PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh manusiauntuk
melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang dibangun dapat dipakai, dihuni,dan dinikmati
oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana lain, yang disebut
prasarana bangunan atau utilitas bangunan. Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari
suatu bangunangedung, agar bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninyaakan merasa nyaman, aman, dan sehat. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa
jurusan arsitekturharus mengetahui bagimana cara merancang sistem utilitas yang baik pada
bangunan atau gedung
1.2. Tujuan
- Memahami dasar-dasar system lingkungan dan utilitas transportasi non mekanik pada
bangunan
1.3. Manfaat
- Dapat menerapkan dasar-dasar system lingkungan dan utilitas transportasi non
mekanis pada perancangan gedung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat yang menunjang atau memberi fasilitas
sirkulasi dalam bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana prasarana yang
memperlancar pergerakan manusia di dalam.
2.2. Sistem Transportasi Non Mekanik
Sistem transportasi manual yang juga biasa disebut sistim transportasi tanpa mesin yang
ada dalam bangunan adalah tangga dan ramps. Tangga merupakan alat transportasi vertikal
menghubungkan antar lantai tanpa menggunakan mesin. Penggunaan tangga pada bangunan
bertingkat lebih dari tiga lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan (tangga darurat). Ramps
diperuntukkan bagi sirkulasi beroda seperti gerobag untuk barang dan pengguna kursi roda.
2.2.1. Tangga
Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak
berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain. Tangga juga
mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai
antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain lain.
Ketentuan Tangga
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi
telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk
membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk
banyak kecelakaan.
Sistem Tangga
Sistem dari suatau konstruksi tangga yang direncanakan dibuat
dengan konstruksi yang kokoh sehingga mampu menampung beban
manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila, tangga mudah
dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat
menapakinya. Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat
mendukung tampilan ruang secara keseluruhan, baik itu proposi ukuran
maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.
Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap trap) yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai tingkat.
Komponen Tangga
a) Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tidak mengalami
penurunan atau pergeseran. Maka, di bagian pangkal tangga bawah
harus diberi pondasi.
Pondasi tangga dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang
ataupun kombinasi kedua bahan tesebut. Pada lantai bertingkat, di
bawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku plat,
agar lantai tidak menahan beban tepusat yang besar.
b) Ibu tangga
Ibu tangga merupakan bagian konstruksi pokok yang berfungsi
mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan konstruksi yang
menjadi satu dengan rangka bangunanya, tetapi boleh juga dibuat
terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan.
c) Anak tangga.
Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
bertumpunya telapak kaki. Anak tangga dipasang secara teratur,
agar aman dilalui oleh pengguna. Bentuk dan lebar serta selisih
tinggi masing- masing anak tangga harus dibuat sama. Anak tangga
dapat dibuat secara terus menerus bersambungan dari bawah sampai
atas. Bila menghendaki variasi bentuk lain, anak tangga dapat juga
dibuat secara terpisah dengan bentuk sesuai selera.
d) Pagar tangga.
Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk
melindungi pemakai agar tidak terpeleset jatuh atau untuk pegangan
saat menaiki tangga tersebut. Pada sisi tangga yang berbatasan
langsung dengan tembok tidak perlu memasang pagar tangga, tapi
disisi lain yang bebas harus diberi pagar. Bentuk pagar tangga dapat
dibuat dengan berbagai motif, yang paling sederhana cukup dibuat
dari papan yang dipakukan pada tiang- tiang yang ditanam pada
anak tangga. Apabila menghendaki bentuk yang artistic, bisa
digunakan kayu yang diukir atau batang baja kecil yang dibentuk
berbagai bentuk.
e) Pegangan Tangga
Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang
anak tangga sebagai tempat bertumpunya tangan bagi orang yang
naik turun tangga agar merasa aman.
Bentuk dan ukuran pegangan dibuat agar terasa enak dan pas
oleh genggaman telapak tangan. Bentuk yang umum dibuat adalah
bulat atau oval dengan diameter 4-5 cm, bila dipakai bentuk persegi
ukurannya adalah 4x6 cm.
Pegangan tangga dipasang bertumpu pada tiang-tiang pagar
tangga. Untuk menahan dorongan orang pada pegangan tangga,
maka tiang- tiang ini harus ditanam kuat pada anak tangga atau ibu
tangga, agar tidak mudah roboh ke samping.
Pada sisi yang berbatasan dengan dinding, pegangan tangga
dapat bertumpu pada begel yang ditanam pada dinding. Sela bebas
antara pegangan tangga dengan dinding minimal 4 cm, agar tangan
tidak sampai bergesekan dengan dinding. Tinggi pegangan tangga
dibuat 80 cm diukur dari permukaan anak tangga.
f) Bordes
Bordes adalah plat datar diantara anak- anak tangga, berguna
sebagai tempat untuk beristirahat sejenak ketika melakukan aktifitas
naik turun tangga. Dari segi kenyamanan, aturan baku pembuatan
tangga, setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga ( setinggi 1,5
2 m) harus dibuat bordes (landing).
Bordes dapat dipasang pada tangga lurus yang terlalu
panjang atau pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Bordes dapat dibuat lebih dari satu, apabila arah berbelok
tangga lebih dari dua kali.
Lebar bordes ideal untuk bangunan rumah tinggal, 80- 100
cm, sementara untuk bangunan umum 120-200 cm.
c) Tangga Lengkung
Tangga lengkung mempunyai nilai seni yang tinggi, tapi untuk
membuatnya cukup sulit dan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Kesalahan kecil yang dibuat menghasilkan bentuk yang gagal dan membuat
suasana ruang menjadi jelek.
Kekuatan konstruksi tangga lengkung terletak pada bagian pangkal
bawah dan ujung atas, dibagian tengah tidak diberi tumpuan, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga nilai seninya agar tidak hilang dan
menonjolkan bentuk kelengkungannya.
d) Tangga Siku
Tangga siku adalah tangga lurus yang berbelok arah atau
mengalihkan arahnya dengan menggunakan bordes. Arah beloknya dapat
satu kali atau lebih tergantung kebutuhan.
Tangga siku dipakai apabila kebutuhan ruang yang panjang tidak
tersedia.
Bordes diletakan pada sudut pertemuan arah. Ruang bawah Bordes
dapat dimanfaatkan sebagai gudang atau km/wc, dengan syarat tinggi dibuat
minimal 2m atau lebih. Ada suatu konstruksi tangga yang bordesnya tidak
mempunyai tumpuan, jadi seolah- olah melayang. Kekuatan konstruksinya
terletak pada pangkal dan ujung atas dengan dukungan jepit- jepit. Jadi
bordes yang dihasilkan merupakan konstruksi Cantilever. Tangga ini
dinamakan konstruksi Tangga Layang (free standing stairs).
e) Tangga Lingkar (spiral)
Tangga lingkar mempunyai poros. Porosnya terletak ditengah
sebagai pusat lingkaran, semua anak tangga melekat pada poros ini hanya
pada suatu sisi, sedangkan sisi lainya bebas, jadi merupakan konstruksi
Cantilever.
Bentuk poros dapat berupa lingkaran atau segi delapan, berdiri tegak
diatas pondasi yang lebar dan berat agar mempunyai kekuatan dan
kestabilan sebagai pendukung anak- anak tangga.
Tangga lingkar cocok dipakai untuk tangga pribadi atau tangga
darurat, tidak memerlukan ruang banyak jadi cukup menghemat ruang.
Kapasitas Tangga
1. Handrail
Handrail berfungsi sebagai pegangan pada ramp untuk
memudahkan orang-orang penyandang disabilitas melewati ramp.
2. Landasan
Landasan merupakan bagian dari ramp yang memiliki fungsi
sebagai tempat istirahat saat melewati ramp, biasanya jarak maksimal
landasan satu dengan yang lainnya adalah 9 meter.
3. Landaian
Landaian merupakan bagian utama dari ramp, landaian memiliki
kemiringan maksimal sebesar 200, ini bertujuan untuk memudahkan
penyandang disabilitas atau orang-orang yang membawa beban berat
melewati ramp. Bagian dari landaian juga harus terbuat dari bahan yang
kasar agar tidak licin.
4. Low Curb
Low curb ada pada landaian yang memiliki fungsi sebagai akses
untuk penyandan disabilitas, low curb berfungsi agar roda pada kursi roda
tidak melewati bagian sisi ramp.
Gambar 1.1
Contoh bagian-bagian ramp
Gambar 1.2
Ilustrasi Handrail dan Landasan
Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu pengguna
ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-bagian ramp yang
memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan dibagian-bagian yang
membahayakan.
Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) 10cm dirancang untuk menghalangi roda kursi
roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatas langsung dengan
lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.
Sumber :
https://dotedu.id/sistem-transportasi-manual-dalam-bangunan/
https://www.slideshare.net/andileo/permen-pu30-2006
http://jurnalarsitek.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-ramp-standar-pembuatan.html
Ching, D.K..2008.Ilustrasi Konstruksi Bangunan.Jakarta:Penerbit Erlangga
Desain Koridor
Dalam mendesain koridor yang pertama harus diperhatikan adalah
dengan memilih material yang disesuaikan dengan bahan yang digunakan
untuk membuat bangunan rumah itu sendiri. Namun yang perlu diingat,
pemilihan material ini juga harus bias dikaitkan dengan efek yang akan
muncul pada koridor.
Contohnya seperti ini. Pada rumah yang mempunyai taman atau
halaman yang luas dan letaknya berada tidak jauh dari ruang keluarga. Agar
tidak menimbulkan gangguan pada penghuni lain yang sedang berada di
ruang tersebut, maka harus ada koridor yang bisa dijadikan sebagai akses
untuk menuju halaman tersebut tanpa melwati ruang keluarga terlebih
dahulu. Dan karena digunakan sebagai akses untuk menuju taman maka
koridor ini bisa dibuat dengan konsep yang terbuka. Lalu untuk lantainya
dapat memilih bahan yang sifatnya lebih kasar. Alasanya karena lantai yang
kasar lebih selaras dengan suasana yang ada ditaman. Lantai tersebut bisa
dibuat dari batu alam atau lantai kayu dan sebagainya.
Untuk pengcahayaan bisa disesuaikan dengan ruang lain yang saling
berhubungan dengan koridor. Jika koridor ini berada di antara ruang makan
dan ruang tidur misalnya, maka bisa menggunakan teknik pencahayaan
yang mampu memunculkan kesan nyaman. Atau dapat juga memakai warna
yang menimbulkan kesan hangat pada plafon dinding. Lalu dinding ini
diberi kelengkapan lampu temple yang memunculkan warna kuning.
Fungsi Koridor
1. Koridor Sebagai Jalur Sirkulasi
Ruang ruang yang terdapat di dalam bangunan pusat
perbelanjaan termasuk atrium dan oid sebagai central place
dihubungkan oleh sebuah komponen arsitektural, yaitu
koridor. Koridor merupakan jalur sirkulasi yang berperan
penting pada bangunan pusat perbelanjaan. Koridor
berfungsi sebagai Jembatan untuk menghubungkan suatu
ruangan dengan ruangan lainya yang terdapat pada
bangunan. Jalur sirkulasi pusat perbelanjaan akan
menentukan aliran atau arus pergerkan manusia dari masuk
sampai keluar dari area pusat perbelanjaan. Sirkulasi ini
merupakan pergerakan manusia yang menghubungkan
anatara pintu masuk, pintu keluar, akses dari kendaraan
umum, anchor store, parker, dan fasilitas lain yang
semuanya saling berkaitan. Salah satu yang dimaksud
kedalam elemen sirkulasi di dalam bangunan adalah koridor.
Koridor pada pusat perbelanjaan harus didesain
secara menarik dan nyaman digunakan oleh para
penggunanya. Selain yang disebutkan diatas, fungsi koridor
semakin menarik karena komponen ini dapat berperan
sebagai pengatur lalu lintas di dalam bangunan. Maksudnya,
koridor berfungsi sebagai pembagi penyebaran sirkulasi di
dalam bangunan, sehingga perlu dihindarkan adanya
penumpukan massa pengunjung di sebuah titik di dalam
bangunan. Karena adanya koridor, penyewa- penyewa yang
ada merasa tidak dirugikan, kios-kios mereka akan tetap
menjadi salah satu tujuan pengunjung selama berada di
dalam bangunan, selama koridor didesain sebaik mungkin
untuk menghindarkan penumpukan pengunjung pada
sebuah titik dalam bangunan.
Desain koridor yang baik adalah koridor yang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para
pengunjungnya. Hal ini akan tercapai apabila terdapat
komponen-komponen lainnya yang ditempatkan pada
koridor yaitu berupa tanda petunjuk arah dan lokasi, pintu
keluar bangunan yang mudah diakses serta railing sebagai
pengaman khusus koridor yang berada pada void.
AKSES EKSIT
Akses Eksit Koridor
1. Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani
suatu daerah yang memiliki suatu beban hunian lebih dari
30 orang harus dipisahkan dari bagian lain bangunan
gedung dengan dinding yang mempunyai tingkat
ketahanan api 1 jam dan sesuai ketentuan tentang
penghalang kebakaran.
2. Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak boleh
diletakkan sehingga menggangu eksit, akses ke sana,
jalan ke luar dari sana atau mengganggu pandangan.
3. Harus tidak ada gangguan karena sandaran pagar,
penghalang atau pintu yang membagi tempat terbuka
menjadi bagian yang berfungsi sebagai ruangan
tersendiri, apartemen atau penggunaan lain.
4. Tidak boleh ada cermin pada pintu eksit, di dalam atau dekat eksit
manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah jalan
ke luar.
e. Pintu Lipat
- Panel pintu berengsel dapat dilipat satu sama lain ketika dibuka.
- Pintu lipat ganda dibagi ke dalam dua bagian, memerlukan area
pengoperasian yang kecil dan digunakan utamanya sebagai
penghalang visual, serta menutup lemari dan ruang penyimpanan
- Pintu arkodion adalah pintu lipat berdaun banyak yang sering
digunakan untuk membagi ruang interior. Biasa digantung pada
trek di head dan dibuka denganmelipat kembali mirip dengan
arkodion
- Penggunaan interior
f. Pintu Putar
- Pintu putar terdiri dari tiga atau empat daun yang berputar di
sumbu vertical pada titik tengahj dalam vestibula depan berbentuk
silinder.
- Diameter 6-6 (1980) untuk penggunaan umum; diameter 7-0
(2135) atau lebih untuk frekuensi lalu lintas yang tinggi
- Terdapat opsi control kecepatan otomatis meluruskan pintu pada
titik seperempat ketika pintu tidak digunakan dan sayap berputar
pada kecepatan berjalan ketika diaktifkan oleh tekanan ringan.
- Beberapa pintu putar mempunyai daun yang secara otomatis
berputar kembali dalam arah masuk ketika diberi tekanan,
menyediakan jalan masuk pada kedua sisi dari sumbu pintu
- Beberapa peraturan kode bangunan menentukan pintu putar harus
memenuhi kebutuhan keluar 50% Peraturan lain tidak
mencantumkan ketentuan pintu putar namun memerlukan pintu
berengsel pada siksi samping untuk digunakan sebagai pintu
darurat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Utilitas sangat mendukung bagi aktivitas civitas yang berada didalamnya. Standar
ukuran dapat mempernyaman pergerakan aktivitas penghuni. System transportasi non
mekanik diharapkan memperlancar sirkulasi pergerakan yang ada dalam gedung.
Kenyamanan pada saat membawa barang ataupun beban menentukan keberhasilan dari
utilitas non mekanik.
3.2. Saran
Diharapkan bagi para perancang untuk memperhatikan utilitas yang akan
menunjang keberhasilan rancangan sebuah bangunan baik hunian ataupun public.
Diharapkan juga memahami dasar-dasar system utilitas agar mempermudah pada proses
perancangan