Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh manusiauntuk
melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang dibangun dapat dipakai, dihuni,dan dinikmati
oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana lain, yang disebut
prasarana bangunan atau utilitas bangunan. Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari
suatu bangunangedung, agar bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninyaakan merasa nyaman, aman, dan sehat. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa
jurusan arsitekturharus mengetahui bagimana cara merancang sistem utilitas yang baik pada
bangunan atau gedung

1.2. Tujuan
- Memahami dasar-dasar system lingkungan dan utilitas transportasi non mekanik pada
bangunan

1.3. Manfaat
- Dapat menerapkan dasar-dasar system lingkungan dan utilitas transportasi non
mekanis pada perancangan gedung

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat yang menunjang atau memberi fasilitas
sirkulasi dalam bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana prasarana yang
memperlancar pergerakan manusia di dalam.
2.2. Sistem Transportasi Non Mekanik
Sistem transportasi manual yang juga biasa disebut sistim transportasi tanpa mesin yang
ada dalam bangunan adalah tangga dan ramps. Tangga merupakan alat transportasi vertikal
menghubungkan antar lantai tanpa menggunakan mesin. Penggunaan tangga pada bangunan
bertingkat lebih dari tiga lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan (tangga darurat). Ramps
diperuntukkan bagi sirkulasi beroda seperti gerobag untuk barang dan pengguna kursi roda.
2.2.1. Tangga

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak undak (trap) yang


menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan
untuk naik dan turun antara lantai tingkat.

Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak
berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain. Tangga juga
mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai
antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain lain.

Bagian bagian dari struktur tangga


1. Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan,
pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau
kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok
anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang
besar.
Ibu tangga Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi
untuk mendukung anak tangga.
2. Anak tangga
Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan
jarak yang sama dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah
menjadi nyaman, enak untuk melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan
sesuai selera pemilik atau arsiteknya.
3. Pagar tangga
Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai
pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu
tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh.
Pagar tangga dapat dibuat dengan macam macam variasi agar lebih artistik
dan pada lantai tingkat disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman
agar penghuni tidak terjerumus jatuh.
4. Penggunaan tangga
Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk
bertumpunya tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan
tangga bertumpu pada tiang tiang tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.
5. Bordes
Adalah pelat datar diantara anak anak tangga sebagai tempat beristirahat
sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 100 cm dan untuk
bangunan umum, lebar bordesnya dibuat antara 120 200 cm.
Dapat dibuat dengan 3 model, yaitu Bordes tangga lurus, bordes tangga L
dan bordes tangga U.

Ketentuan Tangga
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi
telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk
membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk
banyak kecelakaan.

1. Tangga harus bebas dari goncangan keras.


2. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga
antara pegangan tangan dengan dinding.
3. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
4. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci
pegangan tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
5. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan
yang halus dan bebas dari serpihan.
6. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat
dan tidak kurang dari dua puluh derajat.
7. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku
yang menonjol.

Konstruksi Tangga Berdasarkan Bahan


1. Konstruksi tangga kayu
Untuk bangunan sederhana dan semi permanen.
Pertimbangan : material kayu ringan, mudah didapat serta
menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi
profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui
oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur
yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di
ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan
cahaya.

Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal


adalah dari 3 - 4 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran
panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda. Umumnya
konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh
tanpa sambungan.
2. Konstruksi tangga baja
Biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar
komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga
ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan
peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain. Tangga ini
kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam
akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka
akan menambah biaya perawatan.
3. Konstruksi tangga beton
Sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2
(dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor,
rumah tinggal, pertokoan.

Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak


tangga hanya dari satu sisi saja. Fungsinya hanya membungkus
beton supaya secara estetika lebih indah, baik dibungkus semua atau
hanya bagian atas (bagian pijakan / steps) saja. Adapun ukuran tebal
papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm,
sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran lebar tangga
Anda. Tangga dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan
kayu baik dari papan kayu utuh maupun papan kayu sambungan.

Sistem Tangga
Sistem dari suatau konstruksi tangga yang direncanakan dibuat
dengan konstruksi yang kokoh sehingga mampu menampung beban
manusia saat menapaki tangga. Disebut nyaman apabila, tangga mudah
dilalui dan tidak membuat orang mudah lelah maupun bosan saat
menapakinya. Tangga selain aman dan nyaman, semestinya dibuat
mendukung tampilan ruang secara keseluruhan, baik itu proposi ukuran
maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.
Tangga adalah jalur bergerigi (mempuyai trap trap) yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai tingkat.

Komponen Tangga

a) Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tidak mengalami
penurunan atau pergeseran. Maka, di bagian pangkal tangga bawah
harus diberi pondasi.
Pondasi tangga dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang
ataupun kombinasi kedua bahan tesebut. Pada lantai bertingkat, di
bawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku plat,
agar lantai tidak menahan beban tepusat yang besar.
b) Ibu tangga
Ibu tangga merupakan bagian konstruksi pokok yang berfungsi
mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan konstruksi yang
menjadi satu dengan rangka bangunanya, tetapi boleh juga dibuat
terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan.
c) Anak tangga.
Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
bertumpunya telapak kaki. Anak tangga dipasang secara teratur,
agar aman dilalui oleh pengguna. Bentuk dan lebar serta selisih
tinggi masing- masing anak tangga harus dibuat sama. Anak tangga
dapat dibuat secara terus menerus bersambungan dari bawah sampai
atas. Bila menghendaki variasi bentuk lain, anak tangga dapat juga
dibuat secara terpisah dengan bentuk sesuai selera.
d) Pagar tangga.
Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk
melindungi pemakai agar tidak terpeleset jatuh atau untuk pegangan
saat menaiki tangga tersebut. Pada sisi tangga yang berbatasan
langsung dengan tembok tidak perlu memasang pagar tangga, tapi
disisi lain yang bebas harus diberi pagar. Bentuk pagar tangga dapat
dibuat dengan berbagai motif, yang paling sederhana cukup dibuat
dari papan yang dipakukan pada tiang- tiang yang ditanam pada
anak tangga. Apabila menghendaki bentuk yang artistic, bisa
digunakan kayu yang diukir atau batang baja kecil yang dibentuk
berbagai bentuk.
e) Pegangan Tangga
Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang
anak tangga sebagai tempat bertumpunya tangan bagi orang yang
naik turun tangga agar merasa aman.
Bentuk dan ukuran pegangan dibuat agar terasa enak dan pas
oleh genggaman telapak tangan. Bentuk yang umum dibuat adalah
bulat atau oval dengan diameter 4-5 cm, bila dipakai bentuk persegi
ukurannya adalah 4x6 cm.
Pegangan tangga dipasang bertumpu pada tiang-tiang pagar
tangga. Untuk menahan dorongan orang pada pegangan tangga,
maka tiang- tiang ini harus ditanam kuat pada anak tangga atau ibu
tangga, agar tidak mudah roboh ke samping.
Pada sisi yang berbatasan dengan dinding, pegangan tangga
dapat bertumpu pada begel yang ditanam pada dinding. Sela bebas
antara pegangan tangga dengan dinding minimal 4 cm, agar tangan
tidak sampai bergesekan dengan dinding. Tinggi pegangan tangga
dibuat 80 cm diukur dari permukaan anak tangga.
f) Bordes
Bordes adalah plat datar diantara anak- anak tangga, berguna
sebagai tempat untuk beristirahat sejenak ketika melakukan aktifitas
naik turun tangga. Dari segi kenyamanan, aturan baku pembuatan
tangga, setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga ( setinggi 1,5
2 m) harus dibuat bordes (landing).
Bordes dapat dipasang pada tangga lurus yang terlalu
panjang atau pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Bordes dapat dibuat lebih dari satu, apabila arah berbelok
tangga lebih dari dua kali.
Lebar bordes ideal untuk bangunan rumah tinggal, 80- 100
cm, sementara untuk bangunan umum 120-200 cm.

Ragam Bentuk Tangga


Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dengan ruangan
yang tesedia. Selain itu bentuk tangga dibuat indah dan serasi dengan interior
ruangan, agar suasana yang dihasilkan terlihat artistic dan harmonis.
Bentuk tangga ada bermacam- macam, karena tangga tidak hanya
merupakan jalan untuk naik turun antara lantai bertingkat, melainkan juga suatu
elemen keindahan dalam interior rumah.
a) Tangga Lurus
Merupakan bentuk tangga paling konvensional dan mudah
dikerjakan. Model tangga dari bawah langsung menuju ke atas dalam satu
garis/ arah. Lebar ruang tangga yang dibutuhkan hanya selebar anak tangga
saja, tapi memanjang sesuai jumlah anak tangganya. Tangga lurus cocok
digunakan untuk beda tinggi lantai yang kecil.
Tangga lurus biasanya digunkan pada rumah luas, berbentuk
memanjang seperti lorong yang beratap sedang/ rendah. Dalam
pengaplikasiannya, tangga lurus membutuhkan tempat yang lebih banyak
secara horizontal. Penggunaan bentuk ini menghasilkan ruang bawah
tangga yang cukup luas sehingga dapat dimanfaatkan menjadi ruang
tertentu.
b) Tangga Miring (berzig- zag)
Tangga miring mempunyai ibu tangga yang lurus, tetapi beberapa
anak tangganya dibuat miring (zig- zag), biasanya pada anak tangga
pertama sampai beberapa anak tangga berikutnya, atau pada bagian
peralihan arah dibuat berzig- zag. Anak tangga yang miring mempunyai
lebar tidak sama, bagian sisi dalam lebarnya lebih kecil dari pada sisi luar.
Tangga miring hanya bersifat menambah nilai artistiknya saja.

c) Tangga Lengkung
Tangga lengkung mempunyai nilai seni yang tinggi, tapi untuk
membuatnya cukup sulit dan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
Kesalahan kecil yang dibuat menghasilkan bentuk yang gagal dan membuat
suasana ruang menjadi jelek.
Kekuatan konstruksi tangga lengkung terletak pada bagian pangkal
bawah dan ujung atas, dibagian tengah tidak diberi tumpuan, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga nilai seninya agar tidak hilang dan
menonjolkan bentuk kelengkungannya.
d) Tangga Siku
Tangga siku adalah tangga lurus yang berbelok arah atau
mengalihkan arahnya dengan menggunakan bordes. Arah beloknya dapat
satu kali atau lebih tergantung kebutuhan.
Tangga siku dipakai apabila kebutuhan ruang yang panjang tidak
tersedia.
Bordes diletakan pada sudut pertemuan arah. Ruang bawah Bordes
dapat dimanfaatkan sebagai gudang atau km/wc, dengan syarat tinggi dibuat
minimal 2m atau lebih. Ada suatu konstruksi tangga yang bordesnya tidak
mempunyai tumpuan, jadi seolah- olah melayang. Kekuatan konstruksinya
terletak pada pangkal dan ujung atas dengan dukungan jepit- jepit. Jadi
bordes yang dihasilkan merupakan konstruksi Cantilever. Tangga ini
dinamakan konstruksi Tangga Layang (free standing stairs).
e) Tangga Lingkar (spiral)
Tangga lingkar mempunyai poros. Porosnya terletak ditengah
sebagai pusat lingkaran, semua anak tangga melekat pada poros ini hanya
pada suatu sisi, sedangkan sisi lainya bebas, jadi merupakan konstruksi
Cantilever.
Bentuk poros dapat berupa lingkaran atau segi delapan, berdiri tegak
diatas pondasi yang lebar dan berat agar mempunyai kekuatan dan
kestabilan sebagai pendukung anak- anak tangga.
Tangga lingkar cocok dipakai untuk tangga pribadi atau tangga
darurat, tidak memerlukan ruang banyak jadi cukup menghemat ruang.

Kapasitas Tangga

Peraturan pada tangga dalam bangunan berbeda-beda. DIN 18065


menetapkan ukuran yang pasti untuk membuat tangga. Untuk bangunan tempat
tinggal/rumah tinggal lebih dari 2 lantai tidak boleh menggunakan tangga dengan
luas minimal 0,80 m, tinggi 17/28. Menurut peraturan yang berlaku tidak perlu
menggunankan tangga dengan ukuran 0,50 21/21. Ukuran yang digunakan untuk
tangga adalah 1,00m 17/28.
Tingkat dasar tangga yang nyaman seperti tangga bebas di kebun dan lain-
lain diperhitungkan melalui sisipan podium tangga di antara 3 tingkat. Sehingga
tangga dapat dinaiki dengan nyaman secara perlahan, dengan kata lain tangga
tersebut lebih datar dan lebih rata. Pembuatan tangga/pintu sebaiknya
memungkinkan orang untuk lebih cepat bergerak dengan leluasa apabila terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan. Contoh: Kebakaran.
Tangga pada rumah mempunyai bentuk yang berbeda beda, apalagi tangga
luar yang sering dilewati pada saat pergi dan pulang. Jalan diatas anak tangga
membutuhkan tenaga yang banyak daripada berjalan di tempat yang datar. Secara
psikologi tangga lebih menguntungkan karena dapat meningkatkan stamina kerja
terutama pada tangga dengan kemiringan 30 dan dilihat dari perbandingan
tanjakan tangga.

Lay Out Pada Tangga


2.2.2. Landaian (Ramp)
Ramp adalah transisi halus atau landaian antar lantai sebuah bangunan.
Untuk mendapatkan kemiringan yang nyaman, diperlukan jarak yang relative
panjang. Ramp digunakan untuk mengakomodasi perubahan ketinggian ketinggian
panjang rute yang dapat diakses atau untuk menyediakan akses bagi peralatan
beroda. Ramp yang pendek dan lurus bersifat seperti balok, dapat dibuat dari kayu,
baja, atau system lantai beton. Ramp yang panjang atau memutar biasanya dibuat
dari baja atau beton yang diperkuat.

Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi:

1. Ramp rendah dengan kemiringan sampai dengan 5% (10-50). Ramps jenis


low atau landai ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk lapisan
permukaan lantainya.

2. Ramp sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7% (50-100)


dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip.
3. Ramp curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan 9% (100-
200) yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti selip pada
permukaan lantai dengan dibuat kasar.

Untuk manusia, dilengkapi dengan railing terutama untuk handicapped /


disabled person (penderita cacat tubuh, yang sekarang lebih dikenal sebagai para
Difable atau Different ability people).

Bagian-bagian dari ramp:

1. Handrail
Handrail berfungsi sebagai pegangan pada ramp untuk
memudahkan orang-orang penyandang disabilitas melewati ramp.

2. Landasan
Landasan merupakan bagian dari ramp yang memiliki fungsi
sebagai tempat istirahat saat melewati ramp, biasanya jarak maksimal
landasan satu dengan yang lainnya adalah 9 meter.

3. Landaian
Landaian merupakan bagian utama dari ramp, landaian memiliki
kemiringan maksimal sebesar 200, ini bertujuan untuk memudahkan
penyandang disabilitas atau orang-orang yang membawa beban berat
melewati ramp. Bagian dari landaian juga harus terbuat dari bahan yang
kasar agar tidak licin.

4. Low Curb
Low curb ada pada landaian yang memiliki fungsi sebagai akses
untuk penyandan disabilitas, low curb berfungsi agar roda pada kursi roda
tidak melewati bagian sisi ramp.
Gambar 1.1
Contoh bagian-bagian ramp

Persyaratan handrail dan landasan pada ramp:

Gambar 1.2
Ilustrasi Handrail dan Landasan

Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu pengguna
ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-bagian ramp yang
memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan dibagian-bagian yang
membahayakan.
Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) 10cm dirancang untuk menghalangi roda kursi
roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatas langsung dengan
lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.

Contoh bentuk ramp:

Sumber :
https://dotedu.id/sistem-transportasi-manual-dalam-bangunan/
https://www.slideshare.net/andileo/permen-pu30-2006
http://jurnalarsitek.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-ramp-standar-pembuatan.html
Ching, D.K..2008.Ilustrasi Konstruksi Bangunan.Jakarta:Penerbit Erlangga

2.2.3. SELASAR / KORIDOR


Koridor adalah ruang yang digunakan sebagai jalan atau akses untuk
menuju dari ruang satu di ruang yang lain. Karena hanya berfungsi sebagai ruang
penghubung saja, pada umumnya koridor selalu dibuat dengan tampilan yang
sederhana dan tidak mendapat sentuhan interior sama sekali. Hal ini disebabkan
koridor memang lebih sering tidak memiliki ukuran yang cukup besar. Bahkan ada
koridor yang bentuknya seperti lorong.
Tapi pada sisi yang lain koridor ini sebenarnya punya peran yang sangat
penting terutama pada bangunan rumah yang berukuran besar dan luas. Sebab
dengan adanya koridor maka penghuni yang mau pergi ke suatu ruang tidak perlu
melwati ruang yang lain sehingga tidak mengganggu anggota penghuni rumah
lainya. Misalnya dari ruang tidur mau keruang makan, tidak harus melewati ruang
tamu terlebih dulu. Jadi jika ada tamu yang dating dan ingin berjumpa dengan
anggota keluarga yang lain, kita tidak perlu menggangu perbincangan atau urusan
mereka. Kehadiran kita di ruang tamu meski hanya sekedar lewat saja sedikit
banyak tentu akan memunculkan gangguan bagi mereka, terutama jika sedang
melakukan pembicaraan yang bersifat pribadi.
Koridor sendiri terbagai menjadi dua jenis. Yang pertama adalah koridor
single loaded koridor yaitu koridor yang berfungsi sebagai mengakses satu bagian
sisi ruang saja. Lalu yang kedua yaitu koridor doble loaded yang bias dipakai untuk
menuju dua ruang atau lebih. Misalnya pada sisi salah satu koridor ada ruang makan
dan ruang dapur sementara sisi lainya ada ruang pribadi yang posisinya saling
berhadapan.

Desain Koridor
Dalam mendesain koridor yang pertama harus diperhatikan adalah
dengan memilih material yang disesuaikan dengan bahan yang digunakan
untuk membuat bangunan rumah itu sendiri. Namun yang perlu diingat,
pemilihan material ini juga harus bias dikaitkan dengan efek yang akan
muncul pada koridor.
Contohnya seperti ini. Pada rumah yang mempunyai taman atau
halaman yang luas dan letaknya berada tidak jauh dari ruang keluarga. Agar
tidak menimbulkan gangguan pada penghuni lain yang sedang berada di
ruang tersebut, maka harus ada koridor yang bisa dijadikan sebagai akses
untuk menuju halaman tersebut tanpa melwati ruang keluarga terlebih
dahulu. Dan karena digunakan sebagai akses untuk menuju taman maka
koridor ini bisa dibuat dengan konsep yang terbuka. Lalu untuk lantainya
dapat memilih bahan yang sifatnya lebih kasar. Alasanya karena lantai yang
kasar lebih selaras dengan suasana yang ada ditaman. Lantai tersebut bisa
dibuat dari batu alam atau lantai kayu dan sebagainya.
Untuk pengcahayaan bisa disesuaikan dengan ruang lain yang saling
berhubungan dengan koridor. Jika koridor ini berada di antara ruang makan
dan ruang tidur misalnya, maka bisa menggunakan teknik pencahayaan
yang mampu memunculkan kesan nyaman. Atau dapat juga memakai warna
yang menimbulkan kesan hangat pada plafon dinding. Lalu dinding ini
diberi kelengkapan lampu temple yang memunculkan warna kuning.

Fungsi Koridor
1. Koridor Sebagai Jalur Sirkulasi
Ruang ruang yang terdapat di dalam bangunan pusat
perbelanjaan termasuk atrium dan oid sebagai central place
dihubungkan oleh sebuah komponen arsitektural, yaitu
koridor. Koridor merupakan jalur sirkulasi yang berperan
penting pada bangunan pusat perbelanjaan. Koridor
berfungsi sebagai Jembatan untuk menghubungkan suatu
ruangan dengan ruangan lainya yang terdapat pada
bangunan. Jalur sirkulasi pusat perbelanjaan akan
menentukan aliran atau arus pergerkan manusia dari masuk
sampai keluar dari area pusat perbelanjaan. Sirkulasi ini
merupakan pergerakan manusia yang menghubungkan
anatara pintu masuk, pintu keluar, akses dari kendaraan
umum, anchor store, parker, dan fasilitas lain yang
semuanya saling berkaitan. Salah satu yang dimaksud
kedalam elemen sirkulasi di dalam bangunan adalah koridor.
Koridor pada pusat perbelanjaan harus didesain
secara menarik dan nyaman digunakan oleh para
penggunanya. Selain yang disebutkan diatas, fungsi koridor
semakin menarik karena komponen ini dapat berperan
sebagai pengatur lalu lintas di dalam bangunan. Maksudnya,
koridor berfungsi sebagai pembagi penyebaran sirkulasi di
dalam bangunan, sehingga perlu dihindarkan adanya
penumpukan massa pengunjung di sebuah titik di dalam
bangunan. Karena adanya koridor, penyewa- penyewa yang
ada merasa tidak dirugikan, kios-kios mereka akan tetap
menjadi salah satu tujuan pengunjung selama berada di
dalam bangunan, selama koridor didesain sebaik mungkin
untuk menghindarkan penumpukan pengunjung pada
sebuah titik dalam bangunan.
Desain koridor yang baik adalah koridor yang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para
pengunjungnya. Hal ini akan tercapai apabila terdapat
komponen-komponen lainnya yang ditempatkan pada
koridor yaitu berupa tanda petunjuk arah dan lokasi, pintu
keluar bangunan yang mudah diakses serta railing sebagai
pengaman khusus koridor yang berada pada void.

Papan informasi memiliki peranan penting dalam sebuah bangunan,


selain untuk menghindarkan si pengguna bangunan tersesat di dalam
bangunan, papan informasi juga berfungsi sebagai penunjuk jalan ketika
keadaan darurat terjadi di sebuah bangunan. Adanya papan informasi yang
diletakkan di beberapa titik dalam bangunan akan memudahkan si
pengguna bangunan untuk mencapai tujuannya. Papan informasi juga
memiliki ketentuan-ketentuan tentang simbol, penempatan, jumlah, dan
warna yang digunakan. Perletakan papan informasi seharusnya mudah
terlihat dan informatif sehingga dapat dipahami dan memudahkan si
pengguna bangunan untuk mencapai tujuannya. Menurut Weisman,
karakteristik lingkungan yang dapat membantu mempermudah menentukan
orientasi dan mencari jalan ke tempat yang dituju antara alin: akses visual,
gambar arsitektural, signage dan penomoran ruang serta lay-out
bangunan16. Pengaturan lay-out bangunan dan penempatan signage yang
efektif akan membantu pengunjung untuk mencapai ke lokasi yang ingin
ditujunya.

Emergency Exit (Pintu Darurat)


Mengantisipasi keadaan darurat, salah satunya adalah terjadinya
gejala kebakaran di dalam sebuah bangunan. Tangga darurat berfungsi
untuk membantu tindakan penyelamatan jiwa manusia yang terjebak di
dalam bangunan. Biasanya para petugas pemadam kebakaran menggunakan
tangga darurat untuk memasuki bangunan yang sedang mengalami
kebakaran dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia dan harta benda
yang terjebak di dalamnya.
Jumlah pintu darurat pada sebuah bangunan diatur oleh sebuah
standar internasional, tergantung kepada luas lantai serta peruntukan
bangunan. Ruang tangga darurat juga memiliki ketentuan-ketentuan
tertentu yang harus dipenuhi, seperti harus terdapat pencahayaan buatan dan
penghawaan yang terpisah dari sistem penghawaan dan pencahayaan di
dalam bangunan. Karena apabila gejala kebakaran terjadi pada sebuah
bangunan, biasanya seluruh sistem yang bekerja pada bangunan secara
otomatis akan berhenti berfungsi kecuali dua sistem yang terdapat pada
ruang tangga darurat.

Sebuah pintu darurat harus mudah dicapai oleh manusia yang


terjebak di dalam bangunan. Pada umumnya penempatan sebuah pintu
darurat berada pada lokasi yang strategis dan efektif untuk dapat dicapai
oleh manusia. Disarankan untuk tidak penempatkan pintu darurat di tengah-
tengah bangunan, karena apabila terjadi kebakaran di dalam bangunan hal
ini akan sangat merugikan akibat terhalangnya jalan untuk menuju kearah
pintu tersebut.

AKSES EKSIT
Akses Eksit Koridor
1. Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani
suatu daerah yang memiliki suatu beban hunian lebih dari
30 orang harus dipisahkan dari bagian lain bangunan
gedung dengan dinding yang mempunyai tingkat
ketahanan api 1 jam dan sesuai ketentuan tentang
penghalang kebakaran.
2. Perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak boleh
diletakkan sehingga menggangu eksit, akses ke sana,
jalan ke luar dari sana atau mengganggu pandangan.
3. Harus tidak ada gangguan karena sandaran pagar,
penghalang atau pintu yang membagi tempat terbuka
menjadi bagian yang berfungsi sebagai ruangan
tersendiri, apartemen atau penggunaan lain.
4. Tidak boleh ada cermin pada pintu eksit, di dalam atau dekat eksit
manapun sedemikian rupa yang dapat membingungkan arah jalan
ke luar.

Modular Selasar atau Koridor


2.2.4. Pintu
Pintu menyediakan akses dari ruang luar ke interior bangunan dan juga
sebagai lintasan antar ruang interior. Pintu harus cukup besar untuk dilalui dengan
mudah dan mengakomodasi pemindahan perabot dan peralatan. Pintu masuk
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga pola perpindahan yang dihasilkan di
antara dan di dalam ruangan sesuai dengan fungsi dan aktipitas yang dimasudkan
untuk ruangan tersebut. Pada bagian dalam sebuah gedung pintu harus terpasang
secara tepat, karena pembagian pintu yang tidak perlu akan mengurangi
penggunaan ruang yang akan mengakibatkan sulitnya penggunaan ruang dan
kerugian tempat terbuka.
Orang membedakan : pintu yang membuka dari dalam, pintu yang
membuka ke dalam ruang, yang didorong dari luar, yang didorong di dalam ruang
bagian depan. Pintu dalam: pintu kamar, pintu belakang rumah pintu gudang,
pintu kamar mandi, WC dan pintu ruang samping. Pintu luar: pintu rumah, rumah
dan halaman, pintu teras dan balkon. Pintu seimbang memerlukan tenaga paling
sedikit untuk membuka, cocok untuk pintu jalan terusan/gang di ruang depan,
pintu angina dan sebagainya. Luas pintu mengarah pada tujuan penggunaan dan
pintu untuk ruang terbuka.
a. Pintu Ayun
- Pintu biasanya berputar pada engsel yang terletak pada jamb ketika
didorong atau ditarik, tapi juga bias bersumbu pada head dan
threshold.
- Area sekitar pintu yang dibutuhkan untuk ayunan daun pintu;
periksa area bebas yang diperlukan.
- Pengoprasian paling nyaman untuk masuk dan melintas
- Tipe pintu paling efektif untuk insulasi termal dan insulasi akustik
dan untuk ketahanan cuaca; bias dikategorikan sifat ketahanannya
terhadap api.
- Penggunaan interior dan eksterior

Gb. Pintu Ayun


b. Pintu Geser Sisi
- Pintu geser ini bertumpu pada trek sepanjang head atau trek
sepanjang lantai
- Tidak memerlukan area pengoperasian tapi sulit untuk memenuhi
ketentuan kedap cuaca luar atau suara.
- Menawarkan akses hanya 50% dari lebar pintu
- Digunakan pada eksterior sebagai pintu geser kaca
- Digunakan pada interior paling utama untuk penghalang visual

Gb. Pintu Geser Sisi

c. Pintu Geser Permukaan


- Mirip dengan pintu geser sisi tapi menyediakan akses penuh sesuai
lebar pintu
- Tidak perlu area pengoprasian tapi sulit untguk memenuhi
ketentuan kedap cuaca luar
- Pintu digantung pada trek di head yang diekspos
- Penggunaan interior dan eksterior

Gb. Pintu Geser Sisi

d. Pintu Geser dengan Kantung


- Pinyu bergeser pada trek di head ke dalam dan luar celah atau
kantung dalam dinding
- Pintu memberi tampilan finishing ketika dibuka sepenuhnya
- Seringkali digunakan ketika pintu ayun dirasa bias mengganggu
fungsi ruang
- Penggunaan interior

e. Pintu Lipat
- Panel pintu berengsel dapat dilipat satu sama lain ketika dibuka.
- Pintu lipat ganda dibagi ke dalam dua bagian, memerlukan area
pengoperasian yang kecil dan digunakan utamanya sebagai
penghalang visual, serta menutup lemari dan ruang penyimpanan
- Pintu arkodion adalah pintu lipat berdaun banyak yang sering
digunakan untuk membagi ruang interior. Biasa digantung pada
trek di head dan dibuka denganmelipat kembali mirip dengan
arkodion
- Penggunaan interior

Gb. Pintu Lipat

f. Pintu Putar
- Pintu putar terdiri dari tiga atau empat daun yang berputar di
sumbu vertical pada titik tengahj dalam vestibula depan berbentuk
silinder.
- Diameter 6-6 (1980) untuk penggunaan umum; diameter 7-0
(2135) atau lebih untuk frekuensi lalu lintas yang tinggi
- Terdapat opsi control kecepatan otomatis meluruskan pintu pada
titik seperempat ketika pintu tidak digunakan dan sayap berputar
pada kecepatan berjalan ketika diaktifkan oleh tekanan ringan.
- Beberapa pintu putar mempunyai daun yang secara otomatis
berputar kembali dalam arah masuk ketika diberi tekanan,
menyediakan jalan masuk pada kedua sisi dari sumbu pintu
- Beberapa peraturan kode bangunan menentukan pintu putar harus
memenuhi kebutuhan keluar 50% Peraturan lain tidak
mencantumkan ketentuan pintu putar namun memerlukan pintu
berengsel pada siksi samping untuk digunakan sebagai pintu
darurat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Utilitas sangat mendukung bagi aktivitas civitas yang berada didalamnya. Standar
ukuran dapat mempernyaman pergerakan aktivitas penghuni. System transportasi non
mekanik diharapkan memperlancar sirkulasi pergerakan yang ada dalam gedung.
Kenyamanan pada saat membawa barang ataupun beban menentukan keberhasilan dari
utilitas non mekanik.

3.2. Saran
Diharapkan bagi para perancang untuk memperhatikan utilitas yang akan
menunjang keberhasilan rancangan sebuah bangunan baik hunian ataupun public.
Diharapkan juga memahami dasar-dasar system utilitas agar mempermudah pada proses
perancangan

Anda mungkin juga menyukai