Anda di halaman 1dari 14

Potensi Geothermal di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar ketiga di dunia, yang
totalnya mencapai 29 GW karena wilayah Indonesia berada di daerah cincin gunung berapi.
Potensi-potensi geothermal yang paling banyak berada di Sumatera dan Jawa. Wilayah yang
paling banyak menghasilkan listrik dari panas bumi adalah Jawa Barat. Di wilayah Jawa Barat
terdapat Lapangan Kamojang, Lapangan Darajat, Lapangan Wayang Windu, Lapangan Patuha
(dikelola oleh PT Geo Dipa Energi). Di wilayah Jawa Tengah di kawasan Gunung Salak PT Geo
Dipa Energi (Persero) juga mengelola PLTP di Lapangan Dieng. Di luar Jawa beberapa yang
sudah dieksplorasi dan dieksploitasi antara lain terdapat di Sibayak, Sumatera Utara, dan di
Lahedong, Sulawesi Utara.

Proses pemanfaatan panas bumi, awalnya adalah dengan melakukan pengeboran di sumur
produksi menembus beberapa lapisan bawah tanah hingga mencapai reservoir yang
memanaskan air menjadi uap, uap air ini yang kemudian dimanfaatkan untuk memutar turbin
yang selanjutnya menjadi penggerak utama generator sehingga membangkitan energi listrik.
Dalam pembuatan sumur biasanya dilakukan pengeboran sejumlah delapan hingga sepuluh
sumur, untuk mengebor satu sumur diperkirakan memakan biaya sebesar US$7 juta.

Ada beberapa lapangan yang dapat mengalirkan langsung dalam bentuk hampir uap murni,
seperti di Lapangan Patuha. Lain halnya di Lapangan Dieng yang mengalirkan uap yang masih
bercampur dengan air. Jika uap murni yang dihasilkan sumur tersebut maka dapat secara
langsung digunakan untuk memutar turbin. Sementara itu apabila material yang dialirkan masih
berupa uap yang bercampur dengan air, maka harus dipisahkan dulu dengan menggunakan unit
separator sehingga uap murni yang dihasilkan dapat digunakan untuk memutar turbin dan air
yang dihasilkan selanjutnya diinjeksikan untuk dipanaskan kembali di perut bumi.

Electricity generation in a vapor-dominated hydrothermal


system.

Key:
1 Wellheads
2 Ground Surface
3 Generator
4 Turbine
5 Condenser
6 Heat exchanger
7 Pump
Hot water
Cold water
Isobutane vapor
Isobutane liquid

Terdapat beberapa peraturan pokok yang melingkupi pengusahaan panas bumi, antara lain UU
Nomor 21 Tahun 2014 sebagai pengganti UU Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, PP
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, PP Nomor 70 Tahun
2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiataan Usaha Panas Bumi,
Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari PLTP dan Uap
Panas Bumi untuk PLTP oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan Permen ESDM
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
Deskripsi Perusahaan
Pada awal berdirinya PT Geo Dipa Energi merupakan perusahaan patungan antara PT.
Pertamina (Persero) dan PT. PLN (Persero). Saat ini Geo Dipa Energi merupakan BUMN yang
mengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi. Kegiatan utama perusahaan meliputi seluruh
fase dalam pembangkit listrik panas bumi - dari eksplorasi dan eksploitasi, ke pembangunan
pembangkit listrik dan distribusi energi. Geo Dipa Energi menyuplai energi listrik untuk wilayah
Jawa, Madura, dan Bali. Perusahaan yang didirikan pada tahun 2002 ini berkantor pusat di
Jakarta dan saat ini memiliki dua unit pembangkit listrik panas bumi di Dieng dan Patuha.

Sebelumnya, dua lapangan yaitu Lapangan Patuha dan Lapangan Dieng dikuasai atau dikelola
oleh perusahaan asing sejak tahun 1990-an, yaitu oleh anak perusahaan dari California Energy.
Pada tahun 1997-1998 terjadi gejolak ekonomi sehingga pemerintah pada saat itu menunda dan
menghentikan proyek-proyek ketenagalistrikan dan proyek-proyek infrastruktur. Setelah krisis
moneter berakhir proyek-proyek tersebut kemudian dimulai kembali pembangunannya dengan
harga yang diturunkan, sehingga pengembang asing tersebut mundur dari pengelolaan lapangan
ini. Selanutnya dilakukan proses arbitrase dan pada akhirnya negara menguasai/memliki aset-
aset yang sudah dibuat di Lapangan Dieng dan Lapangan Patuha.

Di awal tahun 2000, sudah ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng yang
dibangun oleh pengembang sebelumnya dengan 27 sumur. Sedangkan di Patuha belum ada
PLTP, tetapi ada sumur-sumur yang sudah siap dipergunakan. Karena negara menguasai aset-
aset ini dan pengoperasiannya sangat spesifik, maka pengoperasiannya harus dilakukan oleh
suatu badan usaha, sehingga dibentuklah PT Geo Dipa Energi (Persero) yang merupakan
perusahaan patungan antara Pertamina dan PLN. Pertamina menguasai 67% sedangkan PLN
menguasai 33%. Pada perkembangannya, di dalam neraca PT Geo Dipa Energi (Persero)
terdapat aset Bantuan Pemerintah yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) yang nilainya
sekitar 2 triliun rupiah.

Pada tahun 2009, dirasa perlu untuk mengkonversi BPYBDS menjadi aset PT Geo Dipa Energi
(Persero). Oleh karena itu, PT Geo Dipa Energi (Persero) harus dijadikan sebagai BUMN. Maka,
pada tahun 2011, dilakukan proses pemindahan aset dari PT Pertamina (Persero) ke negara.
Jadi, saat ini aset Pertamina dijadikan penyertaan pemerintah sebesar 67%, sedangkan PLN
sebesar 33%. Setelah dikonversi, diharapkan kepemilikan pemerintah di PT Geo Dipa Energi
(Persero) menjadi sebesar 92% sehingga PLN menjadi hanya tinggal 8%.

Selama tahun 2009 sampai dengan sekarang, PT Geo Dipa Energi (Persero) telah
mengembangkan proyek PLTP Patuha unit 1 dengan kapasitas 55 MW. yang jika dibor dapat
dialirkan ke pembangkit. Untuk membuat kapasitas seperti di PLTP Patuha yaitu sebesar 55
MW. Sementara itu PLTP Dieng yang telah dioperasikan terlebih dahulu memiliki kapasitas 60
MW.
Indonesia merupakan negara paling kaya energi panas bumi karena terletak pada
busur vulkanik dengan total potensi energi sebesar 29.215 Gwe.

Untuk itu, sudah selayaknya pemerintah memikirkan pengembangan energi panas


bumi sebagai langkah diversifikasi energi yang merupakan elemen penting dalam
penciptaan ketahanan energi (energy security).

Menurut pakar energi Achmad Madjedi Hasan, pemanfaatan sumber panas bumi
untuk pembangkitan tenaga listrik merupakan satu opsi yang menarik.

"Sumber daya panas bumi di Indonesia cukup tersebar dan merupakan sumber daya
dengan kandungan panas yang cukup tinggi (high enthalpy) karena terletak di salah
satu kerangka tektonik yang paling aktif di dunia, yakni di antara perbatasan Indo-
Australia, Pasifik, Filipina dan lempeng tektonik Eurasia," jelas dia dalam
keterangannya, Senin (17/4/2017).

"Posisi strategis tesebut menjadikan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan
energi panas bumi yang tersebar di 285 titik daerah sepanjang busur vulkanik,"
sambung dia.

Menurut dia, sumber daya panas bumi akan mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar minyak dan fosil. Selain itu, sumber energi panas bumi juga akan
membatasi emisi gas rumah kaca (greenhouse gas).

"Pengembangan sumber daya panas bumi akan membantu pemenuhan target emisi
dan kelestarian lingkungan," kata dia.

Ia mengatakan, pemenuhan akan meningkatnya kebutuhan energi dan untuk


menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup akibat pemanasan global maka
dibutuhkan sumber energi alternatif yang baru dan terbarukan yang lebih ramah
lingkungan.

"Salah satu energi non-terbarukan adalah panas bumi, yaitu sumber panas yang
tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi," katanya.

Energi panas bumi, kata dia, telah dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik
di Italia (1913), Selandia Baru (1958), di Amerika Serikat, dan di Indonesia sejak
tahun 1974.

Meskipun investasi awal tinggi, kata dia, biaya operasi Pusat Tenaga Listrik Panas
Bumi (PLTP) lebih rendah, karena tidak memerlukan bahan bakar dalam kaitannya
dengan biaya dan dampak terhadap lingkungan.

Selain itu PLTP dapat dioperasikan dengan kapasitas beban dasar atau based load
capacity diatas 90 persen, atau lebih tinggi dari pada Pusat Tenaga Listrik yang
dibangkitkan oleh panas matahari atau angin (bayu).
Energi Panas Bumi

Energi panas bumi (atau energi geothermal) adalah sumber energi yang relatif
ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke
dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke
permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan untuk menggerakkan
turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan juga biaya modal
pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik
lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun, setelah mulai beroperasi, biaaya
produksinya rendah dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan
bakar fosil.

Di samping menghasilkan listrik, energi geotermal juga bisa digunakan untuk pompa
pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca untuk tanaman, dan proses-
proses industri.

Tabel di bawah mendaftarkan lima negara yang paling banyak menghasilkan listrik
menggunakan energi geothermal:

1. Amerika Serikat 3,092 MWe


2. Filipina 1,904 MWe
3. Indonesia 1,197 MWe
4. Meksiko 958 MWe
5. Italia 843 MWe

MWe = megawatt electrical


Sumber: International Geothermal Association

Di beberapa tahun terakhir, pasar untuk tenaga geothermal meningkat tajam,


terutama di pasar-pasar negara berkembang karena - akibat pertumbuhan ekonomi -
semakin banyak komunitas-komunitas di pedesaan berpenghasilan rendah yang
mendapat akses ke jaringan listrik. Banyak pemerintah juga makin meningkatkan
fokus untuk mengurangi kebergantungan pada bahan bakar fosil yang mahal dan
tidak ramah lingkungan.

Indonesia adalah salah satu dari negara-negara berkembang ini yang meghadapi
perningkatan permintaan listrik sebanyak 10% setiap tahunnya (terutama di pulau-
pulau di luar Jawa) dan karena itu negara ini membutuhkan tambahan kapasitas
untuk menghasilkan listrik sekitar 6 Giga Watt per tahun. Rasio kelistrikan Indonesia
- yaitu persentase rumah tangga Indonesia yang terhubung dengan jaringan listrik -
sekitar 80,38% pada akhir 2013, mengimplikasikan bahwa masih ada sekitar 50 juta
penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses listrik. Pemerintah Indonesia memiliki
harapan-harapan tinggi untuk energi geothermal. Indonesia memiliki cadangan-
cadangan geothermal terbesar di dunia, karena itu Pemerintah bertujuan
meningkatkan peran energi geothermal sebagai penghasil listrik. Karena permintaan
energi meningkat tajam di Indonesia (negara dengan ekonomi terbesar di Asia
Tenggara) - karena pertambahan penduduk dikombinasikan dengan ekspansi
struktural ekonomi menyebabkan semakin bertambahnya jumlah kalangan
menengah dan juga pertumbuhan industrialisasi dan investasi-investasi baru -
Pemerintah, baru-baru ini, telah melakukan usaha-usaha untuk mempermudah
investasi dalam ekspansi geothermal setelah selama ini cenderung mengabaikan
sektor ini. Di masa lalu keadaannya terbalik, pemerintah bergantung pada batu
bara, gas bumi, dan minyak mentah untuk menjadi bahan bakar pembangkit-
pembangkit listrik. Sejalan dengan masa lalu ini, pemerintah juga telah mengabaikan
potensi sumber-sumber energi terbarukan yang lain (seperti energi hidroelektrik,
tenaga surya, biofuel dan biomass). Pihak swasta juga kurang berminat untuk
berinvesatasi di sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia karena iklim
investasi negara ini yang rumit (birokrasi yang buruk, korupsi,
kurangnya infrastruktur yang layak, dan kurangnya kepastian hukum). Terlebih lagi,
berlimpahnya batu bara yang murah di Indonesia membuat investasi dalam energi
yang terbarukan kurang menarik.

ENERGI GEOTHERMAL DI INDONESIA

Produksi dan Konsumsi Energi Geothermal

Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia,
maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal
terbesar di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi
terbarukan. Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini,
Indonesia hanya menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya.

Faktor utama yang menghalangi investasi pengembangan geothermal di Indonesia


adalah hukum di Indonesia sendiri. Dulu aktivitas geothermal didefinisikan sebagai
aktivitas pertambangan (Undang-Undang No. 27/2003) yang mengimplikasikan
bahwa hal ini dilarang untuk dilaksanakan di wilayah hutan lindung dan area
konservasi (Undang-Undang No. 41/1999), walaupun faktanya aktivitas-aktivitas
tambang geothermal hanya memberikan dampak kecil pada lingkungan
(dibandingkan aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain). Namun, sekitar 80% dari
cadangan geothermal Indonesia terletak di hutan lindung dan area konservasi, oleh
karena itu mustahil untuk memanfaatkan potensi ini. Pada Agustus 2014, waktu
periode kedua administrasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hampir selesai,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia mengesahkan Undang-Undang
Geothermal No. 21/2014 (menggantikan Undang-Undang No. 27/2003) yang
memisahkan geotermal dari aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain dan karena
itu membuka jalan untuk eksplorasi geothermal di wilayah hutan lindung dan area
konservasi. Pengesahan Undang-Undang ini adalah gebrakan yang penting.
Namun, pada saat tulisan ini dibuat (Desember 2014), Undang-Undang baru ini
masih perlu diatur pelaksanaannya dengan peraturan-peraturan kementerian yang
lain.

Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk membuat
investasi energi panas bumi lebih menarik. Geothermal Fund Facility
(GFF) menyediakan dukungan untuk memitigasi resiko-resiko dan menyediakan
informasi mengenai biaya pengembangan awal geothermal yang relatif tinggi.

Halangan lain di Indonesia adalah tarif listrik yang tidak kompetitif. Melalui subsidi
pemerintah, tarif listrik menjadi murah. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN)
memiliki monopoli distribusi listrik di Indonesia dan karena itu energi listrik dari
produsen-produsen independen harus dijual kepada PLN. Namun, di Juni 2014,
Pemerintah Indonesia mengumumkan akan membuat harga pembelian (dibayar oleh
PLN) menjadi lebih menarik melalui kebijakan tarif feed-in yang baru.

Terakhir, eksplorasi geothermal di Indonesia dihalangi oleh keadaan infrastruktur


yang buruk di wilayah-wilayah terpencil, perlawanan masyarakat lokal pada proyek-
proyek ini, dan juga birokrasi yang buruk (prosedur perizinan yang panjang dan
mahal yang melibatkan pemerintah pusat provinsi, dan kabupaten).

Cadangan energi panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia
dimana ada permintaan energi yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi
Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan geotermal untuk energi
listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari energi geothermal.

Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal Sarulla di Sumatra Utara

Diperlukan waktu lebih dari dua dekade untuk memulai pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Geothermal Sarulla di Sumatra Utara (Kabupaten Tapanuli Utara)
yang didesain untuk menjadi pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di dunia
dengan total kapasitas bersih 330 Mega Watt yang terjamin untuk periode 30 tahun
(cukup untuk menyediakan listrik pada 330.000 rumah). Setelah tertunda karena
birokrasi yang buruk dan kurangnya sumber pembiayaan, proses pembangunan
proyek ini (yang membutuhkan investasi 1,6 milyar dollar AS) akhirnya mulai
dilaksanakan pada Juni 2014. Pembangkit listrik ini direncanakan untuk mulai
beroperasi pada 2016 dan akan beroperasi penuh di 2018. Total biaya 1,17 milyar
dollar AS dikumpulkan melalui pinjaman-pinjaman dari enam peminjam komersil
(Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd, ING Bank NV, Societe Generale, Sumitomo
Mitsui Banking Corportation, Mizuho Bank Ltd dan National Australia Bank), serta
Asian Development Bank (ADB) dan Japan Bank for International Cooperation
(JBIC). Proyek Sarulla dipimpin oleh konsorsium yang terdiri dari Medco Power
Indonesia (37.5%), Itochu Corporation (25%), Kyushu Electric Power Company
(25%) dan Ormat International (12.5%).

Pembangkit Listrik Sarulla akan menggantikan Pembangkit Listrik Panas Bumi


Wayang Windu (milik Star Energy) sebagai pembangkit listrik tenaga geotermal
terbesar di Indonesia. Pembangkit Listrik Wayang Windu, terletak di wilayah selatan
Bandung (Jawa Barat), memiliki kapasitas total 227 Mega Watt.

Pengembangan Pembangkit Listrik Panas Bumi Sarulla adalah langkah penting


untuk meningkatkan peran sumber energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan
listrik negara, untuk menggunakan potensi tenaga geothermal yang luar biasa besar,
dan untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat dari negara dengan
ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Potensi Besar Pemanfaatan Geothermal di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengguna dan produsen
energi terbarukan di Asia Tenggara dengan permintaan listrik tinggi dari 250
juta orang.

(thinkstockphoto)

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengguna dan produsen energi
terbarukan di Asia Tenggara.Dengan populasi melebihi 250 juta orang yang memiliki
permintaan listrik tinggi.

Permintaan Indonesia tergantung pada berbagai metode yang digunakan untuk


menghasilkan listrik dari batubara, minyak mentah, dan pembangkit tenaga air untuk
pembangkit daya listrik.

Di bawah permukaan bumi ada beberapa lempeng tektonik yang meluncur di atas
mantel. Arus konveksi menggerakan lempeng bumi hingga saling bertabrakan satu
sama lain. Dimana dua lempeng yang bertemu disebut dengan nama batas
lempeng.

sepanjang batas lempeng tersebut, terjadilah gempa bumi, aktivitas gunung berapi,
dan terbentuknya palung.
Batas-batas lempeng memiliki dua jenis yaitu batas konvergen, dimana dua lempeng
saling bertabrakan satu sama lain menciptakan zona subduksi yang memaksa satu
lempeng untuk menghujam lempeng lainnya.

Batas lainnya disebut batas divergen. Sepanjang batas ini, dua lempeng bergerak
menciptakan ruang yang dipenuhi magma dan menjadi cekungan laut.

Karena posisi Indonesia di Cincin Api Pasifik yang mengelilingi Samudera Pasifik,
negara memperoleh kelimpahan batuan yang mampu menampung panas bumi,
yang dapat digunakan sebagai energi terbarukan untuk menghasilkan listrik.

Reservoir geothermal terjadi pada batas-batas yang terdiri dari 4 komponen utama:
waduk, cairan, batuan penutup, dan sumber panas.

Reservoir bertindak sebagai wadah yang terdiri dari cairan panas bumi dan bisa
memiliki bentuk baik uap, air, ataupun keduanya, yang kemudian terjebak di bawah
permukaan.

Batuan penutup merupakan lapisan kedap air yang terletak di atas wadah atau
waduk yang bertindak sebagai penutup untuk menghentikan cairan agar tidak
bergerak ke permukaan, dan magma menjadi sumber panas yang memanaskan
cairan untuk menghasilkan energi.

Untuk memanfaatkan energi panas bumi, perlu adanya pengeboran sumur jauh ke
dalam bumi yang kedalamannya bisa mencapai 4 kilometer.

Panas kemudian diambil uapnya dari bawah bumi dengan menyalurkan cairan untuk
menggerakan turbin yang kemudian menghasilkan listrik. Lalu hal itu akan mampu
menghasilkan tenaga listrik bagi ribuan rumah.

Indonesia memiliki potensi sebesar 40% sumber daya panas bumi karena
mengandung cadangan panas bumi terbesar di dunia yang letaknya di permukaan
negara Indonesia.

Namun Indonesia hanya menggunakan cadangan tersebut sebesar 5% karena


kebanyakan dari sumber tersebut terletak di hutan dan kawasan konservasi yang
dilindungi.

Sejak kegiatan panas bumi digolongkan sebagai aktivitas pertambangan,


perusahaan dilarang untuk melakukan eksplorasi atau pengeboran di daerah
tersebut, sedangkan peraturan yang baru sekarang memisahkan kegiatan eksplorasi
panas bumi dengan pertambangan yang mengambil keuntungan dari cadangan
negara besar.

Indonesia saat ini merupakan produsen panas bumi terbesar ketiga di dunia, daru
tujuh area panas bumi yang tersebar di seluruh Jawa, Sumatera Utara, dan
Sulawesi Utara yang memproduksi 1,439 MW 2.

Pembangkit Wayang Windu dioperasikan oleh Star Energy di Jawa Barta yang
merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, yang mampu memproduksi
tenaga listrik hingga 227 MW, yang berkontribusi sekitar 16% dari tenaga panas
bumi negara.

Lahan terletak pada resevoir yang unik, transisi antara dominasi vapour dan
dominasi cairan di area seluar 40 kilometer persegi, salah satu potensi yang sangat
besar.
Energi panas bumi juga dikenal dengan nama energi geothermal yang berasal dari
bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani kata geo memiliki arti bumi dan kata
thermal memiliki arti panas jadi ketika digabungkan kata geothermal memiliki arti
panas bumi. Energi panas bumi sendiri dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi.
Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, panas bumi merupakan sumber energi
bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca.

Menurut UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, sumber daya panas bumi
adalah suber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan
proses penambangan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik
atau pemanfaatan langsung lainnya.

Salah satu pemanfaatan enegi panas bumi adalah untuk menghasilkan energi listrik.
Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar
dilakukan dengan cara melihat resource dari panas bumi tersebut. Apabila suatu
daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air (steam), maka steam
tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut secara langsung diarahkan
menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah
selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut
terkondensasi menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi
secara alami. Namun, bila panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka air
panas tersebut harus di ubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses
perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger,
dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap air.
(smiagiaundip.wordpress)

Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di Indonesia. Diperkirakan


memiliki cadangan-cadangan energi panas bumi terbesar di dunia. Cadangan energi
panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada
permintaan energi yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi Utara
adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan geotermal untuk energi listrik:
sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari energi geothermal. (Indonesia-
investments.com)

PLTP Geo Dipa Energi Unit Dieng

Dieng yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi. Dengan kontur
pegunungan, sumber air panas, solfatara, fumarole serta bebatuan mengindikasikan
bahwa Dieng merupakan lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber
energi panas bumi. Total potensi energi panas bumi di sekitar Dieng diperkirakan
sebesar 400 MW.

Dieng yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi. Dengan kontur
pegunungan, sumber air panas, solfatara, fumarole serta bebatuan mengindikasikan
bahwa Dieng merupakan lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber
energi panas bumi. Total potensi energi panas bumi di sekitar Dieng diperkirakan
sebesar 400 MW.

Saat ini, Geo Dipa Energi berhasil mengoperasikan proyek Dieng Unit 1 dengan
kapasitas sebesar 60 MW yang terhubung ke jaringan Jawa-Madura- Bali melalui
sistem interkoneksi. Selain itu, untuk memenuhi target usaha dilakukan peningkatan
serta pengembangan kapasitas proyek Dieng 2 dan 3, masing-masing berkapasitas
55 MW.

Banyaknya sumur di lapangan Dieng memberikan ketersediaan data teknis yang


lebih tinggi sehingga dapat lebih meningkatkan success ratio pengeboran.

Pengembangan Lapangan Dieng


Meskipun Dieng baru memiliki 1 unit PLTP yang beroperasi sebesar 60 MWe,
sebenarnya Lapangan Dieng diperkirakan memiliki sumberdaya yang cukup untuk
pengembangan secara bertahap sebanyak 8 unit PLTP sebesar 400 MWe. GDE
akan secepatnya melakukan persiapan untuk pengembangan PLTP Dieng Unit-2
dan Unit-3.Lebih lanjut, selaras dengan semangat optimalisasi sumber daya panas
bumi, GDE akan mengembangkan PLTP Binary sebagai komplimenter dari PLTP
eksisting dengan memanfaatkan energi panas dari brine hasil produksi. Selain itu,
GDE mempersiapkan pengembangan PLTP skala kecil dengan memanfaatkan
sumur-sumur idle, sumur berproduksi rendah maupun excess steam.
Electricity generation in a vapor-dominated hydrothermal
system. Key: 1 Wellheads 2 Ground surface 3 Generator 4 Turbine 5 Condenser 6 Heat
exchanger 7 Pump Hot water Cold water Isobutane vapor Isobutane liquid

Anda mungkin juga menyukai