beberapa hal pada
theodolite tidak terdapat pada waterpass.
Perbedaan utama adalah pada sumbu II, dimana waterpass tidak memiliki sumbu II (sumbu
vertikal) sehingga dalam prakteknya perbedaan ini dapat juga dikatakansebagai : pada waterpass
hanya memiliki satu sumbu yaitu sumbu vertikal. Waterpass terutama digunakan untuk pengukuran:
- profil memanjang
- profil melintang
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat ukur ini sebelum digunakan:
a. garis nivo harus tegak lurus sumbu ke satu.
- tempatkan dan setel waterpass
- buat gelembung dalam nivo berada di tengah
- putar teropong untuk memastikan nivo berada di tengah-tengah
b. garis mendatar diafragma harus tegak lurus sumbu kesatu
- tempatkan dan setel arah waterpass agar sumbu kesatu tegak lurus
- putar teropong sehingga titik tersebut terletek di ujung kanan mendatar
diafragma
- putar teropong hingga titik tersebut berhimpit dengan ujung kanan budang
mendatar, berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu kesatu
- jika target tersebut tidak berhimpit dengan ujung kanan bidang mendatar,
berarti ada kesalahan
- atur sekrup koreksi diafragma untuk mengoreksi kesalahan
- ulangi pekerjaan sampai target berimpit dengan ujung kanan bidang mendatar

c. garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo


- tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu garis lurus,
- letakkan pesawat di titik C,
- letakkan baak ukur di titik A dan B,
- baca baak di titik A dan B, kemudian hitung beda tinggi,

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

- pindahkan pesawat di D,
- baca baak di A dan B,
- jika h1 = h2 berarti garis bidik sejajar arah nivo,
- cari arah X dan Y,
- teropong diarahkan ke baak A dan koreksi hingga pembacaan Y.
-
3.6.2. Elemen-elemen Automatic Level
Elemen-elemen Waterpass (Sokkia C330/C32):
- Lensa Objektif dan lensa Okuler (dalam teropong).
- Benang diafragma (atas, bawah, tengah, dan vertikal). Benang ini berguna untuk
menunjukkan bacaan pada mistar ukur yang di bidik.
- Fokus Lensa Objektif dan Retikle di okuler. Digunakan untuk mengatur mistar
ukur yang di bididk dan benang diafragma.
- Sekrup ABC (sekrup penyetel). Digunakan untuk mengatur gelembung dalam
nivo tabung.
- Penghalus Horizontal (pada beberapa alat, ada yang memiliki pengunci
horizontal, tetapi ada juga yang tidak termasuk). Digunakan untuk menggerakkan
sudut horizontal secara halus.
- Nivo kotak. Nivo yang berbentuk kotak digunakan dalam penyetelan agar alat
yang di stelnya sudah dalam keadaan datar.
- Skala sudut horizontal. Digunakan untuk mengetahui sudut horizontal pada suatu
pembacaan mistar ukur.
- Pengait Unting. Tempat untuk mengaitkan unting-unting.
- Visir. Untuk menembak bidikan secara kasar.
- Piringan sudut. Berfungsi dalam penyetelan sudut horizontal.
- Unting-unting. Untuk mengetahui apakah suatu waterpass sudah berada dititik
yang ditetapkan.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Gambar.1 Waterpass
1. Cermin Pemantul Nivo / Reflektor
2. Visir Kasar
3. Sekrup Penahan Nivo Tabung
4. Nivo Tabung
5. Sekrup ABC
6. Plat Skala
7. Sekrup Penggerak Halus Horizontal
8. Lensa Objektif
9. Fokus
10. Piringan Skala Horizontal
11. Jendela Skala
12. Retikel
13. Lensa Okuler

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6.3. Cara Peletakkan Posisi Alat dalam Pengukuran Automatic Level dan Theodolite
- Proses Centering pada alat ukur dimulai dengan menentukan titik / tanda (dapat juga dengan
menggunakan paku payung)
- Dalam melaksanakan pengukuran, centering yang dilakukan pada suatu titik (patok)
sebaiknya menggunakan patok yang di beberi paku atau gunakan paku payung supaya
centering yang dilakukan benar-benar tepat di atas titik tersebu terutama pada alat ukur
Theodolite rambu ukur juga sebaiknya diletakan diatas titik di atas paku payung tersebut.
- Setelah itu pasang alat ukur Waterpass pada Tripod
- Bidiklah yang sudah di tentukan.
- Gunakanlah unting-unting/bandulan yang di kaitkan pada sekrup pengunci pesawat.
- Jika unting-unting sudah berada tepat di atas paku payung, alat sudah benar-benar berada di
atas titik awal yang ditentukan, maka pengukuran sudah bisa dimulai
Penjelasan :
Model 1 : Alat di antara dua titik ( segaris )
Untuk keadaan yang relatif rata dan tanpa halangan, posisi ini
sebaiknya dijadikan pilihan utama, jarak yang sama antara alat ke dua titik di
muka dan di belakang akan memperkuat faktor kesalahan.

Belakang Muka

P Q

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Model 2 : Alat di antara dua titik ( segitiga )


Bila cara 1 agak sulit dilakukan, kondisi 2 menjadi alternatif, terutama bila ada
halangan berupa bangunan atau halangan lainnya.

P Q

dP dQ

H
tampak atas posisi
pendataan model II

belakang muka

tampak atas posisi


pendataan pengembangan
model II

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Model 3 : Alat dibelakang titik ( segaris )


Terutama bila halangan berupa sungai dan sejenisnya yang membuat cara 2
juga sulit direalisasikan maka harus menggunakan cara ini.
Terutama bila halangan berupa sungai dan sejenisnya yang membuat cara 2
juga sulit direalisasikan maka harus menggunakan cara ini.

muka

TA

dPQ Q

Model 4 : Alat di atas salah satu titik


Dalam kondisi tertentu, alat juga dapat diletakkan di atas titik untuk mencari
data titik lainnya. Cara ini, cara kerjanya hampir menyerupai Theodolite, di
mana tinggi alat harus diukur

TA

belakang muka

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6.4. Nivo
Nivo adalah alat Bantu untuk membuat baak ukur tegak lurus terhadap permukaan
air laut. Menurut bentuk, nivo terbagi atas 2 macam yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Alat
ini berisi eter atau alcohol dan di atas dibagian dalam tertutup diberi bidang lengkung dari
bulatan dengan jari-jari yang besar. Bagian ini tidak diisi dengan zat cair sehingga dari atas
kelihatan seperti gelembung.

3.6.5. Langkah-langkah Menyetel Nivo pada Alat Ukur Automatic Level dan
Theodolite
1. Dirikan tripod / statip dilokasi pengukuran, buat kaki tripod membentuk segitiga sama
sisi dan platnya diusahakan mendatar dengan cara :
a. Buka sekrup pengunci kaki tripod, panjangkan kakinya kemudian kunci sekedarnya.
b. Injak kaki tripod seperlunya hingga menancap pada tanah dan cukup stabil.
c. Atur kepala tripod ( plat level ) sedatar mungkin sambil memperhatikan sekrup
pengunci pesawat, kira-kira tepat di atas titik yang dimaksud.
d. Kencangkan sekrup pengunci kaki tripod.
2. Pasang pesawat Waterpass pada tripod dengan menggunakan sekrup pengunci pesawat
kemudian kencangkan.
3. Atur posisi nivo pada pelat ( biasanya nivo lingkaran ) berada di antara 2 dari sekrup A B
C.
4. Gelembung nivo diatur ke tengah dengan cara memutar dua sekrup secara bersamaan
dengan arahyang berlawanan.
5. Setelah gelembung nivo tepat di tengah, untuk mengontrolnya maka alat ukur diputar
180o, apabila posisi gelembungnya berpindah, atau keluar dari batasnya.
6. Bila ada gelembung nivo yang menyimpang, kembalikan alat searah sekitar 1/2 putaran
sebelumnya sehingga membentuk formasi seperti semula tetapi pada letak dan arah yang
berbeda.
7. Lakukan kembali langkah No.4 penyetelan gelembung nivo dan pengecekan yang sama
seperti pada langkah No.5, lakukan ke segala arah sehingga gelembung nivo dipastikan
tidak lagi melakukan penyimpangan.
8. Jika gelembung nivo sudah tepat di tengah-tengah dan dan tidak ada lagi penyimpangan
maka alat ukur Waterpass sudah memenuhi syarat untuk melakukan pengukuran.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Jika posisi alat ukur Waterpass berada di atas titik ( model 4 ), maka gunakan unting- unting
yang berfungsi untuk menunjuk alat ukur dengan jarak 1 cm di atas titik yang dimaksud.
Unting- unting dipasang dengan mengaitkannya pada sekrup pengunci alat.
Cara mengggunakan sekrup A-B-C dalam proses centering pada alat TS-20A dapat kita lihat
pada gambar di bawah sebagai berikut:

C C C

A B A B A B

3.6.6. Mencari dan Membidik Sasaran.


Titik sasaran harus berada pada perpotongan garis bidik horizontal dan vertikal.
Gunakan penghalus horizontal bagian bawah untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan dan
penghalus vertikal untuk gerakan keatas dan ke bawah. Perlu diingat, pada proses ini
pengunci dan penggerak halus horizontal bagian atas jangan diputar, untuk menentukan titik
sasaran, gunakan visir kasar pada langkah pertama.
3.6.7. Mengatur Posisi Mistar
Dalam pembacaan mistar, hal yang perlu diperhatikan adalah posisi mistar pada
waktu pembacaan, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.) Posisi mistar harus tegak lurus membentuk vertical dan lebih tinggi dibandingkan alat.
2.) Posisi mistar diletakkan didepan alat.
3.) Posisi mistar tidak diperbolehkan bergoyang atau bergerak pada waktu pembacaan.

3.6.8. Langkah-langkah Gerak Pengaturan Mistar


Langkah langkah yang harus diperhatikan dalam pengaturan mistar sebagai berikut;

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

1.) Pemegang mistar harus tetap tenang pada waktu pembaca mulai membacakan mistar
ukur.
2.) Pemegang mistar boleh bergerak apabila pembacaan mistar sudah selesai.
3.) Apabila mistar ukur tidak sesuai dengan alat bidik mata maka pembaca atau pembidiklah
yang akan mengarahkan kemana harus diperbaiki.

3.6.9. Membaca Mistar


Berikut adalah cara pembacaan mistar ukur :
1. Perhatikan posisi garis benang diafragma yang hendak dibaca
2. Pembacaan dilakukan pada masing-masing benang, atas tengah bawah
3. Pembacaan dilakukan dengan 4 angka :
Angka I : Angka yang tercantum pada mistar dalam interval 1 m
Angka II : Angka yang tercantum pada mistar yang membagi interval angka 1
menjadi 10 bagian. Berarti angka II mempunyai interval 1 dm = 10 cm.
Angka III: Merupakan garis kotak yang membagi interval angka II menjadi 10
bagian. Hal ini ditandai dengan kotak-kotak berwarna (umumnya merah
atau hitam serta juga daerah berwarna putih), dimulai dengan skala
terendah adalah nol. Angka III memiliki interval 1cm = 10 mm.
Angka IV: Dibaca pada posisi garis benang sesuai pembagian skala interval angka
III dalam 10 bagian (berarti angka IV mempunyai skala = 1 mm).

BA
BA

BT BT

BB
BB

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.6.10. Sistem Pembacaan Mistar Ukur/Baak Ukur


a. Perhatikan posisi benang diafragma yang hendak dibaca.
b. Pembacaan dilakukan pada masing-masing benang (batas atas,tengah, dan bawah).
c. Pembacaan dilakukan dengan 4 angka:
- Angka I: Angka yang tercantum pada mistar dalam interval 1 meter.
- Angka II: Angka yang tercantum yang membagi interval menjadi 10 bagian
(mempunyai interval 1dm = 10cm).
- Angka III: Angka yang mempunyai interval 1cm = 10mm dan biasanya skala ini
diberi warna hitam, merah.
- Angka IV: Angka pada posisi pembacaan garis benang yang mempunyai skala 1mm
9membagi interval III ; 10 bagian).

d. Dalam pembacaan, satuan tidak perlu di cantumkan.

16
BA

BT BA =1595
BT = 1550
BB = 1505

BB
15

3.6.11. Membaca Sudut Horizontal pada Automatic Level


Sudut horizontal adalah sudut antara dua garis yang terletak pada satu bidang datar.
Pada dasarnya sudut horizontal (sudut mendatar) tidaklah berbeda dengan azimuth dalam
pengertiannya. Namun, dalam prakteknya dibedakan penyebutannya berdasarkan titik
pedomannya. Bila azimuth adalah sudut dengan pengambilan sudut 00 pada arah utara, maka
pada horizontal, 00 dapat diambil pada sembarang atau ikat/ titik ikat.
Untuk membuat skala lingkaran = 0o 0 langkah-langkah sebagai berikut :
Putar plat skala horisontal pada alat ukur Waterpass , sambil memperhatikan garis
letak index.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Putarlah sampai garis letak index segaris dengan angka 0o, jika sudah tercapai maka
alat ukur Waterpass siap untuk pembacaan sudut.

Pembacaan Mistar Sokkia Aluminium

BA

BT BA =0930
BT = 0905
BB = 0880
BB

Misalkan pada titik P1 sudut horisontal ( H ) = 0o0 untuk membidik titik P2 alat
ukur diputar searah jarum jam sebagai pedoman pengukuran, bidikan tepat pada titik
yang dimaksud, kemudian lakukan pembacaan sudut horisontal misalnya sudut H
pada P2 = 180o30.

20 10 350 360

Sudut Horisontal Pada Posisi 00


Penjelasan cara pembacaan sudut horisontal
Tiap 10o dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1o
Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Misalnya garis index menunjuk pada bilangan ratusan 180o dan antara 5 atau 6 strip
bagian kecil berarti pembacaan derajat adalah 180o + 5o = 185o
Harga pembacaan menit di kira-kira sesuai dengan letak garis index
Misalkan letak garis index berada di tengah-tengah antara 5 dan 6 berarti mempunyai
harga 1/2o atau 30o
Pembacaan akhir pada gambar skala lingkaran di atas adalah 180 o + 5o + 30
=185o30
Pembacaan akhir pada gambar skala lingkaran di atas adalah 180o + 5o + 30 =185o30

170

190 180 160 150

Sudut Horisontal H = 18530

3.7. Pengukuran Sipat Datar dengan Cara Double Stand


- Tujuan
Agar peserta dapatmemahami dan mengerti cara mengukur double stand,
kegunaannya serta data-data yang diperlukan dalam pengukuran.
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur jarak langsung maupun tidak langsung
dan cara menghitung beda tinggi dengan cara double stand.
- Peralatan dan perlengkapan
Alat ukur waterpass (sesuai dengan yang tersedia di Lab).
Tripot
Baak Ukur atau mistar ukur
Patok kayu dan pilox (warna terang)
Paku payung
Palu
Rol meter (30 m atau 50 m)
Parang
Payung
Tabel pengukuran double stand

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hand board dan alat tulis menulis


Kamera
- Petunjuk Umum
Bekerja menurut langkah yang benar
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, jika tidak mengerti tanya kepada Ass PL atau
Co. Ass PL.
Jangan bercanda bergurau disaat praktikum berlangsung, semua alat-alat ukur tanah
tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
Jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung
Setelah praktikum selesai kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan
ketempatnya.
- Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu
Tel
iti terlebih dahulu alat-alat yang digunakan.
Alat diletakkan di antara 2 titik yang telah di tentukan (diusahakan di tengah
tengah), salah satu titik diketahui (ditentukan) datanya. Usahakan sedikit mungkin ke
2 titik dan alat berada dalam satu garis lurus (tergantung lokasi). Titik-titik/polygon
diberi tanda dengan patok atau paku payung.
Lakukan proses leveling (mendatarkan) alat ukur waterpass dengan cara memutar
sekrup A,B,C
Pasang atau dirikan mistar ukur di atas titik yang akan di ukur. Pada bagian belakang
dan muka, posisi mistar/baak ukur harus lurus terhadap muka tanah setiap mistar
dipegang oleh satu orang.
Bidik mistar ukur bagian belakang dengan cara melakukan visir kasar.
Tempatkan garis vertikal dalam teropong ditengah - tengah mistar, sehingga dapat
memudahkan pembacaan.
Lakukan pembacaan benang pada posisi mistar di PMB (pembacaan mistar
belakang), catat pembacaan benang : atas tengah bawah, yang terpenting adalah
pembacaan benang tengah karena dari situ akan diambil perbandingan beda tinggi.
Catat data PMB di tabel Double Stand sebagai (Stand I).
Kemudian bidik pembacaan mistar muka (PMM), tapi ke arah depan. Lakukan
pembacaan benang pada posisi mistar PMM, catat pembacaan benang : atas tengah
bawah sebagai (Stand I).

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Jika telah selesai, pada posisi alat yang sama lakukan perubahan tinggi alat bisa
dinaikkan atau diturunkan, ini disebut (Stand II) lakukan langkah ke 4. Posisi
mistar tidak berubah tetap pada posisinya.
Lakukan langkah ke 6 sampai ke 9, kemudian untuk data PMB catat di tabel
pengukuran (Stand II) dan data PMM dicatat juga pada tabel pengukuran (Stand II)
Jika telah selesai pindahkan ke titik selanjutnya, lakukan cara yang sama seperti cara
di atas.
PMB Stand 1 PMM

Stand 2

P0 P1
3.8. Pengukuran Sipat Datar dengan Cara Pergi-Pulang.
- Tujuan
Agar peserta dapat memahami dan mengerti cara mengukur pergi-pulang serta data-
data yang diperlukan dalam pengukuran
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur jarak langsung maupun tidak langsung
dan cara menghitung beda tinggi dengan cara pergi-pulang
- Perlengkapan dan peralatan
Alat ukur waterpass (sesuai dengan yang tersedia di lab )
Tripod
Baak ukur atau mistar ukur
Patok kayu dan pilox
Paku payung
Palu
Rol meter
Payung
Table pengukuran double stand
Hand board dan alat tulis menulis
Kamera

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

- Petunjuk Umum
Bekerjalah menurut langkah kerja yang benar
gunakan alat sesuai fungsinya jika tidak mengerti tanya ke asissten PL atau ke
co.asissten PL
jangan bercanda gurau di saat praktikum, semua alat-alat ukur tanah tidak boleh
digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung.
bila perlu buat sketsa pengukuran
pencatatan data harus jelas
setelah pekerjaan selesai, kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan ke
tempatnya.
- Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu
Teliti dahulu alat-alat yang akan digunakan
Alat diletakkan di antara 2 titik yang telah di tentukan (diusahakan di tengah
tengah), salah satu titik diketahui (ditentukan) datanya. Usahakan sedikit mungkin ke
2 titik dan alat berada dalam satu garis lurus (tergantung lokasi). Titik-titik/polygon
diberi tanda dengan patok atau paku payung.
Lakukan proses leveling (mendatarkan) alat ukur waterpass dengan cara memutar
sekrup A,B,C
Pasang atau dirikan mistar ukur di atas titik yang akan di ukur. Pada bagian belakang
dan muka, posisi mistar/baak ukur harus lurus terhadap muka tanah setiap mistar
dipegang oleh satu orang.
Bidik mistar ukur bagian belakang dengan cara melakukan visir kasar.
Tempatkan garis vertikal dalam teropong ditengah - tengah mistar, sehingga dapat
memudahkan pembacaan.
Lakukan pembacaan benang pada posisi mistar di PMB (pembacaan mistar
belakang), catat pembacaan benang : atas tengah bawah, yang terpenting adalah
pembacaan benang tengah karena dari situ akan diambil perbandingan beda tinggi.
Catat data PMB di tabel pengukuran sipat datar pergi - pulang.
Kemudian bidik pembacaan mistar muka (PMM), tapi ke arah dalam. Lakukan
pembacaan benang pada posisi mistar PMM, catat pembacaan benang : atas tengah
bawah sebagai bacaan (pergi)

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Jika telah selesai pindahkan ke titik selanjutnya, lakukan cara yang sama seperti cara
di atas sampai titik terakhir.
Setelah selesai, sampai di titik terakhir pengukuran diulangi kea rah berlawanan
(pulang).
Lakukan langkah (4) sampai dengan langkah (10) untuk data PMB dicatat juga pada
tabel pengukuran sebagai : Bacaan (pergi) dan data PMM di catat juga pada tabel
bacaan (pulang), data dicatat dari arah bawah ke atas. Bagi pencatat data perhatikan
cara-cara menulis dengan benar.
Jika telah selesai pindahkan ke titik selanjutnya, lakukan cara yang sama seperti cara
di atas sampai titik awal.

PMM PMB
PMB PMM

P0 A P1 P19 \T P20

Arah pengukuran pergi Arah pengukuran pulang

3.9. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang


- Tujuan
Agar peserta dapat memahami dan mengerti cara mengukur pergi-pulang serta data-
data yang diperlukan dalam pengukuran
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur jarak langsung maupun tidak langsung
dan cara menghitung beda tinggi dengan cara pergi-pulang
- Perlengkapan dan peralatan
Alat ukur waterpass (sesuai dengan yang tersedia di lab )
Tripod
Baak ukur atau mistar ukur

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Patok kayu dan pilox


Paku payung
Palu
Rol meter
Payung
Table pengukuran double stand
Hand board dan alat tulis menulis
Kamera
- Petunjuk Umum
Bekerjalah menurut langkah kerja yang benar
gunakan alat sesuai fungsinya jika tidak mengerti tanya ke asissten PL atau ke
co.asissten PL
jangan bercanda gurau di saat praktikum, semua alat-alat ukur tanah tidak boleh
digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung.
bila perlu buat sketsa pengukuran
pencatatan data harus jelas
setelah pekerjaan selesai, kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan ke
tempatnya.

- Penjelasan Singkat
Profil Memanjang
Yang dimaksud dengan potongan adalah suatu irisan dari sebuah proyek, yang dalam
hal ini pengukuran tanah adalah permukaan bumi. Pengambilan irisan potongan ini
dilakukan pada satu bagian dari keseluruhan objek tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
Potongan baik memanjang atau melintang terutama untuk kebutuhan desain suatu
proyek. Dalam suatu proyek konstruksi, profil diperlukan untuk menentukan posisi
bangunan serta perencanaan terutama desain saluran, begitu pula dalam proyek
pembangunan jalan, potongan dibutuhkan untuk perencanaan augment jalan serta untuk
menghitung galian timbunan. Bila irisan mengikuti panjang objek tersebut, yang disebut
sebagai potongan memanjang dalam pekerjaan pengukuran
potongan di identikkan dengan panjang polygon yaitu bila penempatan titik polygon
disesuaikan dengan posisi objek pengukuran.
Profil Melintang

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Apabila potongan irisan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya itu arahnya
sesuai lebar objek, dalam hal ini disebut sebagai profil melintang.
Profil melintang diperlukan untuk melengkapi data potongan memanjang yang telah
ada untuk penggunaan sesuai kebutuhan proyek bersangkutan.
Perhitungan profil melintang tidak berbeda dengan potongan memanjang. Pada
awalnya, dicari jarak optis, kemudian dilanjtkan dengan mencari beda tinggi rata-rata
antara dua pembacaan. Kemudian setelah itu, dicari nilai koreksi, dan dilanjutkan
dengan perhitungan tinggi titik. Demikian seterusnya untuk setiap profil.
- Langkah Langkah Pengukuran
1. Profil Memanjang
Adakan orientasi kerja serta tanamlah patok sepanjang irisan memanjang objek
pengukuran sesuai spesifikasi kerja.
Dirikan Waterpass pada posisi yang aman, bila memungkinkan pada posisi
model diantara 2 Titik. Diantara titik I dan II serta lakukan penyetelan nivo
Bidik pada titik I sebagai pembacaan muka
Bila dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dapat dilakukan pengukuran
belakang
Pindahkan alat ke posisi antara titik II dan III seperti pada langkah 2
Bidik ke titik II sebagai pembacaan belakang ( seperti langkah 3) dan bidik titik
III sebagai pembacaan muka
Ulangi pekerjaan ini dengan cara yang sama menurut langkah 5 sampai 8
hingga titik terakhir.
2. Profil Melintang
adakan orientasi lokasi pada posisi titik yang akan diatur
dirikan alat ditempat yang aman dan lakukan penyetelan nivo
Bidiklah ke titik utama poligon yang akan di Cross sebagai pembacaan belakang
dengan skala sudut horisontal = 0
Bila diinginkan ketelitian lebih tinggi, lakukan pekerjaan berulang terthadap
setiap titik juga diukur jarak langsung
Pindahkan alat koleksi Cross berikutnya, lakukanlah hal yang sama dengan
langkah ke 1 dan ke 5 demikian dilakukan seterusnya hingga keseluruhan profil
melintang selesai dikerjakan.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

e s.memanjang

a b c d P5

P1 P2 P3 P4 e

a b c d
Ket : - Sumbu P1,P2, P3,P4, P5 : Profil Memanjang
- Potongan a-a, b-b, c-c, d-d, e-e : Profil Melintang

Contoh Perhitungan Waterpass

a). Bacaan benang

BA = 2BT BB BT = ( BA + BB)/2 BB = 2BT BA

P1 P2 BA = (2*1299) 1324 BT = (1324 + 1274)/2 BB = (2*1299) - 1324


(Stand 1) = 1324 = 1299 = 1274
P1 P2 BA = (2*1267) 1242 BT = (1292 + 1242)/2 BB = (2*1267) - 1292
(Stand 2) = 1292 = 1267 = 1242

P2 P3 BA = (2*1240) 1215 BT = (1265 + 1215)/2 BB = (2*1240) 1265


(Stand 1) = 1265 = 1240 = 1215
P2 P3 BA = (2*1213) 1188 BT = (1238 + 1188)/2 BB = (2*1213) - 1238
(Stand 2) = 1238 = 1213 = 1188

P3 P4 BA = (2*1102) 1077 BT = (1127 + 1077)/2 BB = (2*1102) - 1127


(Stand 1) = 1127 = 1102 = 1077
P3 P4 BA = (2*1085) 1060 BT = (1110 + 1060)/2 BB = (2*1085) - 1110
(Stand 2) = 1110 = 1085 = 1060

P4 P5 BA = (2*0979) 0954 BT = (1004 + 0954)/2 BB = (2*0979) - 1004

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

(Stand 1) = 1004 = 0979 = 0954


P4 P5 BA = (2*0946) 0921 BT = (0971 + 0921)/2 BB = (2*0946) - 0971
(Stand 2) = 0971 = 0946 = 0921

P5 P6 BA = (2*0740) 0715 BT = (0765+ 0715)/2 BB = (2*0740) - 0765


(Stand 1) = 0765 = 0740 = 0715
P5 P6 BA = (2*0706) 0681 BT = (0731 + 0681)/2 BB = (2*0706) - 0731
(Stand 2) = 0731 = 0706 = 0681

b. Beda Tinggi (h) :


h = Tinggi Alat - BT

Stand 1 Stand 2
P1 P2 = 1.390 1.299 = 0.091 P1 P2 = 1.360 1.267 = 0.093
P2 P3 = 1.280 1.240 = 0.14 P2 P3 = 1.360 1.213 = 0.147
P3 P4 = 1.390 1.102 = 0.288 P3 P4 = 1.370 1.085 = 0.285
P4 P5 = 1.400 0.979 = 0.421 P4 P5 = 1.380 0.946 = 0.434
P5 P6 = 1.400 0.740 = 0.66 P5 P6 = 1.360 0.706 = 0.654

c. Beda Tinggi Rata-rata (h) :


h = (h1+ h2)

P1 P2 = ( 0.091 + 0.093 )/2 = 0.092


P2 P3 = ( 0.14 + 0.147 )/2 = 0.1435
P3 P4 = ( 0.288 + 0.285 )/2 = 0.2865
P4 P5 = ( 0.421+ 0.434 )/2 = 0.4275
P5 P6 = ( 0.66+ 0.654 )/2 = 0.657

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

d) Tinggi Titik :
Untuk Titik Utama : Tinggi Titik = Tinggi titik awal + h Rata-rata

P1 : 5.1 m
P2 : 5.1 + 0.092 = 5.192 m
P3 : 5.192 + 0.1435 = 5.3355 m
P4 : 5.3355 + 0.2865 = 5.622 m
P5 : 5.622 + 0.4275 = 6.0495 m
P6 : 6.0495 + 0.657 = 6.7065 m

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Perhitungan Volume Galian dan Timbunan Tanah

Hitungan Penampang P5

Gambar Penampang P5

0 1.98 1.89 0
Luas Kiri =
0 0 3 3

= [(0x1.98) + (1.98x3) + (1.89x3)] [(0x0) + (1.98x3) + (1.89x3)]


= (0-11.61)
= -5.805 m2

0 1.98 2.07 0.99 0


Luas Kanan =0 0 0.72 3 3

= [(0x1.98) + (0x2.07) + (0.72x0.99) + (3x0)] [(0x0) + (1.98x0.72) + (2.07x3) +


(0.99x3)]
= (0.7128-10.6056)
= -4.9464 m2

Luas Penampang P5 = -5.805 m2 + (-4.9464) m2


= -10.7514 m2 (T)
Luas rata-rata P5-P6 = 0.5 (-10.7514 + (-9.5904))
= -10.1709 m2
Jarak Segmen =6m
Volume Pekerjaan =-10.1709 m2 x 6 m
= -61.0254 m3

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hitungan Penampang P6

Gambar Penampang P6

0 1.26 1.08 1.26 0 0


Luas Kiri =0 0 1.08 3 3 1.08

= [(0x1.26) + (0x1.08) + (1.08x1.26) + (3x0) + (3x0)] [(0x0) +


(1.26x1.08) + (1.08x3) + (1.26x3) + (0x1.08)]
= (1.36-8.38)
= -3.51 m2

0 1.26 1.35 0.45 0 0


Luas Kanan =0 0 0.84 3 3 0.84

= [(0x1.26) + (0x1.35) + (0.84x0.45) + (3x0) + (3x0)] [(0x0) +


(1.26x0.84) + (1.35x3) + (0.45x3) + (0x0.84)]
= (0.378-6.4584)
= -6.0804 m2

Luas Penampang P6 = -3.51 m2 + (-6.0804) m2


= -9.5904 m2 (T)
Luas rata-rata P6-P7 = 0.5 (-9.5904 +(- 2.994))
= -6.2922 m2
Jarak Segmen =6m
Volume Pekerjaan = -6.2922 m2 x 6 m
= -37.7532 m3

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hitungan Penampang P7

Gambar Penampang P7

0 0.5 0.45 0.55 0 0


Luas Kiri =0 0 1.08 3 3 1.08

= [(0x0.5) + (0x0.45) + (1.08x0.55) + (3x0) + (3x0)] [(0x0)


+ (0.5x1.08) + (0.45x3) + (0.55x3) + (0x1.08)]
= (0.594-3.54)
= -1.473 m2

0 0.5 0.55 0.45 0 0


Luas Kanan = 0 0 0.84 3 3 0.86

= [(0x0.5) + (0x0.55) + (0.84x0.45) + (3x0) + (3x0)] [(0x0) + (0.5x0.84) +


(0.55x3) + (0.45x3) + (0x0.86)]
= (0.378-3.42)
= -1.521 m2

Luas Penampang P7 = -1.473 m2 + (-1.521) m2


= -2.994 m2 (T)
Luas rata-rata P7-P8 = 0.5 (-2.994 + 0.205)
= -1.3945 m2
Jarak Segmen =6m
Volume Pekerjaan = -1.3945 m2 x 6 m
= -8.367 m3

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hitungan Penampang P8

Gambar Penampang P8

0 0 0 0 0.18 0.18 0.09


Luas Kiri =0 1 3 5 5 3 1

= [(0x0) + (1x0) + (3x0) + (5x0.18) + (3x0.09)]


[(0x1) + (0x3) + (0x5) + (0x5) + (0.18x3) + (0.18x1)]
= (2.07-0.72)
= 0.25 m2

0 0.09 0
Luas Kanan =0 1 1

= [(0x0.09) + (1x0)] [(0x1) + (0.09x1)]


= (0-0.09)
= -0.045 m2

Luas Penampang P8 = 0.25 m2 + (-0.045) m2


= 0.205 m2 (G)
Luas rata-rata P8-P9 = 0.5 (0.205 + 2.19445)
= 2.48 m2
Jarak Segmen =6m
Volume Pekerjaan = 2.48 m2 x 6 m
= 14.88 m3

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hitungan Penampang P9

Gambar Penampang P9

0 0 0 1.08 1.11 1.22


Luas Kiri =0 1.11 3 3 1.25 0

= [(0x0) + (1.11x0) + (3x1.08) + (3x1.11) + (1.25x1.22)] [(0x1.11) + (0x3) +


(0x3) + (1.08x1.25) + (1.11x0)]
= (6.115-3.33)
= 1.3925 m2

0 0 0 1.11 1.22 1.22


Luas Kanan =0 1.22 3 3 0.83 0

= [(0x0) + (1.22x0) + (3x1.11) + (3x1.22) + (0.83x1.22)] [(0x1.22) + (0x3) +


(0x3) + (1.11x0.83) + (1.22x0]
= (5.2639-3.66)
= 0.80195 m2

Luas Penampang P9 = 1.3925 m2 + 0.80195 m2


= 2.19445 m2 (G)
Luas rata-rata P8-P9 = 0.5 (0.205 + 2.19445)
= 1.199725 m2
Jarak Segmen =6m
Volume Pekerjaan = 1.199725 m2 x 6 m
= 7.19835 m3

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.10. Pengenalan Alat Ukur Theodolite dan Cara Penggunaannya


3.10.1. Theodolite dan Syarat syarat Penggunaannya
Alat ukur theodolit adalah alat ukur sudut yang digunakan untuk mengukur sudut kearah 2
titik atau lebih serta sudut vertikal terhadap bidang yang horizontal pada titik pembacaan.
Ada dua jenis theodolit;
1. Theodolit Repetisi
Theodolit ini mempunyai sumbu I (tegak) rangkap. Dengan demikian pengukuran sudut
rangkap dapat dilakukan beberapa kali. Kemampuan ini sangat baik untuk dan sudut
secara bersamaan.
2. Theodolit Reiterasi
Theodolit ini tidak dilengkapi dengan sumbu I rangkap. Dengan demikian pengukuran
sudut atau azimuth hanya dapat dilakukan dengan terpisah atau satu persatu.
Namun secara praktis theodolite yang popular dikenal adalah dengan spesifikasi jenis T-10,
T-1, dan T-2.
Theodolite dapat digunakan untuk mengukur antara lain:
- Jarak (miring maupun datar)
- Beda tinggi dan ketinggian (Elevasi)
- Sudut vertikal
- Sudut Horizontal
- Azimuth
Secara keseluruhan sangat berguna dalam pekerjaan pembuatan polygon topografi,
pemetaan, dll.
Syarat penggunaan alat ukur Theodolit
a. sumbu ke 1 harus tegak lurus sumbu ke 2 digunakan nivo, karena pada
nivo didapat sebuah garis lurus yaitu garis jurusan nivo yang dibuat mendatar. Jika
garis nivo mendatar maka sumbu ke 1 akan tegak lurus sumbu ke 2.
b. sumbu ke 2 harus mendatar.
c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu ke 2.
d. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak lurus = 0
Alat ukur theodolite dari elemen-elemen:
- Lensa objektif dan lensa Okuler
Lensa adalah benda yang di buat dari gelas dan dibatasi oleh bidang lengkung dari
bulatan. Lensa objektif mempunyai jarak titik api yang besar sedangkan lensa okuler
titik apinya kecil.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

- Benang Diafragma (atas, tengah, bawah, dan vertikal)


Benang ini berfungsi untuk menunjukkan bacaan pada mistar ukur yang dibidik.
- Focus lensa objektif dan reticle di okuler.
Digunakan untuk memperjelas mistar ukur yang dibidik dan benang diafragma.
- Sekrup A-B-C (sekrup penyetel).
Digunakan untuk mengatur gelembung dalam nivo tabung.
- Plat datar
- Pengunci serta penghalus vertikal
- Pengunci serta penghalus horizontal
- Nivo
- Skala sudut vertikal
- Skala sudut horizontal
- Pengait unting dan Lensa Centring Optis (LCO).
Berfungsi untuk mengetahui apakah letak suatu theodolit sudah benar-benar berada
diatas titik yang ditentukan.
- Pengunci piringan sudut
Digunakan untuk mengunci piringan sudut.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

THEODOLITE SOKKISHA TS 20A

3
1 11
4 16
12
5
6 17

7
8 18
13
19
9 14

10 15

1. Cincin Fokus
2. Nivo Tabung
3. Penggerak Halus Vertikal
4. Lensa Pembacaan Sudut
5. Lensa Okuler
6. Pengunci Skala Vertikal
7. Nivo
8. Pengunci Horizontal Biasa
9. Penggerak Halus Horizontal
10. Sekrup ABC
11. Lensa Objektif
12. Visir Kasar
13. Piringan Skala
14. Pengunci Skala Horizontal
15. Plat Dasar
16. Aksesoris
17. Cermin/Reflektor
18. Lensa Centering Optis (LCO)
19. Nivo Lingkaran

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

THEODOLITE TOPCON TL 20 DP

8 1 15

9 2 16
3
10 4
11 17
12
5 20
13 18
6
14 19
21
7
22

Bagian-bagian alat ukur Theodolite Topcon TL 20 DP:


1. Lensa Pembacaan Sudut
2. Mikrometer
3. Visir
4. Pengunci Vertikal
5. Penggerak Halus Vertikal
6. Penggerak Halus Horizontal
7. Sekrup ABC
8. Lensa Okuler
9. Aksesoris
10. Cermin/Reflector
11. Cincin Untuk Memperjelas Centering
12. Lensa Centering Optis (LCO)
13. Sekrup Penahan LCO
14. Pengunci Piringan
15. Nivo Tabung
16. Lensa Objektif
17. Nivo Tabung (Horizontal)
18. Pengunci Horizontal
19. Nivo Lingkaran
20. Pengunci Halus Horizontal
21. Plat Dasar
22. Piringan Datar

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

THEODOLITE NIKON DT (NE-102)

Bagian-bagian alat ukur THEODOLITE NIKON DT (NE-102)


1. Pegangan
2. Pisir (a.atas & b.bawah); pengunting sasaran/target
3. Lensamata Teleskop/teropong (a.lensa okuler, b.sekrup memperjalas benangsilang,
c.sekrup memperjelas bayangan)
4. Lensa objektif
5. Tombol kunci penutup baterai
6. Penutup baterai
7. Titik silang; titik perpotongan antara sumbu horisontal & vertikal ; titik tersebut untuk
menentukan ketinggian pesawat
8. Sekrup vertikal (a.pengunci piringan-tegak/gerak-vertikal, b.sekrup pengerak halus)
9. Sekrup horisonntal (a.pengunci piringan-datar/gerak-horisontal dgn plate atas, b.sekrup
pengerak halus)
10. Tombol daya (POWER)
11. Plummet optik (a. lensa pengunting untuk memposisi-tegakan pesawat, b. sekrup
memperjelas reticle/tanda-lingkaran, c.sekrup memperjelas bayangan x)
12. Nivo (a.tabung & b.kotak)
13. LCD (tampilan sudut vertical & sudut horisontal, kapasitas baterai)
14. Tombol-tombol operasi
15. Plat (a. atas & b.bawah)
16. Sekrup pengunci plat (tanda berupa segitiga menghadap ke bawah)
17. Sekrup pendatar (3 buah) badan pesawat (pengatur gelembung udara dalam nivo)

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.10.2. Mendirikan Theodolite dan Centering


Pasanglah alat Theodolite pada tripod
Sesuaikan tinggi alat aau tripod dengan keinginan pembaca.
longgarkan semua kunci sekrup pada Theodilite.
Pastikan poisi setiap sekrup A B C brada pada posisi seimbang ( tengah ).
Tanamkan salah satu kaki tripod pada tanah di dekat tititk posisi.
peganglah kedua kaki tripod lainnya sedemkian rupa sehingga membentuk
segitiga dengan titik pusat pada titk posisi tadi, dengan terlebih dahulu
melonggarkan sekrup pnyetel kaki dan menahan kaki tersebut tergantung.
Melalui lensa centring optis, carilah titik posisi tadi dengan cara menggerakan
kaki-kaki tripod sehingga alat bergerak ( usahakan alat tetap datar ). Untuk alat
yang tidak mempunyai lensa centring biasanya menggunakan unting-unting,
dimana dengan langkah di atas, lihatlah dan usahakan agar unting-unting
tergantung dan mengarah tepat di atas titik posisi yang dimaksud.
bila titik posisi sudah kelihatan berada di dekat dengan lingkaran pusat lensa,
kedua kaki tripod dipegang sehingga meluncur ke tanah, lalu tanamkan kunci
sekrup penyetelnya. Lihatlah melalui lensa centring, tetapkan kedua titik posisi
pada pusat lingkaran dengan menggunakan sekrup A B C
Cara menggunakan sekrup A-B-C dalam proses centring pada alat TS-20A:

C C C

A B A B A B

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.10.3. Membuat Skala Horizontal 0 0 0

90

00 00

00 20
H
0

Posisi Sudut Horisontal = 000 (Theodolite Tl 20 DP)

359 0
60 50 40 30 20 10 0

0 10 20 30 40 50 60

0 359

Sudut Horisontal Pada Posisi 0 0' (Theodolite TS 20A)

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Pada Theodolite Digital (Theodolite Nikon DT (Ne-102)), untuk membuat skala horizontal menjadi
0 0' 0'' tekan tombol reset (+- 3 detik) pada alat.

3.10.4. Cara Membaca Sudut Horizontal dan Vertikal


1. Sudut Horizontal
Merupakan sudut yang dibentuk oleh dua garis yang terletak pada satu bidang datar.
Pada dasarnya pengertian dari sudut horizontal dan azimuth adalah sama. Namun, ada
perbedaan berdasarkan titik-titik pedomannya, bila azimuth adalah sudut dengan
pengambilan 0 diambil sembarang titik.
Cara Pembacaan Sudut
Pembacaan nilai sudut dilakukan dengan ketentuan-ketentuan:
- Angka berukuran besar sebagai nilai derajat.
- Garis pembagi berjumlah 60 dinyatakan dalam menit.
- Pada alat jenis ini, pembacaan detik diikuti dengan ketentuan, kalau garis sejajar
dengan garis menit, maka nilainya 0, jika lewat sedikit maka nilainya 20,kalau
hampir mendekati garis berikutnya nilainya 40, kalau sejajar dengan garis
berikutnya, nilainya 0.
Untuk pembacaan searah jarum jam: 90250.
Untuk pembacaan berlawanan arah jarum jam: 269 350

00 0
2. Sudut Vertikal
Sudut vertikal adalah sudut yang dibentuk antara 2 buah titik yang berada pada
bidang tegak lurus bidang permukaan bumi dengan ketinggiannya terhadap posisi teropong.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

PEMBACAAN SUDUT HORISONTAL DAN VERTIKAL PADA ALAT UKUR THEODOLITE


TL 20 DP (TOPCON)

99

00 20
00 40
H 01 00
185

PEMBACAAN SUDUT HORISONTAL = 185 00 40

PEMBACAAN SUDUT HORISONTAL DAN VERTIKAL PADA ALAT UKUR THEODOLITE


TS 20 A (sokkisha)

90
60 50 40 30 20 10 0

0 10 20 30 40 50 60

270
Sudut Horisontal = 270 25' 0''(Theodolite TS 20A)
Pembacaan berlawanan arah jarum jam =90350
Pembacaan searah jarum jam = 270250
o Garis pembagi dan berangka besar dinyatakan dalam nilai derajat
o Garis pembagi sejumlah 60 dinyatakan dalam nilai menit
o Nilai detik, pembacaannya berdasarkan spesifikasi masing-masing alat ukur

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Sedangkan pada sudut vertikal pembacaannya sama seperti pada sudut horisontal,
sudut vertikal berfungsi untuk menunjukkan besar arah pergerakan teropong pada
saat gerakannya bertumpu pada sumbu II
Pembacaan sudut vertikal = 95o70

90
0 10 20 30 40 50 60

Pembacaan sudut Vertikal = 90 25' 0''(Theodolite TS 20A)

PEMBACAAN SUDUT HORISONTAL DAN VERTIKAL PADA ALAT UKUR THEODOLITE


NIKON DT (NE-102)

Pembacaan Sudut Horizontal (HA) = 110 02' 40''


Pembacaan Sudut Vertikal (VA) = 13 29' 25''

3.10.5. Mencari Nilai Azimuth


Azimuth adalah arah suatu garis terhadap arah utara yang dalam hal ini diukur sudut
yang dibentuk dengan perputaran searah jarum jam.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Untuk menghitung azimuth, rumus yang digunakan:


Azimuth awal + sudut Pn ; dengan syarat sbb:
-
Jika hasil < 1800, maka hasil ditambah dengan 1800
-
Jika hasil > 1800, maka hasil dikurangi dengan 1800
-
Jika hasil > 5400, maka hasil dikurangi dengan 5400
Koreksi Azimuth dilakukan dengan rumus:
Azimuth P(akhir) azimuth P(akhir yang ditentukan)
Hasilnya kemudian dibagi ke semua titik sama rata.

3.10.6 Mengukur Tinggi Alat


Tinggi alat didefinisikan sebagai jarak antara garis bidik teropong terhadap bumi.
Jarak ini diukur dari garis bidik teropong ke titik putih. Tinggi alat diukur setelah centring
dan leveling selesai.

Tinggi Alat

3.11. Pengukuran Poligon Terbuka


- Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dengn menggunakan
theodolit.
Mahasiswa dapat belajar mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dilapangan.
- Peralatan dan perlengkapan
Alat ukur Theodolit (sesuai dengan yang tersedia di Lab).
Tripot
Baak Ukur atau mistar ukur
Patok kayu dan pilox (warna terang)
Paku payung
Palu
Rol meter (30 m atau 50 m)

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Parang
Payung
Tabel pengukuran double stand
Hand board dan alat tulis menulis
Kamera
- Petunjuk Umum
Bekerja menurut langkah yang benar
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, jika tidak mengerti Tanya kepada Ass PL
atau CoAss PL.
Jangan bercanda bergurau disaat praktikum berlangsung, semua alat-alat ukur tanah
tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
Jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung
Setelah praktikum selesai kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan ke
tempatnya.
- Penjelasan Umum
Poligon terbuka adalah poligon yang dimulai dari titik awal sampai ke titik akhir(tidak
kembali ke titik awal atau titik utama). Untuk pengukuran areal yang bersifat memanjang
lebih cocok untuk dipakai pada poligon terbuka yang membutuhkan minimal 2
azimuth(awal dan akhir) dengan tujuan untuk dapat melakukan kontrol dan koreksi.
- Langkah Langkah Pengukuran
Dirikan alat pada titik akhir, centering, leveling dan ukur tinggi alat.
Nolkan lingkat skala sudut horizontal dan cari serta arahkan teropong ke utara
Bidiklah mistar di titik sebelumnya, baca BA, BB, BT, sudut horizontal (sebagai
azimuth akhir)dan sudut vertikal
Bila masih ada detail, lakukan pekerjaan dengan memindahkan ke titik dua.

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah



A C

B = Azimuth
=Sudut pengambilan

3.12. Pengukuran Poligon Tertutup


- Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon tertutup dengn menggunakan
theodolit.
Mahasiswa dapat belajar mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dilapangan
- Peralatan dan perlengkapan
Alat ukur Theodolit (sesuai dengan yang tersedia di Lab).
Tripot
Baak Ukur atau mistar ukur
Patok kayu dan pilox (warna terang)
Paku payung
Palu
Rol meter (30 m atau 50 m)
Parang
Payung
Tabel pengukuran double stand
Hand board dan alat tulis menulis
Kamera
- Petunjuk Umum

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Bekerja menurut langkah yang benar


Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, jika tidak mengerti tanya kepada Ass PL atau
Co. Ass PL.
Jangan bercanda bergurau disaat praktikum berlangsung, semua alat-alat ukur tanah
tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
Jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung
Setelah praktikum selesai kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan ke
tempatnya.
- Penjelasan Umum
Poligon tertutup adalah poligon yang dimulai dari titik awal dan kembali lagi pada titik
awal.
- Langkah Langkah Pengukuran
Persiapkan peralatan : theodolit, patok, pita ukur, martil, paku dan pilox
Tentukan titik awal dan orientasi arah titik akhir
Tanam patok sebagai titik utama polygon sesuai ketentuan jarak pada spesifikasi
kerja (gunakan pita ukur)
Dirikan alat theodolite pada titik awal, lakukan centering dan leveling
Cari dan arahkan teropong ke arah utara dengan posisi skala horizontal pada 0
derajat. Kemudian ukur tinggi alat
Bidik ke titik I dan ambil data BA, BB, BT dan skala horizontal (azimuth awal dan
skala vertikal)
Bidik ke titik detail dan ambil data yang sama seperti di atas dan bila dianggap perlu
(gunakan pita ukur untuk mengukur jarak langsung)
Sekarang alat pindahkan ke titik I
Lakukan centering, leveling, dan ukur tinggi alat
Nolkan lingkar skala sudut horizontal lalu bidiklah mistar ke titik sebelumnya

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

U
U

U
U

Gambar : Pengukuran Poligon Tertutup

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.13. Pembuatan Peta Situasi dan Peta Topografi


- Tujuan
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuan tentang pengukuran yang
pernah di dapat ke dalam pembuatan peta situasi dan topografi
mahasiswa diharapkan dapat merencanakan dan melaksanakan pembuatan peta
situasi
mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengukuran situasi dan topografi di
lapangan
mahasiswa dapat melakukan/ melaksanakan perhitungan dan penggambaran
berdasarkan hasil pengukuran
- Peralatan dan perlengkapan
Alat ukur Waterpass dan Theodolit (sesuai dengan yang tersedia di Lab).
Tripot
Baak Ukur atau mistar ukur
Patok kayu dan pilox (warna terang)
Paku payung
Palu
Rol meter (30 m atau 50 m)
Parang
Payung
Tabel pengukuran double stand
Hand board dan alat tulis menulis
Kamera
- Petunjuk Umum
Bekerja menurut langkah yang benar
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, jika tidak mengerti tanya kepada Ass PL atau
Co. Ass PL.
Jangan bercanda bergurau disaat praktikum berlangsung, semua alat-alat ukur tanah
tidak boleh digunakan untuk main-main dan tidak boleh diletakkan sembarangan.
Jangan merusak tanaman atau lingkungan tempat praktikum berlangsung
Setelah praktikum selesai kumpul dan bersihkan alat-alat kemudian kembalikan ke
tempatnya.
- Langkah Langkah Pengukuran
1.) Penentuan posisi horizontal (polygon)

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tentukan dan rencanakan titik-titik transfers polygon dan tempatkan sedemikian


hingga dibuat antara titik yang satu dengan yang berikutnya berurutan, polygon
ditempatkan sesuai dengan pengukuran dan keadaan lapangan
Lakukan pengukuran polygon sesuai dengan langkah kerja polygon terbuka atau
tertutup sesuai keadaan lapangan
2.) Penetapan posisi vertical (leveling)
Lakukan pengukuran penyipat datar (leveling) pada tiap titik polygon tersebut
sesuai langkah kerja pengukuran dengan menggunakan waterpass
Untuk mendapatkan beda tinggi maupun tinggi titik transfors, ikatan titik
transfers tersebut pada titik atau biasa disebut Bench Mark (BM). Misalkan yang
terdekat dengan lokasi yang diukur di mana titik tersebut telah ada
ketinggiannya. Bila lokasi pengukuran jauh dari titik tetap, maka ambillah salah
satu titik transfers sebagai titik referensi
3.) Pengukuran situasi
Tempatkan alat ukur theodolit di atas titik BM sebagai titik acuan pengukuran
awal, sekaligus sebagai titik acuan pengukuran akhir nantinya (polygon tetutup),
jika tidak ada BM, gunakan titik transfers sebagai titik referensi
Atur pesawat seperti biasa, ambil nilai azimuth dan ukur tinggi alat
Bidikan teropong ke arah P1 dan baca baak ukur, sudut horizontal dan vertikal
Putar teropong ke arah P 1 dan lakukan pengukuran seperti pada langkah
sebelumnya.
Lakukan pengukuran ke titik detail lakukan seperti langkah 3
Catat hasil pengukuran dan sketsa situasi yang di ukur ke dalam table
pengukuran, berikan keterangan pada table bila dianggap benar
Pindahkan alat ke titik P 1, atur alat kemudian ukur tinggi alat dari atas ke titik P
1
Arahkan teropong ke titik BM, baca baak ukur serta sudut horizontal dan vetikal
Arahkan teropong ke titik P 2, baca baak ukur serta sudut horizontal dan vetikal
Bidik detail seperti langkah ke 3
Demikian lakukan pengukuran seperti langkah di atas sehingga kembali ke titik
semula (BM)
- Penggambaran/Plotting
Sebelum melakukan penggambaran, data perhitungan dihitung terlebih dahulu sampai
mendapatkan tinggi titik-titik yang diukur

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Plotkan hasil pengukuran tersebut pada kertas gambaratau kertas millimeter blok sesuai
skala yang ditentukan
Tentukan pada kertas gambar leyak/ posisi titik perpotongan system koordinat, di mana
sumbu Y sebagai arah utara
Plot semua titik transfers, dimilai dari titik BM (XBM, YBM), P1 (X1, Y1), P2 (X2, Y2)
dan seterusnya sam,pai menutup kembali di titik BM
Dengan menggunakan busur derajat, plot letak titik-titik detail yang diukur . titik utama
bias juga menggunakan busur derajat
Hubungkan titik-titik detail yang merupakaan unsure situasi sesuai dengan sketsa
lapangan
Beri ketinggian dari titik-titik detailnya, ini akan berguna untuk mengetahui elevasi
tanah di daerah yang diukur dan sebagai pedoman untuk pembagian penempatan garis
Pindahkan gambar peta situasi ke atas kertas kalkir

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Peta Situasi

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Contoh Perhitungan Kontrol Tiap Bacaan Benang, Jarak Optis, Jarak Datar, Beda Tinggi,
Tinggi Titik, Azimuth Dan Koordinat.

a. Bacaan benang:
BA = 2 BT BB BT = BA + BB BB = 2 BT - BA
2
Titik Pusat:
P1 P2 BA = (2 x1500)-1360 BT = 1640+1360 BB = (2x1500)-1640
= 1640 2 = 1360
= 1500

P2 P3 BA = (2x1400)-1300 BT = 1500+1300 BB = (2x1400)-1500


= 1500 2 = 1300
= 1400

P3 P4 BA = (2x300)-220 BT = 380+220 BB = (2x300)-380


= 380 2 = 220
= 300

P4 P5 BA = (2x300)-150 BT = 450+150 BB = (2x300)-450


= 450 2 = 150
= 300

P5 P6 BA = (2 x400)-250 BT = 550+250 BB = (2x400)-550


= 550 2 = 250
= 400
b. Jarak Optis (m)
Jarak Optis: (BA BB) x 100
P1P2 = (1640-1360) x 100 = 28
P2P3 = (15001300) x 100 = 20
P3P4 = (380220) x 100 = 16
P4P5 = (450150) x 100 = 30
P5P6 = (550250) x 100 = 30

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

c. Jarak Datar (m)


Jarak datar = (BA-BB) x 100 sin 2(V) atau sin (V) x jarak optis
a1 = Sin (9601805) x 2 = 1.987
P2 = Sin (8901430) x 28 = 27.997
P3 = Sin (8902250) x 20 = 19.998
P4 = Sin (9203020) x 16 = 15.984
P5 = Sin (8402730) x 30 = 29.859

d. Beda Tinggi (h):


h = 0.5 x (BA-BB) x 100 x sin 2 (V) + (tinggi alat BT)
Atau
h = (sin 2 (V) x jarak datar) /2 + tinggi alat - BT

h a1 = [sin 2 (9601805) x 1.987]/2 + 1.48 1.3 = -0.036


h P2 = [sin 2 (8901430) x 27.997]/2 + 1.48 1.5 = 0.35
h P3 = [sin 2 (8902250) x 19.998]/2 + 1.53 1.4 = 0.346
h P4 = [sin 2 (9203020) x 15.984]/2 + 1.45 0.3 = 0.451
h P5 = [sin 2 (8402730) x 29.859]/2 + 1.47 0.3 = 4.039

e. Tinggi Titik (m)


Titik Utama
Tinggi Titik = Tinggi titik awal + h Rata-rata

P1 = Tinggi titik awal = 9


P2 = Tinggi titik P1+ h rata-rata P2 = 9 + 0.3465 = 9.3465
P3 = Tinggi titik P2 + h rata-rata P3 = 9.3465 + 0.3415 = 9.688
P4 = Tinggi titik P3 + h rata-rata P4 = 9.688 + 0.429 = 10.117
P5 = Tinggi titik P4 + h rata-rata P5 = 8.9984 + 4.047 = 14.164

Detail
Tinggi titik = Tinggi titik awal + Beda Tinggi
P1 a = 9 + -0.036 = 8.964
b = 9 + 0.022 = 9.022
c = 9 + 0.025 = 9.025

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

d = 9 + 0.023 = 9.023
e = 9 + 0.016 = 9.016

f. Azimuth
Rumus: azimuth (awal) + Sudut Pn :
-
Jika hasil < 1800, maka hasil ditambah dengan 1800
-
Jika hasil > 1800, maka hasil dikurangi dengan 1800
-
Jika hasil > 5400, maka hasil dikurangi dengan 5400

Sudut P1 sebagai azimuth awal: 202 03615

P2 = 20203615 + 9302138.67 - 180 0 = 11505753.67


P3 = 11505753.67+ 1770338.67 - 180 0 = 1130132.24
P4 = 1130132.24 + 18104158.67 - 180 0 = 11404331.01
P5 = 11404331.01+ 17703148.67 - 180 0 = 11201519.68
P6 = 11201519.68+ 8904423.67 - 180 0 = 2105943.35
P7 = 2105943.35+ 1800518.67 - 180 0 = 22052.02
P8 = 22052.02+ 18104833.67 - 180 0 = 2305335.69
P9 = 2305335.69+ 1780 2613.67 - 180 0 = 2201949.36
P10 = 2201949.36+ 14004423.67 + 180 0 = 3430413.03
P11 = 3430413.03+ 1350423.67 - 180 0 = 2980836.7
P12 = 2980836.7 + 17301938.67 - 180 0 = 29102857.71
P13 = 29102857.71+ 9103138.67 - 180 0 = 20205954.04
P14 = 20205954.04+ 1770243.67 - 180 0 = 20002357.71
P15 = 20002357.71 + 18102818.67 - 180 0 = 20105216.38
P1 = 20105216.38 + 18004358.67 - 180 0 = 20203615.05

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Sudut Yang Diperoleh Di Lapangan


P1 202 3615 (Azimuth)
P2 93 21 55
P3 177 3 55
P4 181 42 15
P5 177 32 5
P6 89 44 40
P7 180 5 35
P8 181 44 50
P9 178 48 30
P10 140 26 40
P11 135 44 40
P12 173 4 55
P13 91 19 55
P14 177 31 20
P15 181 24 35
P1 180 28 15
2340 4 5
Kontrol Sudut = (n-2) x 180 = (15-2) x 180 = 2340 0 0
Kontrol Sudut - 2340 0' 0" - 2340 4' 5" - 0 4' 5"
Koreksi Sudut = = = = -0 016.33
15 15

P2 93 21 55- 0 016.33 = 9302138.67


P3 177 3 55 - 0 016.33 = 1770338.67
P4 181 42 15 - 0 016.33 = 18104158.67
P5 177 32 5 - 0 016.33 = 17703148.67
P6 89 44 40 - 0 016.33 = 8904423.67
P7 180 5 35 - 0 016.33 = 1800518.67
P8 181 44 50 - 0 016.33 = 18104833.67
P9 178 48 30 - 0 016.33 = 1780 2613.67
P10 140 26 40 - 0 016.33 = 14004423.67
P11 135 44 40 - 0 016.33 = 1350423.67
P12 173 4 55 - 0 016.33 = 17301938.67
P13 91 19 55 - 0 016.33 9103138.67
P14 177 31 20 - 0 016.33 1770243.67
P15 181 24 35 - 0 016.33 = 18102818.67
P1 180 28 15 - 0 016.33 = 18004358.67

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

G. Koordinat :
= Koordinat yang ditentukan + Beda Tinggi (x,y)

MENGHITUNG KOORDINAT X

P1 3000
P2 3000 10.7451 2989.2549
P3 2989.255 + 17.98415 3007.2390
P4 3007.239 + 14.69569 3021.9347
P5 3021.935 + 27.04403 3048.9788
P6 3048.979 + 27.75751 3076.7363
P7 3076.736 + 9.370207 3086.1065
P8 3086.107 + 9.404851 3095.5113
P9 3095.511 + 9.289461 3104.8008
P10 3104.801 + 13.29582 3118.0966
P11 3118.097 11.6013 3106.4953
P12 3106.495 + 26.4257 3080.0696
P13 3080.07 39.0642 3041.0054
P14 3041.005 11.7036 3029.3018
P15 3029.302 12.1825 3017.1193
P1 3017.119 17.1194 3000

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

MENGHITUNG KOORDINAT Y

P1 3000
P2 3000 - 25.8116 2974.1883
P3 2974.188 - 8.7192 2965.4690
P4 2965.469 - 6.2080 2959.2610
P5 2959.261 - 12.4151 2946.8458
P6 2946.845 - 11.3215 2935.5243
P7 2935.524 + 23.1927 2958.7170
P8 2958.717 + 23.1755 2981.8926
P9 2981.892 + 20.9680 3002.8606
P10 3002.860 + 32.3655 3035.2262
P11 3035.226 + 38.1927 3073.4189
P12 3073.418 + 14.1750 3087.5940
P13 3087.594 + 15.4021 3102.9961
P14 3102.996 - 27.5771 3075.4190
P15 3075.419 - 32.7665 3042.6525
P1 3042.652 - 42.6525 3000

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

MENGHITUNG LUAS DAERAH (Cara Analitis)


P1 3000 3000
P2 2989.255 2974.188
P3 3007.239 2965.469
P4 3021.935 2959.261
P5 3048.979 2946.846
P6 3076.736 2935.524
P7 3086.107 2958.717
P8 3095.511 2981.893
P9 3104.801 3002.861
P10 3118.097 3035.226
P11 3106.495 3073.419
P12 3080.070 3087.594
P13 3041.005 3102.996
P14 3029.302 3075.419
P15 3017.119 3042.653
P1 3000 3000

= 0.5 [(3000X2974.188)-(3000X2974.255) + ( 2989.255X2965.469)-( 2974.188X3007.239) +


(3007.239X2959.261)-( 2965.469X3021.935) + (3021.935X2946.846)-( 2959.261X3048.979) +
(3048.979X2935.524)-(2946.846X3076.736) + (3076.736X2958.717)-( 2935.524X3086.107) +
(3086.107X2981.893)-(2958.717X3095.511) + (3095.511X3002.861)-( 2981.893X3104.801) +
(3104.801X3035.226)-(3002.861X3118.097) + (3118.097X3073.419)-( 3035.226X3106.495) +
(3106.495X3087.594)-(3073.419X3080.070) + (3080.070X3102.996)-( 3087.594X3041.005) +
(3041.005X3096.617)-(3086.661X3101.617) + ( 3101.617X3117.960)-( 3096.617X3082.603) +
(3082.603X3075.419)-(3102.996X3029.302) + (3029.302X3042.653)-( 3075.419X3017.119) +
(3017.119X3000)-( 3042.653X3000)
= 0.5 ( 26120.396) =13060.198 m2 =1.30602 Ha

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

MENHITUNG LUAS DAERAH (Cara Grafis)


Luas Persegi Panjang = 12.8 cm x 16.6 cm = 212.48 cm2 = 2.1248 Ha
Luas Daerah Pengurangan:
o Bidang Trapesium:
2.7+1
I= x 4.1 = 7.585 cm2
2
2.9+2.3
V= x 1.5 = 3.9 cm2
2
2.3+1.1
VI = x 2.7 = 4.59 cm2
2
2.3+4.1
IX = x 0.9 = 3.105 cm2
2
2.2+1.3
XI = x 2.1 = 3.675 cm2
2
2.9+1.5
XV = x 2.6 = 5.72 cm2
2
3.9+2.7
XIX = x 3.3 = 10.89 cm2
2

o Bidang Persegi Panjang:


IV = 2.9 x1.8 = 5.22 cm2
X = 4.6 x 2.2 = 10.2 cm2
XIV = 2.9 x 1.2 = 3.48 cm2
XVIII = 3.9 x 2.8 = 10.92 cm2
o Bidang Segitiga:
1 x 2.6
II = = 1.3 cm2
2
0.9 x 1.8
III = = 0.81 cm2
2
1.1 x 2.8
VII = = 1.54 cm2
2
0.9 x 2.3
VIII = = 1.035 cm2
2
1.3 x 3.2
XII = = 2.08 cm2
2
1.2 x 3.8
XIII = = 2.28 cm2
2
1.5 x 3.9
XVI = = 2.925 cm2
2
1.2 x 2.8
XVII = = 1.68 cm2
2

o Luas Total Daerah Pengurangan = 82.935 cm2 = 0.82935 Ha


Luas Area = 2.1248 0.82935 = 1.29545 Ha

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

3.14. Pemasangan Bowplank


Bowplank atau papan bangun adalah patok kayu sementara yang dibuat untuk meletakkan
titik-titik As bangunan (dengan menggunakan paku) sesuai dengan gambar denah bangunan yang
ada. Pada bouwplank ini nanti kita akan meletakkan paku untuk menarik benang agar tercipta garis
yang lurus dan selanjutnya bias membuat sudut siku 90 derajat dengan tepat. Benang ini nantinya
yang menjadi pedoman untuk pekerjaan Pondasi, Kolom, dan pasangan dinding.

Tujuan Umum :
1. Memberi petunjuk kepada mahasiswa supaya mengetahui cara pemasangan bouwplank pada
pekerjaan suatu proyek dan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Memberi petunjuk dan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut
3. Memberi petunjuk kepada mahasiswa supaya mengetahui cara pemasangan Bowplank yang
datar dan tidak miring

Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan Bowplank dengan benar
2. Mahasiswa dapat menggunakan bahan dan alat yang tersedia sesuai dengan fungsinya

Peralatan dan Bahan


1) Theodilite : sebagai alat ukur sudut
2) Tripot : sebagai kaki alat
3) Baak ukur : sebagai media bacaan ketinggian
4) Patok kayu :sebagai bahan utama yang digunakan untuk bowplank
5) Tali (Katun/senar) : sebagai batas yang dikerjakan/sipat datar
6) Palu : alat memukul paku dan kayu
7) Paku : alat pengikat kayu
8) Parang : alat menajamkan bagian bawah patok kayu
9) Meteran rol : alat yang digunakan mengukur
10) Siku : alat yang digunakan untuk menyiku bagain pojok
11) Gergaji : alat untuk memotong kayu
12) Tabel pengukuran : sebagai media untuk penulisan data lapangan
13) Handboard : sebagai pengalas data tabel pengukuran

Adapun syarat-syarat memasang bowplank yang baik adalah :

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

1. Kedudukan patoknya harus kuat dan tidak mudah goyah


2. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bowplank tidak goyang pada saat
pelaksanaan galian pondasi
3. Tedapat titik atau dibuat tanda-tanda, yaitu menggunakan paku dan cat sebagai tanda
4. Sisi atas bowplank harus terletak satu bidang rata (horizontal) dengan papan bowplank
lainnya
5. Letak kedudukan bowplank harus seragam (menghadap kedalam bangunan semua)
6. Garis benang bouwplank merupakan As (garis tengah) daripada Pondasi dan Dinding
batubata

Langkah kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Siapkan kayu untuk pembatas bowplank
3. Ukur bagian yang akan dikerjakan dengan jarak 5 x 15 m (sesuai kondisi lapangan)
4. Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu
5. Pasang kayu kedua dengan ukuran 5 m dari patok pertama
6. Atur posisi alat ukur sudut Theodolite di atas patok pertama yang telah di beri paku pada
atasnya
7. Buat sudut pada alat ukur Theodolite 0 00 00 terhadap patok kedua
8. Putar alat ukur Theodolite searah jarum jam 90 00 00 kea rah patok ketiga dengan ukuran
panjang 15 m (panjang diukur dengan bantuan Meteran Rol) dan di beri paku pada atas
patok
9. Pindahkan alat ukur Theodolite ke patok ke Tiga dan buat alat ukur Theodolite 0 00 00
terhadap patok pertama
10. Putar alat ukur searah jarum jam dan bidik patok ke Empat dengan sudut 90 00 00 dan
jarak 5 m dari patok ke Tiga
11. Pindahkan alat ukur ke patok ke Empat dan buat sudut 0 00 00 terhadap patok ke Tiga
dan bidik kembali ke patok ke Dua sebagai pengunci sudut siku dengan sudut 90 00 00
jika tepat pada sudut 90 00 00 dengan jarak 10 m berarti sudut siku telah tercapai
12. Jika sudut siku pada saat di kontrol tidak tepat pada 90 00 00 maka cek kembali hasil
pengukuran dan ulangi langkah 7-11
13. Pasang benang atau senar pada setiap paku yang tertancap pada patok (dihubungkan satu
persatu) sampai membentuk garis siku antar patok

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

14. Untuk membuat bidang datar acuan Bouwplank gunakan mistar atau baak ukur untuk
mendapatkan ketinggian yang sama tiap titik dan disesuaikan dengan tingi yang diinginkan

Kelompok XXII
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pengukuran tanah merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari suatu proyek. Oleh
sebab itu, setiap mahasiwa Teknik Sipil harus menguasai dasar-dasar pengukuran tanah.
Pengukuran dalam Teknik Sipil memiliki peran penting dalam suatu pekerjaan. Pengukuran
tersebut menggunakan alat seperti waterpass dan theodolit.
Dengan adanya Praktikum Ilmu Ukur Tanah (IUT), mahasiswa dapat memahami dan
mampu menggunakan berbagai macam type alat ukur waterpass dan theodolit, serta mampu
menangani berbagai macam proyek pengukuran jalan, jaringan irigasi, pengukuran bangunan, dan
pekerjaan pengukuran lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan Teknik Sipil. Mahasiswa juga
dapat membuat peta situasi dan peta topografi suatu daerah yang mengacu pada cara pengukuran
tanah dan pengambilan data lapangan.

4.2. Saran
Setiap praktikum yang telah dilaksanakan tidak lepas dari bimbingan assisten P.L dan co.
assisten P.L. Assisten P.L dan co. assisten P.L harus mengawasi dan membimbing para praktikan
agar dapat melaksanakan praktikum dengan baik, sehingga para praktikan dapat mengingat dan
mengaplikasikan Ilmu Ukur Tanah (IUT) dengan baik setelah praktikum selesai.
Meski dengan keterbatasan alat yang tersedia, yaitu alat ukur manual, namun itu justru
merupakan dasar dalam menggunakan alat ukur digital. Oleh karenanya setelah memahami alat-alat
ukur manual, alangkah baiknya jika kita mencari referensi-referensi mengenai alat ukur digital
dalam rangka menambah wawasan dalam dunia Teknik Sipil.

Kelompok XXII

Anda mungkin juga menyukai