Definisi
Sick building syndrome adalah keadaan yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri,
perkantoran, perdagangan dan rumah tinggi memberikan dampak penyakit dan merupakan
kumpulan gejala yang dialami oleh pekerja dalam gedung perkantoran berhubungan dengan
lamanya berada di dalam gedung serta kualitas udara.
SBS atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970. Kedokteran okupasi tahun 1980
memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan
dengan polusi udara.
Enviromental protection agency (EPA) tahun 1991 mengatakan sindrom ini timbul
berkaitan dengan waktu yang dihabiskan seseorang dalam sebuah bangunan, namun gejalanya
tidak spesifik dan penyebabknya tidak dapat di identifikasi.
Epidemiologi
National institute of occupational safety and health (NIOSH) tahun 1997 menyebutkan 52%
penyakit pernafasan terkait dengan SBS akibat buruknya ventilasi gedung dan kinerja air
conditioner (AC). Penelitian terhadap 350 karyawan dari 18 kantor di Jakarta selama 6 bulan (juli-
desember 2008) menunjukan penurunan kesehatan pekerja dalam ruangan akibat udara ruangan
tercemar radikal bebas (bahan kimia), berasal dari dalam dan luar ruangan dan 50% orang yang
bekerja dalam gedung perkantoran cenderung mengalami SBS.
Patofisiologi
Terdapat tiga hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS.
1. Hipotesis kimia bahwa VOSs yang berasal dari perabot, karpet, cat serta debu, karbon
monoksida atau formaldehid yang terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi
reseptor inflamasi terutama pada mata dan hidung. Inflamasi pada saluran nafas dapat
menyebabkan asma dan rhinitis alergi melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi
pengeluaran histamine, degenerasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi yang akan
menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi lambat sehingga tidak dapat
membersihkan saluran nafas., peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan
oencemar, rusaknya sel pembuluh bakteri di saluran nafas, membengkaknya saluran nafas
dan merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernafas, sehingga bakteri
atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas.
2. Hipotesis kedua adalah hipotesis bioaerosol.
Penelitian cross sectional menunjukan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan
memberikan reaksi terhadap VOCs konsenterasi rendah dibandingkan individu tanpa atopi
3. Hipotesis ketiga adalah faktor penjamu.
Kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala. Stress karena pekerjaan dan
faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala SBS.
Daftar Pustaka
1. Yulianti D, Ikhsan M, heru Wiyono W. 2012. Sick Building Syndrome. Jakarta