ABSTRAK
Torsi banyak dijumpai yaitu pada proses pemindahan daya dan putaran. Tetapi ada juga
torsi yang tidak dikehendaki. Torsi yang dikehendaki dapat direncanakan sedemikian rupa
sehingga bahan, ukuran dan bentuk struktur menyesuaikan. Untuk torsi yang tidak
dikehendaki, misalnya beban dari angin pada rangka atap, kondisi tikungan jalan
menyebabkan torsi pada body kendaraan yang berjalan, sulit untuk diprediksi. Efek torsi
pada struktur akan berbeda bila bentuk penampang berbeda. Untuk mengantisipasi supaya
struktur maka beban torsi perlu diperhitungkan efeknya. Metode perhitungan efek torsi
terhadap penampang berbeda, misalnya penampang berbentuk sirkular perhitungan cukup
dengan matematis biasa. Penampang single cell maupun multi cell, perhitungannya
menggunakan analogi membrane. Cara lainnya adalah dengan menggunakan metode
elemen hingga, yaitu dengan cara membagi-bagi penampang menjadi beberapa elemen.
Posisi yang diprediksi tegangannya kritis dibuat grid yang lebih rapat. Untuk penampang
simetri cukup dengan sebagian elemen simatrinya. Metode yang paling baik adalah dengan
cara mengkombinasikan perhitungan secara teoritis baik itu dengan paket program, (MSC-
Nastran, Ansys, MD-Solid) dilanjutkan dengan pengujian laboratorium. Hasil analisis
program dan pengujian kemudian dibandingkan.
Kata kunci: analogi membrane, multi cell, open section, tegangan puntir, torsi
PENDAHULUAN
Di bengkel-bengkel dan pabrik-pabrik gaya putar selalu digunakan untuk memindahkan
energi dengan jalan memutar. Gaya putar diterapkan mungkin pada puli atau elemen mesin
lainnya yang ditetapkan pada poros dengan pasak atau pengikat lainnya. Posisi gaya putar
berjarak terhadap titik pusat porosmaka akan menumbulkan momen. Momen ini biasa
disebut momen putar atau momen punterdan porosnya dikatakan menerima torsi. Akibat
torsi pada setiap lapisan penampang poros terjadi tegangan punter yang bervariasi besarnya
sebanding dengan jarak lapisan penampag. Lain halnya bila penampang poros atau struktur
yang dibebani torsi penampangnya tidak sirkular, contohnya: persegi panjang, elip,
segitiga, plat tipis, tegangan puntir tidak otomatis yang paling besar adalah sisi paling jauh
tetapi perlu kajian lebih lanjut. Cara menentukan tegangan puntir dan sudut puntir pada
penampang sirkular dapat dengan mudah menggunakan cara matematis. Untuk penampang
open section dapat digunakan metode lain yaitu metode analogi membrane.
Tujuan Penulisan. Tujuan penulisan makalah ini adalah ingin memaparkan rumusan
torsi yang diterapkan pada penampang struktur yang berbentuk sirkular, non sirkular, open
section dan gabungan open section-tubular baik yang single-cell maupun multi-cell.
1
PEMBAHASAN
1. Penampang Sirkular. Konstruksi penampang sirkular dibagi menjadi dua yaitu
penampang sirkular solid dan penampang sirkular berlubang.
a. Penampang Sirkular Solid. Struktur dengan penamang solid bila dibebani torsi maka
batang akan terpuntir. Menurut Khurmi (1980), distribusi tegangan puntir adalah: q/
r = s/R = G/L, dengan q: tegangan puntir pada radius r; r : radius tinjauan; : tegangan
puntir pada radius R, N/m2; R: radius terluar poros, m; G: modulus geser, N/m2.
2. Penampang Open Section. Penampang termasuk open section antara lain: penampang
berdinding tipis. Penampang dengan ukuran lebar lebih besar bila dibandingkan dengan
tebal (b>>t) tidak berlubang dan bila berlubang tidak tertutup.
a. Plat Tipis. Penampang plat tipis adalah perbandingan lebar (b) dan tebal (t) lebih besar
10 atau dapat ditulis b/t>10 (Ress, 1992:299) (Timoshenko 1976a:290).
2
adalah: max M t /(( 2 ) dan sudut puntirnya adalah, M t .L/(L/3 )G . Dengan dan
adalah koefisien fungsi b/t. Bila harga b/t semakin besar maka harga dan juga naik
dan harga paling besar adalah 1/3. Harga dan ditunjukkan pada table 1.
c. Penampang tirus. Bila penampang plat tipis tersebut tirus maka torsional: J = 1/3
t ds . Tegangan dan sudut puntir dihitung dengan rumus yang sama.
3
e. Penampang berbentuk profil. Bila bentuk penampang terdiri dari gabungan beberapa
plat tipis misalnya profil I, C, siku, rumus tegangan puntir maksimum adalah:
max = Mt / (bt2) dan sudut puntirnya, = Mt L / (bt3)G, dengan;
(bt3) = (bt3)1 + (bt3)2 + (bt3)3 +.
(bt2) = (bt2)1 + (bt2)2 + (bt2)3 +.
Bentuk penampang tersebut ditunjukkan pada gambar berikut ini.
3
Contoh kasus. Penampang gabungan beberapa bentuk persegi panjang dibebani puntir pada
sumbu beratnya. Momen torsi 50 Nm. Bahan mempunyai modulus geser, G : 30 GPa.
Panjang batang : 1 m. Akan ditentukan besar tegangan geser maksimum, posisi dan sudut
puntir yang terjadi.
(a) (b)
Gbr. 7 Penampang ellips (a) penampang segitiga (b)
Distribusi tegangan puntir ditunjukkan pada gambar 7. Tegangan maksimum terjadi pada
kedua radius pendeknya.
4. Penampang segitiga. Menurut Hearn (1985) dan Mott (1985) tegangan puntir
maksimum penampang segitiga (gbr 7.b) yang menerima beban puntir adalah sebagai
berikut: max = (20 Mt/a3 atau sering ditulis max = Mt/(0,05a3). Pada ketiga puncak
segitiga tegangan puntir manjadi nol. Tegangan puntir maksimum terjadi pada tengah-
4
tengah sisi segitigalihat gambar 6. Sudut puntir persatuan panjang batang dihitung dengan
rumus: = 46,2 Mt.L /(a4.G) atau sering ditulis : = Mt.L/(0,0217a4G)
Menurut Suciatmo (1984)tegangan puntir yang terjadi dianalisis menggunakan metode
elemen hingga. Tegangan maksimum terjadi pada tengah sisis pendeknya. Penampang
yang dianalisis cukup penampang simetrinya. Seperempat penampang berarsir adalah
bidang yang dianalisis menggunakan paket program MSC Nastran. Sedangkan untuk profil
siku (gambar 8 b) setelah dianalisis menggunakan metode elemen hingga tegangan puntir
maksimum terjadi pada sisi sikunya. Penampang yang dianalisis cukup hanya
penampang simetrinya. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan jumlah persamaan yang
terjadi sehingga penyelesaian akan lebih cepat.
5
1 S
2AG 0
terjadi,: = s/(2AG) untuk tebal dinding seragam, dan .ds , dinding tak
seragam.
Contoh kasus. Gambar berikut menunjukkan penampang potong dari aircraft fuse lage.
Akan dihitung tegangan puntir dari masing-masing ketebalan penampang dan sudut puntir
sepanjang 25 m yang mampu menerima torsi 2 MNm. Modulus geser,G = 30 GPa.
Untuk panjang 25 m, 25 = 2,610. Penyelesaian ini sesuai dengan yang diberikan Ress
(1992:343). Dari kasus ini dapat dimengerti bahwa penampang tubular single cell dengan
tebal yang tidak seragam maka pada bagian dinding paling tipis akan menerima tegangan
puntir maksimum.
b. Penampang tubular multi cell. Multi cell berarti jumlah cell lebih dari satu. Kasus
pertama diambil jumlah cell 2 buah. Tebal dinding tabung dapat seragam atau tidak
seragam.
6
Gbr. 11. Penampang tubular multi cell
Pada gambar berikut tebal dinding adalah h1,h2,dan h3. Luas tertutup cell pertama = A1 luas
tertutup cell kedua = A2. Tinggi membran cell 1= f1 dan tinggi cell 2 = f1. Analisis
f1 f
Timoshenko (1958) persamaan pada penampang tubular multi cell adalah: 1 2 2
h1 h2
f1 f 2
, 3
h3
Momen torsi, Mt = 2(A1. f1 + A2. f2).
Menurut Timoshenko (1958) persamaan sudut puntirdapat dituliskan:
s s
f f
2GA = o
h
ds
o
h
ds
Secara lengkap untuk penampang tubular double cell gambar 11 dapat dituliskan:
s1 s s2 s
2GA1 = f1 (f1 f2) 3 dan 2GA2 = f2 (f 2 f 1 ) 3 .
h1 h3 h2 h3
Untuk menyelesaikan dua persamaan diatas dimisalkan harga G = 1, harga s1,s2,s3 sudah
diketahui, maka harga f1 dan f2 dapat ditentukan. Tegangan puntir tiap sisi, yaitu:
f f f f
1 1 , 2 2 , 3 1 2
h1 h2 h3
Dari ketiga harga 1,2,dan 3 dipilih tegangan puntir terbesar dan dinotasikan dengan max.
Sedangkan material sudah mempunyai tegangan puntir ijinsetelah dipilih tegangan puntir
maksimum tidak sama dengan tegangan puntir ijinmaka dapat dicari factor pengali atau
factor kelipatannyayaitu factor pengali = ijin/max. Kemudian dihitung harga f1,f2 dan f3yang
sebenarnyayaitu dengan mengalikan factor pengali dengan harga f1 dan f2 sementara.
Momen torsi dapat dihitung dengan rumus: M t = 2[A1.F1seb+A2.f2seb]. Demikian juga harga
sudut puntir, dapat dihitung bila G sudah diketahui sehingga besarnya sudut puntir
adalah: seb = 1 x factor pengali/G.
7
Dari gambar diatasA1 = 104,A2 = 196,A3 =148 dan A4 = 112. panjang lintasan dibagi tebal
dinding ditunjukkan dekat dengan garis yang bersangkutan. Persamaan hubungan sudut
puntirpenampang celltinggi membran adalah sebagai berikut:
s1 s
2GA1 = f 1 (f 1 f 2 ) 3
h1 h3
s2 s s s
2GA2 = f 2 f 2 4 (f 2 f 1 ) 3 (f 2 f 3 ) 6
h2 h4 h3 h6
s5 s s s
2GA3 = f 3 f 2 7 (f 3 f 2 ) 6 (f 3 f 4 ) 9
h5 h7 h6 h9
s8 s s s
2GA4 = f 4 f 4 10 (f 4 f 3 ) 9 f 11 11
h8 h 10 h9 h 11
Bila bahan diketahui modulus gesernya G dan dimisalkan G = 1dan harga:
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7
6,8; 4,2; 2; 4; 4,4; 1,5; 4,2;
h1 h2 h3 h4 h5 h6 h7
s8 s9 s10 s11
4,1; 1,2; 3,9; 1 sudah ditunjukkan pada gambar, maka
h8 h9 h 10 h 11
harga f1,f4 dapat ditentukan. Selannjutnya menentukan tegangan puntir pada setiap
dinding dengan rumus:
f f f f f f f f f2
1 1 ; 2 2 1 ; 3 2 1 ; 4 2 ; 5 2 ; 6 3 ;
h1 h2 h3 h4 h5 h6
f f f f3 f f
7 3 ; 8 4 ; 9 4 ; 10 4 ; 11 4 .
h7 h8 h9 h 10 h 11
Setelah itu dipilih tegangan puntir terbesar. Berikutnya dihitung factor pengali = ijin/max.
Seterusnya dihitung f1,f2,f3 dan f4 yang sebenarnya. Momen torsi dapat dihitung dengan
rumus: Mt = 2(A1f1seb + A2.f2xeb + A3.f3seb +A4.f4seb). Demikian juga sudut puntir sebenarnya
dapat dihitung dengan rumus baru: seb = (1 x factor pengali)/G.
6. Penampang gabungan open section dan tubular. Torsi yang mampu dipindahkan
penampang gabungan open section (fin) dan tubular merupakan jumlah aljabar torsi open
section dan torsi tubular. Contoh kasus. Akan dibahas momen torsi yang mampu
dipindahkan penampang gabungan dari poros berlubang dengan sudut pengaduk pada
proses kimia. Material dari stainless steel dengan tegangan puntir ijina = 56 MN/m2.
Modulus geser, G: 83.GPa. Jumlah fin 4. Diameter dalam dan luar masing-masing: 94 mm
dan 100 mm. Tebal fin: 18 mm, panjang fin: 50 mm. Panjang pengaduk 3 m. Akan
ditentukan juga sudut puntir yang aka terjadi. Harga = 0,264 dan = 0,258.
8
f = Mtf / (bt2) = 300931,2 / [4(0,264.50.182) = 17,59.
Untuk tubular:
2GA = f1. s/h
s = 2r = 2 (94+100)/4 = 304,58
A = .r2 = (48,5)2 = 7386,1
Misal G = 1
2.1.7386,1 = f 304,58/3maka f = 145,5
= f/h = 145,5 / 3 = 48,5. Seharusnya a = 56 N/mm2.
Faktor pengali = 56 / 48,5 = 1,15. Fsebenarnya = 145,5 x 1,15 = 167,33
Momen torsi tubular:
Mt = 2 Af = 2(7386,1)(167,33) = 2471832,23 Nmm.
sebG = 1 x 1,15
seb = 1 x 1,15/G = 1,15/83.109 = 1,386 x 10-11 rad/mm.
Momen torsi finMtf = G[(bt3)] = 1,15 x (4x0,258.50.183) = 346070,88 Nmm.
Momen total = Mtf + Mtt = 346070,88 + 2471832,23 = 2817903,11 Nmm.
7. Bentuk penampang lainnya. Ada dua tipe yang lazim digunakan untuk penempatan
pengunci naf pada poros yaitu diratakan sebelah dan dua belah sisi diratakan.
a. Penampang sirkular dengan satu sisi diratakan. Menurut Mott (1985) besarnya
tegangan puntir maksimum, posisi dan sudut puntir ditunjukkan sebagai:
max = Mt / Z dengan Z= C2. r3 dan = Mt. L /GJ dengan J = C1. r4
(a) (b)
Gbr. 14. Penampang sirkular dengan satu sisi diratakan (a) dua sisi diratakan (b)
b. Penampang sirkular dengan dua sisi diratakan. Menurut Mott (1985) besarnya tegangan
puntir maksimum, posisi dan sudut puntirnya adalah: max = Mt / Z dengan Z = C4. r3
dan = Mt. L / GJ dengan J = C3.r .
4
2t(a - t) 2 (b t ) 2
G
(a b 2t )
(a) (b)
Gbr. 15 Penampang persegi panjang berlubang (b) tabung dinding tipis bercelah
9
d. Tabung bercelah. Tabung yang dipotong tipis ditunjukkan pada gambar 15b. Tegangan
4 2 rt 2
puntir yang terjadi adalah : max = Mt/Zp, dengan Zp = . Sudut puntir ditentukan
6r 1,8t
dengan rumus, = Mt.L/GJ, torsional, J= 2r3/3. Bila sudut celah diketahui maka harga 2r
diganti dengan panjang busur.
Contoh kasus. Akan dianalisis beberapa kekuatan puntir plat baja yang gulung satu dilas
dan lainnya tetap terbuka. Permasalahannya beberapa kelipatan kekuatan kedua pipa yang
bentuknya hampir sama. Pertama-tama dihitung torsional kedua penampang tersebut, J1 :
torsional penampang penuh dan J2 : torsional plat yang belum disambung:
J1 = (D4-d4)/32 = (3,54-3,1884)/32 = 4,592 in4.
J2 = [2..r.t3]/3 = [2..(1,672)(0,156)3]/3 = 0,0133 in4.
Rasio torsional kedua penampang tersebut: [J1/J2] = [4,592/0,0133] = 345. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa tegangan puntir yang terjadi pada tabung tanpa celah lebih kecil dari
pada tabung bercelah. Dengan kata lain tabung tanpa celah lebih kuat dari tabung bercelah.
10
kimia yaitu berupa poros berlubang dilengkapi dengan siripsirip evaporator, sirip
kondensor, sirip radiator, aeroplane elevator dan lain-lain.
Penampang gabungan open section dan tubular. Contoh penggunaan penampang ini
konstruksi poros pengaduk proses kimia, poros mesin cuci, mesin pengaduk semen dan
lain-lain.
Saran. Untuk mendapatkan hasil perhitungan torsi yang presisi perlu dipelajari teori puntir
secara menyeluruh. Konstruksi dengan dinding tipis dapat diperkuat dengan memasang
sirip pada dinding tipis tersebut. Sirip selain memperkecil tegangan puntir dan sudut puntir
juga dapat menambah fungsi kekuatan.
RUJUKAN
A. Nash, B., Sturgess, C.E.N., Theoy and Problem of Strength of Material, Schaums
Outline series, McGraw-Hill International Book Company, Singapore, 1972.
Hearn, E.J., 1985, Mechanical of Material, Second Edition, Volume 1; 2, UK: Pergamon
Press Jimited.
Khurmi, R.S., 1984, Strength of Materials, New Delhi: S. Chand & Company Ltd.
Mott, R.L., 1985, Machine Elements in Mechanical Design,Charles E. Merrill Publishing
Compan, Columbus, Ohio, USA.
Popov, E.P., Nagarajan, S., Lu, Z.A., Tanisan Zainul Astamar, Z., Mekanika Teknik, Edisi
kedua (versi SI), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.
Ress, D.W.A., 1922, The Mechanics of Solid and Structures, Singapore : McGraw-Hil
Book Company.
Singer, F.L., Sebayang, D., Kekuatan Bahan, Penerbit Erlangga, Edisi ketiga, Jakarta,
1985.
Suciatmo, B, Mulyadi, 1984, Majalah Profesi Teknik Mesin, Metoda Elemen Hingga pada
Torsi Batang Berpenempang sembarang,ITB, Bandung.
Timoshenko, S., Strength of Material,Part 1, Elementry, Third Edition, Robert E. Kriager
Publishing Copany, Huntington, New York, 1976a.
11
Timoshenko, S., Strength of Material, Part 2, Advanced, Third Edition, Robert E. Kriager
Publishing Company, Huntington, New York, 1976b.
Timoshenko, S., Goodier, J.N., Sebayang, D., 1994, Teori Elastisitas, Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
12