Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................i


BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................2
BAB II ............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................3
2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................................3
2.2 Landasan Teori ......................................................................................................4
2.2.1 Pengertian Aset ...............................................................................................4
2.2.2 Pengukuran Aset .............................................................................................6
2.2.3 Akuntansi Pemerintah .....................................................................................7
2.2.4 Standar Acuan yang digunakan .......................................................................8
2.2.5 Akuntansi sosial ..............................................................................................9
BAB III ......................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 10
3.1 Pembahasan......................................................................................................... 10
3.2 Kesimpulan ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki
kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk menyejahterakan, melindungi
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut teori Negara kesejahteraan
(Welfare State), tujuan negara ialah mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam hal
ini negara dipandang sebagai alat yang dibentuk manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
Untuk mencapai tujuannya, negara membutuhkan pencatatan dan
perencanaan anggaran yang baik. Dalam hal ini, dibutuhkan standar yang akan
menjadi acuan dalam menyusunnya. Indra Bastian (2005) menyatakan bahwa
Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia (dalam Kusumah, 2012. P.2).
Sejatinya, standar untuk pencatatan dan perencanaan anggaran pemerintah
di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

1
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Standar Akuntansi tersebut
kita kenal dengan nama SAP yang mana merupakan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. SAP ini
disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP).
Didalam Peraturan Pemerintah tersebut, terdapat pernyataan tentang
pengakuan aset. Aset merupakan komponen utama dari laporan keuangan yang
menggambarkan kekayaan negara. Pemerintah harus menyajikan informasi
tentang nilai aset secara memadai agar dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan pengelolaan aset. Pengelolaan aset yang tidak sesuai akan
menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Sebagai bagian dari
masyarakat, negara harus selalu menyeimbangkan kepentingannya dengan
tanggung jawab sosial. Bentuk tanggung jawab negara terhadap lingkungannya
merupakan salah satu wujud tanggung jawab negara secara sosial.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirasa perlu melakukan penelitian
untuk menganalisis apakah pemerintah Indonesia telah menyajikan asetnya sesuai
dengan ketentuan pengukuran aset dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 guna mengevaluasi pengelolaan aset yang
berdampak baik untuk sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar permasalahan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, Bagaimana teori dan praktik pengukuran aset-aset yang
dimiliki oleh negara dalam perspektif akuntansi sosial?.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis teori dan praktik
pengukuran aset-aset yang dimiliki oleh negara dalam perspektif akuntansi sosial.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang penelitian-penelitian
sebelumnya yang berkenaan mengenai Pengukuran Aset pada lembaga Negara
atau sektor pemerintahan, yaitu :
No Judul, Penulis Dan Metode Dan Hasil
Tahun
1 Pengelolaan Aset Tanah Metode : Menggunakan pendekatan
Milik Pemerinah Kota positivistik-rasionalistik melalui analisis
Semarang, Agung deskriptif, IPA (importance performance
Krisindarto, (2012) analysis), dan analisis rasio kemandirian
keuangan daerah.
Hasil : bahwa pengelolaan aset tanah
pemerintah kota semarang masih memiliki
beberapa kelemahan. Dan untuk
meningkatkan rasio kemandirian keuangan
daerah, terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah kota semarang.
2 Basis Akrual dalam Metode : Deskriptfi Kualitatif
Akuntansi Pemerintah di Hasil : akuntansi berbasis akrual merupakan
Indonesia, Ahmad Muam, international best practicce dalam
(2015) pengelolaan keuangan modern yang sesuai
dengan prinsip New Public Management
(NPM) yang mengedepankan transparansi
dan akuntabilitas

3
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Aset
Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau
sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (Standar
Akuntansi Pemerintah No 24 tahun 2005, hal. 169) adapun aset-aset yang
diperbandingkan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :

2.2.1.1 Kas
Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
kegiatan perusahaan. Penilaian kas dan setara kas adalah sebesar nilai nominal,
dimana kas merupakan aktiva yang paling likuid. Oleh karena itu, posisi kas
diletakkan pada bagian aktiva lancar yang paling atas (Sugiono, Nanok, & dkk,
hal. 149).

2.2.1.2 Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi seperti bunga, deviden dan royalti, atau manfaat sosial sehingga
meningkatkan kemmapuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat (PMK No 190 Tahun 2011-Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah,
hal. 9) adapun pada umunya investasi akan dibagi lagi menurut jangka waktu nya,
yaitu :

a. Investasi Jangka Pendek : adalah investasi yang dimaksudkan untuk


pemanfaatan dana perusahaan dalam jangka pendek, antara lain : deposito
dan efek yang jatuh tempo, atau kepemilikannya dimaksdukan tidak lebih
dari 12 bulan (Sulistiyowati, 2010, hal. 43)
b. Investasi Jangka Panjang : adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Yang kemudian investasi
jangka panjang kembali terbagi menjaid dua, yaitu :

4
investasi non permanen : adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi jenis
ini terdiri dari, pembelian surat utang negara, penanaman modal dalam
proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga dan
lain-lain.
investasi permanen. : adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi jenis ini
terdiri dari, penyertaan modal pemerintah pada perusahaan daerah,
lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan
internasional, dan badan hukum lainnya milik negara. (Standar
Akuntansi Pemerintah No 24 tahun 2005, hal. 61)

2.2.1.3 Piutang
Menurut (UU No 49 tahun 1960-Panitya Urusan Piutang Negara ) yang
dimaksud piutang negara adalah, ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
negara atau badan-badan yang baik secara langusng atau tidak langsung dikuasai
oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.

2.2.1.4 Persediaan
Adalah aset lancara dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat. (Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan No 05,
2004). Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan
untuk digunakan, misalnya barang habis pakai, seperti alat tulis kantor, barang tak
habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas seperti
komponen bekas.

Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga melputi barang yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat
pertanian. Contoh barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai
persediaan adalah, alat-alat pertanian setengah jadi. Persediaan dapat meliputi :

a. barang konsumsi

5
b. amunisi
c. bahan untuk pemeliharaan
d. suku cadang
e. persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
f. pita cukai dan leges
g. bahan baku
h. barang dalam proses/setengah jadi.

2.2.1.5 Aset Tetap


Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfattkan
oleh masyarakat umum. Aset tetap biasanya menjadi aset utama pemerintah, dan
menjadi signifikan penyajiannya dalam neraca. Adapun yang termasuk kedalam
aset tetap pemerintah adalah :

a. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh
entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
kontraktor.
b. Hak atas tanah

Adapun aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah,


seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies) adalahh tidak termasuk ke
dalam definisi aset tetap (Bastian, 2005, hal. 141)

2.2.2 Pengukuran Aset


Pengukuran aset yang diatur dalam (PPRI No 71 Tahun 2010-Standar
Akuntansi pemerintah)adalah sebagai berikut:

a. Kas, dicatat sebesar nilai nominal


b. Investasi jangka pendek, dicatat sebesar nilai perolehan
c. Piutang, dicatat sebesar nilai nominal
d. Persediaan, dicatat sebesar :

6
e. Investasi Jangka Panjang dicata sebesar : biaya perolehan termasuk biaya
tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah
atas investasi tersebut.
f. Aset tetap dicatat sebesar biaya prolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nila
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Selain aset
tanah, dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Biaya perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian: biaya
perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan
lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Biaya Standar, apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
: biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang
digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.
Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan; harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.

2.2.3 Akuntansi Pemerintah

2.2.3.1 Pengertian Akuntansi Pemerintah


Dalam (PP No 24 Tahun 2005-Standar Akuntansi Pemerintah), akuntansi
pemerintahan didefinisikan sebagai berikut :

Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual


maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
pemerintah.

7
Arifin Saebani dan Imam Ghazali (2001, hal. 5) mendefinisikan akuntansi
pemerintahan, yang merupakan akuntansi yang dilaksanakan oleh unit organisasi
pemerintah sebagai :

Dalam akuntansi pemerintahan, data akuntansi digunakan untuk


memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan yang
menyangkut organisasi pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang tidak
bertujuan mencari laba (non profit organization).

2.2.3.2 Karakteristik Akuntansi Pemerintah


Karakteristik dari akuntansi pemerintah seperti dijelaskan dalam (Akuntansi
Pemerintah dan Ruang Lingkupnya) adalah sebagai berikut :

a. Karena berkeinginan mengejar laba tidak inheren di dalam usaha dan


kegiatan lembaga pemerintahan, maka dalam akuntansi pemerintahan
pencatatan rugi laba tidak perlu dilakukan.
b. Karena lembaga pemerintahan tidak memiliki secara pribadi sebagaimana
halnya perusahaan, maka dalam akuntansi pemerintahan pencatatan
pemilikan pribadi juga tidak perlu dilakukan.
c. Karena sistem akuntansi pemerintahan suatu negara sangat dipengaruhi
oleh sistem akuntansi negara yang bersangkutan, maka bentuk akuntansi
pemerintahan berbeda antara suatu negar dnegan negara yang lain,
tergantun pada sistem pemerintahannya; dan
d. Karena fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk mencatat,
menggolong-golongkan, meringkas, dan melaporkan pelaksanaan
anggaran negara maka penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa
dipisahkan dari mekanisme pengurusan keuangan negara serta sistem
anggaran negara.

2.2.4 Standar Acuan yang digunakan


Standar acuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dimana SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

8
2.2.5 Akuntansi sosial
Akuntansi sosial didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-ariabel
kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran, yang secara
sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan (amaliah,
hal. 01).

Sedangkan menurut hanifa, akuntansi sosial dapat mengidentifikasikan,


menilai dan mengukur aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan
negara dalam memlihara kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkannya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Berdasarkan Peratutran Pemerintah (PP) No 71 tahun (2010) tentang
Standar Akuntansi Pemerintan (SAP) neraca sekurang-kurangnya mencantumkan
pos-pos antara lain kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang pajak dan
bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban jangka
pendek, kewajiban jangka panjang dan ekuitas dana. Sedangakn pengelompokan
aset dalam PP no. 71 tahun (2010), dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset
nonlancar. Aset dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang telah
diaudit oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) tahun 2015 diklasifikasikan
menjadi aset lancar, investasi, jangka panjang, aset tetap, piutang jangka panjang,
dan aset lainnya. Kesesuaian pengukuran aset pemerintahan berdasarkan teori
(standar akuntansi pemerintah) dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Perbandingan Teori dan Praktek Pengukuran Aset

No. Keterangan Pengukuran Praktek dalam Referensi


(Standar Laporan
Akuntansi Keuangan
Pemerintahan) Pemerintah 2015
1. Kas Sebesar nilai Berdasarkan LKPP audited
normal laporan keuangan (2015) page
pemerintah tahun 46. Catatan
2015 kas diukur Atas Laporan
sebesar nilai Keuangan-
nominal. Pendahuluan
2. Investasi Sebesar nilai - -
jangka perolehan
pendek
3. Piutang Sebesar nilai Piutang jangka LKPP audited
nominal pendek diukur (2015) page 47
menurut nilai CALK -
nominal hak Pendahuluan
pemerintah yan
timbul berdasarkan
surat keputusan

10
atau dokumen
sumber lainnya
sebagai dasar
penagihan.
4. Persediaan 1. Biaya Persediaan dicatat LKPP audited
perolehan berdasarkan : (2015) page 47
apabila 1. Harga CALK-
diperoleh pembelian Pendahuluan
dengan terakhir,
pembelian apabila
2. Biaya diperoleh
standar dengan
apabila pembelian.
diperoleh 2. Harga
dengan standar
memproduks apabila
i sendiri diperoleh
3. Nilai wajar dengan
apabila memproduk
diperoleh si sendiri
dengan cara 3. Harga wajar
lainnya atau
seperti estimasi
donasi/rampa nilai
san penjualanny
a apabila
diperoleh
dengan cara
lainnya
seperti
donasi/ramp
asan.
5. Investasi Sebesar Investasi jangka 1. LKPP
jangka biaya panjang dibedakan audited
panjang perolehan menjadi 2 yaitu : (2015)
termasuk 1. Investasi page 48
biaya Non CALK-
tambahan permanen Pendah
lainnya yang diukur uluan
terjadi untuk sebesar 2. LKPP
memperoleh nilai bersih audited
kepemilikan yang dapat (2015)
yang sah atas direalisasik page 49
investasi an. CALK-
tersebut. 2. Investasi Pendah
permanen uluan

11
diukur
dengan
menggunak
an metode
nilai bersih
yang dapat
direalisasik
an.
6. Aset tetap Sebesar Aset tetap yang LKPP audited
biaya dilaporkan dalam (2015) page 50
perolehan. neraca K/L tahun CALK-
Apabila anggaran diukur Pendahuluan
penilaian berdasarkan harga
aset tetap perolehan
dengan
menggunaka
n biaya
perolehan
tidak
memungkink
an maka nilai
aset tetap
didasarkan
pada nilai
wajar pada
saat
perolehan.
Sumber : data diolah (2016)

Kas

Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan (Indonesia, 2010).
Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) kas diukur sebesar nilai
nominal. Praktik pengukuran kas dalam aporan keuangan pemerintah pusat telah
sesuai dengan SAP yang ditetapkan yaitu diukur sesuai dengan nilai nominal.
Sedangkan kas dalam bentuk valuta asing disajikan dalam LKPP berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia (BI) pada tanggal pelaporan.

Investasi Jangka Pendek

12
Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat diairkan dalam kurun
waktu 3 bulan sampai dengan 12 bulan. Berdasarkan SAP investasi jangka pendek
diukur sebesar nilai perolehan. Pengukuran investasi jagka pendek dalam LKPP
2015 tidak dijelaskan. Namun investasi yang disajikan dalam neraca pemerintah
pusat tahun anggaran berjalan adalah investasi berupa deposito berjangka waktu
lebih dari 3 bulan sampai 12 bulan.dan/atau dapat diperpanjang secara otomatis.
Selain itu investasi jangka pendek juga meliputi pembelian Surat Berharga Negara
(SBN) jangka pendek dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Piutang

Piutang terdiri dari piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang. Piutang
yang penerimaannya dapat dicairkan kurang dari 12 bulan disebut dengan piutang
jangka pendek. Sedangkan piutang yang penerimaannya dijadwalkan akan
diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan disebut
dengan piutang jangka panjang. Pengukuran piutang menurut SAP sebesar nilai
nominal. Piutang dalam LKPP 2015 diukur sebesar nilai nominal hak pemerintah
yan timbul berdasarkan surat keputusan atau dokumen sumber lainnya sebagai
dasar penagihan. Nilai bersih yang dapat direalisasikan atas piutang jangka
pendek dengan memperhitungkan penyisihan atas piutang tidak tertagih disajikan
pada pos tersendiri dalam neraca serta diungkapkan dalam CALK.

Persediaan

Persediaan terdiri dari :

Persediaan Cadangan Benih Nasional (CBN)

Dalam persediaan ini pemerintah mengalokasidakn dana kepada


Kementrian Pertanian dalam bentuk benih yang disimpan di gudang
BUMN dimana diproleh dengan memakai metode Biaya perolehan
dimana, Pemerintah membeli benih sebesar nilai perolehan penjual

Persedian Cadangan beras Pemerintah (CBP)

13
pada perum bulog, dibeli dari HPB CBP dengan memakai nilai perolehan
Persediaan pada BNPB

Yaitu hasil kegiatan rehabilitasi dan rekrontuksi yang dihasilkan barang


milik Negara yang belum diserahkan kepada perintah Daerah dan dicatat
sebagai nilai perolehan

Persediaan pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Persediaan pada SKK Migas

Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang dinilai Sebesar biaya perolehan termasuk biaya


tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut. Dalam kasus Laporan Keuangan Pemerintah ada pembagian
dana Investasi Jangka Panjang:

Dana Bergulir
Dana yang dipinjamkan dan digulirkan kepada masyarakat, pengusaha
kecil, anggota koperasi, dan lain-lain dalam kasus ini pemerintah berkerja
sama dengan Jerman untuk Investasi dana bergulir
Investasi Non Permanen
Investasi yang terbentuk dari pinjaman kepada perusahaan, perusahaan,
BHMN, dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun. Dimana pengukurannya
harus sesuai dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Investasi permanen
Dalam laporan Keuangan Pemerintah ada pembagian Investasi permanen
seperti : Investasi permanen BLU, investasi permanen penyertaan modal
perhitungan nya menggunakan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Aset tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap

14
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang
dibangun dengan cara sewa kelola meliputi biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Kaitannya dengan akuntansi sosial

Aset yang dimiliki oleh negara tentu memiliki peruntukkannya tersendiri.


Meskipun aset tersebut dikelola namun tujuan utama aset tersebut digunakan
untuk menunjang pemasukan negara yang kemudian akan digunakan untuk
membiayai belanja negara. Prioritas dari belanja negara tersebut antara lain :

1. Pembangunan sektor unggulan yang diarahkan untuk meningkatkan dan


memelihara kedaulatan pangan, pengembangan energi dan
ketenagalistrikan, pembangunan kemaritiman dan pariwisata, serta
pengembangan industri,
2. Pemenuhan kewajiban dasar yang harus disediakan Pemerintah yaitu
pendidikan (termasuk kartu Indonesia pintar), kesehatan (termasuk kartu
Indonesia sehat), dan penyediaan perumahan yang layak,
3. Pengurangan kesenjangan baik kesenjangan antar kelas pendapatan
(termasuk Kartu keluarga sejahtera), maupun antar wilayah,
4. Pembagunan infrastruktur konektivitas, dan
5. Program dan kegiatan unggulan lainya.

Pembelanjaan negara tersebut sangat berkaitan erat hubungannya untuk


membangun kesejahteraan sosial di kalangan masyarakat Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat dari realisasi belanja pemerintah pusat tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 3.2. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi TA 2015

Kode Uraian Fungsi Anggaran TA 2015 (Audited)


01 Pelayanan 695.983.023.603.000 624.419.023.158.168
Umum
02 Pertahanan 102.278.592.582.000 105.907.340.480.828
03 Ketertiban dan 54.623.779.550.000 52.941.310.975.680
Keamanan

15
04 Ekonomi 216.773.392.277.000 177.105.201.289.292
05 Lingkungan 11.728.068.927.000 9.874.537.039.268
Hidup
06 Perumahan dan 25.587.242.592.000 16.981.136.485.945
Fasilitas Umum
07 Kesehatan 24.208.506.752.000 23.225.696.108.552
08 Pariwisata dan 3.765.451.142.000 3.166.308.841.886
Budaya
09 Agama 6.920.512.911.000 5.097.903.998.086
10 Pendidikan* 155.064.559.108.000 143.638.742.642.370
11 Kependudukan 22.615.844.246.000 20.867.826.049.906
dan
Perlindungan
Sosial
00 Tidak ada 78.654.331.433
fungsi**
Total 1.319.548.973.690.000 1.183.303.681.401.414
*Anggaran pada fungsi Pendidikan tersebut diatas adalah anggaran pendidikan
yang dialokasikan pada Belanja Pemerintah Pusat, tidak termasuk belanja
pendidikan yang dialokasikan ke Pemerintah Daerah. Total anggaran pendidikan
adalah sebesar Rp 408.544.684.304.000.

** Tidak ada fungsi artinya kode fungsi tidak ada dalam tabel referensi fungsi

Sumber : LKPP 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa belanja pemerintah


memang sebagaian besar digunakan untuk menunjang kesejahteraan sosial. Baik
dari segi pendidikan, kesehatan, pertahanan negara, ekonomi dan lain sebagainya.
Pada tahun 2015 belanja tersebar ada pada Pelayanan umum sebesar Rp
624.419.023.158.168. Kedua adalah fungsi ekonomi sebesar Rp
177.105.201.289.292 dan selanjutnya adalah pendidikan sebesar Rp
143.638.742.642.370.

Ini sejalan dengan pengertian Akuntansi sosial yaitu menggambarkan


secara komprehensif akuntansi yang memasukkan social Cost dan social benefit
ke dalam sebuah organisasi seperti informasi tentang tenaga kerja, produk, dan
pencegahan pengurangan polusi. Yang mana dalam semua pengukuran Aset harus
mengedepan kan aspek sosial nya juga agar aset yang kita tidak mencengkup
aspek ekonomi saja tetapi mengedepankan aspes sosial juga. walaupun Laporan

16
keuangan pemerintahan tidak ada laporan Coorporate Social Responsibility
(CSR), Tetapi ada beberapa unsur tentang Akuntansi Sosial.

3.2 Kesimpulan
Sampai saat ini belum ada standar yang mengatur akuntansi sosial,
terutama dalam pengakuan, pengukuran, dan pelaporan dalam pelaporan laporan
keuangan. Meskipun demikian Pemerintah diharapkan mulai memikirkan
penerapannya sebagai bukti kepedulian sosial dan kewajiban moral terhadap
masyarakat dan lingkungan sosialnya.

Aset merupakan salah satu komponen terpenting dalam laporan keuangan,


yang mana pengukuran aset harus berdasarkan standar yang berlaku dan
berlandasakan Akuntansi Sosial, agar mencerminkan aspek sosial,

Bagi akutan, pengukuran aset dalam prinsip akuntansi sosial menjadi


tantangan untuk dikembangkan baik melalui penelitian ataupun dengan cara lain,
sehingga akan tersusun konsep dasar bisa dipakai sebagai pedoman dalam
melakukan proses pengakuan, pengukuran, dan pelaporan kinerja sosial.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A. A., & Hossain, M. S. (2010). Auditr Report Lag ; A Study of the Bangladeshi
Listed Companies. ASA University Review Vol 4 No. 2.

Akuntansi Pemerintah dan Ruang Lingkupnya. (n.d.). Retrieved 12 20, 2016, from
http://elearning.gunadarma.ac.id:
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/akuntansipemerintahan/bab1-
akuntansipemerintahandanruanglingkupnya.pdf

amaliah, t. h. (n.d.). akuntansi sosial dan pengukuran kinerja sosial . 1.

Bastian, I. (2005). Akuntansi Sekktor Publik. Jakarta: Erlangga.

Indonesia, P. R. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Indriyani, R. E., & Supriyati. (2012, July). FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI INDONESIA DAN MALAYSIA. The Indonesian Accounting Review, 2, 185-
202.

Krisindarto, A. (2012, Desember). Pengelolaan Aset Tanah Milik Pemerintah Kota


Semarang. 12.

Modugu, P. K., Eragbhe, E., & Ikhatua, O. J. (2012). Determinants of Audit Delay in
Nigeria Companies : Empirical Evidence. Research Journal of Finance and
Accounting, 3.

Mu'am, A. (2015, Agustus). Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintah di Indonesia. 12.

Pemerintahan Republik Indonesia Menteri Keuangan. (2015). Laporan Keuangan


Pemerintah Pusat Audited. Badan Pemeriksa Keuangan.

(n.d.). PMK No 190 Tahun 2011-Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah.

PP No 24 Tahun 2005-Standar Akuntansi Pemerintah. (n.d.).

PPRI No 71 Tahun 2010-Standar Akuntansi pemerintah. (n.d.).

Saebani, A., & Ghazali, I. (2001). Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan. Yogyakarta:


BPFE.

(t.thn.). Standar Akuntansi Pemerintah No 24 tahun 2005. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Standar Akuntansi Pemerintah Pernyataan No 05. (2004).

18
Sugiono, A., Nanok, Y. S., & dkk. (n.d.). Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Grasindo.

Sulistiyowati, L. (2010). Panduan Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: PT


Elex Komputindo.

UU No 49 tahun 1960-Panitya Urusan Piutang Negara . (n.d.).

Kusumah, A.A. (2012), Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap


Kualitas Laporan Keuangan (Survei pada SKPD/OPD Pemerintahan Kota
Tasikmalaya), Jurnal Akuntansi, 2.

19

Anda mungkin juga menyukai