Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberi


rahmat serta karunia Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktu-Nya
yang berjudul :GERABAH Makalah ini berisikan tentang informasi
pengertian Gerabah ,saya harap Makalah ini dapat memberi
informasi kepada kita semua tentang Gerabah dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khususnya untuk saya dan
umumnya untuk para pembaca Makalah ini. Saya menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir Kata ,saya
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I:

1. Pendahuluan

2. Latar Belakang

3. Perumusan Masalah

4. Tujuan

BAB II :

1. Pembahasan

2. Sejarah

3. Jenis-Jenis

4. Perkembangan
BAB III:

1. Penutup

2. Kesimpulan

3. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

1. Pendahuluan

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang di


bentuk kemudian dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna
membantu kehidupan manusia.Berdasarkan hasil penelitian, gerabah
prasejarah diperkirakan sejaman dengan masa bercocok
tanam.Gerabah sendiri dipergunakan sebagai peralatan rumah
tangga. Istilah gerabah biasanya untuk menunjukan barang pecah
belah yang terbuatdari tanah liat.selain disebut dengan gerabah
sebagian ada yang menyebutnya dengan tembikar atau keraamik
local,untuk membedakannya dari istilah keramik asing. Gerabah
digunakan sebagai alat rumah tangga dan sebagai bagian mas
kawinpada upacara pernikahan.agar gerabah yang dibuat
menarik,maka pembuatmemberikan motif hias pada
gerabah.gerabah yang digunakan untuk kepentinganrumah tangga
biasanya bermotif sederhana atau polos,sedangkan gerabah
untukyang lain memerlukan motif yang lebih baik,sebagai contoh
motif hias untuk gerabahpernikahan ditentukan oleh martabatnya
maka hiasan pada gerabahnya pun semakin banyak dan sulit.

Gerabah merupakan bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan


tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan
terpisah antara gerabah dan keramik. Ada pendapat gerabah bukan
termasuk keramik, karena benda-benda keramik adalah
benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap
seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan
lain-lain.

2. Latar Belakang

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang


dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang
berguna membantu kehidupan manusia.keterampilan membuat
gerabah telah dilakukan sejak jaman dahulu dan telah menjadi
bagian dari perkembangan peradaban bangsa di nusantara,jejak
historinya pun jelas yaitu terwariskan hingga masa kini,menurut
kajian arkeologis,keahlian membuat gerabah ini baru di kenal di masa
bercocok tanam,siklus cocok tanam yang menyisahkan waktu luang
cukup panjang bagi para petani sehingga memberikan kesempatan
bagi mereka untuk mengembangkan keahlian ini dan jenis gerabah
yang di hasilkan kebanyakan berupa peralatan rumah tangga.

Biasanya proses pembuatan keramik atau gerabah dibagi menjadi


dua bagian, yaitu dengan cara dicetak apabila untuk pembuatan
dalam jumlah yang banyak, atau dikerjakan dengan tangan. Untuk
proses pembuatan dengan tangan pada keramik yang berbentuk
silinder seperti jambangan, pot atau guci, yang dilakukan dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat di atas tempat yang
dapat diputar, salah satu tangan perajin akan berada di sisi dalam
sementara lainnya berada di luar. dengan proses memutar alat
tersebut maka akan menjadikan tanah berbentuk silinder.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul ialah

1. Apa pandangan masyarakat tentang penggunaan gerabah pada


masa ini?

2. Apakah pengertian dari gerabah?

3. Apa saja fungsi dan manfaat dari gerabah?

4. Hal-hal apa yang dapat menginspirasi masyarakat untuk


menggunakan

gerabah local?
5. Bagaimana proses pembuatan gerabah?

4. Tujuan

1. Mengetahui persentase penggunaan gerabah di lingkungan


masyarakat

pada masa ini.

2. Mengetahui pengertian dari gerabah.

3. Mengetahui apa saja fungsi dan manfaat yang diperoleh dari


penggunaan

gerabah.

4. Mengetahui seberapa jauh wawasan masyarakat tentang gerabah.

5. Mengetahui bagaimana proses pembuatan gerabah.

6. Mengetahui histori/sejarah tentang perkembangan dan jenis-jenis


dari

gerabah.

7. Mengetahui bagaimana gerabah muncul pada pertama kali.


BAB II
1. Pembahasan

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat


kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah
antara gerabah dan keramik, karena benda-benda keramik adalah
benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap
seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan
lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat
dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air dll. Untuk
memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber
berikut ini : Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, copryght a
1995, kata keramik berasal dari bahasa Yunanai (greeak)
keramikos menunjuk pada pengertian gerabah; Keramos
menunjuk pada pengertian tanah liat. Keramikos terbuat dari
mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara
permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada
suhu tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum
27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam
Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu
istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat dari
tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu
tinggi. Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama
kali, salah satunya terkenal dengan teori keranjang.

Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah Keranjang anyaman


digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor
keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya.
Setelah terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang
itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata
mengeras. Teori ini dihubngkan dengan ditemukannya keramik pra
sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar berupa relief cap
tangan keranjang
(Nelson, 1984 :20) Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas
dapat dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal
ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya
masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini.
Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian
dari benda-benda keramik. Di Indonesia istilah gerabah juga dikenal
dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan
masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun.

Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri


pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran
sederhana (Oka, I.B., 1979:9). Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi)
istilah lain gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery,
terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk
menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari
tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman
prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar
sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung,
piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan
sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas,
Excerpted from Camptons Interactive Encyclopedia dalam Pottery
and Porcelain, Copyright 1994-1995, disebutkan kriya keramik
atau pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya
seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut : The craft of ceramics,
or making clay vassels, is one of the oldest arts in the world.

Pengendalian mutu dilakukan sejak penyiapan bahan baku hingga


pengiriman barang (pesanan), tanpa dilakukan pengujian kualitas
atau mutu secara khusus. Pengawasan dilakukan langsung oleh
pemilik usaha, dengan tujuan untuk menjaga kualitas atau mutu
produk serta sarana dalam upaya membimbing pekerja untuk
meningkatkan dan memotivasi kreativitas serta semangat kerja.
Selain pemilik usaha, peninjauan secara berkala juga dilakukan oleh
Departemen Perindustrian melalui petugas UPT Perindustrian
Kasongan yang diberi wewenang sebagai lembaga bantuan teknis
instansi dalam kegiatan proses produksi gerabah di Kasongan.

Kualitas produk sangat tergantung kepada perbandingan


campuran bahan baku utama, proses penjemuran dan pembakaran.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja tersebut yang
harus diperhatikan dari pengrajin karena akan menentukan kualitas
gerabah yang dihasilkan. Apabila pengawasan kurang dilakukan pada
proses ini maka keramik yang dihasilkan akan bermutu rendah dan
mudah rusak. Pengendalian mutu lainnya adalah pemeliharaan
campuran bahan baku utama yang harus dalam keadaan lembab.

Dalam kegiatan proses produksi jika terdapat kerusakan atau


cacat maka semaksimal mungkin dilakukan perbaikan terhadap
produk tersebut selama kondisi memungkinkan untuk diperbaiki.
Tetapi jika kerusakan atau cacat produk dianggap berat, maka produk
tersebut tidak akan dipasarkan.

2. Sejarah dan Peranan Gerabah

Dalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah sangat terkenal. Namun,


orang awam pun mengenalnya dari sisi yang lain. Berbegai benda yang
dihasilkan oleh para pengrajin, seperti gentong, pasu, pot bunga, mangkok,
cobek, kendi, dan sebagainya, serta seringnya diadakan pameran,
menandakan benda ini cukup populer di mata masyarakat.

Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya


setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs
arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi
sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan
penguburan. tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya
menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya
dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang
tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih
modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar. selain
ditemukan banyak tembikar dan juga terdapat pembuktikan bahwa benda
gerabah mulai dikenal pada masa bercocok tanam.Bukti-bukti tersebut
berasal dari kadenglebu(banyuwangi), kalapadua(bogor), serpong
(tangerang), kalumpang dan minanga sepakka(sulawesi), sekitar bekas
danau bandung, timur leste dan poso(minahasa). Dari temuan-temuan
tersebut dapat kita simpulkan bahwa teknik pembuatan gerabah dari masa
bercocok tanam masih sederhana.

Gerabah dibuat dari satu atau dua jenis tanah liat yang dicampur.
Warnanya tidak bening, berpori, dan bersifat menyerap air. Campuran yang
digunakan terdiri dari pasir kasar atau pasir halus, dan pembakarannya
antara 1000-1150 derajat Celcius. Kadang-kadang lebih rendah dari itu.

Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa neolitik (kira-kira


10.000 tahun SM) di daratan Eropa dan mungkin pula sekitar akhir masa
paleolitik (kira-kira 25.000 tahun SM) di daerah Timur Dekat. Menurut para
ahli kebudayaan, gerabah merupakan kebudayaan yang universal
(menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh
bagian dunia. Perkembangannya bahkan juga penemuannya muncul secara
individual di tiap daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Mungkin juga
masing-masing bangsa menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah
tanpa adanya unsur peniruan dari bangsa lain.

Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami


masa foodgathering (mengumpulkan makanan). Pada masa ini masyarakat
hidup secara nomaden, senantiasa berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lainnya. Dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat
digunakan secara efektif karena gerabah merupakan benda yang ringan dan
mudah dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga merupakan benda yang kuat,
paling tidak lebih kuat daripada yang dibuat dari bahan lain, seperti kayu,
bambu atau kulit binatang.

Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat


terdapat di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap
masyarakat bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan
tetapi mengenai proses penemuan gerabah itu sendiri, belum satu orang
pun bisa menguraikannya secara ilmiah. Barangkali bisa diuraikan begini.
Pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya.
Kebetulan pembakaran itu dilakukan di atas tanah yang tergolong jenis
tanah liat. Setelah selesai membakar daging itu, mereka mendapatkan
tanah di bawahnya berubah menjadi keras. Dari sinilah muncul gagasan
untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang dibakar.

Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama,


meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang
sama. Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan
efek lain dari penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum
mengenal api tentulah mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan
demikian, tafsiran bahwa gerabah mula pertama dikenal pada masa neolitik
dapat diterima, sebab penemuan dan domestikasi api baru dikenal pada
akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.

Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia


hidup dalam corak berburu dan mengumpulkan makanan. Usaha
mengumpulkan makanan berarti membutuhkan sesuatu untuk wadah
makanan tersebut. Dalam hal ini wadah yang paling tepat adalah gerabah
karena gerabah mudah dibawa ke mana saja. Dan ini sesuai dengan corak
hidup nomaden. Karena itulah gerabah memiliki arti yang penting bagi
manusia, sehingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus
semakin berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki
tingkat efektifitas setinggi gerabah.

Penggunaan wadah gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti


penting bahkan jauh lebih penting daripada yang bisa kita bayangkan.
Dengan dikenalnya wadah yang kecil, mudah dibawa dan kuat, suatu
kebudayaan maju selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi. Apa
lagi dengan dikenalnya corak kebudayaan hidup menetap, fungsi gerabah
semakin meluas. Kebutuhan gerabah yang beraneka ragam melahirkan
tipe-tipe gerabah yang semakin banyak. Kalau sebelumnya digunakan
wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh, kini mereka bisa membuat wadah
gerabah yang lebih mudah didapat.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia


merupakan unsur yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan
aspek-aspek kehidupan manusia. Sampai kini gerabah yang berhasil
ditemukan terutama berbentuk wadah, seperti periuk, cawan, pedupaan,
kendi, tempayan, piring, dan cobek.

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di


anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi
arkeologi temuan ini sangat besar manfaatnya, karena gerabah merupakan
alat penunjuk yang baik dari kebudayaan yang berbeda. Beberapa
kereweng yang dapat dikenali tipenya bisa digunakan untuk menanggali
benda-benda lain yang ditemukan di sekitarnya dan dapat pula digunakan
untuk menentukan hubungannya dengan kebudayaan lain. Selain itu
gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama sekali, terlebih lagi kalau
tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang telah berusia
puluhan ribu tahun pun masih bisa dikenali.

3. Jenis-jenis Gerabah

Bentuk dan kegunaan gerabah sangat beraneka ragam, mulai


sekedar barang hiasan ruangan, peralatan rumah tangga hingga
souvenir dengan ukuran yang sangat beragam. Menurut bentuk dan
kegunaannya, gerabah dapat dipilah menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Fungsi Gerabah
Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :

a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara


langsung kepada penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara
lain : pot bunga, tempat payung, tempayan, kendi, asbak, tempat lilin
dan peralatan dapur;

b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan


sebagai barang-barang hiasan ruang, seperti guci.

2) Ukuran Gerabah

Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :

a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 150 cm,


seperti guci, patung;

b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran< 60 cm, seperti


tempayan, kuali, peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bunga

c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai


barangbarang hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat lilin,
patung kecil.

4. Perkembangan Gerabah

a. Kadenglembu (Jawa Timur)

Penelitian terhadap situs Kadenglembu dilakukan oleh Heekeren


pada tahun 1941 dan Soejono pada tahun 1969 menemukan
sejumlah kereweng tidak berhias, di antaranya ada yang
memperlihatkan warna merah yang dipoleskan pada permukaan
luarnya. Dalam lapisan yang mengandung kereweng ini ditemukan
sejumlah fragmen beliung setengah jadi, batu asahan berfaset dan
sejumlah besar pecahan batu. Di atas lapisan ini terdapat lapisan
yang lebih muda yang mengandung beberapa pecahan porselin,
beberapa uang kepeng, dan pecahan bata.

Bentuk gerabah yang ditemukan di Kedenglembu ini masih


sederhana, karena sebagian besar temuan berupa fragmen tepian
dan badan dari periuk yang pada umumnya bentuknya membulat.
Periuk dengan bada bergigir sangat jarang dijumpai. Dari data yang
terkumpul, dapat kita ketahui tentang bentuk-bentuk periuk yang
umumnya kebulat-bulatan dengan tepian melipat ke luar. Dari bentuk
semacam itu dapat pula kita duga bahwa gerabah seperti itu dibuat
oleh kelompok masyarakat petani yang selalu terikat dalam
hubungan sosial-ekonomi dan kegiatan ritual. Sifat-sifat individual
tidak dapat berkembang pada pembuatan gerabah di Kadenglembu.

b. Jawa Barat

Situs penemuan Kalapadua terletak di atas daratan di tebing


kanan Sungai Ciliwung. Sebagian gerabah yang ditemukan di tempat
ini berada di permukaan tanah, hal kemungkinan di akibat oleh erosi
dan kegiatan pertanian penduduk setempat.

Dari daerah Kalapadua, ditemukan gerabah yang lebih banyak


daripada yang ditemukan di Kadenglembu. Dari hasil pengkajian
ternyata gerabah yang ditemukan di Kalapadua lebih baik dalam
pembuatannya, akan tetapi memiliki kekurangan dalam hal
pembakaran, dimana pembakarannya kurang sempurna sehingga
mengakibatkan gerabah yang ada di Klapadua tidak bisa bertahan
lama. Gerabah ditemukan dalam keadaan rapuh dan mudah pecah.
Hampir sebagian gerabah yang ditemukan di Klapadua telah terkikis
sehingga mengakibatkan pola hias yang pasti tidak bisa diketahui.

Dari hasil penemuan kita dapat memperkirakan bahwa kebudayaan


yang berkembang di Kalapadua berasal dari masa bercocok tanam.
Hal ini diperkuat oleh beberapa temuan lain yang berkaitan dengan
masa bercocok tanam, seperti; pecahan beliung, batu asahan, gelang
dan alat-alat logam.
Ditinjau dari hasil penemuan yang ada di Klapadua, dapat
diperkirakan kalu daerah ini pernah menjadi tempat tinggal
masyarakat yang menghasilkan kebudayaan kapak persegi. Dari hasil
temuan dapat diketahui bahwa gerabah yang dibuat di tempat itu
berupa; periuk, cawan, dan pedupaan (cawan berkaki).

a. Periuk
Temuan-temuan gerabah pada umumnya fragmentaris itu, kita kenal
dua macam jenis periuk yang memiliki tepian melekuk dan melipat
keluar.
Bentuk badan yang kebulat-bulatan,
Jenis periuk dengan bergigir
Setelah di kumpulkan ternyata bentuk periuk ke bulat-bulatan
ditemukan lebih banyak dari bentuk yang bergigir. Kedua jenis periuk
ini tidak di hias serta mempunyai alas cekung.

b. Cawan
Setelah di kumpulkan dan dikategorikan ternyata jenis cawan ada
tiga macam, yaitu:
Cawan beralas bulat dengan tepian langsung yang agak
melengkung ke dalam.
Cawan beralas rata dengan tepian langsung
Cawan yang sama dengan yang pertama namun perbedaannya
terletak pada diberi kaki sehingga bentuknya seperti pedupaan.

Ketiga jenis cawan tersebut tidak memiliki hias. Yang menarik dari
cawan-cawan tersebut ialah cawan jenis ketiga yang mirip dengan
pedupaan. Kaki dibuat terpisah dari badannya. Bekas-bekas
sambungannya masih tampak dan sering kali kedua bagian ini
ditemukan dalam keadaan terpisah. Untuk memperkuat sambungan
itu, dibuat goresan pendek sedalam -1 mm pada bagian yang akan
disambungkan dengan badan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Teknik menyambung seperti ini bukti-buktinya lebih terang terlihat
pada jenis pedupaan yang ditemukan di Buni (Bekasi).

Sekitar Danau Bandung


Gerabah yang ditemukan di sekitar Danau Bandung dikumpulkan
oleh Jong dan Koenigswald pada tahun 1941-1947. Adapun
tempat-tempat penemuan gerabah di sekitar danau Bandung yaitu
dataran tinggi Dago Timur. Di dataran tinggi Dago Timur ini Rothpletz
telah mengumpulkan kereweng-kereweng yang jumlahnya banyak
bersama-sama pecahan obsidian, pecahan batu api, kuarsa, dan
sisa-sisa tuangan besi.

Gerabah dari Bandung umumnya tebal-tebal (antara 5-20 mm),


dan berwarna merah. Tanda-tanda hiasan masih tampak, yaitu
berupa goresan-goresan pola sisir dan pola tali, tetapi pada umumnya
polos dipoles dengan warna merah pada permukaan luarnya. Dari
fragmen-fragmen yang ditemukan dapat diperkirakan bentuk
gerabah Dago Timur itu. Di antaranya ada periuk yang badannya
kebulat-bulatan dan ada pula yang memiliki puncak bersudut dengan
tepian melipat ke luar, ada juga fragmen alas yang rata, tetapi tidak
banyak jumlahnya.
c. Sulawesi Tengah

Peninggalan gerabah yang ditemukan di Sulawesi Tengah


diperkirakan berasal dari masa bercocok tanam, karena ditemukan
bersama unsur-unsur beliung dan kapak yang diupam. Situs
penemun yang ada di Sulawesi Tenggara yaitu di daerah Minanga
Sipakka yang terletak di pinggir Sungai Karama.

Stein Callenfels yang pernah mengadakan penggalian di bukit Kamasi


mengatakan bahwa diantara gerabah yang ditemukan itu ada yang
berasal dari masa protoneolitik, jadi menjelang masa bercocok tanam.
Heekeren membedakan gerabah kelumpang atas periode, yaitu
periode bercocok tanam ialah kereweng-kereweng polos dan
beberapa kereweng berhias bergores dengan pola garis pendek
sejajar dan pola lingkaran. Kereweng yang berpola geometris
digolongkan ke dalam masa perundagian yang banyak persamaannya
dengan gerabah kompleks Sahuynh di Vietnam.

Gerabah yang ditemukan di Minanga Sepakka di temukan


bersama dengan unsur kapak lonjong dan alat pemukul kulit kayu
dari batu. Gerabah dari tempat ini ada yang polos ada juga yang
berhias gores dengan pola lingkaran, segitiga (tumpal), belah ketupat,
dan sering di susun dalam komposisi pita-pita horizontal sekeliling
badan. Menurut Heekeren, gerabah dari Minanga Sepakka lebih tua
dari gerabah yang berasal dari Kalumpang. Pendapat ini di dasarkan
pada nihilnya unsur beliung persegi di Minanga Sepakka. Namun
apabila dilihat dari pola lukisan yang ada dalam gerabah yang
ditemukan dapat diperkirakan seusia atau sejaman.
BAB III

1. Penutup

Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.

Terima Kasih pada semua pihak yang membantu dalam


menyelesaikan makalah ini juga sumber-sumber yang telah
membantu dalam melengkapi materi makalah ini.

Saya banyak berharap para pembaca yang budiman sudi


memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
2. Kesimpulan

Dari materi yang telah penulis kemukakan berdasarkan data-data


yang telah penulis sajikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerabah
adalah alat yang terbuat dari tanah liat yang masih tradisional dan
berfungsi sebagai alat bantu kehidupan manusia dan dapat juga
digunakan sebagai penghias ruangan serta untuk interior rumah.
Gerabah ternyata tidak hanya berupa alat-alat dapur seperti
cobek atau kendi tetapi juga berupa vas bunga, celengan, asbak dan
aneka macam bentuk yang terbuat dari tanah liat. Dalam pembuatan
gerabah dapat dibagi menjadi 6 bagian yaitu Persiapan tanah liat,
Proses pembentukan, Penjemuran, Pembakaran, Pengambilan tanah
liat dan Penyempurnaan.
Dan dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan gerabah dari
zaman dahulu sampai zaman sekarang telah mengalami perubahan,
seperti gerabah pada zaman dahulu hanya sebagai alat bantu rumah
tangga sekarang gerabah dapat juga digunakan sebagai penghias
taman atau sebagai interior rumah. Dan untuk mengantisipasi agar
produk-produk tersebut tidak kalah dengan produk modern, corak
dan disain gerabah tersebut harus lebih menarik dan harus ada
perubahan.
3. Saran

1. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat-alat tradisional


dalam negeri

terutama gerabah, agar produk gerabah tetap dilestarikan dan


dikenal

oleh masyarakat luas.


2. Seharusnya para perajin gerabah lebih mengembangkan dan

meningkatkan kualitas produknya sehingga produk-produk


dalam negeri

dapat digunakan sebagaimana kita menggunakan produk yang


modern.
3. Pemerintah seharusnya memberi tempat yang layak pada para
perajin,

agar produk-produk mereka tetap bertahan di zaman modern ini


Daftar Pustaka

http://hurahura.wordpress.com/2010/03/24/gerabah-sejarah-dan-p
eranannya/

http://id.wikipedia.org/wiki/Tembikar

http://www.isi-dps.ac.id/berita/pengertian-gerabah

http://rainbownettalaga.blogspot.com/2012/11/makalah-gerabah.ht
ml

http://www.aktual.co/jalanjajan/104847gerabah-kasongan-mendun
ia

http://www.galerikerajinanindonesia.com/content/uploads/mtoc/pro
duct_images/pot-bunga-besar-gl.jpg

http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/kendi-air.jpg

http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/08/gerabah-jawa
-tengah.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-yqyPspyY77E/UTGU5a3LHrI/AAAAAAAAA
IU/i3TxJpVUsH4/s200/guci+batik+tulis.JPG

http://kampungbatikwiradesa.com/foto_produk/21Guci%20batik%2
0B.JPG

http://www.wacananusantara.org/2/561/gerabah:-peninggalan-keb
udayaan-masyarakat-prasejarah

Anda mungkin juga menyukai