PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Anak-anak dengan DHF umumnya
menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah dan
gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF, seperti anoreksia, muntah,
sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi (WHO, 1999).
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784,
sedangkan di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 1870. Di
Afrika wabah demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 1873 dan di Amerika
Serikat pada tahun 1922 terjadi wabah demam dengue dengan 2 juta penderita. Dalam
kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di Indonesia meningkat
tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat 158.115 kasus
dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus
(Insiden Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan tahun 2010 mencapai sekitar
140.000 kasus.
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis untuk
penyakit DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2007 terdapat sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus, tahun
2009 kasus turun menjadi 18.728 kasus dan pada tahun 2010 sekitar 17.000 kasus
DBD.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari penyakit DHF ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit DHF ?
3. Bahaimana Klasifikasi dari penyakit DHF ?
4. Bagaimana Manifestasi klinis dari DHF ?
5. Bagaimana Patofisiologi penyakit DHF ?
6. Pathway dari penyakit DHF ?
7. Bagaimana komplikasi dari DHF ?
8. Bagaimana Pemeriksaan penunjang DHF ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan DHF ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit DHF .
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit DHF .
3. Untuk mengetahui Klasifikasi dari penyakit DHF .
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari DHF .
5. Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit DHF .
6. Untuk mengetahui Pathway dari penyakit DHF .
7. Untuk mengetahui komplikasi dari DHF .
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang DHF .
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan DHF .
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DHF
Dengue Haemoragic Fever ( DHF ) merupakan suatu infeksi akut yg
disebabkan oleh adanya arbovirus (arthropodbom virus) & ditularkan melalui gigitan
dari nyamuk Aedes (Aedes albopictus & Aedes aegypti) (ngastiyah, 2005). DHF (
Dengue Haemoragic Fever ) Suatu penyakit infeksi yg umumnya disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis yaitu demam, nyeri otot & juga adanya nyeri
sendi yang disertai dengan adanya lekopenia, ruam, trombositopenia, limfadenopati,
& diastesis haemoragic (Suhendro, dkk, 2007). Demam berdarah dengue merupakan
suatu penyakit demam akut yang umumnya di sebabkan oleh 4 type serotipe virus
dengue & ditandai dengan adanya 4 gejala klinis utama yakni demam yg tinggi,
manifestasi sebuah perdarahan, hepatomegali, dan beberapa tanda kegagalan sirkulasi
hingga timbulnya sebuah renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari
adanya suatu kebocoran plasma yg dapat menyebabkan sebuah kematian.(Abdul
Rohim,dkk,2002)
B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam golongan genus
flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus ialah suatu virus dengan diameter
sekitar 30 mm yg terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul mencapai 4 x 106. Terdapat 4 type serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4 ygkeseluruhannya dapat menyebabkan terjadinya demam
dengue. Ke 4 type serotipe ini bisa ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
merupakan serotipe terbanyak ditemukan (Suhendro, 2007).
Virus Dengue merupakan family flaviviridae dengan 4 serotipe ( DEN 1, 2, 3, 4 ).
Yang terdiri dari genom RNA stranded yg dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus
Dengue memerlukan adanya asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga akan
mengganggu pada proses sintesis protein sel pejamu.
2. Vektor
Virus dengue dengan serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yakni nyamuk aedes aegypti, aedes polynesiensis, nyamuk aedes albopictus, dan
3
beberapa spesies lain yg merupakan sebuah vektor yg kurang berperan berperan.
Infeksi yang di timbulkan dari salah satu serotipe akan memunculkan adanya
antibodi seumur hidup pada serotipe yg bersangkutan namun tidak ada
perlindungan terhadap serotipe dari jenis yg lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000).
3. Host
Apabila seseorang mendapatkan sebuah infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan suatu imunisasi yg spesifik namun tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk bisa terinfeksi kembali pada virus dengue yg
sama typenya atauupun virus dengue dari type lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) dapat saja terjadi jika seseorang yg pernah memperoleh infeksi virus
dengue type tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau bisa
lebih. Misalnya terjadi pada bayi yg mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya apabila ia telah mendapatkan sebuah imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui tali plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4 golongan, yakni :
1. Derajat I
Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya perdarahan
spontan. biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji tourniquet hasilnya ialah
positif, trombositipenia, & hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala perdarahan
spontan seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis, perdarahan gusi, melena,
dan ditemukan pula adanya perdarahan pada kulit
3. Derajat III
Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah &
cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit , tekanan darah mengalami penurunan.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur, anggota
gerak/akral teraba dingin, berkeringat & kulit tampak pucat/biru.
D. MANIFESTASI KLINIS
4
1. Demam
Demam biasanya terjadi dengan cara yang mendadak berlangsung dalam
waktu 2 7 hari kemudian kembali turun menuju suhu yg normal atau bisa lebih
rendah. Diikuti dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinik yang tidak
spesifik dapat muncul misalnya anoreksia, adanya nyeri punggung , nyeri tulang
dan pula nyeri persediaan, nyeri kepala serta rasa lemah juga dapat menyertainya.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam & umumnya
terjadi pada kulit & dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet yg positif mudah
terjadi adanya perdarahan pada vena, purpura dan petekia.
3. Hepatomegali
Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa teraba, meski
pada anak yg kurang gizi hati juga sudah diraba. apabila terjadi peningkatan dari
hepatomegali & hati telah teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
adanya tejadi sebuah renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok)
Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan beberapa tanda
kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apabila syok terjadi
ketika masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat buruk
.
E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes
aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah
adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi system
komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan
dilepasnya C3a & C5a,dua peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine &
suatu merupakan mediator yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya
permeabilitas dari dinding pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel
dinding tersebut. Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi
oleh virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang
mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF dapat
terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang
dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi
5
anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya konsentrasi yg kompleks
antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi . Hal pertama yg akan terjadi
jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg menyebabkan penderita mengalami
demam, adanya sakit kepala, merasa mual, nyeri otot, dan merasa pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-bintik merah pada kulit (petekie), adanya
hyperemia tenggorokan dan kelainan yg mungkin saja muncul pada system
retikuloendotelial seperti adanya pembesaran pada kelenjar-kelenjar getah bening,
hati & limpa. Ruam pada DHF disebabkan lantara adanya kongesti pembuluh darah
dibawah kulit bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa
(Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya
volume plasma, sehingga terjadi hipotensi, dan hipoproteinemia, dan
hemokonsentrasi, serta efusi juga adanya renjatan (syok).
6
Pathway
Pathway DHF
7
F. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Trombosit mengalami penurunan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Menganjurkan tirah baring
3. Pemberian terapi cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena ( biasanya
diberikan ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling
8
sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF
10
keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan
tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan
air, botol dan ban bekas. Tempat tempat seperti ini biasanya banyak dibuat
sarang nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada
riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan
Pengkajian Per Sistem
a) Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b) Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
c) Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.
d) Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn
limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri
sat kencing, kencing berwarna merah.
f) Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
11
B. Diagnosa Dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC : Fluid management
Definisi : Penurunan cairan Fluid balance Timbang popok/pembalut jika
intravaskuler, interstisial, Hydration diperlukan
dan/atau intrasellular. Ini Nutritional Status : Food and Pertahankan catatan intake dan
mengarah ke dehidrasi, Fluid Intake output yang akurat
kehilangan cairan dengan Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi (
pengeluaran sodium Mempertahankan urine kelembaban membran mukosa,
output sesuai dengan usia nadi adekuat, tekanan darah
Batasan Karakteristik : dan BB, BJ urine normal, ortostatik ), jika diperlukan
- Kelemahan HT normal Monitor hasil lAb yang sesuai
- Haus Tekanan darah, nadi, suhu dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
- Penurunan turgor kulit/lidah tubuh dalam batas normal osmolalitas urin )
- Membran mukosa/kulit Tidak ada tanda tanda Monitor vital sign
kering dehidrasi, Elastisitas turgor
Monitor masukan makanan /
- Peningkatan denyut nadi, kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus cairan dan hitung intake kalori
penurunan tekanan darah,
yang berlebihan harian
penurunan volume/tekanan
nadi Kolaborasi pemberian cairan IV
- Pengisian vena menurun Monitor status nutrisi
- Perubahan status mental Berikan cairan
- Konsentrasi urine meningkat Berikan diuretik sesuai interuksi
- Temperatur tubuh meningkat Berikan cairan IV pada suhu
- Hematokrit meninggi ruangan
- Kehilangan berat badan Dorong masukan oral
seketika (kecuali pada third Berikan penggantian nesogatrik
spacing) sesuai output
Faktor-faktor yang Dorong keluarga untuk membantu
berhubungan: pasien makan
- Kehilangan volume cairan Tawarkan snack ( jus buah, buah
secara aktif segar )
- Kegagalan mekanisme
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
pengaturan
berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
12
abnormal (Rales atau crakles), output jantung dan vital sign kelebihan cairan (cracles, CVP ,
kongestikemacetan paru, dalam batas normal edema, distensi vena leher, asites)
pleural effusion Terbebas dari kelelahan, Kaji lokasi dan luas edema
- Hb dan hematokrit kecemasan atau kebingungan Monitor masukan makanan /
menurun, perubahan Menjelaskanindikator cairan dan hitung intake kalori
elektrolit, khususnya kelebihan cairan harian
perubahan berat jenis Monitor status nutrisi
- Suara jantung SIII
Berikan diuretik sesuai interuksi
- Reflek hepatojugular positif
Batasi masukan cairan pada
- Oliguria, azotemia
keadaan hiponatrermi dilusi dengan
- Perubahan status mental, serum Na < 130 mEq/l
kegelisahan, kecemasan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Fluid Monitoring
- Mekanisme pengaturan
melemah Tentukan riwayat jumlah dan tipe
- Asupan cairan berlebihan intake cairan dan eliminaSi
- Asupan natrium berlebihan Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas
urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akutar intake dan
output
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
13
sampai berat yang dapat Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
diantisipasi dengan akhir yang berkurang Evaluasi pengalaman nyeri masa
dengan
dapat diprediksi dan dengan menggunakan manajemen lampau
durasi kurang dari 6 bulan. nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim
Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
Batasan karakteristik : (skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol nyeri masa
- Laporan secara verbal atau dan tanda nyeri) lampau
non verbal Menyatakan rasa nyaman Bantu pasien dan keluarga untuk
- Fakta dari observasi setelah nyeri berkurang mencari dan menemukan
- Posisi antalgic untuk Tanda vital dalam rentang dukungan
menghindari nyeri normal Kontrol lingkungan yang dapat
- Gerakan melindungi mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati-hati ruangan, pencahayaan dan
- Muka topeng kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, Kurangi faktor presipitasi nyeri
tampak capek, sulit atau Pilih dan lakukan penanganan nyeri
gerakan kacau, menyeringai) (farmakologi, non farmakologi dan
- Terfokus pada diri sendiri inter personal)
- Fokus menyempit Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
(penurunan persepsi waktu, menentukan intervensi
kerusakan proses berpikir, Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan farmakologi
orang dan lingkungan) Berikan analgetik untuk mengurangi
- Tingkah laku distraksi, nyeri
contoh : jalan-jalan, menemui Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
orang lain dan/atau aktivitas, Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang-ulang) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
- Respon autonom (seperti keluhan dan tindakan nyeri tidak
diaphoresis, perubahan berhasil
tekanan darah, perubahan Monitor penerimaan tentang
nafas, nadi dan dilatasi pupil) manajemen nyeri
- Perubahan autonomic dalam Analgesic Administration
tonus otot (mungkin dalam Tentukan lokasi, karakteristik,
rentang dari lemah ke kaku) kualitas, dan derajat nyeri sebelum
- Tingkah laku ekspresif pemberian obat
(contoh : gelisah, merintih, Cek instruksi dokter tentang jenis
menangis, waspada, iritabel, obat, dosis, dan frekuensi
nafas panjang/berkeluh Cek riwayat alergi
kesah) Pilih analgesik yang diperlukan atau
- Perubahan dalam nafsu kombinasi dari analgesik ketika
makan dan minum pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
Faktor yang berhubungan : tergantung tipe dan beratnya nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, Tentukan analgesik pilihan, rute
fisik, psikologis) pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
14
dan gejala (efek samping)
15
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
16
- Nyeri abdominal dengan atau Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tanpa patologi tidak selama jam makan
- Kurang berminat terhadap Monitor kulit kering dan perubahan
makanan pigmentasi
- Pembuluh darah kapiler Monitor turgor kulit
mulai rapuh Monitor kekeringan, rambut kusam,
- Diare dan atau steatorrhea dan mudah patah
- Kehilangan rambut yang Monitor mual dan muntah
cukup banyak (rontok) Monitor kadar albumin, total protein,
- Suara usus hiperaktif Hb, dan kadar Ht
- Kurangnya informasi, Monitor makanan kesukaan
misinformasi Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Faktor-faktor yang Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan : kekeringan jaringan konjungtiva
Ketidakmampuan pemasukan Monitor kalori dan intake nuntrisi
atau mencerna makanan atau Catat adanya edema, hiperemik,
mengabsorpsi zat-zat gizi hipertonik papila lidah dan cavitas
berhubungan dengan faktor oral.
biologis, psikologis atau Catat jika lidah berwarna magenta,
ekonomi. scarlet
17
peristaltik) sistemik dan lokal
- Penyakit kronik Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
18
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
19