Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Syamsudin Nur Rizal Alkaf

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 21 tahun

Pendidikan : Mahasiswa S1 Psikologi

Nama Percobaan : DIPLOPIA

Nomor Percobaan : XIV

Nama Orang Percobaan : Syamsudin Nur Rizal Alkaf

Nama Pelaku Percobaan : Syamsudin Nur Rizal Alkaf

Tanggal Percobaan : 8 Oktober 2013

Waktu Percobaan : 10.00-12.00 WIB

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui bayangan yang jatuh pada titik identik dan titik
disparat.
2. Untuk mengetahui serta membuktikan terjadinya diplopia.

II. DASAR TEORI


Titik disparat adalah titik-titik garis benda bayangan yang tidak
sejelas garis benda asli. Kesan rangkap dua atau dobel ini terjadi karena titik
identik (bintik kuning atau fovea nasalis) diganggu karena ada pergeseran
letak bintik kuning saat pelupuk mata ditekan. Bila kita melihat satu benda
dengan kedua mata maka benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena

83
84

jatuh di titik identik, tetapi bila salah satu bola mata terganggu maka akan
terlihat benda rangkap (diplopia) karena tidak jatuh di titik identik.

Gambar 1. Penglihatan oenderita diplopia

Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan penglihatan


dimana objek terlihat rangkap dua. Diplopia dibagi menjadi dua jenis, yaitu
1. Diplopia monokular
Diplopia monokular merupakan keluhan yang dapat diberikan
oleh penderita dan sebaiknya diperhatikan adanya kelainan refraksi.
Bila terjadi gangguan pembiasan sinar pada mata, maka berkas sinar
tidak homogen sampai di makula yang akan menyebabkan keluhan
diplopia monokular ini. Diplopia monokular sering dikeluhkan oleh
penderita katarak dini. Diplopia monokular nonrefraktif ditemukan pada
penderita koresponden retina abnormal disertai strabismus sesudah
tindakan pembedahan, pada orang migren, tumor intrakranial dan
histeria. Kelainan diluar bola mata dapat disebabkan diplopia
monokular ialah bila melihat melalui tepi mata, koreksi astigmatisme
tinggiyang tidak sempurna, sedangkan kelainan optik dalam mata yang
memberikan keluhan diplopia monokular ialah miopia tinggi,
astigmatiregular, dislokasi lensa, udara atau benda transparan dalam
mata.
85

2. Diplopia binokular
Penyebab diplopia binokular dapat terjadi karena miastenis
gravis, parase, atau para lisis otot penggerak mata ekstrackular. Saraf
ke tiga yang mengenai satu otot kemungkinan adalah lesi nuklear
(perdarahan, safilis, multipel sklarosis) dan miasteria gravis. Kelainan
yang dapat memberikan keluhan diplopia binokular terdapat juga pada
aniseikonia dan psikogenetik, kadang-kadang secara fisiologis dalam
bentuk kelelahan, sesudah konstusi serebri dan histeri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diplopia adalah
1. Faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat fisis mata untuk dapat
membentuk bayangan nyata dari retina.
2. Faktor stimulus yang berhubungan dengan intensitas stimulus cahaya.
3. Faktor dari retina.
Karena bukan merupakan penyakit secara khusus atau dengan lain
diplopia merupakan gejala yang bisa terjadi pada beberapa penyakit mata
maka pengobatan diplopia tergantung dari penyakit dasar yang
menyebabkan terjadinya diplopia.

Gambar 2. Proses mata saat melihat diplopia

Pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan mengukur ketajaman


visual (dengan koreksi) disetiap mata dan keduanya bersama-sama, yang
juga membantu menentukan apakah diplopia adalah monokular dan
binokular. Pemeriksaan mata harus melihat apakah ada penonjolan dari
salah satu mata atau kedua mata, kelopak mata terasa berat, kelainan pupil
86

dan gerakan mata disconjugate dan nystagmus selama pengujian motilitas


okular.
Bayangan dapat terletak berdampingan atau diatur atau dibawa satu
terhadap lainnya, sehingga dikenal bentuk diplopia :
1. Diplopia homonin atau diplopia tidak bersilang, adalah suatu keadaan
pada mmata dengan julung kedalam atau esodeviasi, dimana
bayangan terlihat oleh mata yang juling kedalam terletak dibagian luar
sisi yang sama benda aslinya.
2. Diplopia neterosim atau diplopia bersilang, terjadi pada mata dengan
juling keluar atau eksodeviasi. Dimana benda yang dilihat oleh mata
kanan terletak disebelah kiri. Sedangkan benda yang dilihat oleh mata
kiri seakan-akan terletak disebelah kanan.
3. Diplopia monokular adalah diplopia bila ,elihat dengan satu mata yang
dapat dikeluhkan seseorang dengan histeria, astigmat, pupil ganda
dan permulaan katarak.

III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Tongkat yang dapat didirikan

IV. JALANNYA PERCOBAAN


Bila anda melihat dengan kedua mata pada suatu benda, benda itu
kelihatan satu, oleh karena bayangan di kedua mata jatuh pada titik-titik
yang identik (dalam hal ini fovea centralis). Benda yang ada dimuka atau
dibelakang benda dilihat itu kelihatan dua, oleh karena bayangan benda di
kedua mata jatuh pada titik yang tidak identik atau titik yang disparat.
Lihatlah dengan kedua mata kepada satu benda, benda itu kelihatan
satu sekarang tekanlah dengan jari melalui pelupuk mata disebelah
sampingnya. Benda itu sekarang kelihatan dua, mengapa?

V. HASIL PERCOBAAN
Orang percobaan (OP) dapat melihat bayangan ganda setelah
pelupuk matanya ditekan.
87

VI. KESIMPULAN
Terjadinya diplopia pada mata orang percobaan (OP) karena
bayangan tidak jatuh pada titik identik atau titik disparat sehigga akan terlihat
bayangan yang ganda.

VII. APLIKASI
1. Orang yang merasa pusing dan berkunang-kunang sehingga tampak
seperti melihat bayangan pada suatu benda.
2. Pada seorang polisi untuk dapat menembak pada sasaran yang dituju
memperhatikan titik fokus dengan cermat.
3. Pada seseorang fotografer agar dapat memotret berpusat pada titik
poros.

Yogyakarta, 11 Oktober 2013

Penyusun

Syamsudin Nur Rizal Alkaf

Asisten : Vera Rahayu

Nilai :
88

DARTAR PUSTAKA

Ganong, W.F.(2006).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta EGC Penerbit Buku


Kedokteran

Ilyas, S.(2010).Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga.Jakarta : Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Pinel, J.P.J.(2009).Biopsikologi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Urbayatun, Siti.(1997).Buku Pedoman Praktikum Psikologi Faal II.Yogyakarta :


Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Anda mungkin juga menyukai