10 PEMBATAL KEIMANAN
Jump to Comments
Ada sepuluh perkara Pembatal keislaman, dan hal ini telah banyak terjadi serta tersebar di tengah-tengah
masyarakat.
2 Comments
2 Comments
wawan
Februari 27, 2008 at 9:05 am
wassalam
Abu Al Maira :
Yang anda tanyakan berkaitan dengan masalah tawassul. Kalau minta didoakan oleh orang tua, orang2
yang nyata keshalehannya, atau bertawassul dengan amal ibadah, sepengetahuan saya ini diperbolehkan.
Doa orang tua kepada anak termasuk salah satu doa yang diijabah oleh Allah. Begitu juga doa orang yang
sedang wukuf.
Yang tidak boleh adalah mendatangi kuburan2 keramat, ngalap berkah, dll.
Allahu alam
pembelajar
April 21, 2008 at 2:07 pm
ada yang berpendapat bahwa mengganti hukum Allah dengan hukum manusia adalah tindakan
kemusyrikan, yang mengakibatkan seseorang keluar dari Islam. Benarkah?
Abu Al Maira :
Memang ada yang berpendapat demikian, seprti khawarij dan mutazilah. Kalau yang saya pahami
dari pemahaman para ulama ahlussunnah, tidak demikian adanya.
Ahlussunnah berkeyakinan bahwa, tetapnya pokok iman bersamaan dengan adanya dosa.
Sedangkan Khawarij dan Mutazilah meyakini lenyapnya iman secara keseluruhan, bersamaan
dengan adanya sebagian dosa. Karena inilah Ahlus Sunnah tidak mengeluarkan pelaku dosa besar
dari agama Islam, sedangkan Khawarij dan Mutazilah mengeluarkan mereka dari Islam.
Perbedaan Ahlus Sunnah dengan Khawarij dan Mutazilah tentang penamaan orang fasiq (pelaku
dosa besar) dan hukumnya.
Ahlus Sunnah berkata: Ia muslim dan hukumnya di akhirat di bawah kehendak Allah. Jika Allah
menghendaki, Dia akan mengazabnya, dan jika Dia menghendaki, Dia akan mengampuninya.
Khawarij berkata: Dia (pelaku dosa besar) adalah kafir dan hukumnya di akhirat berada di dalam
neraka, dan kekal selama-lamanya.
Sedangkan Mutazilah mengatakan bahwa, dia berada pada satu kedudukan di antara dua
kedudukan (manzilah bainal manzilataini), yaitu tidak mukmin dan tidak kafir. Hukumnya di
akhirat, ia kekal di dalam neraka.
Masalah pengkafiran adalah hukum syari dan tempat kembalinya kepada Allah Taala dan Rasul-
Nya Shallallahu alaihi wa sallam.
Barangsiapa yang tetap keislamannya secara meyakinkan, maka keislaman itu tidak bisa lenyap
darinya, kecuali dengan sebab yang meyakinkan pula. [Majmu Fatawa (XII/466)]
Tidak setiap ucapan dan perbuatan -yang disifatkan nash sebagai kekufuran- merupakan kekafiran
yang besar (kufur akbar) yang mengeluarkan seseorang dari agama, karena sesungguhnya
kekafiran itu ada dua macam, yaitu: kekafiran kecil (asghar) dan kekafiran besar (akbar). Maka,
hukum atas ucapan-ucapan maupun perbuatan-perbuatan ini, sesungguhnya berlaku menurut
ketentuan metode para ulama Ahlus Sunnah dan hukumhukum yang mereka keluarkan.
Tidak boleh menjatuhkan hukum kafir kepada seorang muslim, kecuali telah ada petunjuk yang
jelas, terang dan mantap dari al-Quran dan as-Sunnah atas kekufurannya. Maka, dalam
permasalahan ini, tidak cukup hanya dengan syubhat dan zhan (persangkaan) saja.
Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya wahai kafir, maka dengan ucapan itu
akan kembali kepada salah satu dari keduanya, apabila seperti yang ia katakan; namun
apabila tidak, maka akan kembali kepada yang menuduh [Muslim (no. 60), Abu Awanah (I/
23), Ibnu Hibban (no. 250-at-Taliqatul-Hisan ala Shahih Ibni Hibban), dan Ahmad (II/44) dari
Sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma]
Terkadang ada keterangan dalam al-Quran dan as-Sunnah yang mendefinisikan bahwa suatu
ucapan, perbuatan atau keyakinan merupakan kekufuran (bisa disebut kufur). Namun, tidak boleh
seseorang dihukumi kafir, kecuali telah ditegakkan hujjah atasnya dengan kepastian syarat-
syaratnya, yakni mengetahui, dilakukan dengan sengaja dan bebas dari paksaan, serta tidak ada
penghalang-penghalang (yang berupa kebalikan dari syarat-syarat tersebut).
Dan yang berhak menentukan seseorang telah kafir atau tidak adalah Ahlul Ilmi yang dalam
ilmunya, dan para ulama Rabbani dengan ketentuan-ketentuan syariat yang sudah disepakati.
Ahlus Sunnah tidak mengkafirkan orang yang dipaksa (dalam keadaan diancam), selama hatinya
tetap dalam keadaan beriman.
Sebab-sebab yang dapat membawa kepada kekafiran besar ada tiga macam, yaitu: perkataan,
perbuatan, dan itiqad (keyakinan). Di antara kufur amali (perbuatan) dan qauli (ucapan), ada yang
bisa mengeluarkan pelakunya dari agama dengan sendirinya dan tidak mensyaratkan penghalalan
hati.
Dijatuhkannya hukum kufur ini kepada orang-orang tertentu tidak boleh, melainkan setelah
memenuhi syarat-syarat (kufur) yang bisa diterima, sebagaimana perbuatanperbuatan lain yang
menyebabkan kafir pelakunya.
Amalan kekafiran adalah kufur dan bisa menyebabkan pelakunya kafir, sebab keadaannya
menunjukkan kepada batinnya yang juga kufur. Ahlus Sunnah tidak mengatakan seperti ucapannya
para ahli bidah: Amalan kekafiran tidak kufur, tapi dia menunjukkan kepada kekufuran!
Perbedaan keduanya jelas.
Ketaatan merupakan sebagian dari cabang-cabang iman, demikian juga maksiat merupakan
sebagian dari cabang kekafiran. Masing-masing sesuai dengan kadarnya.
Ahlus Sunnah tidak mengkafirkan seorang pun dari ahlul kiblat (kaum Muslimin), yang
dikarenakan dosa-dosa besarnya. Mereka mengkhawatirkan terjadinya nash-nash ancaman kepada
pelaku dosa-dosa besar, walaupun mereka tidak kekal di dalam neraka. Bahkan mereka akan bisa
keluar dengan syafaat para pemberi syafaat, dan karena rahmat Allah Taala disebabkan pada
mereka masih ada tauhid.
Allahu alam
Leave a Reply
Name (required)
Website
Submit Comment
Cari
Kategori
Pilih Kategori
Administrator
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.org
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas radliyallaahu 'anhuma bahwasannya ia
berkata : "Janganlah aku mendapatkan kamu mendatangi suatu kaum sedang mereka dalam
pembicaraannya, lalu kamu memberikan kisahmu pada mereka dan memotong pembicaraan
mereka dengannya. Maka kamu telah membuat mereka bosan. Namun,..(duduk dan) diamlah.
Apabila mereka memintamu memberi nasihat, maka berilah nasihat dimana mereka akan
mendengarkannya" (HR. Bukhari no. 6337)
Carilah apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ucapan dan perbuatan kalian.
Karena, sesungguhnya itulah yang kekal abadi, sedangkan yang selain itu akan hilang dan pergi.
(Jamiul Ulum wal Hikam, 1/45)
Dari Nafi diriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Ibnu Umar tentang
satu persoalan. Beliau menundukkan kepalanya dan tidak memberikan jawaban. Orang-orang
mengira beliau tidak mendengar pertanyaannya. Laki-laki itu kembali bertanya : Semoga Allah
merahmati Anda, apakah Anda tidak mendengar pertanyaan saya ?. Beliau menjawab : Dengar,
tapi saya melihat kalian semua beranggapan bahwa Allah tidak akan meminta pertanggung-
jawaban kami atas jawaban kami atas persoalan yang ditanyakan kepada kami. Biarkanlah,
sampai kami dapat memberi jawaban atas pertanyaanmu semoga Allah merahmatimu -, bila
memang kami memiliki bahan sebagai jawabannya. Kalau tidak, kami akan memberitahukan
kalian bahwa kami tidak memiliki ilmu tentang hal itu (Shifatush-Shafwah oleh Ibnul-Jauzi 1/566)
Dari Ayyub diriwayatkan bahwa ia berkata : Aku pernah mendengar Al-Qasim ditanya di Mina,
beliau menjawab : Saya tidak tahu, saya tidak mengerti. Setelah terlalu banyak bertanya kepada
beliau, beliau berkata : Demi Allah, saya memang tidak mengetahui semua yang kalian tanyakan
kepada kami. Kalau saya tahu, niscaya tidak akan saya sembunyikan. Dan memang saya tidak
mungkin akan menyembunyikannya. Dari Yahya bin Said diriwayatkan bahwa ia berkata : Aku
pernah mendengar Al-Qasim berkata : Kami tidak bisa mengetahui segala persoalan yang
ditanyakan kepada kami. Apabila seseorang sudah menunaikan kewajibannya terhadap Allah, lalu
ia hidup sebagai orang bodoh, itu lebih baik daripada ia mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui
(Shifatush-Shafwah oleh Ibnul-Jauzi 2/89).
Februari 2008
S S R K J S M
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29
Jan Mar
Artikel Favorit
Akhirnya MLM Halal Dalam Islam ?
HAMIL DI LUAR NIKAH DAN MASALAH NASAB ANAK ZINA
Hukum Gadai / Agunan Dalam Islam (Rahn)
Obat Herbal Cabe Rawit [Capsium frutescens L.]
Biografi Ibnu Khaldun
Hukum Kartu Kredit Dalam Islam
Kandungan Vitamin & Mineral Buah - Guava Adalah Buah Terbaik
Pedoman Menghajr Istri
Manfaat Air Putih
Obat Herbal Biduri [Calotropis gigantea [Wild.] Dryand.ex W.T.Ait.]
Obat Herbal Jali Untuk Kanker Mulut Rahim
Obat Herbal Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Tulisan Terakhir
HAMIL DI LUAR NIKAH DAN MASALAH NASAB ANAK ZINA
JUAL BELI WAFA
Jual Beli Istijrar
JUZAF (JUAL BELI SPEKULATIF)
Al-Ijar Al-Muntahi Bit Tamlik (Penyewaan Yang Berakhir Dengan Kepemilikan)
Baiul Murabah Lil Amiri Bisy Syira` (Jual Beli Keuntungan Bagi Yang Meminta Pembelian)
10 PEMBATAL KEIMANAN
Kumpulan Doa - Hisnul Muslim - Syaikh Said bin Ali Al Qahthani
Hukum Menikah Dalam Keadaan Hamil
Seputar Masbuk
Pedoman Menghajr Istri
Qunut Nazilah
Hukum Qunut Terus Menerus
Siapakah Ahlus Sunnah Dalam Islam ?
Pembatal Keimanan
Komentar Terakhir
Blogroll
Asbabun Nuzul
Fatwa Islam
Hadits Bukhari
Hadits Muslim
Islam - Tanya & Jawab
Jilbab
Majalah Nikah
Manhaj
Muslim Names
Muslim.or.id
Muslimah.or.id
Portal Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf & Kafarat
Sholat Kita
Situs Syaikh Al Albani
Situs Syaikh bin Baz
Situs Syaikh Fauzan
Situs Syaikh Utsaimin
Syarah Imam Nawawi
Tafsir Quran
Vila Baitullah
Kamus
Kamus Arab Online
Lain-Lain
Tubeless Tyre
Teman
Blog Sharing Community
Arsip
Pilih Bulan
Omong Kosong
2.778 komentar spam
diblokir oleh
Akismet
Almanhaj
Yahudi Bukan Israil
Misi Kaum Muslimin Menaklukkan Tanah Palestina
Keutamaan Masjidil Aqsha
Nasihat Kepada Orang Yang Keberatan Mengeluarkan Zakat, Zakat Dibagikan Sendiri
Bersikap Adil Di Antara Semua Anak, Mengajari dan Mendidik Anak Perempuan
Hak Waris Seorang Wanita