Anda di halaman 1dari 5

LINGKUNGAN TERUMBU (REEF)

Terumbu atau reef merupakan lingkungan yang unik yang sangat berbeda dari bagian
lingkungan pengendapan lainnya di lingkungan paparan (shelf). Terumbu ini umumnya
dijumpai pada bagian pinggir platform paparan luar (outer-shelf) yang hampir menerus
sepanjang arah pantai, sehingga merupakan penghalang yang efektif terhadap gerakan
gelombang yang melintasi paparan tersebut. Disamping terumbu berkembang seperti massa
yang menyusur sepanjang garis pantai diatas, juga dapat berkembang sebagai patch yang
terisolir dalam paparan bagian dalam atau inner-shelf .

Istilah lain untuk terumbu ini, ada yang menyebutnya dengan carbonate buildup atau
bioherm. Tetapi para pekerja karbonat tidak menyetujui penggunaan istilah terumbu hanya
dibatasi untuk carbonat-buildup atau inti yang kaku, pertumbuhan koloni organisme, atau
carbonat - buildup lainnya yang tidak memiliki inti kerangka yang kaku. Wilson (1975)
menggunakan istilah carbonat-buildup untuk tubuh yang secara lokal, terbatas secara lateral,
merupakan hasil proses relief tofografi, dan tanpa mengaitkan dengan hiasan pembentuk
internalnya. Sebelumnya Dunham (1970) mencoba memberikan solusi dilema peristilahan ini
dengan mengusulkan dua tipe terumbu, yaitu :

(a) Terumbu Ecologik : adalah terumbu yang dicirikan oleh bentuk kaku, struktur tofografi
yang tahan terhadap gelombang, dihasilkan oleh pembentukan aktif dan pengikatan sedimen
organisme.
(b) Terumbu Stratigrafi : dicirikan oleh batuan yang tebal, terbatas secara lateral, dan
merupakan batuan karbonat yang buruk sampai sangat buruk.

Selanjutnya Longman (1981) memodifikasi definisi Heckel (1974), yang mengatakan bahwa
terumbu sebagai karbonat yang tumbuh dipengaruhi secara biologi dan juga mempengaruhi
secara biologi dan juga mempengaruhi daerah sekitarnya.

TERUMBU MODEREN DAN LINGKUNGAN TERUMBU


Letak Pengendapan

Kebanyakan terumbu terbentuk dalam lingkungan air dangkal,berupa terumbu linier yang
hampir kontinyu disepanjang tepi platform dan disebut juga sebagai barrier-reef Fringing -
reef, letaknya berlawanan dengan garis pantai yang terbentuk akibat paparan yang sangat
sempit. Sedangkan terumbu berbentuk seperti donat disebut Atolls, dimana bagian luarnya
merupakan penghalang gelombang lagoon yang dilingkarinya dan terumbu yang lebih kecil
lagi dan terisolisasi dinamakan patch-reef pinnacle-reef, atau table - reef yang terbentuk
sepanjang beberapa tepi paparan, tersebar pada paparan tengah (midle-shelf)

Disamping dalam air dangkal, terumbu juga dapat dijumpai dalam air yang lebih dalam, seperti
mound yang terbentuk secara organik dengan panjang 100 m dan tinggi 50 m (Neuman,
Kofoed), dan Keller, 1977) Mound ini mengandung lumpur yang mengikat atau menyemen
berbagai organisme air dalam, seperti : crinoid, ahermatypic hexacoral dan sponga.

II.2 Organisme Terumbu

Hampir semua terumbu tersusun oleh koral, meskipun banyak organisme lain yang turut
menyumbang, seperti alga biru - hijau (cyanobacteria, alga merah coralline, alga hijau,
kerangka foramnifera, brozoa, sponga, dan moluska (Heckel, 1974; James dan Macintyre,
1985). Dalam sejarah waktu geologi, beberapa kelompok organisme yang membentuk terumbu
meliputi : archaeocyathids, stromatoporoids, fenestethid bryozoans, dan rudistid clams.
Meskipun demikian, koral merupakan dominan terumbu modern, dan ada dua jenis koral, yaitu
:

(a) Hermatypic (zoanthellae) hexacoral : merupakan koral utama air dangkal yang melakukan
hubungan simbiotik dengan beberapa macam organisme unicelluler terutama alga, yang
kemudian dinakan secara kolektif sebagai zooxanthellae. Alga ini hidup dalam atau antara
kehidupan sel koral dan mendapatkan energi dari proses photosistesis (Cowen, 1988). Selama
proses photosintesis alga ini melepaskan CO2, sehingga membutuhkan sinar matahari, oleh
karenanya coral hermatypic ini terbatas hidupnya hanya dalam air sangat dangkal.
(b) Ahermatypic (azooxanthellae coral : coral ini hidupnya tidak terbatas pada air dangkal saja,
tetapi dapat tersebar hingga pada kedalaman melebihi 2000m (stanley dan Cairs, 1988) dan
jarang mempunyai hubungan simbotis, sehingga merupakan organisme utama sekarang yang
membentuk carbonat-buildup dalam air yang lebih dalam.

Bentuk pertumbuhan terumbu yang terbentuk oleh organisme sangat dipengaruhi oleh energi
air yang bekerja terhadap terumbu tersebut. Organisme yang hidup dalam energi air yang
rendah akan cenderung menghasilkan terumbu terbentuk delicate, branching, dan plate-like.
Sedangkan yang hidup dalam zona energi air yang lebih tinggi, terumbu cenderung
berkembang membentuk hemisperical, encruting, dan tabular (Gambar II-I) dan biasanya lebih
baik untuk untuk bertahan terhadap aksi gelombang yang kuat.

II.3. Lingkungan Terumbu Energi Tinggi

II.3.I Lingkungan Terumbu Energi Tinggi

Pada gambar II-2, ditunjukkan secara skematik pembagian sub-fasies terumbu platform
(platform margin reef), terdiri dari bagian inti tengah Reef-framework, yang berangsur
kearah terumbu. Pada bagian lebih atas mendekati datar dan dangkal terdiri dari reef-slope,
dan fore-reef talus berupa akumulasi jatuhan terumbu. Pada bagian lebih atas mendekati
datar dan dangkal terdiri dari reef-flat dan lebih kearah darat berupa back-reef coral algal
sands dan endapan lagoon sub-tidal (Longman, M.W., 1981).

Secara fisiografis, James (1983) membagi terumbu kedalam zona fore-reef, reef-front,
reef-crest reef-flat dan back-ref . Masing-masing zona dicirikan oleh jenis material
karbonat berbeda (Gambar II-3), sebagai berikut :

Kata rudstone, floatstone, bafflestone bindstone dan frameston mula-mula


digunakan oleh Emery dan Klovan (1971) sebagai modifikasi klasifikasi batu gamping yang
diusulkan oleh Dunham (1962)
Floatstone dan rudstone adalah butiran karbonat yang tidak terikat san mengandung lebih
dari 10 % butiran berukuran lebih dari 2 mm, beda keduanya adalah floatsone merupakan
mud-suported, sedangkan rudstone adalah grain-suported.
Bufflestone adalah komponen karbonat yang terbentuk pada waktu pengendapan berupa
tangkai atau batang organisme yang terperangkap kedalan sedimen oleh aktifitas buffle.
Binstone terbentuk selama pengendapan oleh pengerasan dan terikat organisme, seperti
pengererasan foraminifera dan bryozoas, sedangkan framestone tersusun oleh organisme
seperti lokal yang membentuk struktur kerangka yang kaku.

Energi air, proses sedimentasi utama, jenis organisme, persentase komponen kerangka, ukuran
butiran serta pemilahan sedimen berubah-ubah dalam setiap zona (fasies) terumbu. Pada tabel
II-1 diperlihatkan ringkasan karakteristik seperti itu untuk setiap fasies atau zona yang
ditunjukkan pada gambar II-2. Pada zona reef-crest dimana energi air paling tinggi, maka
persentase kandungan kerangka paling tinggi. Kemudian pada kedua arah fore-reef dan
back-reef energi air akan menurun, yang diikuti oleh penurunnan kandungan kerangka. Perlu
diperhatikan bahwa seluruh komponen kerangka terumbu biasanya sangat lebih kecil
volumenya dari pada volume kandungan non-kerangka.

Longman (1981) membandingkan struktur terumbu dengan mudah, yang memiliki inti tengah
atau kerangka dikelilingi oleh edible fruit. Fraksi non-kerangka terumbu terdiri dari
organisme seperti echinodermata, alga hijau, dan moluska tidak membentuk struktur kerangka,
bersamaan dengan pecahan bioklas dari terumbu yang terkena aktivitas gelombang dan dalam
zona terumbu dengan energi lebih rendah, beberapa lumpur gamping (lime mud). Zona fore-
reef, talus-slope, dan back-reef coral algal sands seluruhnya tersusun oleh kandungan non-
kerangka yang terdiri dari terutama bioklas dan beberapa organisme yang relatif hidup pada
zona ini.

II.3.2 Lingkungan atau Fasies terumbu Energi Rendah

Pada lingkungan energi tinggi, fasies moderen terumbu type tepi platform umumnya terdiri
dari inti kerangka tengah yang mengandung sebagianbesar coral dan coralline alga. Inti
berangsur ke arah laut melalui zona fore-reef talus sampai lumpur gamping pada air yang lebih
dalam atau shales. Dan ke arah darat melalui back-reef coral algal sand sampai endapan lagoon
dengan butiran yang lebih halus. Model ini menyajikan alasan yang baik untuk perkembangan
terumbu energi tinggi dalam banyak posisi; meskipun beberapa bentuk terumbu energi yang
lebih randah juga dijumpai.

Pembagian zona karakteristik terumbu energi rendah tidak begitu baik berkembang seperti
terumbu energi tinggi dan terumbu cenderung membentuk bidang datar melingkar sampai elip.
Pertumbuhan organisme pada terumbu energi rendah umumnya didominasi oleh bentuk-bentuk
delicate, branching (gambar II-I), dan tersusun oleh pasir dan lumpur karbonat yang sederhana
dengan organisme yang sangat mirip bagi komposisi organisme tipe terumbu (James, 1984).
Bentuk pertumbuhan (buildups) energi rendah lainnya tersusun sebagian besar oleh organisme
non-terumbu yang terdiri dari tiang-tiang fragmen skeletal berbentuk gundukan atau mound
dan / atau lumpur gamping bioklastik yang kaya organisme skeletal dengan sedikit organisme
boundstone. Bentuk struktur semacam ini dinamakan reef-mound atau simply-mound.

James dan Bourque (1992) mengelompokkan mound seperti diatas kedalaman tiga tipe
utama, yaitu :
(a) Microbial-mounds, yang mengandung calcimicrobes, stromatolities, dan thrombolities.
(b) Skeletal-mounds, mengandung sisa-sisa organisme yang terperangkap atau buffed dalam
lumpur.
(c) Mud-mounds, terbentuk oleh akumulasi lumpur plus berbagai sejumlah fosil.
III. TERUMBU PURBA

Terumbu purba biasanya dapat dibagi hanya menjadi fasies utama yaitu :
(a) Inti - terumbu (reef-core), terdiri dari kerangka terumbu masif, tak berlapis, organisme
pembentuk terumbu yang terkandung tersemen dalam matriks lumpur gamping atau lime mud.
(b) Sayap-terumbu (reef-flank), biasanya terdiri dari gamping konglomeratan atau breksi
taluis, berlapis, pemilahan buruk, dan atau gamping pasiran yang menipis dan miring menjauhi
inti-terumbu.
(c) Inter-reef, mengandung butiran halus, gamping lumpuran sub-tidal, atau kemungkinan
lumpur silisiklastik.

Salah satu contoh yang baik yang menggambarkan karakteristik umum kompleks terumbu
purba adalah carbonat-buildup di bagaian utara Meksixo disebut dengan Golden Lane Atol,
yang memperlihatkan perubahan biofasies dan lithofasies (Wilson, 1975). Pada bagian inti
terumbu yang berada beberapa puluh meter diatas fasies karbonat yang lebih dalam, terdiri dari
rudistid clams, colonial corals, stromatoporoids, dan encrusting algae. Beransur
kearah pantai, terumbu berupa oolitic-biogenic grainstone sampai mikrit back-reef
foraminiferal grainstone, dan bioturbated wackstone dengan fauna menunjukkan sirkulasi
terbatas, dan lebih kearah pantai berubah kedalam fasies yang lebih terbatas, dan lebih kearah
pantai perubah kedalam fasies yang lebih terbatas berupa endapan evaporit. Selanjutnya kearah
laut (basinward), fasies terumbu berubah ke fasies sayap-terumbu (reef-flank) yang terdiri
dari interklastik kasar sampai boulder biogenik yang tertanam dalam mikrit, dan lebih kedalam
lagi fasies terdiri dari batugamping mikrit dengan fauna organisme pelagik.
Kandungan organisme pembentuk terumbu juga tergantung pada umur terumbu tersebut.
Organisme utama pembentuk terumbu purba sangat berbeda dengan organisme terumbu
moderen. Koral hermtypic yang mendominasi pembentukan terumbu koral moderen, pertama-
tama muncul pada umur Mesozoik dan bukan komponen terumbu yang lebih tua. Terumbu
yang lebih tua dari Mesozoik umumnya didominasi oleh organisme pembentuk terumbu
lainnya seperti : koral tabular, stromatoporoids, hydrozoans, sponga, encrusting
bryzoa, coralline algae, dan blue-green algae (Stanley dan Fagerstrom, 1988).

IV. KESIMPULAN

Terumbu atau reef adalah batuan sedimen yang sangat unik dengan karakteristik dan
komponen penyusunan yang beragam dan umunya terbentuk pada lingkungan paparan,
khususnya tepi paparan atau shelf margin.

Bentuk pertumbuhan terumbu ini sangat bervariasi tergantung letak dan besarnya energi air
yang bekerja selama perkembangannya. Disamping itu komponen kerangka penyusunnya juga
berbeda untuk setiap energi air dan posisinya.

Berdasarkan energinya itu, ada dua jenis koral penyusun utama terumbu, yaitu : pertama
hermatypic coral, yang hidup pada air dangkal karena membutuhkan sinar matahari dalam
hidupnya dan yang kedua ahermatypic coral yang dapat hidup dalam air yang lebih dalam
bahkan melebihi kedalaman 2000m, sehingga memungkinkan terbentuknya carbonat-
buildup pada air dalam.

Komposisi utama pembentukan terumbu disamping berubah dengan posisi dan energi air
yang bekerja selama pembentukannya, juga berbeda dengan umur terbentuknya terumbu
tersebut, seperti hermatypic coral mendominasi pembentukannnn utama terumbu moderen
yang muncul pada umur Mesozoik, sedangkan terumbu sebelum Mesozoik didominasi oleh
koral tabular, stromatoporoids, hydrozoans, sponga, encrusting bryzoa, coralline
algae, dan blue-green algae.

Terumbu atau reef adalah batuan sedimen yang sangat unik dengan karakteristik dan
komponen penyusunannya yang beragam dan umumnya terbentuk pada lingkungan paparan,
khususnya tepi paparan atau shelf margin.
Bentuk pertumbuhan terumbu ini sangat bervariasi tergantung letak dan besarnya energi air
yang bekerja selama perkembangannya. Disamping itu komponen kerangka penyusunannya
juga berbeda untuk setiap energi air dan posisinya.
Berdasarkan energinya itu, ada jenis koral penusun utama terumbu, yaitu : pertama
hermatypic coral, yang hidup pada air dangkal karena membutuhkan sinar matahari dalam
hidupnya dan yang kedua ahermatypic coral yang dapat hidup dalam air yang lebih dalam
bahkan melebihi kedalaman 2000m, sehingga memungkinkan terbentuknya carbonat-
buildup pada air dalam.
Komposisi utama pembentuk terumbu disamping berubah dengan posisi dan energi air yang
bekerja selama pembentukkannya, juga berbeda dengan umur terbentuknya terumbu tersebut,
seperti hermatypic coral mendominasi pembentuk utama terumbu modern yang muncul pada
umur Mezozoik, sedangkan terumbu sebelum Mesozoik didominasi oleh koral tabular,
stramotoporids, hydrozoans, sponga, encrusting bryzoa, coralline algae, dan blu-
green algae.

Anda mungkin juga menyukai