Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN III

PEMBUATAN NUTRIENT AGAR DAN PENANAMAN BAKTERI

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan nutrient agar
2. Mahasiswa dapat mengisolasi mikroorganisme dari bahan pemeriksaan
3. Mahasiswa dapat membuat kultur mikroorganisme
4. Mahasiswa dapat menyimpan stok bakteri

B. Dasar Teori
Pembiakan adalah proses perbanyakan organisme melalui penyelidikan
kondisi lingkungan yang sesuai. Mikroorganisme yang sedang tumbuh membuat
replika dirinya, membutuhkan adanya elemen-elemen dalam komposisi kimia
mereka. Nutrisi harus menyediakan elemen ini dalam bentuk yang mudah
dimetabolisme. Disamping itu, organisme membutuhkan energi metabolik untuk
mensintesis makromolekul dan mempertahankan gradien kimia esensial yang
melewati membrannya. Faktor-faktor yang harus dikontrol selama pertumbuhan
meliputi nutrisi, pH, temperatur, aerasi, konsentrasi garam dan kekuatan ionik
medium (Janet, 2005: 87).
Menurut Syahrul Rahman (1994: 1-2), morfologi kuman dapat dibagi menjadi
tiga bentuk utama, yaitu : kokus, batang dan spiral. Kokus kuman berbentuk bulat
dapat tersusun sebagai berikut:
1. Mikrokokus, tersendiri (single)
2. Diplokokus, berpasangan dua-dua
3. Pneumokokus adalah diplokokus yang berbentuk lanset, gonokokus adalah
diplokokus yang berbentuk biji kopi.
4. Tetrade, tersusun rapi dalam kelompok empat sel
5. Sarsina, kelompok delapan sel yang tersusun rapi dalam bentuk kubus.
2

6. Streptokokus, tersusun seperti rantai


7. Stafilokokus, bergerombol tak teratur seperti untaian buah anggur.
Menurut Syahrul Rahman (1994: 2), basilus kuman berbentuk batang dengan
panjang yang bervariasi dari 2-10 kali diameter kuman tersebut :
1. Kokobasilus, batang yang sangat pendek menyerupai kokus
2. Fusiformis, dengan kedua ujung batang meruncing
3. Streptobasilus, sel-sel yang bergandengan membentuk suatu filamen
Menurut Syahrul Rahman (1994: 2), spiral seperti berikut:
1. Vibrio, berbentuk batang bengkok
2. Spirilum, berbentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel dan dapat bergerak
dengan menggunakan flagel
3. Spirokhaeta, berbentuk spiral halus, elastic dan fleksibel, dapat bergerak
dengan aksial filamen.
Kebanyakan berat kering dari mikroorganisme adalah bahan-bahan organik
yang mengandung elemen-elemen karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, phospor,
dan belerang. Disamping itu, ion-ion anorganik seperti potasium, sodium, besi,
magnesium, kalsium dan klorida dibutuhkan untuk memfasilitasi katalis enzim
dan mempertahankan gradien kimia yang melalui membran sel. Agar tumbuh
suatu organisme membutuhkan seluruh elemen dalam bahan-bahan organiknya
dan komplemen ion-ion yang dibutuhkan untuk energi dan katalisis. Disampin itu,
harus ada sumber energi untuk memantapkan proton motive force dan untuk
memungkinkan sintesis makromolekul. Mikroorganisme sangat beragam
kebutuhan nutrisi dan sumber energi metabolismenya (Janet, 2005: 87-88).
Menurut Janet (2005: 88-89), tiga mekanisme utama untuk menghasilkan
energi metabolik adalah dengan fermentasi, respirasi dan fotosintesis. Paling
sedikit satu dari mekanisme tersebut harus dilakukan agar suatu organisme dapat
tumbuh.
3

1. Fermentasi
Pembentukan ATP pada fermentasi tidak berpasangan dengan
perpindahan elektron-elektron. Fermentasi ditandai oleh fosforilasi substrat,
suatu proses enzimatik di mana ikatan pirofosfat diberikan langsung ke ADP
(adenosine diphosphatee) oleh intemediate metabolik bergugu P. Intermediate
bergugus P dibentuk dari penyusunan kembali secara metabolik dari substrat
yang fermentabel seperti glukosa, laktosa atau arginin. Karena fermentasi
tidak diikuti oleh perubahan dalam status oksidasi-reduksi secara keseluruhan
dari substrat fermentabel, komposisi bahan produk fermentsi harus identik
dengan substrat itu. Contohnya, fermentasi satu molekul glukosa (C6H12O6)
melalui Embden-Meyerhof pathway menghasilkan dua ikatan pirofosfat pada
ATP dan menghasilkan dua molekul asam laktat (C3H6O3).
2. Respirasi
Respirasi analog dengan kombinasi proses yang membutuhkan energi.
Reduksi kimia suatu oksidan (penerima elektron) melalui bagian spesifik dari
pembawa elektron dalam membran memantapkan proton motive force
melintasi membrane bakteri. Reduktan (electron donor) mungkin organic atau
anorganik, contohnya, asam laktat bertindak sebagai reduktan pada beberapa
organisme dan gas hydrogen sebagai reduktan untuk organisme lainnya. Gas
oksigen (O2) sering bekerja sebagai oksidan, tetapi oksidan alternatif yang
digunakan oleh bebrapa organisme meliputi karbondioksida (CO2), sulfat
(SO42-) dan nitrat (NO3-).
3. Fotosintesis
Fotosintesis sama seperti respirasi dalam hal reduksi oksidan melalui bagian
spesifik pembawa electron memantapkan Proton motive force. Perbedaan dua
proses tersebut adalah bahwa dalam fotosintesis reduktan dan oksidan dibuat
secara fotokimia oleh energy sinar matahari yang diserap oleh pikmen dalam
membrane, dengan demikian fotosisntesis hanya dapat terjadi sepanjang ada
sumber energy sinar matahari. Tumbuh-tumbuhan dan beberapa bakteri
4

mampu menyimpan sejumlah energi sinar matahari yang penting untuk


membuat air sebagai reduktan untuk karbondioksida. Oksigen dan bahan
organik dihasilkan dalam proses ini. Respirasi, yang merupakan oksidasi
bahan organik oleh penerima electron seperti oksigen, dari segi energy
menguntungkan karena dapat memberikan energi pada organisme fotosintetik
tampa adanya matahari.
Menurut Janet (2005: 89-91), nutrisi dalam media pembenihan harus
mengandung seluruh elemen yang pentig untuk sintesis biologik organisme baru.
Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen yang mereka suplai:
1. Sumber Karbon
2. Sumber Nitrogen
3. Sumber Belerang
4. Sumber Phospor
5. Sumber Mineral
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat kuman untuk membantu
identifikasi kuman perlu diwarnai. Agar memperoleh hasil pewarnaan yang baik
di perhatikan faktor-faktor berikut, gelas alas bersih dan bebas lemak. Umur
biakan : 18-24 jam kecuali kuman tahan asam M.tuberculosis yang tumbuhnya
sangat lambat. Kuman mengalami perubahan dalam morfologi dan strukturnya,
sehingga hasil yang diperoleh kurang tepat, bila dipakai biakan berumur lebih dari
24 jam. Kualitas zat warna. Ada zat warna yang harus dibuat sesaat sbelum
dipakai dan ada yang hanya dapat disimpan selama beberapa waktu.Tebal tipisnya
sediaan. Bila sediaan terlalu tebal atau tidak rata, maka penetrasi zat warna akan
berbeda-beda. Cara membuat sediaan suspensi kuman, yaitu satu tetes air garam
faal diatas gelas alas ditambah biakan kuman, disebar setipis mungkin sehingga
membentuk lingkaran dengan diameter kira-kira 1 cm. sediaan dibiarkan
mengering diudara atau dapat dipercepat pengeringannya dengan menghangatkan
diatas api, kemudian direkat atau diviksasi dengan melewatkan diatas api tiga kali
dan siap untuk diwarnai (Syahrul Rahman, 1994: 2-3).
5

Menurt Syahrul Rahman (1994: 3-5), jenis-jenis pewarnaan kuman yang


dikenal adalah:
1. Pewarnaan Negatif
Suspensi kuman dibuat dalam zat warna megrosim atau tinta bak dan
disebar ratakan dengan gelas alas lain (sediaan hapus). Disini kuman tidak
diwarnai dan tampak sebagai benda-benda terang dengan latar belakang
hitam. Pewarnaan ini untuk kuman yang sukar diwarnai, misalkan
spirochaeta (treponema, leptospira dan dorrelia).
2. Pewarnaan sederhana
Pewarna ini hanya menggunakan satu macam zat warna. Misalkan biru
metilen, air fukhsim atau ungu Kristal selama 1-2 menit. Zat warna anilin
mudah diserap oleh kuman.
3. Pewarnaan diferensial
Pewarnaan diferensial mengunakan lebih dari satu macam zat warna:
a. Pewarna gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat penting.
b. Perwarnaan tahan asam (acid fast staining). Misal kan pewarnaan ziehl
neelsen dan kinyoun gabbett untuk membedakan kuman-kuman yang
tahan asam dari yang tida tahan asam.
4. Pewarnaan garam
Cara pewarnaan:
a. Sediaan yang sudah direkat diwarnai dengan karbon Kristal ungu selama 5
menit
b. Zat warna dibuang dan diganti dengan larutan lugol (larutan j2+kj)
dibiarkan selama 45-60 detik.
c. Larutan lugol dibuang dan sediaan dicuci dengan alcohol 96% selama 30
detik atau digoyang-goyangkan sampai tidak ada zat warna yang
mengalir lagi.
d. Sediaan dicuci dan warnai dengan air fukhsin selama 1-2 menit. Sediaan
dicuci, dikeringkan diperiksa, dibawah mikroskop.
6

Keterangan:
a. Setelah diberi karbol ungu Kristal semua kuman menjadi ungu, zat warna
diserap dalam dinding sel dan protoplasma.
b. Pemberian lugol menyebabkan terbentuknya komplek ungu Kristal
jodium yang berwarna ungu tengoli kotor.
c. Pencucian dengan alcohol menyebabkan terjadi diferensiasi dari dua
macam kuman:
a. Kuman tetap berwarna ungu
b. Kuman tidak berwarna, sebab zat warna dilarutkan oleh alcohol dan
keluar dari sel kuman.
d. Fukshin sebagai pewarna kontras (counterstain) mewarnai kuman yang
tidak berwarna menjadi merah.
Menurut Syahrul Rahman (1994: 4), hasil dapat dibaca sebagai berikutKuman
positif gram berwarna ungu, kuman negative gram berwarna merah, sifat kuman
terhadap pewarnaan gram merupakan sifat penting untuk membentuk determinasi
suatu kuman. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara kuman positif
gram dan kuman negative gram.

Dinding Sel Kuman Positif Gram Kuman Negatif Gram

Lapisan Lebih Tebal Lebih Tipis


Peptidoliglikan

Kadar Lipid 1-4% 11-22%

Resistensi Terhadap Tidak Larut Larut


Alkali (1% KOH)

Kepekaan Terhadap Lebih Peka Kurang Peka


Jodium
7

Toksin Yang Dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Resistensi Terhadap Lebi Tahan Lebih peka


Tellurit

Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan
asam

Komponen organik penting yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh bakteri
disebut p faktor pertumbuhan organik. Komponen ini harus didapatkan langsung
dari lingkungan pertumbuhan bakteri. Salah satu contoh faktor pertumbuhan
organik untuk manusia adalah vitamin. Kebanyakan vitamin berfungsi sebagai
enzim, yaitu faktor organic yang dibutuhkan beberapa enzim agar berfungsi
dengan optimal. Sebagian besar bakteri dapat mesintesis vitaminnya sendiri dan
tidak bergantung dari sumber luar. Akan tetapi, beberapa bakteri kekurangan
enzim untuk mesintesis beberapa vitamin tertentu. Untuk bakteri-bakteri seperti
ini, vitamin tertentu tersebut disebut sebagai faktor pertumbuhan organic. Faktor
pertumbuhan organic lain yang dibutuhkan bakteri adalah asam amino, purin,
pirimidin (Maksum, 2010: 27).
Media pembenihan adalah media nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan
bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik
pada setiap media pembenihan, sedangkan yang lain membutuhkan media khusus.
Media pembenihan harus dapat menyediakan energy yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri. Media harus mengandung sumber karbon, nitrogen, sulfur,
fosfor, dan faktor pertumbuhan organik. Sejumlah bakteri yang diinokulasikan
pada seluruh media pembenihan disebut inoculum. Bakteri yang tumbuh dan
berkembang biak dalam media pembenihan itu disebut biakan bakteri. Jika ingin
menumbuhkan bakteri pada media padat, agar ditambahkan kedalam media
pertumbuhan. Agar kompleks polisakarida yang diperoleh dari ganggang laut.
8

Beberapa mikroba mampu mesintesis senyawa sehingga membentuk padatan.


Agar mencair pada suhu sekitar 100 derajat Celsius dan tetap cair pada suhu 40
derajat Celsius. Dilaboratorium, media agar dipanaskan dalam tangas air bersuhu
50 derajat Celsius. Pada suhu ini, media tersebut yang cair dapat dituangkan
diatas bateri dan tidak akan mematikan bakteri. Agar yang telah membeku dapat
digunakan untuk mengingkubasi bakteri yang dapat tumbuh pada suhu mendekati
100 derajat celcius. Pada suhu ini, agar belum mencair kembali sifat ini sangat
berguna untuk menemukan bakteri termofilik. Media agar dimasukkan kedalam
tabung reaksi atau kedalam cawan petri. Agar yang ditempatkan di dalam tabung
reaksi dengan posisi tabung dimiringkan disebut dengan agar miring (slant). Agar
miring mempunyai luas permukaan yang lebih luas untuk pertumbuhan
dibandingkan agar tegak (Maksum, 2010: 27-29).
Menurut Maksum (2010: 29-32), jenis-jenis media pertumbuhan bakteri
1. Media sintetik
Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri hemoheterotrof.
Hemoheterotrof. Organisme yang membutuhkan banyak faktor pertumbuhan
disebut vastidious, misalnya lactobacillus. Bakteri ini kadang kala digunakan
untuk menentukan kadar vitamin tertentu dalam sebuah bahan. Pada uji kadar
vitamin secara mikrobiologis, media yang digunakan mengandung semua
faktor pertumbuhan yang dibutuhkan oleh bakteri kecuali vitamin yang di uji.
Media, bahan uji, dan bakteri kemudian disatukan. Selanjutnya, pertumbuhan
bakteri diamati. Pertumbuhan bakteri yang sebanding dengan kadar asam
laktat yang dihasilkan bakteri akan sebanding dengan jumlah vitamin dalam
bahan uji. Semakin banyak sel lactobacillus yang tumbuh, semakin banyak
asam laktat yang dihasilkan semakin tinggi kadar vitamin yang diuji yang
terkandung di dalam media.
2. Media kompleks
Media pembenihan ini biasanya digunakan secara rutin di laboratorium.
Media ini mengandung nutrisi tinggi, yang terdiri atas ekstrak ragi, ekstrak
9

daging atau tumbuhan, ataupun protein sederhana dari sumber lain protein
merupakan sumber energi bagi bakteri, yaitu dengan mengubah protein
menjadi asam amino dengan menggunakan enzim atau asam sehingga protein
dapat dicerna oleh bakteri. Vitamin, mineral, dan bahan organic yang
diperoleh dari bahan ekstrak daging atau ragi merupakan sumber nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri. Media kompleks yang berbentuk cairan disebut nutrient
broth, sedangkan yang ditambahkan agar disebut nutrient agar.
3. Media anaerob
Penamaan media anaerob harus menggunakan media special yang dikenal
dengan reduct media. Media ini mengandung natrium tioglikolat. Dalam
tabung reaksi berisi media anaerob, ada bagian yang mengandung oksigen dan
ada bagian yang tidak mengandung oksigen, yaitu dibagian dasar tabung
sebelum digunakan, media dipanaskan terlebih dahulu perlahan-lahan untuk
menghilangkan oksigen yang terserap.
Sebuah bejana anaerob digunakan untuk menginkubasi bakteri anaerob
yang diinokulasikan dalam media agar didalam cawan petri. Cawan petri yang
telah diinokulasi itu dimasukkan kedalam bejana anaerob, oksigen yang
terdapat dibejana anaerob dipindahkan atau dihilangkan.
4. Media biakan khusus
Banyak bakteri tidak dapat tumbuh dalam media buatan laboratorium.
Sebagai contoh, mikobakterium leprae sampai sekarang, bakteri ini masih
ditumbuhkan didalam binatang armadillo, yang memiliki suhu tubuh cukup
rendah sehingga cocok untuk pertumbuhan bakteri mikrobakterium leprae.
Pada umumnya, laboratorium klinik mempunyai teknik untuk membiakkan
bakteri aerob yang membutuhkan CO2 dengan konsentrasi lebih tinggi
ataupun lebih rendah daripada konsentrasi CO2 di udara.
5. Media selektif dan diferensial
Dalam mikrobiologi kesehatan dan klinik, media selektif dan diferensial
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya bakteri spesifik yang berhubungan
10

dengan penyakit atau sanitasi yang buruk. Media selektif dirancang untuk
menekan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan mendukung
pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Sebagai contoh, bismuth sulfite agar
digunakan untuk mengisolasi bakteri salmonella typhi dari tinja. Bismuth
sulfite tidak hanya menghambat bakteri gram positif, tetapi juga sebagian
besar bakteri intestine gram negatif. Zat warna brilliant green secara selektif
dapat menghambat bakteri gram positif. Senyawa ini digunakan sebagai
komponen dasar media brilliant green agar yang digunakan untuk mengisolasi
salmonella. Saboraud dextrose agar, yang mempunyai pH 5,6, digunakan
untuk mengisolasi jamur karena sebagian besar bakteri tidak dapat tumbuh
pada pH ini.
Media diferensial memudahkan perbedaan koloni bakteri yang diinginkan
dari koloni lain yang tumbuh pada lempeng media yang sama. Agar darah
adalah media yang mengandung sel darah merah dan sering digunakan oleh
para ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi spesies bakteri yang
menghancurkan sel darah merah. Spesies ini, misalnya Streptococcus
pyogenes, menyebabkan infeksi saluran nafas. Bakteri ini mampu melisis sel
darah merah sehingga terbentuk area jernih disekitar koloni (-hemolisis).
Karakteristik selektif dan diferensial kadang-kadang dikombinasikan
didalam satu jenis media. Sebagai contoh, Staphylococcus aureus yang dapat
hidup dalam kadar NaCl yang cukup tinggi ternyata dapat meragi manitol
menjadi asam. Media manitol salt agar yang mengandung 7,5% NaCl dapat
digunakan untuk mengisolasi Staphylococcus aureus karena media ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri yang lain. Media ini juga mengandung
indicator perubahan pH untuk mendeteksi pembentukan asam selama
pertumbuhan bakteri. Jadi, Staphylococcus aureus dapat dibedakan dari
bakteri lain yang tidak meragi manitol.
Media lain yang bersifat selektif dan diferensial adalah macconkeye agar.
Media ini mengandung asam empedu dan kristal violet yang menghambat
11

pertumbuhan bakteri gram positif. Karena media ini juga mengandung


laktosa, bakteri gram negatif yang menghasilkan asam dari metabolism
laktosa dapat dibedakan dari bakteri sejenis yang tidak meragi laktosa.
Kemudian untuk membedakan bakteri yang meragi laktosa dari bakteri yang
tidak meragi laktosa sangat berguna untuk membedakan Salmonella pathogen
dari bakteri lain yang berkerabat.
6. Media pengayaan
Bakteri biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dan hampir
tidak berkembang jika ada mikroorganisme lain yang tumbuh dengan lebih
baik. Media pengayaan digunakan untuk mengisolisasi bakteri yang
berjumlah sangat sedikit.Media yang digunakan untuk pengayaan biakan
bakteri biasanya dalam bentuk media cair. Media ini hampir sama dengan
media selektif, tetapi dirancang untuk memperbanyak tipe bakteri yang
diinginkan sehingga dapat dideteksi. Media ini juga digunakan untuk
mendukung pertumbuhan bakteri tertentu di dalam biakan campuran.
Untuk mengisolasi mikroorganisme yang berasal dari tanah, misalnya
bakteri yang dapat tumbuh dalam fenol sebagai satu-satunya sumber karbon
dan energi. Dengan demikian, mikroorganisme yang tidak mampu
memetabolisme fenol sebagai sumber energi tidak dapat tumbuh dengan baik.
Setelah diinkubasi selama beberapa hari, biakan dipindahkan kedalam labu
lain yang berisi media yang sama. Setelah beberapa kali pemindahan biakan,
populasi yang bertahan akan terdiri dari bakteri yang memetabolisme fenol.
Tahapan pengayaan adalah upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan
bakteri dalam beberapa kali pemindahan ke media yang baru. Ketika biakan
pengayaan terakhir disebarkan diatas media padat yang mengandung
komposisi yang sama dengan media cair, hanya koloni yang mampu
menggunakan fenol yang bertahan tumbuh. Aspek lain teknik ini adalah fenol
bersifat toksik terhadap sebagian besar bakteri.
12

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Rak Tabung Reaksi 1buah
b. Tabung Reaksi 3 buah
c. Cawan Petri 5 buah
d. Labu Erlenmeyer 2 buah
e. Pipet Ukur 2 buah
f. Pembakar Bunsen 1 buah
g. Hot Plate 1 unit
h. Bola Isap 2 buah
i. Batang Pengaduk 1 buah
j. Botol Semprot 1 buah
k. Spatula 1 buah
l. Timbangan Digital 1 unit
m. Ozone Sterilizer 1 unit
n. Kaki tiga 1 buah
2. Bahan
a. Kertas
b. Aquades
c. Alumunium Foil
d. Korek Api
e. Nutrient Agar 5 gram
f. Susu Pasteurisasi
g. Label
13

D. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Media
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan diatas meja praktikum
b. NA diambil menggunakan spatula sebanyak 5 gram lalu diletakkan diatas
timbangan digital dan dilapisi kertas
c. Pembakar bunsen dinyalakan menggunakan korek api
d. Bagian mulut labu Erlenmeyer dihadapkan didekat api bunsen lalu dituang
butiran NA kedalam labu erlenmeyerkemudian ditutup menggunakan
alumunium foil
e. Bagian mulut labu Erlenmeyer dihadapkan didekat api Bunsen, lalu
dimasukkan aquades sebanyak 250 ml kedalam botol isap
f. Mulut labu Erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil
g. Labu Erlenmeyer yang berisi larutan NA diletakkan pada ozone sterilizer pada
rak bagian atas
h. Kabel disambungkan ke aliran listrik, ditekan tombol power dan tombol O3,
ditunggu hingga 45 menit lalu dikeluarkan
i. Larutan NA dididihkan menggunakan hot plate hingga mendidih sambil diaduk
menggunakan batang pengaduk dan ditutup menggunakan alumunium foil
j. Setelah mendidih, hot plate dimatikan lalu diletakkan labu Erlenmeyer yang
berisi larutan NA kedalam larutan yang berisi air, ditunggu hingga suhunya
sehangat kuku
2. Penanaman Bakteri
a. Metode Tuang (Pour Plate)
1) Larutan NA sebanyak 20 ml atau sekitar setengah dari cawan dituang pada 5
cawan petri dengan keadaan rata sambil dihadapkan pada api Bunsen
2) Label diberi pada masing-masing tabung reaksi yaitu 10-1, 10-2, 10-3
3) Aquades sebanyak 9 ml diambil menggunakan pipet ukur dan bola isap, lalu
dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi dan dihadapkan pada api
Bunsen
14

4) Larutan susu sebanyak1 ml diambil menggunakan pipet ukur dan bola isap dan
dimasukkan ke tabung reaksi yang berlabel 10-1 sambil dihadapkan pada api
Bunsen
5) Larutan susu sebanyak 1 ml diambil pada tabung reaksi yang berlabel 10-
1
menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke tabung reaksi yang berlabel 10-2
sambil dihadapkan pada api bunsen
6) Tabung reaksi yang berlabel 10-1 diletakkan ke rak tabung reaksi
7) Larutan susu sebanyak 1 ml diambil pada tabung reaksi yang berlabel 10-2
menggunakan pipet ukur dan bola isap lalu dimasukkan ke tabung reaksi yang
berlabel 10-3
8) Tabung reaksi yang berlabel 10-2 dan 10-3 diletakkan ke rak tabung reaksi
9) Larutan susu pada tabung reaksi 10-1 sebanyak 1 ml diambil lalu ditaruh di
bagian tengah cawan petri yang berisi larutan NA dengan keadaan rata sambil
dihadapkan pada api bunsen, begitu pula dengan larutan pada tabung reaksi
lainnya diambil dan ditaruh pada bagian tengah cawan petri yang berisi larutan
NA lainnya
10) Ketiga larutan tadi divortex hingga homogen
11) Pada masing-masing cawan petri diberi nama menggunakan spidol sesuai
dengan larutan pada pengenceran pertama, kedua dan ketiga yaitu 10-1, 10-2
dan 10-3
12) Cawan petri dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu 37 selama 48 jam
b. Metode Gores (Streak Plate)
1) Larutan NA pada 2 cawan petri didiamkan 30 menit hingga mengeras
2) Cawan petri dibalik lalu digaris menggunakan spidol dan penggaris menjadi 4
bagian yang sama dan dinamai I, II, III dan IV
3) Jarum ose dipanaskan menggunakan api bunsen lalu setelah suhunya menurun
diambil susu dan digoreskan pada bagian I dengan goresan sangat rapat dan
15

perlahan agar tidak merusak tekstur padatan NA sambil dihadapkan pada api
bunsen
4) Padatan NA dipanaskan kembali pada api bunsen lalu setelah suhunya
menurun digoreskan pada bagian II dengan goresan yang rapat, begitu
seterusnya hingga bagian IV tetapi goresannya semakin renggang
5) Padatan NA ditutup lalu dibalik dan dimasukkan kedalam inkubator dengan
suhu 37 selama 48 jam

Anda mungkin juga menyukai