Anda di halaman 1dari 10

ESTER ARYANTI S

131000407
DASAR HIGIENE INDUSTRI

Konsep Dasar Higiene Industri


Higiene industri merupakan satu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan yang muncul
di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit, mengalami gangguan kesehatan dan rasa
ketidak nyamanan baik diantara para pekerja maupun penduduk dalam suatu lingkungan.
Higiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang lingkup
dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap factor
penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan.
(Sumamur)
Jenis sifat-sifat hygiene perusahaan:
1. sasaran adalah lingkungan kerja
2. bersifat teknis-teknologis
Maksud dan tujuan hygiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan atau industry dari resiko bahaya khususnya factor fisis, kimiawi dan
biologis yang mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu
kegiatan hygiene perusahaan adalah factor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan
pengukuran agar tahu secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang di hadapi atau yang
mungkin timbul, dan dengan pengetahuan yang tepat tentang resiko factor bahaya tersebut
diselenggarakan tindakan korektif yang merupakan prioritas utama waktu itu serta selanjutnya
upaya pencegahan yang bersifat menyeluruh.
Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard yang
diterima pekerja di tempat kerja. Pembatasan dilakukan melalui proses antisipasi, rekognisi,
evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di tempat kerja. Pendekatannya melalui
usaha preventive untuk melindungi kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang
ditimbulkan oleh bahaya (hazard). Ini berarti bahwa , yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-
konstruktif, antara unsur unsur ;
1. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik,
mental, dan atau social
2. Beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja
a. Factor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara,
atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti penerangan, suhu
udara, kelembabab udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi
mekanis, radiasi gelombang elektromagnetis.
b. Factor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud
fisiknya merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu, kabut, fume
(uap logam), asap. Awan, cairan, dan atau zat padat.
c. Factor biologis, yaitu semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun
hewan
d. Factor fisiologis/ergonomis, yaitu interaksi antar faal kerja manusia dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti kontruksi mesin yang disesuaikan dengan
fungsi indra manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek
antropometris dan fisiologis manusia.
e. Factor mental dan psikologis, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana
kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi
pelaksanaan kerja dan lain-lain.
3. Kapasitas kerja
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya
dan sangat bergantung kepada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan,
keahlian, ketrampilan, kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi,
jenis kelamin, usia dan ukuran antropometri tubuh serta reaksi kejiwaan.

Object dari HI adalah melindungi kesehatan tenaga kerja di Tempat Kerja, Disamping itu
juga melindungi tenaga kerja dari penyakit-penyakit Industri. Ruang Lingkup HI :
1. Lingkungan Kerja,
2. Kepadatan yg berlebihan
3. Jam Kerja
4. Masa Istirahat
5. Rotasi Kerja
6. Tenaga Kerja anak & Wanita
7. Ganti Rugi
8. Pelayanan
9. Pemeriksaan Fisik
10. Personal Hygiene, Kes. Jiwa
(Rosenau, M.J. Preventive Medicine and Hygiene , 6 th ed New York Appleteon
Century, 1935, p. 1261).

Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode
dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang
tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan).
Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :
1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat
kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun
tujuan dari anntisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan
risiko yang nyata
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area
dimasuki
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil
dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis,
ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
o Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity,
pola pajanan, besaran)
o Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
o Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel
dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan
kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya
korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus
merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
1. Untuk mengetahui tingkat risiko
2. Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
3. Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
4. Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
5. Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
6. Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik

4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
1. Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan
semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
2. Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
3. peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang
diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
4. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari
pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
5. Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja
- Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
- Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
- Proses kerja ditempatkan terpisah,
- Menempatan ventilasi local/umum.
- Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
- Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
- Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya.
- Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder,
proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding
shield.
-Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
- Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar. APD: helmet, bump caps.
- Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus
- Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau
logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust
terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
- Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan
listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
- Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan
bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja (occupational
health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, factor biologi, factor ergonomic
dan factor psikologi.
1. Bahaya Fisik :
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas,
getaran, radiasi dsb
- Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada
indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti
bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.

- Penerangan atau pencahayaan


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan
atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala
(pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak
diberikan tugas di malam hari.

- Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai
Raynauds phenomenon atau vibration-induced white fingers(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit
tulang belakang.

2. Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
- Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat
dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
- Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan
yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh : Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
- Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem
tubuh. Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

3. Faktor biologi
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi
merupakan salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya
faktor biologi eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun
demikian seringkali luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal,
dikontrol, diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan
yang sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro
organisma sebagai berikut :
Bakteri : Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan
gan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri :
anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya
Virus : Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 300 nano meter.
Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang
khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV,
dan sebagainya.
Jamur : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih
komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang
mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan
di tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian :
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi
oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau
keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran
pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari
hewan. Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini
misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.
Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar
terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan
yang megandung organisme pathogen
Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Para
pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti :
Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang
disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin,
Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan
akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
4. Faktor ergonomic
Faktor bahaya fisologis adalah potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh
penerapan ergonomic yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma norma ergonomic
yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan cara
kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja atau ketidakserasian antara manusia dan mesin.

5. factor psikososial
Factor psikososial adalah potensi bahaya psikososial yang ditimbulkan oleh kondisi
aspekaspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian, seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen, atau pendidikannya, system seleksi dan klasifikasi
tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dlam melakukan
pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai