Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERILAKU TORSI PADA PENAMPANG SIRKULAR,

NON SIRKULAR, OPEN SECTION DAN TUBULAR

ABSTRAK

Torsi banyak dijumpai yaitu pada proses pemindahan daya dan putaran. Tetapi ada juga
torsi yang tidak dikehendaki. Torsi yang dikehendaki dapat direncanakan sedemikian rupa
sehingga bahan, ukuran dan bentuk struktur menyesuaikan. Untuk torsi yang tidak
dikehendaki, misalnya beban dari angin pada rangka atap, kondisi tikungan jalan
menyebabkan torsi pada body kendaraan yang berjalan, sulit untuk diprediksi. Efek torsi
pada struktur akan berbeda bila bentuk penampang berbeda. Untuk mengantisipasi supaya
struktur maka beban torsi perlu diperhitungkan efeknya. Metode perhitungan efek torsi
terhadap penampang berbeda, misalnya penampang berbentuk sirkular perhitungan cukup
dengan matematis biasa. Penampang single cell maupun multi cell, perhitungannya
menggunakan analogi membrane. Cara lainnya adalah dengan menggunakan metode
elemen hingga, yaitu dengan cara membagi-bagi penampang menjadi beberapa elemen.
Posisi yang diprediksi tegangannya kritis dibuat grid yang lebih rapat. Untuk penampang
simetri cukup dengan sebagian elemen simatrinya. Metode yang paling baik adalah dengan
cara mengkombinasikan perhitungan secara teoritis baik itu dengan paket program, (MSC-
Nastran, Ansys, MD-Solid) dilanjutkan dengan pengujian laboratorium. Hasil analisis
program dan pengujian kemudian dibandingkan.

Kata kunci: analogi membrane, multi cell, open section, tegangan puntir, torsi

PENDAHULUAN
Di bengkel-bengkel dan pabrik-pabrik gaya putar selalu digunakan untuk memindahkan
energi dengan jalan memutar. Gaya putar diterapkan mungkin pada puli atau elemen mesin
lainnya yang ditetapkan pada poros dengan pasak atau pengikat lainnya. Posisi gaya putar
berjarak terhadap titik pusat porosmaka akan menumbulkan momen. Momen ini biasa
disebut momen putar atau momen punterdan porosnya dikatakan menerima torsi. Akibat
torsi pada setiap lapisan penampang poros terjadi tegangan punter yang bervariasi besarnya
sebanding dengan jarak lapisan penampag. Lain halnya bila penampang poros atau struktur
yang dibebani torsi penampangnya tidak sirkular, contohnya: persegi panjang, elip,
segitiga, plat tipis, tegangan puntir tidak otomatis yang paling besar adalah sisi paling jauh
tetapi perlu kajian lebih lanjut. Cara menentukan tegangan puntir dan sudut puntir pada
penampang sirkular dapat dengan mudah menggunakan cara matematis. Untuk penampang
open section dapat digunakan metode lain yaitu metode analogi membrane.

Tujuan Penulisan. Tujuan penulisan makalah ini adalah ingin memaparkan rumusan
torsi yang diterapkan pada penampang struktur yang berbentuk sirkular, non sirkular, open
section dan gabungan open section-tubular baik yang single-cell maupun multi-cell.

Manfaat Penulisan. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada perancang


konsruksi yang memerlukan perhitungan pengaruh torsi. Selain itu juga dapat
menginformasikan kepada calon perancang khususnya mahasiswa yang masih sedikit
pengalaman dalam merumuskan tentang torsi pada berbagai bentuk penampang.

1
PEMBAHASAN
1. Penampang Sirkular. Konstruksi penampang sirkular dibagi menjadi dua yaitu
penampang sirkular solid dan penampang sirkular berlubang.
a. Penampang Sirkular Solid. Struktur dengan penamang solid bila dibebani torsi maka
batang akan terpuntir. Menurut Khurmi (1980), distribusi tegangan puntir adalah: q/
r = s/R = G/L, dengan q: tegangan puntir pada radius r; r : radius tinjauan; : tegangan
puntir pada radius R, N/m2; R: radius terluar poros, m; G: modulus geser, N/m2.

Gbr. 1 Penampang sirkular solid dan berlubang


Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa tegangan puntir maksimum akan terjadi pada
lapisan paling luar. Hubungan torsi dan tegangan puntir, menurut Khurmi (1980) dapat
dituliskan sebagai max=16.Mt /(D3).
b. Penampang sirkular berlubang. Penampang lingkaran luar berdiameter D dan lingkaran
dalam berdiameter d. Menurut Singer (1985) tegangan puntir pada penampang sirkular
yang dibebani puntir adalah, = Mt/J, dengan, J : torsional, m4; J=(/32)(D4-d4) untuk
penampang berlubang. Menurut Khurmi (1980) distribusi tegangan puntir pada penampang
sirkular, s/r=/c = G/L; dengan c : jarak titik berat ke lapisan terluar. Tegangan puntir :
s =16.Mt.D/[ (D4-d4)]. Sudut puntir, = .L/(G.c) = Mt.L/[(J/ c).(c.G)] = Mt.L /
(G.J) rad.

2. Penampang Open Section. Penampang termasuk open section antara lain: penampang
berdinding tipis. Penampang dengan ukuran lebar lebih besar bila dibandingkan dengan
tebal (b>>t) tidak berlubang dan bila berlubang tidak tertutup.
a. Plat Tipis. Penampang plat tipis adalah perbandingan lebar (b) dan tebal (t) lebih besar
10 atau dapat ditulis b/t>10 (Ress, 1992:299) (Timoshenko 1976a:290).

Gbr. 2 Penampang plat tipis


Menurut Ress (1992: 229) tegangan puntir maksimum bila penampang plat tipis yang
dibebani puntir adalah: max = 3.Mt /(bt2) dan sudut puntir, = Mt. L /(G.J), dengan:
Mt : momen torsi, t: tebal plat; b: lebar plat; G: modulus geser; J: torsional = b.t3 /
3. Bila penampang merupakan gabungan beberapa plat tipis dan tebal serta panjangnya
tidak sama maka rumus torsional saja yang berubah, yaitu:
J=1/3 (bt 3 ) b 1 t 13 / 3 b 2 t 32 b3 t 33 ........ Sedangkan tegangan puntir dihitung perbagian
harga tegangan masing-masing bagian yang tidak sama. Tegangan puntir maksimum dalam
perancangan diambil harga yang terbesar diantaranya.

b. Penampang persegi panjang. Untuk penampang berbentuk persegi panjang dengan


ukuran lebar tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan tebalnya maka tegangan puntir
dan sudut puntir menurut Rees (1992: 299) Timoshenko (1958: 290) Hearn (1982:571)

2
adalah: max M t /(( 2 ) dan sudut puntirnya adalah, M t .L/(L/3 )G . Dengan dan
adalah koefisien fungsi b/t. Bila harga b/t semakin besar maka harga dan juga naik
dan harga paling besar adalah 1/3. Harga dan ditunjukkan pada table 1.

Gbr 3. Distribusi dan posisi tegangan maksimum

Tabel 1. Koefisien dan

b/t 1.00 1.5 1,75 2,00 2,50 3,00 4,00 6 8 10


0,208 0,231 0,239 0,246 0,258 0,267 0,282 0,299 0,307 0,313 0,333
0,141 0,196 0,214 0,229 0,249 0,263 0,281 0,299 0,307 0,313 0,333

c. Penampang tirus. Bila penampang plat tipis tersebut tirus maka torsional: J = 1/3
t ds . Tegangan dan sudut puntir dihitung dengan rumus yang sama.
3

d. Penampang persegi. Penampang persegi pada dasarnya sama dengan penampang


persegi panjang. Tegangan geser maksimum dan sudut dihitung dengan cara yang sama
yaitu: max= Mt/(bt2) dan sudut puntir, = Mt. L /(bt3)G. Penampang persegi harga b/t =
1, sehingga harga = 0.208 dan = 0,141. Rumus yang sama ditunjukkan Mott (1985)
dan disebutkan tegangan puntir maksimum terjadi pada tengah-tengah ke empat sisinya.

Gbr 4. Penampang persegi

e. Penampang berbentuk profil. Bila bentuk penampang terdiri dari gabungan beberapa
plat tipis misalnya profil I, C, siku, rumus tegangan puntir maksimum adalah:
max = Mt / (bt2) dan sudut puntirnya, = Mt L / (bt3)G, dengan;
(bt3) = (bt3)1 + (bt3)2 + (bt3)3 +.
(bt2) = (bt2)1 + (bt2)2 + (bt2)3 +.
Bentuk penampang tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gbr. 5 Penampang plat tipis


Sudut puntir untuk masing-masing penampang adalah sama dan dituliskan sebagai:
= Mt1. L / (bt3)1.G = Mt2. L/ (bt3)2.G = Mt3.L/(bt3)3.G
dengan: Mt = Mt1 + Mt2 + Mt3. Tegangan puntir maksimum (max) adalah tegangan terbesar
diantara: 1 = Mt1 /(bt2)1; 2 = Mt2 /(bt2)2 dan 3 = Mt3 /(bt2)3.

3
Contoh kasus. Penampang gabungan beberapa bentuk persegi panjang dibebani puntir pada
sumbu beratnya. Momen torsi 50 Nm. Bahan mempunyai modulus geser, G : 30 GPa.
Panjang batang : 1 m. Akan ditentukan besar tegangan geser maksimum, posisi dan sudut
puntir yang terjadi.

Gbr. 6 Penampang gabungan persegi panjang


Dari table 1 diperoleh:
(bt3) = (bt3)1 + (bt3)2 + (bt3)3
= (0,313x100x103+(0,299x 36 x 63) + (0,281 x 24 x 63) = 35 082 mm4
= Mt. L /(bt3).G = 50 x 103 x 103 /35 082 x 30 x103) = 0,0475 rad = 2,270.
Momen torsi tiap penampang adalah:
T1 = (bt3)1 G/L = 0,0475 x (0,313 x 100 x 103) x 30 x103 / (1 x103) = 44602,5 N mm.
T2 = (bt3)2 G/L = 0,0475 x (0,299 x 36 x 63) x 30 x 103 / (1x103) = 3313,16 N mm.
T3 = (bt3)3 G/L = 0,0475 x (0,281 x 24 x 63) x 30 x 103 / (1x 103) = 2075,8 N mm.
Tegangan puntir masing-masing penampang:
1 = Mt1 /(bt2)1 = 44 6025 /(0,313 x 100 x 102) = 14,25 MPa
2 = Mt2 /(bt2)2 = 3313,16 /(0,299 x 36 x 62) = 8,55 MPa
3 = Mt3 /(bt2)3 = 2075,8 /(0,282 x 24 x 62) = 8,52 Mpa
Bila dibandingkan dengan rumus lain yaitu dengan menganggap penampang sebagai plat
tipis. Tegangan puntir: max = 3.Mt / (bt2) = 3 x 50 x103 /[(100 x103) + (36 x 63)] x 103
x103 = 0,0443 rad. Sudut puntir, = Mt.L / (G.J).
= 3.Mt.L /(bt2) = 3 x 50 x 103 x 103 /[(100 x 103)+ (36 x 63 )] x 103 x 103 = 0,0433 rad.
3. Penampang elips. Menurut Timoshenko (1994) dan Hearn (1985) tegangan puntir
maksimum terjadi pada radius terkecil elips: max = 2Mt/(ab2). Sudut puntir
persatuan panjang dihitung dengan rumus: = Mt. L(a2 + b2)/(abG)

(a) (b)
Gbr. 7 Penampang ellips (a) penampang segitiga (b)

Distribusi tegangan puntir ditunjukkan pada gambar 7. Tegangan maksimum terjadi pada
kedua radius pendeknya.

4. Penampang segitiga. Menurut Hearn (1985) dan Mott (1985) tegangan puntir
maksimum penampang segitiga (gbr 7.b) yang menerima beban puntir adalah sebagai
berikut: max = (20 Mt/a3 atau sering ditulis max = Mt/(0,05a3). Pada ketiga puncak
segitiga tegangan puntir manjadi nol. Tegangan puntir maksimum terjadi pada tengah-

4
tengah sisi segitigalihat gambar 6. Sudut puntir persatuan panjang batang dihitung dengan
rumus: = 46,2 Mt.L /(a4.G) atau sering ditulis : = Mt.L/(0,0217a4G)
Menurut Suciatmo (1984)tegangan puntir yang terjadi dianalisis menggunakan metode
elemen hingga. Tegangan maksimum terjadi pada tengah sisis pendeknya. Penampang
yang dianalisis cukup penampang simetrinya. Seperempat penampang berarsir adalah
bidang yang dianalisis menggunakan paket program MSC Nastran. Sedangkan untuk profil
siku (gambar 8 b) setelah dianalisis menggunakan metode elemen hingga tegangan puntir
maksimum terjadi pada sisi sikunya. Penampang yang dianalisis cukup hanya
penampang simetrinya. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan jumlah persamaan yang
terjadi sehingga penyelesaian akan lebih cepat.

Gbr.8 Penampang open section, siku dan I


Untuk profil I (gambar 5c) telah dihitung tegangan puntir maksimum. Ternyata tegangan
puntir maksimum terjadi pada sisi sikunya. Penampang yang dianalisis cukup
penampang I.Torsi maksimum adalah 4 kali kemampuan torsi penampang simetrinya.

5. Penampang Tubular. Penampang tubular atau tabung dapat diklasifikasikan menjadi 2,


yaitu single cell (sel tunggal) dan multi cell (sel ganda).
a. Penampang tubular single cell. Tegangan puntir penampang single cell dapat dianalisis
dengan menggunakan analogi membran. Pada kasus ini batas-batas luar dan dalam pada
penampang diletakkan berbeda dengan menghubungkan batas membrane, yaitu pada mn
gambar 9. Tebal tabung sangat tipiskelengkungan membran diabaikanyaitu garis mn
diasumsikan lurus. Slope atau kemiringan membran adalah konstan sepanjang permukaan
tabung yaitu sama dengan f/hf adalah tinggi membrane, h adalah tebal tabung.

Gambar 9. Penampang tubular single cell


Analogi membran menunjukkan bahwa tegangan puntir secara merata terdistribusi
sepanjang tebal dinding tabung dan dirumuskan: = f/h. dapat dikatakan bahwa tegangan
puntir sepanjang keliling tabung adalah berbanding terbalik dengan tebal tabung. Volume
membran permukaan mm-mn dihitung dengan menggunakan garis tengah penampang
ditunjukkan dengan garis putus-putus. A adalah luas yang dibatasi garis tadidan volume
mm-mn adalah Af dan dari analogi membran diperoleh: Mt = 2Af. Dari kedua persamaan
diperoleh rumus hubungan: = Mt/2Ah. Rumus ini dapt digunakan untuk menghitung
tegangan puntir tabung berdinding tipis akibat beban torsi. Sudut puntir (twist) dapat
dihitung dengan energi regangan. Tegangann Timoshenko (1958a) sudut puntir yang

5
1 S
2AG 0
terjadi,: = s/(2AG) untuk tebal dinding seragam, dan .ds , dinding tak

seragam.
Contoh kasus. Gambar berikut menunjukkan penampang potong dari aircraft fuse lage.
Akan dihitung tegangan puntir dari masing-masing ketebalan penampang dan sudut puntir
sepanjang 25 m yang mampu menerima torsi 2 MNm. Modulus geser,G = 30 GPa.

Gbr. 10. Penampang air craft fuselage


Struktur ini termasuk penampang single cell dengan ketebalan dinding tidak merata.
Radius pada tebal t0,5mm adalah R1 = 2,00025 mm. Luas segmen lingkaran ini A1 =
(2,00025)2(120/360) = 4,1877 m2. Radius pada tebal dinding t=1mm adalah R2 = 1,9995 m.
Luas kedua segmen lingkaran ini A2.3 = (1,9995)2(120)(360) = 4,1846 m2. Tebal rangka
bawah, h4 = 2 mm. Panjang rangka bawah, s4 = 2.R2. cos 30o = 3,4632 m. Luas segmen
4A4 = (R2 sin 30o x R2.cos 30o)/2 = 1,7317 m 2. Luas penampang total, Atot = A1 + A2 + A2.3
+ A4 = 4,1877 + 4,1846 + 1,7317 = 10,104 m2.
Momen torsi, Mt = 2Af. Bila harga diatas dimasukkan akan menjadi: 2.10 6 = 2 (10,104) (f).
Akan diperoleh, f = 98970,7047 N/m. Tegangan puntir pada t:0,5 mm adalah 1 = f/h1 =
98970,047/0,0005 = 197940094 N/m2 = 197,94 MPa. Tegangan puntir pada tebal t:1 mm
adalah 2.3 = f/h2 = 98970,047/0,001 = 98970047 N/m2 = 98,97 MPa. Tegangan pada sisi
tebal t:2 mm, 4 = f/h4 = 98970,047/0,002 = 49485023,5 N/m2 = 49,5 MPa. Tubular multi
s

cell tunggal dengan ketebalan dinding tidak merata, sudut puntir: AG = f ds / h


0
=f
f
s1 / h 1 s 2 / h 2 s 3 / h 3 .
[s1/h1+s2/h2+s3/h3], atau juga dapat ditulis, =
2AG
98971 2,00025( .120 / 360) 2(60) (1,9995) 3,4632

9
0,00182
2(10,104)(30.10 0,0005 (180)(0,001) 0,002
0,00182 rad/m

Untuk panjang 25 m, 25 = 2,610. Penyelesaian ini sesuai dengan yang diberikan Ress
(1992:343). Dari kasus ini dapat dimengerti bahwa penampang tubular single cell dengan
tebal yang tidak seragam maka pada bagian dinding paling tipis akan menerima tegangan
puntir maksimum.
b. Penampang tubular multi cell. Multi cell berarti jumlah cell lebih dari satu. Kasus
pertama diambil jumlah cell 2 buah. Tebal dinding tabung dapat seragam atau tidak
seragam.

6
Gbr. 11. Penampang tubular multi cell
Pada gambar berikut tebal dinding adalah h1,h2,dan h3. Luas tertutup cell pertama = A1 luas
tertutup cell kedua = A2. Tinggi membran cell 1= f1 dan tinggi cell 2 = f1. Analisis
f1 f
Timoshenko (1958) persamaan pada penampang tubular multi cell adalah: 1 2 2
h1 h2
f1 f 2
, 3
h3
Momen torsi, Mt = 2(A1. f1 + A2. f2).
Menurut Timoshenko (1958) persamaan sudut puntirdapat dituliskan:
s s
f f
2GA = o
h
ds
o
h
ds

Secara lengkap untuk penampang tubular double cell gambar 11 dapat dituliskan:
s1 s s2 s
2GA1 = f1 (f1 f2) 3 dan 2GA2 = f2 (f 2 f 1 ) 3 .
h1 h3 h2 h3
Untuk menyelesaikan dua persamaan diatas dimisalkan harga G = 1, harga s1,s2,s3 sudah
diketahui, maka harga f1 dan f2 dapat ditentukan. Tegangan puntir tiap sisi, yaitu:
f f f f
1 1 , 2 2 , 3 1 2
h1 h2 h3
Dari ketiga harga 1,2,dan 3 dipilih tegangan puntir terbesar dan dinotasikan dengan max.
Sedangkan material sudah mempunyai tegangan puntir ijinsetelah dipilih tegangan puntir
maksimum tidak sama dengan tegangan puntir ijinmaka dapat dicari factor pengali atau
factor kelipatannyayaitu factor pengali = ijin/max. Kemudian dihitung harga f1,f2 dan f3yang
sebenarnyayaitu dengan mengalikan factor pengali dengan harga f1 dan f2 sementara.
Momen torsi dapat dihitung dengan rumus: M t = 2[A1.F1seb+A2.f2seb]. Demikian juga harga
sudut puntir, dapat dihitung bila G sudah diketahui sehingga besarnya sudut puntir
adalah: seb = 1 x factor pengali/G.

Contoh kasus. Untuk mengilustrasikan perhitungan ini diambil persoalan menentukan


tegangan puntir, sudut puntir dan torsi dari penampang sayap aeroplane dengan jumlah cell
4 yaitu sebagai A1,A2,A3 dan A4.

Gbr. 12. Ilustrasi penampang rangka sayap aeroplane

7
Dari gambar diatasA1 = 104,A2 = 196,A3 =148 dan A4 = 112. panjang lintasan dibagi tebal
dinding ditunjukkan dekat dengan garis yang bersangkutan. Persamaan hubungan sudut
puntirpenampang celltinggi membran adalah sebagai berikut:
s1 s
2GA1 = f 1 (f 1 f 2 ) 3
h1 h3
s2 s s s
2GA2 = f 2 f 2 4 (f 2 f 1 ) 3 (f 2 f 3 ) 6
h2 h4 h3 h6
s5 s s s
2GA3 = f 3 f 2 7 (f 3 f 2 ) 6 (f 3 f 4 ) 9
h5 h7 h6 h9
s8 s s s
2GA4 = f 4 f 4 10 (f 4 f 3 ) 9 f 11 11
h8 h 10 h9 h 11
Bila bahan diketahui modulus gesernya G dan dimisalkan G = 1dan harga:
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7
6,8; 4,2; 2; 4; 4,4; 1,5; 4,2;
h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7
s8 s9 s10 s11
4,1; 1,2; 3,9; 1 sudah ditunjukkan pada gambar, maka
h8 h9 h 10 h 11
harga f1,f4 dapat ditentukan. Selannjutnya menentukan tegangan puntir pada setiap
dinding dengan rumus:
f f f f f f f f f2
1 1 ; 2 2 1 ; 3 2 1 ; 4 2 ; 5 2 ; 6 3 ;
h1 h2 h3 h4 h5 h6
f f f f3 f f
7 3 ; 8 4 ; 9 4 ; 10 4 ; 11 4 .
h7 h8 h9 h 10 h 11
Setelah itu dipilih tegangan puntir terbesar. Berikutnya dihitung factor pengali = ijin/max.
Seterusnya dihitung f1,f2,f3 dan f4 yang sebenarnya. Momen torsi dapat dihitung dengan
rumus: Mt = 2(A1f1seb + A2.f2xeb + A3.f3seb +A4.f4seb). Demikian juga sudut puntir sebenarnya
dapat dihitung dengan rumus baru: seb = (1 x factor pengali)/G.

6. Penampang gabungan open section dan tubular. Torsi yang mampu dipindahkan
penampang gabungan open section (fin) dan tubular merupakan jumlah aljabar torsi open
section dan torsi tubular. Contoh kasus. Akan dibahas momen torsi yang mampu
dipindahkan penampang gabungan dari poros berlubang dengan sudut pengaduk pada
proses kimia. Material dari stainless steel dengan tegangan puntir ijina = 56 MN/m2.
Modulus geser, G: 83.GPa. Jumlah fin 4. Diameter dalam dan luar masing-masing: 94 mm
dan 100 mm. Tebal fin: 18 mm, panjang fin: 50 mm. Panjang pengaduk 3 m. Akan
ditentukan juga sudut puntir yang aka terjadi. Harga = 0,264 dan = 0,258.

Gbr. 13. Penampang gabungan open section dan tubular


Untuk fin:
G = Mtf / (bt3)
Misal G = 1, maka 1 = Mtf / [4(0,258.50.183.)]
Mtf = 300931,2

8
f = Mtf / (bt2) = 300931,2 / [4(0,264.50.182) = 17,59.
Untuk tubular:
2GA = f1. s/h
s = 2r = 2 (94+100)/4 = 304,58
A = .r2 = (48,5)2 = 7386,1
Misal G = 1
2.1.7386,1 = f 304,58/3maka f = 145,5
= f/h = 145,5 / 3 = 48,5. Seharusnya a = 56 N/mm2.
Faktor pengali = 56 / 48,5 = 1,15. Fsebenarnya = 145,5 x 1,15 = 167,33
Momen torsi tubular:
Mt = 2 Af = 2(7386,1)(167,33) = 2471832,23 Nmm.
sebG = 1 x 1,15
seb = 1 x 1,15/G = 1,15/83.109 = 1,386 x 10-11 rad/mm.
Momen torsi finMtf = G[(bt3)] = 1,15 x (4x0,258.50.183) = 346070,88 Nmm.
Momen total = Mtf + Mtt = 346070,88 + 2471832,23 = 2817903,11 Nmm.
7. Bentuk penampang lainnya. Ada dua tipe yang lazim digunakan untuk penempatan
pengunci naf pada poros yaitu diratakan sebelah dan dua belah sisi diratakan.
a. Penampang sirkular dengan satu sisi diratakan. Menurut Mott (1985) besarnya
tegangan puntir maksimum, posisi dan sudut puntir ditunjukkan sebagai:
max = Mt / Z dengan Z= C2. r3 dan = Mt. L /GJ dengan J = C1. r4

(a) (b)
Gbr. 14. Penampang sirkular dengan satu sisi diratakan (a) dua sisi diratakan (b)

b. Penampang sirkular dengan dua sisi diratakan. Menurut Mott (1985) besarnya tegangan
puntir maksimum, posisi dan sudut puntirnya adalah: max = Mt / Z dengan Z = C4. r3
dan = Mt. L / GJ dengan J = C3.r .
4

c. Penampang persegi panjang berlubang. Menurut Mott (1985) tegangan puntir


Mt
maksimum dan sudut puntir dihitung dengan rumus: max ,
2t(a t)(b t)
M t .L

2t(a - t) 2 (b t ) 2
G
(a b 2t )

(a) (b)
Gbr. 15 Penampang persegi panjang berlubang (b) tabung dinding tipis bercelah

9
d. Tabung bercelah. Tabung yang dipotong tipis ditunjukkan pada gambar 15b. Tegangan
4 2 rt 2
puntir yang terjadi adalah : max = Mt/Zp, dengan Zp = . Sudut puntir ditentukan
6r 1,8t
dengan rumus, = Mt.L/GJ, torsional, J= 2r3/3. Bila sudut celah diketahui maka harga 2r
diganti dengan panjang busur.

Contoh kasus. Akan dianalisis beberapa kekuatan puntir plat baja yang gulung satu dilas
dan lainnya tetap terbuka. Permasalahannya beberapa kelipatan kekuatan kedua pipa yang
bentuknya hampir sama. Pertama-tama dihitung torsional kedua penampang tersebut, J1 :
torsional penampang penuh dan J2 : torsional plat yang belum disambung:
J1 = (D4-d4)/32 = (3,54-3,1884)/32 = 4,592 in4.
J2 = [2..r.t3]/3 = [2..(1,672)(0,156)3]/3 = 0,0133 in4.

Gbr. 16. Tabung berdinding tipis dilas danbercelah

Rasio torsional kedua penampang tersebut: [J1/J2] = [4,592/0,0133] = 345. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa tegangan puntir yang terjadi pada tabung tanpa celah lebih kecil dari
pada tabung bercelah. Dengan kata lain tabung tanpa celah lebih kuat dari tabung bercelah.

APLIKASI PADA KONSTRUKSI


Penampang sirkular. Contoh penggunaan penampang sirkular solid, poros transmisi
daya mesin bubut, persneling kendaraan, pegas kawat silindris. Sedang untuk
penampang sirkular berlubang dapat dijumpai pada spindle mesin bubut, splain rumah
kopling, spindle mesin frais.
Penampang bujur sangkar. Dapat dijumpai pada kunci pengencang baut mur momen
meter, ujung pengunci berpenampang persegi supaya bias mampu tukar posisi.
Penampang persegi panjang. Contoh struktur ini misalnya pada keerangka baja yang
menggunakan bentuk balok, rangka atap, rangka konstruksi baja, pegas berpenampang
segi empat, batang ulir persegi.
Penampang elips. Bisa dijumpai pada jeruji roda gigi dengan ukuran besar, jeruji puli
rata, jeruji roda angin.
Penampang open section. Penampang konstruksi dengan penampang open section ini
misalnya berbentuk profil I, siku Cdan lain-lain. Konstruksi yang menggunakan profil
ini dan menerima beban puntir antara lain: kerangka kendaraan beratkerangka pesawat
angkat mesin-mesin pertanian dan kerangka kendaraan lainnya.Contoh lainnya adalah
pada prinsip perhitungan torsional penampang lasan yang menerima beban torsi.
Penampang tubular. Penampag tubular single cell dapat ditunjukkan pada konstruksi
baja yang menggunakan pipa sirkular pipa segi empat misalnya pada kursi rangka atap
dari baja stadion dan konstruksi bangunan lainnya. Sedangkan contoh konstruksi yang
menggunakan konstruksi berpenampang multicell adalah rangka pesawat terbang,
rangka kendaraan otomobil. Contoh konstruksi yang menggunakan penampang
gabungan tubular dan open section dapat dijumpai pada mesin pengaduk pada industri

10
kimia yaitu berupa poros berlubang dilengkapi dengan siripsirip evaporator, sirip
kondensor, sirip radiator, aeroplane elevator dan lain-lain.
Penampang gabungan open section dan tubular. Contoh penggunaan penampang ini
konstruksi poros pengaduk proses kimia, poros mesin cuci, mesin pengaduk semen dan
lain-lain.

Contoh-contoh tersebut diatas merupakan sebagian konstruksi yang menggunakan


penampang sirkular, open section, tubular maupun gabungannya. Elemen konstruksi
mengalami puntiran walaupun pada konstruksi baja tidak diputar seperti poros tetapi harus
memperhitungkan beban puntir sehingga tegangan dan sudut puntir harus dihitung.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan. Tegangan puntir maksimum penampang sirkular terjadi pada lapisan paling
luar. Sedangkan tegangan puntir penampang non sirkular terjadi tidak pada lapisan paling
luar tetapi terjadi pada tempat tertentu sesuai dengan bentuk penampang. Tegangan puntir
dan sudut puntir untuk semua jenis penampang dapat ditentukan dengan metode analogi
membran. Distribusi tegangan puntir untuk penampang non sirkular dan tubular sulit
dihitung dengan matematis sederhanaini dapat diseleaikan dengan membagi-bagi
penampang menjadi banyak elemen kecil yang disebut dengan metode elemen hingga.
Paket program metode elemen hingga sudah banyak di pasaran misalnya Nastran, Fortran,
Ansys. Tegangan puntir pada tempat tertentu secara praktis dapat ditentukan dengan
memasang alat ukur regangantapi cara ini masih tergolong mahaloleh karena itu masih
perlu pemikiran lanjut.

Saran. Untuk mendapatkan hasil perhitungan torsi yang presisi perlu dipelajari teori puntir
secara menyeluruh. Konstruksi dengan dinding tipis dapat diperkuat dengan memasang
sirip pada dinding tipis tersebut. Sirip selain memperkecil tegangan puntir dan sudut puntir
juga dapat menambah fungsi kekuatan.

RUJUKAN

A. Nash, B., Sturgess, C.E.N., Theoy and Problem of Strength of Material, Schaums
Outline series, McGraw-Hill International Book Company, Singapore, 1972.
Hearn, E.J., 1985, Mechanical of Material, Second Edition, Volume 1; 2, UK: Pergamon
Press Jimited.
Khurmi, R.S., 1984, Strength of Materials, New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
Mott, R.L., 1985, Machine Elements in Mechanical Design,Charles E. Merrill Publishing
Compan, Columbus, Ohio, USA.
Popov, E.P., Nagarajan, S., Lu, Z.A., Tanisan Zainul Astamar, Z., Mekanika Teknik, Edisi
kedua (versi SI), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
Ress, D.W.A., 1922, The Mechanics of Solid and Structures, Singapore : McGraw-Hil
Book Company.
Singer, F.L., Sebayang, D., Kekuatan Bahan, Penerbit Erlangga, Edisi ketiga, Jakarta,
1985.
Suciatmo, B, Mulyadi, 1984, Majalah Profesi Teknik Mesin, Metoda Elemen Hingga pada
Torsi Batang Berpenempang sembarang,ITB, Bandung.
Timoshenko, S., Strength of Material,Part 1, Elementry, Third Edition, Robert E. Kriager
Publishing Copany, Huntington, New York, 1976a.

11
Timoshenko, S., Strength of Material, Part 2, Advanced, Third Edition, Robert E. Kriager
Publishing Company, Huntington, New York, 1976b.
Timoshenko, S., Goodier, J.N., Sebayang, D., 1994, Teori Elastisitas, Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai