Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dengan ilmu fisika, salah

satunya yaitu sifat fisik larutan. Seperti kita ketahui larutan adalah campuran

homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di

dalam larutan disebut zat terlarut atau Solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih

banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.

Setiap larutan memiliki sifat fisika dan kimiawi, misalnya tingkat keasaman

(ph) yang merupakan parameter untuk menunjukan banyaknya ion H+ dalam

larutan, dan konduktivitas yang adalah parameter untuk menunjukan besarnya daya

hantar listrik larutan, serta salah satu sifat fisika larutan adalah kadar oksigen yang

terlarut per liter .

Salah satu alat yang dapat mengamati dan menghitung sifat fisik larutan adalah

Schotts instrument, alat ini mampu mendeteksi Konduktivitas larutan, Resistivitas,

Salinitas, Tingkat Keasaman, TDL, dan kadar Oksigen.

Oleh karena itu, kelompok kami akan melaksanakan penelitian eksperimen

menggunakan alat Schotts instrument.


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah nilai Resistivitas dan Tingkat Keasaman (PH) dari sampel

larutan ?

2. Bagimanakah Pengaruh Tingkat Keasaman (PH) terhadap nilai Resistivitas

Larutan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui nilai Resistivitas dan Tingkat Keasaman (PH) dari sampel

larutan

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat keasaman terhadap nilai Resistivitas

Larutan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk Pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dari penelitian ini dapat

menambah wawasan dan pemahaman pembaca

2. Untuk Penelitian, diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi dasar dan tolak

ukur untuk penelitian selanjutnya


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konduktivitas larutan

Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat

menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari hambatan listrik

(R),

R = l/A

Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm () , adalah tahanan spesifik atau resistivitas

dalam ohm cm (satuan SI, ohm m), l adalah panjang dalam cm, dan A luas penampang

lintang dalam cm2. Oleh karena itu daya hantar listrik dinyatakan,

K = 1/

Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat -1cm-1.

Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan / cairan elektrolit. Konsentrasi

elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas.Energi listrik dapat di transfer

melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang berwujud arus listrik. Ini

berarti bahwa hars terdapat pembawa muatan listrik di dalam materi serta adanya gaya

yang menggerakkan pembawa muatan tersebut. Pembawa muatan dapat berupa

elektron seperti logam, dapat pula berwujud ion positif dan ion negative seperti dalam

larutan elektrolit dan lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud logam disebut
elektrolit atau metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut ionic

atau elektrolit. Gaya listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari

baterai, generator atau sumber energy listrik yang lain.Perpindahan muatan listrik dapat

terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain, dan arus

listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat potensial

rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus listrik dikarenakan adanya ion yang

bergerak.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah: Berat dan

muatan ion Adanya hidrasi Orientasi, atmosfer pelarut, Gaya tarik antar ion,

Temperatur, Viskositas. Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah -nya

semakin besar dan untuk elektrolit kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Pada

pengenceran tidak terhingga, daya hantar ekivalent elektrolit hanya tergantung pada

jenis ionnya. Masing-masing ion mempunyai daya hantar ekivalent yang tergantung

pada Jumlah ion yang ada Kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda

yang ada .Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit (kuat/lemah) dan

konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah/kuat memperbesar

daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran tak berhingga.

Penghantar logam disebut penghantar kelas utama, dalam penghantar ini listrik

mengalir sebagai electron. Tekanan dari penghantar ini bertambah dengan naiknya

temperatur. Larutan elektrolit juga dapat menghantarkan listrik, penghantar ini disebut

penghantar kedua. Dalam penghantar ini disebabkan oleh gerakan dari ion-ion kutub
satu ke kutub lainnya. Berbeda dengan penghantar logam, penghantar elektrolit

tahanannya berkurang bila temperatur naik.

Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam proses-proses

kimia. Pada pembuatan aquades, efisiensi dari penghilang zat terlarut yang berupa

garam-garam dapat diikuti dengan mudah dengan cara mengukur daya hantar larutan.

Derajat ionisasi elektrolit lemah dapat ditentukan dengan pengukuran daya hantarnya.

Seperti diketahui, daya hantar berbanding lurus dengan jumlah ion yang ada dalam

larutan.

2.2 Daya Hantar Listrik Suatu Larutan

Daya hantar ini bergantung pada jenis dan konsentrasi lain yang ada di dalam

larutan. Menurut hukum Ohm, arus (I) berbanding lurus dengan gaya listrik (E), yang

digunakan tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).

I = E/R

G = I/R

Daya hantar listrik (G) berbanding terbalik dengan tahanan sehingga mempunyai

satuan ohms (ohm-1) atau Siemens (S).

Bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui dua elektroda, maka daya hantar

listrik berbanding lurus dengan luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik

dengan jarak kedua elektroda (l).


G = 1/R = K.A/l

A/l = tetapan sel

K = konduktivitas ( ohm cm-1 atau Scm-1 )

Daya hantar suatu zat terlarut disebut daya hantar molar (L) yang bergantung

pada konsentrasi larutan L = 1000.K/C ( S mol-1 )

2.3 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga

dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.

Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara

bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN,

2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti

kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang

dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan

bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya

salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya

proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan

bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses

fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk
pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme

terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.

Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila

dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu

yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih

terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (WARDOYO, 1978). Kandungan

oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar

oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup

mendukung kehidupan organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya, kandungan oksigen

terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada

tingkat kejenuhan sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan

oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut

(ANONIMOUS, 2004). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas

perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan

organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang

dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan

oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil

akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.

Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan 23 mereduksi senyawa-

senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses

oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk

membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara
perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah

tangga. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan

pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak

beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam

menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan

tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah

sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.

ANALISIS OKSIGEN TERLARUT (DO) Oksigen terlarut dapat dianalisis atau

ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu : 1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER 2.

Metoda elektrokimia 1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER Metoda titrasi dengan

cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen

terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan

dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den Na0H - KI, sehingga akan

terjadi endapan Mn02 . Dengan menambahkan H2 SO4 atan HCl maka endapan yang

terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2 ) yang

ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi

dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2 S2 03 ) dan menggunakan indikator

larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI 2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2 0 MnO2 + 2

KI + 2 H2 O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH I 2 + 2 Na2 S2 C3 Na2 S4 O6 + 2 NaI


2.4 Derajat Keasaman (PH)

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau

ke basaanyang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di sini

adalah konsentrasi ion hidrogen(H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga

14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7

menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan

keasaman. Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion

OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada

kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak

kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi

kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya. Tidak semua mahluk bisa

bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma

yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan.

sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an. Ph sangat penting

sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi

beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup

pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu

apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH

berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang

dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan

lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi


pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi

maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap

"gangguan" terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH

terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah

dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.

2.5 Resistivitas Larutan

Nilai resistivitas atau nilai hambatan adalah nilai kemampuan air untuk

menghambat arus listrik sedangkan nilai konduktivitas atau nilai hantaran adalah nilai

kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai

konduktivitas merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin besar

nilai resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil nilai

resistivitas, makin besar nilai konduktivitas.

Gambar 2,1 Perbandingan Resistivitas dengan Konduktivitas


Nilai resistivitas maupun konduktivitas sangat dipengaruhi oleh kandungan

ion-ion yang terlarut dalam air. Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh

pada sifat kimia air apakah air bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius,

senyawa asam merupakan senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi

sedangkan senyawa basa adalah senyawa yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi.

Berdasarkan pe-mahaman tersebut maka air me-nurut Arrhenius memiliki sifat

dualisme yaitu bersifat asam maupun basa karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion

H+ dan OH- .

Menggunakan konsep Arrhenius tersebut dan konsep air sangat murni

(ultrapure water) maka air memiliki dua potensi yang seimbang untuk menjadi asam

maupun basa. Karena dua potensi yang seimbang tersebut maka masing-masing ion

memiliki nilai beda potensial yang sama. Persamaan nilai beda potensial tersebut

menyebabkan arus listrik yang mengalir dalam air menjadi 0 sehingga nilai hambatan

air adalah tak hingga (gambar 2.2.). Air sangat murni seharusnya memiliki nilai

hambatan yang 0 namun pada kenyataannya air sangat murni sulit sekali ditemukan di

dunia. Air sangat murni yang diteliti oleh Bevilacqua masih memiliki nilai hambatan,

walau hambatan nilai air sangat murni besar sekali namun air sangat murni tersebut

untuk kajian-kajian mendalam tentang sifat-sifat semi konduktor belum dapat dianggap

memiliki hambatan yang tak hingga. Mengacu pada konsep air sangat murni maka

semakin besar nilai resistivitas akan menunjukkan kemurnian air yang semakin tinggi

sedangkan semakin kecil nilai resistivitas akan menunjukkan tingkat kemurnian air
yang semakin rendah. Berdasarkan penelitian Anthony C Bevilacqua, penyebab

ketidakmurnian air dunia pada umumnya adalah adanya campuran dari tiga macam

senayawa yaitu HCl untuk senyawa asam, NaOH untuk senyawa basa, dan NaCl untuk

senyawa garam. Gambar 2.1. menunjukkan hubungan antara konsentrasi dari senyawa

senyawa tersebut dengan nilai hambatan pada air berdasarkan eksperimen yang

dilakukan oleh A. C. Bevilacqua. Pendekatan secara fisika untuk menduga kandungan

kimia air dapat dilakukan melalui penggunaan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.

Konsep asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang digunakan pada

ilmu kimia modern dimana konsep ini juga memberikan penjelasan tentang dua sifat

netral air yang dapat berasa asin maupun berasa tawar. Sifat air yang diukur dengan

parameter pH untuk sifat air dapat berarti bahwa air tersebut murni tidak mengadung

zat asam-basa atau pun tidak murni yaitu air dapat mengandung asam, basa, ataupun

keduanya. Menurut Bronsted-Lowry, Asam merupakan senyawa yang melepaskan ion

H+ sedangkan basa adalah senyawa yang menangkap ion H+ .

Senyawa asam yang melepas ion H+ disebut dengan basa konjugasi sedangkan

senyawa basa yang menangkap ion H+ disebut asam konjugasi. Baik asam maupun

basa memiliki sifat elektrolit yang berbeda-beda. Asam atau basa yang menghantarkan

listrik dengan baik disebut dengan asam atau basa kuat sedangkan asam atau basa yang

menghantarkan listrik dengan lemah disebut asam atau basa lemah. Air yang

mengandung senyawa asam dan basa sekaligus akan memiliki sifat-sifat yang berbeda

yang bergantung pada kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air yang mengandung
senyawa asam kuat dan basa kuat akan memiliki sifat netral dengan rasa yang asin. Air

yang mengandung senyawa asam kuat dan basa lemah akan memiliki sifat masam

dengan rasa asam. Air yang mengandung senyawa basa kuat dan asam lemah akan

memiliki sifat basis dengan rasa basa. Air yang mengandung senyawa asam lemah dan

basa lemah akan memiliki sifat dan rasa yang dikontrol oleh dominasi kekuatan asam

atau basa yang terlarut. Pengukuran pH, nilai hambatan, dan analisis lingkungan

perairan akan dapat digunakan untuk menganalisis kemungkinan kandung- an kimia

pada air. Berdasarkan konsep-konsep tersebut maka secara ringkas konsep yang

digunakan untuk penelitian ini (gambar 2.4.) yaitu air murni (deionized water) menjadi

air tidak murni (ionized water) akibat adanya mineral, aerosol padat, nano partikel, gas,

dan polutan yang terlarut dan bereaksi dengan air saat terjadi evaporasi, presipitasi, dan

runoff hingga masuk ke saluran atau tubuh perairan. Air tidak murni tersebut dapat

memiliki dua sifat yaitu air berasa (berasa asam, basa, dan asin) dan air tidak berasa

(tawar). Air yang berasa akan cenderung memiliki nilai hambatan yang lebih rendah

dibandingkan air yang tidak berasa akibat kandungan ion-ion dalam air yang lebih

banyak. Identifikasi kualitas air dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran

hambatan. Pengukuran nilai hambatan untuk identifikasi kualitas air menggunakan dua

analogi yaitu semakin murni air akan semakin besar resistivitasnya, dan semakin murni

air akan memiliki kualitas yang semakin baik. Menurut dua penalaran tersebut maka

disimpulkan bahwa air dengan nilai resistivitas yang tinggi akan cenderung lebih baik

digunakan dari pada air dengan nilai resistivitas yang lebih rendah.
BAB III

EKSPERIMEN

3.1 Tempat dan Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian bertempat di Laboratorium instrumentasi Program Studi

Fisika,Universitas Negeri Manado

3.2 Alat dan Bahan

1. Alat Schotss Instrumen

2. Larutan NaCl

3. Larutan Cuka

4.Larutan Pembersih Lantai

5.Larutan Antasida

6.Larutan Minuman berperisa Jeruk

7.Air Mineral
3.3 Rangkaian Eksperimen

Eksperimen yang dilakukan menggunakan alat Schotts Instrumen dan

menggunakan dua sampel yaitu larutan garam dan asam cuka

1. Siapkan Larutan yang akan di ujicoba

2. Siapkan Alat Schotts Instrumen

3. Ambil sampel dari keenam jenis larutan, dan letakan di tempat sampel

pengukuran

4. Aktifkan Alat Schotts Instrumen dengan menekan tombol power

5. Kemudian catat nilai Resistivitas dan Tingkat Keasaman sampel Larutan

3.4 Pengukuran

Pengukuran dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan Alat Schotss

Instrument dan sebagai sampel adalah Larutan Garam dan Larutan Cuka. Pengukuran

dilakukan untuk melihat nilai Kondukstivitas, Resistivitas,Kadar Oksigen, Salinitas,

Ph, dan TDL


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Tingkat Keasaman

Indikator Pengukuran Jenis Larutan Nilai PH Temperatur Udara

Larutan Garam 6.17 270C

Larutan Cuka 3.09 270C

Tingkat Keasaman (PH) Larutan Pembersih Lantai 0.68 270C

Larutan Antasida 8.57 270C

Larutan Berperisa Jeruk 4 270C

Larutan Air Mineral 6.38 270C


Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Nilai Resistivitas

Nilai
Indikator Pengukuran Jenis Larutan Temperatur Udara
Resistivitas

Larutan Garam 1.377 250C

Larutan Cuka 1.8 250C

Resistivitas Larutan Larutan Pembersih Lantai 2.48 250C

Larutan Antasida 1.607 250C

Larutan Berperisa Jeruk 1.851 250C

Larutan Air Mineral 9.41 250C

4.2 Pembahasan

Penelitian dilakukan Pada Hari Rabu 12 April 2017, di Laboratorium Program

Studi Fisika Universitas Negeri Manado. Alat yang digunakan dalaam Penelitian

adalah Schotts Instrumen, dimana merupakan alat yang dapat membaca nilai

konduktivitas, resistivitas, tingkat keasaman, oksigen dan TDL Larutan. Sementara

bahan atau sampel yang digunakan ada enam sampel berupa Larutan Cuka, Larutan

Garam, Larutan Pembersih Lantai, Larutan Antasida, Larutan berperisa Jeruk, dan Air

Mineral. Dari data yang didapatkan menunjukan tidak adanya hubungan secara

langsung antara tingkat keasaman larutan dan Resistivitas, namun tingkat keasaman

berhubungan langsung dengan konduktivitas karena semakin besar kandungan ion H+


atau ion OH- kemampuan untuk menghantarkan listrik juga meningkat. oleh karena itu

tingkat keasaman larutan tidak berpengaruh terhadap nilai resistivitas larutan.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai PH dan Nilai Resistivitas Larutan

Jenis Larutan Nilai PH Nilai Resistivitas

Larutan Garam 6.17 1.377

Larutan Cuka 3.09 1.8

Larutan Pembersih Lantai 0.68 2.48

Larutan Antasida 8.57 1.607

Larutan Berperisa Jeruk 4 1.851

Larutan Air Mineral 6.38 9.41

2. Tingkat Keasaman tidak berperngaruh terhadap nilai Resistivitas

Larutan, karena yang menentukan besar kecilnya nilai resistivitas

larutan adalah kandungan ion yang terlarut dalam larutan.

Anda mungkin juga menyukai