I. Pengertian
Adapun pengertian Chronik Kiddney desease /Gagal Ginjal Kronik antara lain :
1. Gagal Ginjal Kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan kesimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (Brunner dan Suddarth, 2001).
2. Gagal Ginjal Kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat peristen dan
ireversibel. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat (Mansjoer dkk, 2000).
3. Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandai dengan
fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir (Susan Tucker,
1998).
III. Etiologi.
Banyak hal yang dapat menyebabkan Gagal Ginjal Kronik. Banyak penyakit ginjal yang
mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tetapi semuanya sama-sama
menyebabkan destruksi nefron yang progresif. Pada tabel 1 dan 2 dapat dilihat penyebab
Gagal Ginjal Kronik.
Tabel 1 : Klasifikasi sebab-sebab Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Infeksi Plelonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulo nefritis
Penyakit vaskular hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Tabel 2. Dua golongan utama penyakit yang dapat menyebabkan Gagal Ginjal Kronik.
Golongan Penyakit Penyakit
1. Penyakit parenkin ginjal.
a. Penyakit ginjal primer. Glomerulonefritis, pielonefritis, gagal
ginjal polikistik, tuberculosis ginjal.
VI. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik menurut (Mubin A. Halimi 2001) yaitu :
a. Istirahat
b. Diet
1. Protein, maksimal 30 gr/hari.
2. Rendah kalori : 40 50 kal/kg/hari
3. Cairan dan elektrolit, pertama berikan 3000 ml IV, lalu berikan sampai
diuresis cukup 40 ml/jam. Cairan dibatasi bila ada :
a. Edema
b. Hipertensi
c. Gagal jantung kongestif
4. Natrium dibatasi, namun cukup untuk menjaga volume cairan
ekstraseluler.
5. Kalium dibatasi bila ada oliguria.
6. Bila kadar kalium > 6,5 mEq/I perlu rawat inap.
a. Hiperkaliemi akut diberikan insulin dan dekstrose IV, fludrokortison,
Albuterol nebuliser.
b. Hiperkaliemi kronis dapat diberikan natrium polystyrene sulfonate
(kayexalate).
c. Medikamentosa
1. Obat pertama
Bila ada asidosis metabolik diberikan natrium bikarbonat 20 30 nmol/d
atau natrium sitrat, sebaiknya dikombinasi dengan loop diuretik.
2. Obat alternatif
a. Eritropoetin bila ada anemia
b. Preparat kalsium : 3 x 650 mg bila terdapat hipokalsemia dan
hiperfosfatemia.
c. Alupurinol. Bila ada hiperurisemi dan terjadi arthritis Gout.
d. Transfusi darah Hanya bila perlu.
e. Dialisis
f. Tranplantasi ginjal terbaik.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan (Lismidar, 2005).
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(Insomnia/gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak, tangan.
Distritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
3. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan yang tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
5.Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
6. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom
kaki gelisah bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma.
Penurunan DTR.
Tanda chvostek dan trosseau positif, kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk
saat malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
Pernapasan.
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk
dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(pernapasan kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah
muda encer (edema paru).
8. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh
lebih rendah dari normal (efek GGK/depresi respon imun),
petekie, area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik)
pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
9. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenonea; infertilitas.
Interaksi sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
10. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal)
penyakit polikistik, nefritis, herediter, kalkulus urinaria,
malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
Diagnosa.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang nyata
ataupun potensial, dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien
dapat ditanggulangi atau dikurangi (H. Lismidar dkk, 2005).
Diagnosa yang diambil untuk klien dengan Gagal Ginjal Kronik menurut (Doenges,
2000) adalah :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial dan
tahanan vaskular sistemik.
2. Resiko tinggi terhadap (profil berat abnormal) cedera berhubungan dengan
penekanan produksi/sekresi eritropoietin, pembengkakkan, peningkatan kerapuhan
kapiler.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis: akumulasi toksin,
asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, klasifikasi metastatik
pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolik sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensai (neuropati perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang rencana keperawatan
(Effendy, 1995). Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang sistematis dan
identifikasi masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara atau strategi (Effendy,
1998). Rencana keperawatan yang berdasarkan diagnosa adalah sebagai berikut :
1. Resiko tingi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial
dan tahan vaskuler sistemik.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi
jantung dalam batas normal; nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisian kapiler.
10.Perbaikan
10. Awasi pemeriksaan laboratorium, peningkatan/ketidakseimban
contoh : BUN/kreatinin, elektrolit gan dapat mempengaruhi
serum, kadar glukosa dan GDA kognitif/mental.
(PO2, PH).
11. Perbaikan hipoksia saja
11. Berikan tambahan O2 sesuai dapat memperbaiki kognitif.
indikasi.
12.Obat-obatan secara normal
12. Hindari penggunaan karbohidrat di detoksifikasi dalam ginjal
dan oplat. akan mengalami waktu
paru/efek akumulasi,
memperburuk kekacauan.
Pelaksanaan.
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan, dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien secara normal. Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendy, 1998).
Secara mandiri (independen)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya
stressor (penyakit). Misalnya :
1. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Memberikan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus.
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
secara wajar.
4. Menciptakan lingkungan terapeutik (Effendy, 1998).
Rujukan/ketergantungan (dependen).
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
diantaranya dokter, psikologi, psikiater, ahli gizi, fisioterapi dan
sebagainya, misalnya dalam hal :
1. Pemberian makan pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat
oleh ahli gizi.
2. Latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjran bagian fisoterapi.