Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik di rumah
sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan
perkembangan teknologi khususnya peralatan kesehatan dan semakin beraneka
ragam jenis peralatan kesehatan tersebut maka dipandang perlu untuk
mengadakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan.
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan
fungsi suaturumah sakit makasemakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.
Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit
mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan
tenaga medis, resiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut.
Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat perlu diperhatikan dalam
suatu rumah sakit begitu pula para tenaga medis yang berada dalam lingkungan
rumah sakit perlu keterampilan dan pengutahuan yang lebih, guna kepuasa para
pasien dan para pendunjung.

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud ruang ICU
b. Apa saja Alat kesehatan Rumah sakit diruang ICU
c. Apa Fungsi dari Alat kesehatan diruang ICU.

3. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk lebih memahami definisi dari ICU, dan mengetahui Alat kesehatan
rumah sakit yang ada diruang ICU,untuk mengetahui fungsi dari masing-masing

1
alat tersebut, serta memahami tentang pemberian oksigen therapi dan
keseimbangan asam basa dalam darah.
b. Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas laporan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian ICU
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit,
memiliki staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien
gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.
Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau berpengalaman dalam
intensive Care (perawatan/terapi intensif) yang mampu memberikan pelayanan
24 jam; dokter ahli atau berpengalaman (intensivis) sebagai kepala ICU; tenaga
ahli laboratorium diagnostik; tekhnisi alat-alat pemantauan, alat untuk menopang
fungsi vital dan alat untuk prosedur diagnostik.

2. Kemampuan Minimal ICU


a. Resusitasi jantung paru
b. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaaan
ventilator
c. Terapi oksigen
d. Pemantauan EKG terus menerus
e. Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan gawat
f. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
g. Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
h. Pemakaian pompa infuse atau semprit untuk terapi secara titrasi
i. Kemampuan melakukan tekhnik khusus sesuai dengan keadaan pasien
j. Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat .

3. Klasifikasi Pelayanan ICU


Mengingat bahwa kemampuan dan sarana ditiap rumah sakit sangat
bervariatif maka ICU dikategorikan berdasar kemampuannya, yaitu sebagai
berikut:

3
a. ICU PRIMER.
1) Memiliki kriteria pasien masuk, keluar & rujukan.
2) Memiliki dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala
3) Mempunyai dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi
4) jantung paru (A-B-C-D-E-F).
5) Konsulen yang membantu harus bisa dihubungi dan dipanggil setiap saat.
6) Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratrium tertentu (Hb, Ht,
8) elektrolit, gula darah & trombosit), sinar-X, fisioterapi.

b. ICU SEKUNDER.
1) Seperti persyaratan ICU PRIMER
2) Ada konsultan intensiv care
3) Mampu merawat dengan alat bantu nafas (ABN).
4) Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan 1:1 untuk
pasien ABN, CRRT (continuous renal replacement therapy) dan 2:1 untuk
lainnya.
5) > 50% tenaga perawat bersertifikat perawat ICU (minimal pengalaman
kerja di ICU > 3 th).
6) Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
7) Laboratorium dan penunjang bekerja 24 jam.

c. ICU TERSIER.
1) Memiliki dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dapat dihubungi dan
2) segera datang bila diperlukan.
3) Dikelola oleh intensivist.
4) Kualitas tenaga perawat : > 75% bersertifikat perawat ICU.
5) Mampu melakukan pemantauan invasif.
6) Memiliki minimal satu tenaga pendidik untuk medis ataupun para medis.
7) Memiliki prosedur pelaporan dan pengkajian.
8) Memiliki staf tambahan lain (tenaga administratif untuk kepentingan
ilmiah / penelitian.

4
4. Indikasi Masuk dan Keluar ICU
Prosedur medis yang menyangkut criteria masuk dan keluar ICU
seharusnya disusun bersama antar disiplin terkait oleh semacam tim tersendiri dari
dokter, perawat dan tenaga administrasi rumah sakit. Pelayanan ICU meliputi
pemantauan dan terapi intensif, karena itu secara umum prioritas terakhir adalah
pasien dengan prognosis buruk untuk sembuh.
Persyaratan masuk dan keluar ICU hendaknya juga didasarkan pada
manfaat terapi di ICU dan harapan kesembuhannya. Kepala ICU atau wakilnya
memutuskan apakah pasien memenuhi syarat masuk ICU dan keluar, kepala icu
dan wakilnya akan memutuskan pasien mana yang harus diprioritaskan.
A. Indikasi Masuk ICU
1) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infuse secara
terus menerus (contoh; gagal napas berat, pasca bedah jantung terbuka,
syok septik)
2) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive
sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi (contoh: pasca
bedah besar dan luas; pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal atau
lainnya)
3) Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-
komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU ini sedikit (contoh: pasien dengan
tumor ganas metastasis dengan komplikasi infeksi, tamponade jantung,
sumbatan jalan napas

B. Indikasi keluar ICU


1) Jika status fisiologis pasien sudah stabil dan kebutuhan monitoring dan
perwatan di ICU sudah tidak dibutuhkan lagi.
2) Jika status fifiologis pasien memburuk namun intervensi aktif sudah tidak
lagi direncanakan, maka dapat dipindahkan keruang perawtan biasa.b

5
5. Alat kesehatan Rumah sakit diruang ICU
a. Ventilasi mekanis
Alat bantu nafas bisa bertekanan negatif dan positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen secara mekanis.Ventilasi
mekanis dapat di pergunakan di ruang ICU,HCU,Emergensi dan unit
perawatan intensif lainnya. Ventilasi adalah keluar masuknya udara gas dari
dan ke dalam paru.

Tujuan Pemasangan Ventilator Mekanik :


Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1) Mengurangi kerja pernapasan
2) Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3) Pemberian MV yang akurat
4) Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5) Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

Klasifikasi Ventilasi mekanik


Berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum
adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.

a. Ventilator Tekanan Negatif


Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini
digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi
neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik
dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bias
melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan
negative ini digunakan pada awal awal penggunaan ventilator

6
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow
Cycle.

Volume Cycled Ventilator.


Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di
ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah
perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru
(atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian
tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak
dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.

Pressure Cycled Ventilator


Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru,
maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang

7
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.

Time Cycled Ventilator


Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.

Berbasis aliran (Flow Cycle)


Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran
yang sudah diset.
Mode Ventilator Mekanik
Secara keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu
mode bantuan sepenuhnya dan mode bantuan sebagian.
Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure control
(PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal Volume (VT)
sesuai kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).

1. Volume Control (VC)


Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah tidal volume (TV) yang
diberikan kepada pasien secara total diatur oleh mesin. Mode ini digunakan jika
pasien tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri dengan frekwensi
nafas normal. Karena pada setiap mode control, jumlah nafas dan TV mutlak
diatur oleh ventilator, maka pada pasien-pasien yang sadar atau inkoopratif akan
mengakibatkan benturan nafas (fighting) anatara pasien dengan mesin ventilator
saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus diberikan obat-obat sedatif dan
pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali efektif. Pemberian muscle
relaksan harus benar-benar dipertimbangkan terhadap efek merugikan berupa
hipotensive.

8
2. Pressure Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau
MV melalui pemberian volume, maka pada mode PC target mesin adalah
memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan. Mode ini efektif
digunakan pada pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.

A. Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute


Volume), Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan tekanan SIMV-
PS.

1. SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)


Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah bantuan sebagian dengan
targetnya volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan pasien
mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak sanggup mentriger mesin,
maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai dengan jumlah frekwensi yang
sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger dibuat mendekati standar
atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk mengawali inspirasi belum
kuat dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian mode ini akan mengakibatkan
tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami pasien. Mode ini
memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien jatuh apneu maka mesin
tetap akan memberikan frekwensi nafas sesuai dengn jumlah nafas yang di set
pada mesin. Tetapi jika keampuan inspirasi pasien belum cukup kuat, maka bias
terjadi fighting antara mesin dengan pasien. Beberapa pengaturan (setting) yang
harus di buat pada mode SIMV diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger,
PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan bawah MV.

2. Pressure Support (PS)


Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS merupakan mode bantuan
sebagian dengan target TV melalui pemberian tekanan. Mode ini tidak perlu
mengatur frekwensi nafas mesin karena jumlah nafas akan dibantu mesin sesuai
dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari nafas spontan pasien. Semakin tinggi
trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin ventilator memberikan

9
bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang diberikan akan
semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian
trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan ketergantungan
pasien terhadap mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera
lepas dari mesin ventilator. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada
mode VC diantaranya: IPL, Triger, PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah MV
serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL sudah dapat diturunkan
mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah terpenuhi, maka
pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous Positive Air
Way Pressure).

3. SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode PS. Umumnya
digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan berupa
volume dan tekanan. Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama
dengan mode SIMV saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien
dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah. Beberapa pengaturan (setting) yang
harus di buat pada mode VC diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL,
PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.

4. CPAP (Continous Positif Airway Pressure)


Mode ini digunakan pada pasien dengan daya inspirasi sudah cukup kuat
atau jika dengan mode PS dengan IPL rendah sudah cukup menghasilkan TV yang
adekuat. Bantuan yang di berikan melalui mode ini berupa PEEP dan FiO2 saja.
Dengan demikian penggunaan mode ini cocok pada pasien yang siap ekstubasi.

Setting Ventilator Mekanik


Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa
parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle
ventilator, yaitu :

10
1. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator
dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt.
Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set
RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan
dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.

2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung
dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.

3. Konsentrasi oksigen (FiO2)


FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang
diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan
FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk
memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah
pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan
pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat
bagi pasien.

4. Rasio inspirasi : ekspirasi


a) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan
volume tidal atau mempertahankan tekanan.
b) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan
ekspirasi

11
c) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan
d) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetting 1:2 yang merupakan nilai
normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan
fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk
menaikan PaO2.

5. Limit pressure / inspiration pressure


Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator
volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.

6. Flow rate/peak flow


Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya.

7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang
diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity
memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow
sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity
maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya
digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana
sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure
sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan.
Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk
bernaps spontan.

8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,

12
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
9. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional
paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler
paru.

Kriteria Pemasangan Ventilator Mekanik


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
- Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
- Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg
- AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
- Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
- Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
- Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
- Infeksi paru
- Keracunan oksigen
- Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
- Aspirasi cairan lambung
- Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
- Kerusakan jalan nafas bagian atas

13
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik
vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
- Vasokonstriksi cerebral
- Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
- Oedema cerebral
- Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
- Peningkatan tekanan intra kranial
- Gangguan kesadaran
- Gangguan tidur.

4. Pada sistem gastrointestinal


- Distensi lambung, ileus
- Perdarahan lambung

5. Gangguan lainnya
- Obstruksi jalan nafas
- Hipertensi
- Tension pneumotoraks
- Atelektase.

Dan berikut adalah kriteria indikasi pemasangan ventilasi mekanik


1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas,
henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan
pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien
telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi
gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa

14
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki
kelainan pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat
peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan
jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja
sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko
mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu
ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta
memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan
tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah
bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :


1. Sederhana, mudah dan murah
2. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
4. Dapat dirangkai dengan PEEP
5. Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume
tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
6. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
7. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
8. Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

15
b. Suction (mesin penghisap lendir)
Mesin suction ini mempunyai kapasitas tabung lebih besar yang masing
masing 2,5 liter, bisa menampung total cairan 5 liter, dengan keunggulan daya
hisap yang kuat dan kapasitas yang cukup besar, suction type ini banyak
digunakan diruang ICU, ruang operasi, emergency, dan ruangan lain terutama
pada pasien-pasien yang banyak mengeluarkan sekret yang banyak, seperti
strok, pasien kcelakaan lalu lintas, pasca oprasi, dll.

c. Defibrilator
Defibrilator adalah stimulator detak jantung yang menggunakan listrik
dengan tegangan tinggi untuk memulihkan korban serangan jantung.
Eksternal Defibrillator Otomatis (Automatic External Defibrillator) dapat
digunakan dengan cara diimplan atau ditanam dalam tubuh ataupun dapat
juga digunakan sebagai alat eksternal biasa. Defibrillator sekarang telah
menjadi perangkat integral dalam komunitas medis dan masyarakat.
Alat lainnya, Pacemaker atau alat pacu jantung juga memungkinkan
dokter untuk mempertahankan stimulasi listrik ke jantung untuk memulihkan
dan menstabilkan ritme normal jantung. Sama seperti defibrilator, mereka
dapat diimplan atau digunakan secara eksternal. Gangguan pada irama
jantung normal dapat muncul dari berbagai sumber seperti penuaan, cacat
keturunan, blok jantung dan bahkan efek samping dari obat jantung.

d. Alat Monitor pasien Di ICU


Pasien monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor
kondisi fisiologis pasien. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara
real-time, sehingga dapat diketahui kondisi fisiologis pasien pada saat itu
juga.
Didalam istilah pasien monitor kita mengetahui beberapa parameter yang
diperiksa, parameter itu antara lain adalah :
a. ECG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan
ECG ini juga termasuk pemeriksaan Heart Rate atau detak jantung
pasien dalam satu menit.

16
b. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit

c. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.

d. Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.

e. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.

Parameter Monitor

Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa


melalui pasien monitor. Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5
parameter, maka yang dimaksud dari lima parameter tersebut adalah
banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien monitor
tersebut.

Beberapa Jenis Monitor Pasien

a. Pasien monitor vital sign, pasien monitor ini bersifat pemeriksaan stndar,
yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar
oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.

b. Pasien monitor 5 parameter, pasien monitor ini bisa melakukan


pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, kadar
oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2, dan Temperatur.

c. Pasien monitor 7 parameter, pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan


operasi, karena ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai pada saat
operasi, yaitu ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP (Non Invasive
Blood Pressure) , kadar oksigen dalam darah / Saturasi darah / SpO2,
temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP (Invasive Blood Pressure)
pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah langsung, EtCo2 (End
Tidal Co2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem pernafasan
pasien.

Jenis Monitor Yang Biasanya Di Gunakan Di Rumah Sakit.

17
Kebanyakan rumah sakit memakai pasien monitor vital sign dan 5
parameter adalah diruangan ICU, UGD, ruang-ruang perawatan, dan beberapa
ruang operasi. Sedangkan untuk pasien monitor yang 7 parameter biasanya
pemakaian dilakukan di ruang operasi.

e. ICU Bed Manual

Ada 2 jenis tempat tidur pasien yaitu tempat tidur manual dan tempat tidur
elektrik. Pada dasarnya kedua jenis tempat tidur tersebut mempunyai fungsi yang
sama, hanya sistem pemakaiannya berbeda.

Tempat tidur manual dilengkapi dengan engkol putaran yang berfungsi


untuk mengatur posisi naik-turun panel atau crank. Lazimnya tempat tidur manual
memiliki 1 hingga 4 engkol putaran sesuai dengan banyaknya panel yang dapat
dirubah posisinya.

Sedangkan tempat tidur elektrik menggunakan remote control untuk mengatur


posisi panel. Jenis tempat tidur elektrik ini banyak digunakan di ruang ICU, ruang
special care di rumah sakit, atau ruang VIP.

f. Syringe Pump

Syringe pump adalah satu contoh alat medis yang berfungsi untuk
menginjeksikan cairan obat ke tubuh pasien dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Syringe pump digunakan untuk pasien yang membutuhkan pengobatan ekstra dari
jenis obat atau cairan obat yang lebih tinggi dosisnya dan terkadang harus
dilakukan secara berkelanjutan.

g. Infusion Pump

Infusion pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan / obat yang
masukkan kedalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena. Nama
lain Inffusion Pump adalah alat infus

18
Komponen Alat

a. Alarm control
b. Pump sistem
c. Sensor tetesan
d. Kontrol gelembung udara
e. Pengatur jumlah tetesan
f. Display system

Hal yang perlu diperhatikan


a. Tegangan
b. Jumlah tetesan / menit
c. Display
d. Control system
e. Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal.

5. Oksigen Therapi
Terapi oksigen merupakan Salah satu dari terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
termasuk keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien.
Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta
metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang
diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang
dapat untuk berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut. Oksigen
sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi jaringan
sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.

- Tujuan pemberian terapi oksigen .


1. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah.
2. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.

19
- Syarat-syarat pemberian oksigen
1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi.
2. Tahanan jalan nafas yang rendah.
3. Tidak terjadi penumpukan CO2.
4. Efisien.
5. Nyaman untuk pasien.

Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan Humidification. Hal


ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami
humidfikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari sumber oksigen (tabung O2)
merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat
dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.
- Indikasi pemberian oksigen .
1. Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah.
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan
serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung
yang adekuat.
Berdasarkan indikasi tersebut maka terapi pemberian oksigen diindikasikan
pada klien dengan gejala :
1. Klien dengan keadaan tidak sadar.
2. Sianosis.
3. Hipovolemia.
4. Perdarahan.
5. Anemia berat.
6. Keracunan gas karbondioksida.
7. Asidosis.
8. Selama dan sesudah pembedahan.

- Metode pemberian oksigen.

20
Pemberian oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1. Sistem aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan
dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan
oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal,
misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16
20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah yaitu :
a. Keteter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara
kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.
Kentungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik
memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.

b. Kanul nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan
kateter nasal.
Keuntungan.
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Kerugian.

21
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena
kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.

c. Sungkup muka sederhana.


Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%.
Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup muka dengan kantong Rebreathing.


Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80%
dengan aliran 8 12 liter/mnt .
Keuntungan.
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir .
Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigenkonsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigenbisa
terlipat.

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.


Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99%
dengan aliran 8 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi.
Keuntungan.

22
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
Kerugian.
Kantong oksigen bisa terlipat.

2. System aliran tinggi.


Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat
menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk
mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30
55%.
Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada
alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan
kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigenkonsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigenbisa
terlipat.

a. Bahaya pemberian oksigen ( ).


Pemberian oksigen bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
- Kebakaran.
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus

23
menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen,
menghindari penggunaan listrik tanpa Ground.
- Depresi ventilasi.
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran
yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
- Keracunan oksigen.
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan
paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di
paru akan terganggu.

6. Keseimbangan Asam Basa dalam Darah


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah
dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
pH 7,0 adalah netral
pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
pH dibawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0);


sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki ph antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah
dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun
dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah:
- Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam
bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah
asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama
beberapa hari.
- Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH

24
darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu
komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
- Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph
tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
a. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan
sering menyebabkan menurunnya pH darah.
b. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan
kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan

25
alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme
yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit
paru-paru atau kelainan pernafasan.

- Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang


mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih
dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi
paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.

26
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf
atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

- Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui


metabolisme.

27
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak
dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana
asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR)
atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolik:


Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, ileostomi atau kolostomi.

- Alkalosis Respiratorik
Definisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

Penyebab :

28
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan
dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan
obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan
alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.

29
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal
dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:


1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

30
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Laporan kegiatan pelatihan ICU dewasa di RSCM Ang 60 yang telah


dilaksanakan dari tanggal 18 Oktober- 20 Desember 2016 merupakan hasil dari
materi yang telah diberikan pada saat pelatihan berupa teori dan praktek klinik
langsung. Dan hal yang dapat disimpulkan adalah:

ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit, memiliki staf
khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.

Saran
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta asuhan
keperawatan pada pasien critical care, penulis ingin memberikan saran:
i. Untuk Instansi RS
Kami mengharapkan agar diadakan nya pelatihan dan simposium mengenai ilmu
keperawatan critical care agar perawat ICU bisa meningkatkan skill dan
pengetahuannya.

31
Tidak lupa juga kami mengharapkan sarana dan prasarana seperti yang telah di
ajukan, agar memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien yang kritis.
ii. Untuk teman sejawat
Bekerjasama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis,
Selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan hand hygiene agar
terhindarnya resiko infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA

-Vanderveen T. Smart pumps: advanced capabilities and continuous quality


improvement. Patient Safety & Quality Healthcare Newsletter 2007
- Pedoman.ICU. Diakses melalui:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1480207&blobtype=pdf,
tanggal 10 desember 2014.
-Buku Modul Pelatihan ICU Dewasa RSCM. 2016

32

Anda mungkin juga menyukai