PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini, persaingan dalam kemampuan sumber daya manusia
(SDM) sangat besar, sehingga negara di dunia termasuk Indonesia sedang gencarnya
meningkatkan mutu SDM nya. Pembaharuan mutu SDM dikaitkan juga dengan
dan teknologi (IPTEK) dengan kemampuan SDM. Peningkatan mutu Pendidikan erat
kaitan nya dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Kimia merupakan salah
satu ilmu sains yang diaplikasikan dalam beberapa hal di kehidupan sehari-hari.
pembelajaran kimia mencakup tiga aspek untuk dikembangkan, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Materi kimia merupakan materi sains yang sulit untuk dipahami
oleh peserta didik karena konsep-konsepnya yang bersifat abstrak (Sirhan, 2007;
Taber, 2002; Zoller, 1990 dalam Gurses, dkk., 2015). Kebanyakan peserta didik hanya
menghapal teori kimia saja tanpa memahami keindahan dari ilmu kimia (Othaman dkk.
2011). Konsep abstrak dalam kimia seperti molekul, atom, komposisi senyawa
merupakan materi yang cukup berat untuk dipahami dan dibayangkan oleh peserta
didik (Cai dkk., 2014). Laju reaksi merupakan materi kimia yang harus disampaikan
pada peserta didik kelas XI SMA dalam bentuk teori maupun praktikum. Kebanyakan
peserta didik kesulitan dalam menentukan orde reaksi kimia dan kesulitan dalam
1
hari. Banyak konsep didalam kimia yang harus diajarkan dengan proses, seperti
memerlukan laboratorium, alat dan bahan yang lengkap, LKPD (lembar kerja peserta
pembelajaran kimia juga diteliti oleh Greulich-Itzek dkk. (2016) menyatakan bahwa
peserta didik didapati bahwa kesulitan yang ditemukan dalam mengajarkan kimia
diantaranya kurangnya minat peserta didik dalam belajar, beberapa peserta didik
beranggapan dari awalnya bahwa pelajaran kimia itu sulit karena banyak teori yang
harus dihapalkan, serta perhitungan kimia juga dianggap sulit karena menggunakan
bilangan desimal. Pada saat melakukan praktikum, peserta didik jauh lebih
eksperimen, peserta didik juga kurang tertarik untuk membaca petunjuk kerja yang
disediakan di LKPD, beberapa dari mereka lebih suka bertanya kepada teman atau
guru, padahal arahan yang diberikan di LKPD sudah cukup jelas jika dibaca.
Pembelajaran kimia yang umumnya diterapkan di kelas juga masih konvesional dan
berpusat pada guru, sehingga peserta didik cenderung pasif dan kurang mendapatkan
ruang untuk melakukan penyelidikan sendiri terhadap suatu pembelajaran. Guru juga
mengalami kesulitan dalam membuat bahan ajar, seperti modul, handout dan LKPD
2
(lembar kerja peserta didik) untuk materi pembelajaran peserta didik, sehingga peserta
Literasi sains penting dikuasai oleh peserta didik untuk dapat memahami
lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah lainnya yang dihadapi oleh
mengemukakan bahwa orang yang memiliki konsep literasi sains adalah orang yang
sehari-hari. Jadi, kemampuan literasi sains membimbing peserta didik untuk bisa
Salah satu parameter kualitas pendidikan suatu negara adalah tergambar dari
pencapaian prestasi peserta didiknya dalam mengikuti studi Nasional maupun studi
studi literasi yang dilaksanakan oleh Organization for Economic Co-Operation and
Development (OECD) dan Unesco Institute for Statistics. Program ini bertujuan untuk
menganalisis secara berkala tentang kemampuan literasi peserta didik kelas III SMP
3
dan kelas I SMA pada aspek membaca (reading literacy), matematika (mathematics
literacy), dan sains (scientific literacy). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan PISA,
kemampuan literasi sains peserta didik di Indonesia masih jauh dari standar. Peserta
didik Indonesia dengan pencapaian skor literasi sains sekitar 400 poin berarti baru
fakta, istilah, rumus sederhana), dan menggunakan pengetahuan ilmiah umum untuk
menarik atau mengevaluasi suatu kesimpulan (Rustaman, 2004). Oleh karena itu,
Indonesia perlu mengadakan pembaruan dalam sistem pembelajaran sains agar bisa
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu alat bantu belajar
untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam belajar. LKPD dapat digunakan
yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang berisi langkah-langkah untuk
memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif serta peserta didik dilatih untuk
4
penyelidikan ilmiah dimana mereka bekerja sama mengembangkan rencana,
Research Council dalam Brandon dkk., 2009). Masalah dalam kimia dapat
hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari, dkk. (2015) menyatakan
membantu meningkatkan aktifitas belajar peserta didik karena peserta didik menjadi
lebih aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, kepermanenan ilmu
pengetahuan yang didapat juga tidak berubah secara signifikan. Sayyidi, M., dkk.
(2016) telah melakukan penelitian peserta didik yang belajar dengan model
masalah dalam pembelajaran fisika, bahkan peserta didik yang belajar dengan model
LKPD berbasis inkuiri terbimb ing sudah banyak digunakan dalam beberapa
pembelajaran sains, Rahmi, R., dkk. (2014) mengembangkan LKPD berbasis inkuiri
terbimbing yang efektif melatih keterampilan proses sains peserta didik dan
5
mendapatkan respon yang sangat baik karena dianggap memberikan kemudahan
dalam belajar, membuat peserta didik lebih teliti dalam melakukan kegiatan serta
hari. Diharapkan LKPD berbasis inkuiri terbimbing juga mampu meningkatkan literasi
sains peserta didik karena peserta didik dituntun untuk bertanggung jawab terhadap
berbasis inkuiri terbimbing pada Materi Laju Reaksi Untuk Meningkatkan Literasi
berikut :
inkuiri terbimbing?
6
1) Untuk mengetahui karakteristik pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing
inkuiri terbimbing
mempelajari materi laju reaksi dan memudahkan peserta didik dalam memecahkan
2) Guru, berguna untuk memudahkan guru dalam menyiapkan LKPD berbasis inkuiri
berbasis inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dapat meningkatkan literasi sains
peserta didik.
7
1.6 Definisi Istilah
1) LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang berisi konsep-konsep, petunjuk, dan
budaya,serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia
4) Laju reaksi adalah laju perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam
suatu satuan waktu. Laju reaksi dapat diartikan sebagai laju berkurangnya
Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter. Satuan waktu adalah detik,
menit, jam tergantung terhadap laju reaksi tergolong cepat atau lambat (Chang,
2005).
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 LKPD
LKPD merupakan Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu
alat bantu belajar yang mendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKPD sanagat
baik digunakan untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam belajar. LKPD
harus dikerjakan oleh peserta didik, yang berisi langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. LKPD harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik berinteraksi
LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang berisi konsep-konsep, petunjuk,
dan soal-soal dimana materinya harus diturunkan dari tujuan instruksional sedangkan
persiapan pengembangan LKPD meliputi: mengkaji materi yang akan dipelajari dari
LKPD, tahapan pengembangan isi LKPD meliputi: menulis judul dengan singkat dan
tepat sesuai materi yang akan diajarkan; menulis tujuan yang diharapkan setelah
peserta didik belajar dengan LKPD yang dikembangkan; menyusun kegiatan yang
akan ditampilkan pada LKPD sesuai dengan keterampilan proses yang akan
dikembangkan. Kegiatan atau tugas harus sistematis agar mengarahkan peserta didik
mendapatkan sumber informasi dan data-data yang dapat diolah (Devi, dkk., 2009)
Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry dan menurut kamus berarti
agar peserta didik bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan
pada peserta didik mengenai prosedur dan menggunakan organisasi pengetahuan dan
menganalisa data, sampai akhirnya peserta didik menemukan jawaban dari pertanyaan
itu.
bahwa pembelajaran inkuiri menekankan pada proses berpikir dalam mencari dan
10
Mulyasa (2005) menyatakan bahwa ada 3 jenis model pembelajaran inkuiri
yaitu :
2) Inkuiri Bebas
c. Melibatkan peserta didik dengan peran berbeda dalam tiap kelompok (inquiry
prosedur penelitian
11
belajar, serta teknik/bentuk penilaian, metode dan pendekatan pembelajaran.
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dimana peserta didik dibimbing untuk melalui proses penyelidikan sains berdasarkan
model pembelajarannya, disisi lain guru mengatur arahan dan menyarankan aktivitas
terbuka yang mengajak peserat didik mengeksplorasi dan menemukan sendiri apa yang
1) Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang
dimilikinya sehingga hal itu dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
13
2) Peserta didik diajak dan diajarkan untuk menganalisis dan mencari kebenaran dari
suatu masalah yang sedang dibahas, mampu berpikir sistematis, terarah, dan
3) Peserta didik akan memiliki penalaran yang baik Karena berpikir secara induktif,
4) Pengetahuan yang didapatkan akan bertahan lama atau diingat dalam jangka waktu
5) Hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar
lainnya karena konsep kognitif yang sudah tertanam akan lebih mudah diterapkan
menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru
14
2.4 LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing
yang efektif melatih keterampilan proses sains peserta didik dan mendapatkan respon
yang sangat baik karena dianggap memberikan kemudahan dalam belajar, membuat
peserta didik lebih teliti dalam melakukan kegiatan serta memberikan pengalaman dan
LKPD berbasis inkuiri terbimbing merupakan salah satu pilihan bahan ajar
yang tepat karena dapat mengarahkan peserta didik menemukan sendiri konsep
unsur pengalaman belajar pokok yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yaitu
belajar peserta didik. LKPD ini menuntut peserta didik belajar secara aktif dalam kerja
inkuiri terbimbing untuk melatih siswa bekerja secara ilmiah serta dapat mengembangkan
kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menemukan konsep,
Kualitas LKS yang sangat baik mampu meningkatkan persentase ketuntasan hasil belajar
menekankan peserta didik untuk berpikir ilmiah dan mengharuskan peserta didik
15
untuk aktif dalam menemukan suatu pengetahuan, guru hanya sebagai fasilisator yang
peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mebuktikan sendiri suatu materi
dipelajari.
menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan
membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Literasi
sains menjadi sangat penting untuk dimiliki peserta didik sebagai bekal untuk
menggunakan test of scientific literacy skill (TOSLS) kepada 17 siswa di MTs didapati
Literasi sains (science literacy) berasal dari dua kata yaitu literatus artinya huruf,
melek huruf dan scientia artinya memiliki pengetahuan. National Science Teacher
Assosiation (1971) mengemukakan bahwa orang yang memiliki literasi sains adalah
16
orang yang menggunakan konsep sains, memiliki keterampilan proses sains untuk
dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari jika ia berhubungan dengan orang
lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat,
termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Literasi sains tidak hanya sebatas
penguasaan ilmu pengetahuan IPA saja tanpa mengaplikasikan ilmu sains tersebut
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Dengan demikian, ilmu-ilmu sains yang
Konsep literasi sains mengharapkan peserta didik untuk memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari dan mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan sains yang telah dipahaminya
(Toharudin, 2011).
yang meneliti kemampuan peserta didik usia 15 tahun berbagai negara di dunia dan
dilakukan secara berkala, PISA mengukur tiga aspek yaitu membaca, matematika dan
sains. Salah satu aspek sains yang diteliti adalah aspek pencapaian literasi sains
peserta didik.hasil dari studi PISA juga bisa menjadi salah satu acuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan relatif suatu negara dalam bidang pendidikan.
Orientasi penilaian PISA juga untuk menguji kemampuan peserta didik usia 15
17
menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggambarkan bukti berdasarkan
kesimpulan mengenai isu terkait sains dan permasalahan dunia global (OECD, 2016).
sains yang dimilikinya, serta menanggapi implikasi sosial dari perkembangan sains
dan teknologi.
Definisi literasi sains pada PISA 2012 adalah: (1) pengetahuan ilmiah individu
kesimpulan berdasarkan bukti yang berhubungan dengan issu ilmiah; (2) memahami
karakteristik utama pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan manusia dan inkuiri;
intelektual dan budaya; (4) adanya kemauan untuk terlibat dalam issu dan ide yang
berhubungan dengan sains (OECD, 2013). OECD (2013) menyatakan bahwa aspek
literasi sains terdiri atas konteks, kompetensi, pengetahuan, dan sikap yang
18
Pengetahuan:
1. Pengetahuan sains
2. Pengetahuan
tentang sains
Kompetensi:
1. Mengidentifikasi issu-
Konteks: memerlukan issu ilmiah
Situasi kehidupan 2. Menjelaskan fenomena Dipengaruhi
yang melibatkan ilmiah. oleh
sains dan teknologi 3. Menggunakan bukti
ilmiah.
Sikap:
1. Respons terhadap
issu ilmiah
2. Minat
3. Mendukung
inkuiri ilmiah
4. Tanggung jawab
Berdasarkan framework PISA 2012, aspek literasi sains terdiri dari aspek
konteks, pengetahuan, kompetensi, dan sikap yang dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:
Aspek penting dalam asesmen sains PISA adalah keterlibatan siswa dalam
berbagai situasi yang disajikan dalam bentuk issu ilmiah. Aspek konteks lebih kepada
dengan sains dalam kehidupan Item asesmen dirancang untuk konteks yang tidak
hanya terbatas pada kehidupan sekolah saja, tetapi pada konteks kehidupan siswa
secara umum (Rustaman, 2004). PISA berfokus pada situasi terkait dengan diri
19
individu, keluarga, sosial, kondisi global, dan beberapa topik untuk memahami
kemajuan dalam bidang sains. Dalam OECD (2012) dinyatakan bahwa asesmen
literasi sains PISA menilai kompetensi, pengetahuan, dan sikap yang berhubungan
dengan konteks. Aspek konteks literasi sains PISA 2012 disajikan pada Tabel 2.2. di
bawah:
Personal
Global
(diri sendiri, Sosial
(kehidupan di
keluarga, (komunitas)
seluruh dunia)
kelompok sebaya)
Kesehatan Pemeliharaan Pengontrolan penyakit, Wabah, penyebaran
kesehatan, perubahan sosial, penyakit menular
kecelakaan, nutrisi pilihan makanan,
komunitas kesehatan
Sumber Konsumsi pribadi Pemeliharaan populasi Sumber energi yang
daya alam terhadap materi manusia, kualitas dapat dan tidak dapat
dan energy hidup, keamanan, diperbaharui, sistem
produksi dan distribusi alam, pertumbuhan
makanan, suplai energi. populasi,
kelangsungan hidup
spesies
Lingkungan Perilaku ramah Distribusi populasi, Keanekaragaman
lingkungan, pembuangan sampah, hayati, kelestarian
menggunakan dan dampak lingkungan, ekologi,
membuang materi cuaca lokal. pengontrolan
populasi, produksi
dan kehilangan tanah
yang subur.
Bahaya Bahaya dari alam Perubahan yang cepat Perubahan iklim, dan
dan akibat (gempa bumi, cuaca dampak perang
perbuatan manusia, ekstrim), perubahan modern.
keputusan lambat dan bertahap
pemukiman. (erosi, sedimentasi),
pengukuran
bahaya/resik.
Batas sains Minat dalam Materi baru, Kepunahan spesies,
dan ekspansi sains perlengkapan dan penjelajahan luar
teknologi terhadap fenomena proses, modifikasi angkasa, asal-usul
alam, sains genetik, teknologi dan struktur alam.
20
Personal
Global
(diri sendiri, Sosial
(kehidupan di
keluarga, (komunitas)
seluruh dunia)
kelompok sebaya)
berdasarkan hobi, persenjataan, dan alat
olahraga dan transportasi.
pariwisata, musik
dan teknologi
pribadi.
(OECD, 2013)
Berdasarkan Tabel dari penjabaran aspek konteks dari literasi sains pada PISA
2012 di atas, konteks kehidupan sehari-hari yang melingkupi cakupan materi laju
reaksi ini yaitu pada aspek sumber daya alam dan lingkungan. Kecepatan suatu reaksi
kimia yang terjadi antar zat dan didalam tubuh makhluk hidup, merupakan fenomena
manusia.
Aspek kompetensi sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika
penilaian PISA 2012 dalam literasi sains tertuju pada beberapa kompetensi, yaitu:
ilmiah, menggunakan bukti ilmiah untuk menarik kesimpulan. Secara rinci kompetensi
21
Tabel 2.3. Aspek Kompetensi Sains PISA 2012
Indikator Keterangan
(OECD, 2013)
Berdasarkan Tabel di atas, ruang lingkup dari aspek kompetensi literasi sains
pemahaman konsep ilmiah. Jadi, aspek kompetensi sains akan dicapai secara optimal
jika siswa dapat mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah dan
Pada aspek pengetahuan sains, siswa perlu menangkap sejumlah konsep kunci
atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan
yang terjadi akibat kegiatan manusia (Rustaman, 2006). Tujuan tes literasi PISA adalah
22
untuk menggambarkan sejauh mana siswa dapat menerapkan pengetahuan mereka
dalam konteks yang relevan dengan kehidupan mereka. Aspek Sikap Sains
Sikap adalah salah satu aspek yang berperan penting dalam perkembangan sains
dan teknologi karena ia merupakan respon siswa terhadap sains dan teknologi dan issu
ilmiah. Salah satu tujuan pendidikan sains adalah dapat mengembangkan sikap siswa
yang membuat mereka tertarik pada issu ilmiah dan kemudian memperoleh dan
dan global (OECD, 2006). Perhatian PISA untuk sikap terhadap ilmu pengetahuan
didasarkan pada keyakinan bahwa literasi sains seseorang mencakup sikap tertentu,
kepercayaan, orientasi motivasi, rasa self efficacy, nilai-nilai, dan tindakan utama.
Cakupan penilaian sikap berdasarkan PISA 2006 disajikan pada Tabel 2.4 di bawah.
23
Tanggung jawab Menunjukkan rasa tanggung jawab secara personal
terhadap sumber daya untuk memelihara lingkungan
dan lingkungan Menunjukkan kepedulian pada dampak lingkungan
akibat pelaku manusia
Menunjukkan kemauaan untuk mengambil sikap
menjaga sumber daya alam.
(OECD, 2006)
Sikap sains adalah merupakan respon siswa terhadap issu ilmiah ataupun
fenomena ilmiah yang diamatinya. Ketertarikan terhadap issu ilmiah akan mendorong
siswa berusaha untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan sains. Selain
itu, sikap sains menuntut siswa untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitarnya.
pengetahuan sains. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun asesmen untuk
perangsang materi, kompetensi sains yang diperlukan untuk merespon issu ilmiah,
aplikasi pengetahuan sains, dan tes harus bisa merefleksikan sikap sains yang dimiliki
oleh siswa (OECD, 2006). Bagan untuk mengkonstruksi dan menganalisis instrumen
tes literasi.
24
Konteks
Materi Stimulus
Kompetensi:
Mengidentifikasi issu-issu
Pengetahuan sains.
Pengetahuan Menjelaskan fenomena Sikap
sains (konsep sains dengan menerapkan Sikap terhadap
dasar) pengetahuan sains. materi ilmiah dan
Pengetahuan Menggunakan fakta- teknologi.
tentang sains fakta/bukti-bukti untuk
membuat keputusan dan
mengomunikasikannya.
A. Kemolaran
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap larutan. Kemolaran dinyatakan
Larutan Padatan
1000
= atau = ()
()
Larutan Kepekatan
% 10
=
Larutan pengenceran
25
1 1 = 2 2
Larutan Campuran
1 1 + 2 2 + .
= 1 + 2
Dimana :
M = Kemolaran (Mol/L)
% = kadar massa
Gram = massa
Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambatnya suatu proses reaksi
berlangsung. Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang
berlangsung lambat. Contohnya seperti ledakan bom, atau petasan yang meledak itu
merupakan contoh dari reaksi yang berlangsung cepat, sedangkan pada proses
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat-zat pereaksi menjadi hasil atau
produk reaksi. Oleh karena itu, pada waktu reaksi berlangsung jumlah zat pereaksi
Dengan demikian, laju reaksi yaitu laju pengurangan konsentrasi molar salah
satu pereaksi atau laju perubahan konsentrasi molar salah satu produk dalam satu
26
satuan waktu (Chang, 2005). Berdasarkan penjelasan, laju reaksi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
[] []
= atau +
Keterangan:
= laju reaksi
[]
= laju pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi dalam satu satuan
waktu
[]
+ = laju pertambahan konsentrasi molar salah satu produk dalam satu satuan
waktu
Apabila luas permukaan zat makin besar, luas permukaan bidang sentuh akan
semakin besar. Jika kemampuan bersentuh semakin besar maka tumbukan akan
semakin sering terjadi. Memperbesar luas permukaan zat dapat dilakukan dengan
memperhalus zat tersebut. Memperluas permukaan zat padat dapat diamati dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti gula tepung dan gula pasir. Akibatnya reaksi
zat yang berbentuk serbuk lebih cepat dari pada zat yang berbentuk padat. Karena gula
tepung yang berbentuk serbuk lebih luas permukaannya dibandingkan dengan gula
27
pasir. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin halus partikel dari suatu zat padat, maka
2. Suhu reaksi
Laju reaksi dapat juga dipercepat dan diperlambat dengan mengubah suhunya.
Dari pengalaman sehari-hari, kita ketahui bahwa reaksi akan berlangsung lebih cepat
pada suhu yang lebih tinggi. Contohnya dengan melarutkan gula kedalam air panas
dibandingkan dengan gula yang dilarutkan kedalam air dingin. Pada air panas, gula
akan cepat larut, sedangkan pada air dingin, gula akan lama larut. Hal tersebut dapat
mempengaruhi laju reaksi. Jadi semakin tinggi suhu semakin meningkat laju reaksi.
3. Konsentrasi
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi ialah konsentrasi.
Konsentrasi zat berkaitan dengan jumlah partikel zat. Semakin besar jumlah
konsentrasi zat maka jumlah paertikel akan semakin banyak sehingga makin sering
sehari-hari yaitu ada 2 buah porstek yang digunakan untuk membersihkan lantai,
porstek yang pertama lebih pekat, sedangkan porstek yang kedua dicampurkan dengan
air, akibatnya porstek yang pertama lebih cepat bereaksi atau lebih cepat bersih,
sedangkan porstek yang kedua lebih lama karena larutan atau konsentrasinya lebih
encer.
4. Katalisator
Berdasarkan uraian yang dijelaskan, kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi.
Tetapi, reaksi pada suhu yang tinggi dapat merusak kualitas hasil reaksi. Cara lain
28
untuk mempercepat laju reaksi ialah dengan jalan menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan katalis. Katalis adalah zat yang
dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara tetap.
Selain itu, katalis dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi
dan dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi. Contohnya dalam tubuh kita, proses
pencernaan (penguraian makanan oleh air) dipercepat oleh katalis yang disebut enzim.
Enzim-enzim tersebut bekerja secara spesifik, suatu reaksi hanya dapat dipercepat oleh
enzim tertentu. Zat yang akan dipercepat reaksinya disebut substrak. Enzim yang
membentuk suatu kompleks dengan substrak, lalu kompleks itu terurai menghasilkan
5. Tekanan
Jika gas diperbesar, maka volume gas itu mengecil, sehingga letak partikel makin
berdekatan dan makin mudah bertumbukan. Jadi makin besar tekanan gas, makin cepat
reaksinya.
Orde reaksi hanya bisa dicari dari data percobaan laju reaksi,perhitungan orde
reaksi yaitu membandingkan data laju reaksi. Jika data ada yang sama dibandingkan
29
Contoh soal:
Jawab:
(2) = 1
=0
(2) = 1
(2) = 21
=1
30
E. Persamaan Laju Reaksi
V = k [A]m [B]n
(Sudarmo, 2004)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
menghasilkan suatu produk berupa LKPD berbasis inkuiri terbimbing. Borg dan Gall
dan pembelajaran (Sugiyono, 2015). Uji efektivitas dari LKPD berbasis inkuiri
one group pretest and posttest design. Pada penelitian ini tidak ada kelompok kontrol
dan hanya satu kelompok yang diukur dan diamati gejala-gejala yang muncul setelah
diberikan perlakuan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis inkuiri
terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah
literasi sains.
itu peserta didik kelas XI di SMAN 1 Banda Aceh. Sampel pada penelitian ini
adalah kelas XI IPA yang berjumlah 28 orang peserta didik tahun ajaran 2017/2018.
Kelompok sampel uji coba LKPD ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling
32
yang ditentukan berdasarkan saran dari guru kimia di SMAN 1 Banda Aceh yang
model pengembangan bahan ajar yaitu model ADDIE. Model ini memilki 5 tahapan
adalah:
Pada tahap analisis, peneliti melakukan need assessment atau analisis kebutuhan,
Hasil yang diharapkan pada tahap ini adalah keadaan sampel dan data mengenai
33
pembelajaran, dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, dan realistis.
Menyusun instrumen tes yang didasari atas tujuan pembelajaran yang telah
untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Setelah desain selesai, lalu dilakukan
melihat kelayakan dan kesesuaian dari desain yang telah selesai dirancang dengan
tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini dilakukan proses merealisasikan desain LKPD berbasis inkuiri
LKPD berbasis inkuiri terbimbing, setelah itu dilakukan evaluasi formatif pada
setiap fase pengembangan. Evaluasi yang dilakukan berupa masukan serta revisi
dari para ahli materi kimia dan bahan ajar untuk melihat kelayakan dari LKPD.
Hasil dari evaluasi digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki sistem yang
sedang dikembangkan.
inkuiri terbimbing sebagai bahan ajar yang sedang dikembangkan. Pada tahap
sains melalui komentar dari hasil angket tanggapan peserta didik. Selama proses
34
penerapan, dilakukan evaluasi akhir dimana hasil yang diperoleh digunakan untuk
Tahap evaluasi adalah bagian dari tahap implementasi, bentuk dari evaluasi pada
tahap akhir adalah evaluasi secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengevakuasi
LKPD berbasis inkuiri terbimbing agar LKPD tersebut layak untuk digunakan,
Evaluasi
Analisis kebutuhan
(needs assessment)
Perancangan
Evaluasi Evaluasi
(design)
()
Implementasi
(implementation)
Evaluasi
35
3.3.2 Penilaian Kualitas LKPD berbasis Inkuiri Terbimbing
kesesuaian materi dilakukan dengan meminta kesediaan para ahli dalam bidang kimia,
dalam hal ini yaitu dosen Magister Pendidikan IPA konsentrasi kimia. Setiap ahli yang
menjadi validator akan menilai kualitas materi dan kualitas LKPD berbasis inkuiri
terbimbing.
memberikan soal tes yang mencakup semua konten dari LKPD berbasis inkuiri
terbimbing, hal yang diukur adalah keterampilan proses sains peserta didik terhadap
terbimbing, lembar angket, dan soal tes literasi sains peserta didik.
keadaan kurikulum dan realisasinya, mengamati keadaan peserta didik secara umum,
penelitian dan pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing sebagai bahan ajar
pembelajaran.
36
3.4.2 Lembar Validasi LKPD berbasis Inkuiri Terbimbing
Validasi LKPD berbasis inkuiri terbimbing adalah suatu proses untuk menguji
kesesuaian LKPD dengan kompetensi dasar kimia. Jika LKPD memperoleh hasil yang
valid maka LKPD tersebut dinyatakan efektif untuk dipelajari guna mencapai
kompetensi yang menjadi target belajar. Pengujian tingkat validitas LKPD dilakukan
dengan cara meminta bantuan para ahli materi kimia dan menguasai kompetensi bahan
ajar, dalam hal ini adalah dosen bidang studi pendidikan kimia yang menguasai materi
laju reaksi. Instrumen yang digunakan berupa lembar catatan untuk menulis masukan
dan saran bagi pengembangan LKPD. Teknik validasi yang digunakan adalah
validator melihat kembali secara cermat isi dari LKPD dengan cara memeriksa apakah
tujuan pembelajaran, uraian materi, kelayakan identitas, tampilan kebahasaan, isi, dan
karakteristik efektif untuk digunakan sebagai bahan ajar untuk menguasai kompetensi
yang menjadi target belajar. Setelah dilakukan validasi, selanjutnya dilakukan revisi
3.4.3 Angket
Angket skala Likert pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan
guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi laju
reaksi yang telah dikembangkan. Angket ini diisi pada hari akhir proses pembelajaran.
1) Menentukan jumlah indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon guru dan
2) Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar check list dengan
Soal tes tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur literasi
sains peserta didik yang bebertuk pilihan ganda (multiple choise) sebanyak 20 soal.
Soal tes ini diberikan pada akhir pembelajaran setelah peserta didik melakukan
dalam penelitian ini telah divalidasi terlebih dahulu oleh dua orang ahli.
Soal tes yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar,
karena soal yang mudah tidak merangsang peserta didik dalam berpikir untuk
memecahkannya. Sedangkan soal yang sukar akan menyebabkan peserta didik putus
asa dan tidak memilki semangat untuk mencoba lagi karena diluar kemampuannya.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sudijono (2011), Butir-
butir item tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir
item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Kriteria suatu soal ada tiga yaitu mudah,
38
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00.
= .................................................................................... (3.1)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta didik mengikuti tes.
antara siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan tinggi.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks Diskriminasi (D).
39
B A BB
D PA PB
JA JB ............................................................................. (3.2)
Keterangan:
Batasan Kategori
(Surapranata, 2009)
40
Setelah instrumen penelitian berupa soal tes literasi sains di-judgement oleh
beberapa dosen ahli, selanjutnya soal literasi sains ini diuji coba. Hasil uji coba
instrumen yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis butir soal yang bertujuan
untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dan untuk mendapatkan data
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Suatu soal dapat dikatakan valid bila kedudukan soal sebagai
instrumen tes (alat ukur) sesuai dengan objek yang diukur. Sudijono (2011)
menyatakan bahwa butir soal dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau
dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan memiliki
kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik:
Ada korelasi positif yang signifikan antara skor soal dengan skor totalnya. Oleh karena
itu untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Salah
()()
= ........................................................... .(3.3)
{ 2 ()2 } { 2 ()2 }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dua variabel yang
dikorelasikan
x = Skor item
y = Skor total
41
N = Jumlah peserta didik
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut ini:
langkah selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas. Selanjutnya, Fraenkel, dkk., 2012
menambahkan, reliabilitas adalah serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila
pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
mengukur ketepatan peserta didik menjawab soal yang diujikan satu kali untuk soal
pilihan ganda, rumus uji reliabilitas adalah rumus Sperman-Brown (Arikunto, 2010),
yaitu:
2 1 1
22
11 = .................................................................................................. .(3.4)
(1+1 1 )
22
42
Keterangan:
berikut:
No Nilai Interpretasi
0,80 < R11 1,00 Sangat tinggi
0,60 < R11 0,80 Tinggi
0,40 < R11 0,60 Cukup
0,20 < R11 0,40 Rendah
0,00 < R11 0,20 Sangat rendah
(Sumber: Arikunto, 2010)
P= 100% ............................................................................................... (3.5)
Keterangan:
P = angka persentase
F = jumlah frekuensi (jumlah peserta didik yang tuntas)
N= jumlah keseluruhan objek (jumlah seluruh peserta didik)
43
Kriteria persentase tanggapan peserta didik dapat dilihat pada Tabel 3.8
berikut:
44