PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik di rumah
sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan lainnya. Seiring dengan
perkembangan teknologi khususnya peralatan kesehatan dan semakin beraneka
ragam jenis peralatan kesehatan tersebut maka dipandang perlu untuk
mengadakan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan.
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan
fungsi suaturumah sakit makasemakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.
Kerumitan yang meliputi segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit
mempunyai potensi yang bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan
tenaga medis, resiko ini juga membahayakan pengunjung rumah sakit tersebut.
Oleh karena itu, sarana dan prasarana sangat perlu diperhatikan dalam
suatu rumah sakit begitu pula para tenaga medis yang berada dalam lingkungan
rumah sakit perlu keterampilan dan pengutahuan yang lebih, guna kepuasa para
pasien dan para pendunjung.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud ruang ICU
b. Apa saja Alat kesehatan Rumah sakit diruang ICU
c. Apa Fungsi dari Alat kesehatan diruang ICU.
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk lebih memahami definisi dari ICU, dan mengetahui Alat kesehatan
rumah sakit yang ada diruang ICU,untuk mengetahui fungsi dari masing-masing
1
alat tersebut, serta memahami tentang pemberian oksigen therapi dan
keseimbangan asam basa dalam darah.
b. Tujuan khusus
Untuk memenuhi tugas laporan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian ICU
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit,
memiliki staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien
gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.
Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau berpengalaman dalam
intensive Care (perawatan/terapi intensif) yang mampu memberikan pelayanan
24 jam; dokter ahli atau berpengalaman (intensivis) sebagai kepala ICU; tenaga
ahli laboratorium diagnostik; tekhnisi alat-alat pemantauan, alat untuk menopang
fungsi vital dan alat untuk prosedur diagnostik.
3
a. ICU PRIMER.
1) Memiliki kriteria pasien masuk, keluar & rujukan.
2) Memiliki dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala
3) Mempunyai dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi
4) jantung paru (A-B-C-D-E-F).
5) Konsulen yang membantu harus bisa dihubungi dan dipanggil setiap saat.
6) Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratrium tertentu (Hb, Ht,
8) elektrolit, gula darah & trombosit), sinar-X, fisioterapi.
b. ICU SEKUNDER.
1) Seperti persyaratan ICU PRIMER
2) Ada konsultan intensiv care
3) Mampu merawat dengan alat bantu nafas (ABN).
4) Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan 1:1 untuk
pasien ABN, CRRT (continuous renal replacement therapy) dan 2:1 untuk
lainnya.
5) > 50% tenaga perawat bersertifikat perawat ICU (minimal pengalaman
kerja di ICU > 3 th).
6) Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
7) Laboratorium dan penunjang bekerja 24 jam.
c. ICU TERSIER.
1) Memiliki dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, dapat dihubungi dan
2) segera datang bila diperlukan.
3) Dikelola oleh intensivist.
4) Kualitas tenaga perawat : > 75% bersertifikat perawat ICU.
5) Mampu melakukan pemantauan invasif.
6) Memiliki minimal satu tenaga pendidik untuk medis ataupun para medis.
7) Memiliki prosedur pelaporan dan pengkajian.
8) Memiliki staf tambahan lain (tenaga administratif untuk kepentingan
ilmiah / penelitian.
4
4. Indikasi Masuk dan Keluar ICU
Prosedur medis yang menyangkut criteria masuk dan keluar ICU
seharusnya disusun bersama antar disiplin terkait oleh semacam tim tersendiri dari
dokter, perawat dan tenaga administrasi rumah sakit. Pelayanan ICU meliputi
pemantauan dan terapi intensif, karena itu secara umum prioritas terakhir adalah
pasien dengan prognosis buruk untuk sembuh.
Persyaratan masuk dan keluar ICU hendaknya juga didasarkan pada
manfaat terapi di ICU dan harapan kesembuhannya. Kepala ICU atau wakilnya
memutuskan apakah pasien memenuhi syarat masuk ICU dan keluar, kepala icu
dan wakilnya akan memutuskan pasien mana yang harus diprioritaskan.
A. Indikasi Masuk ICU
1) Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infuse secara
terus menerus (contoh; gagal napas berat, pasca bedah jantung terbuka,
syok septik)
2) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive
sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi (contoh: pasca
bedah besar dan luas; pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal atau
lainnya)
3) Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-
komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU ini sedikit (contoh: pasien dengan
tumor ganas metastasis dengan komplikasi infeksi, tamponade jantung,
sumbatan jalan napas
5
5. Alat kesehatan Rumah sakit diruang ICU
a. Ventilasi mekanis
Alat bantu nafas bisa bertekanan negatif dan positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen secara mekanis.Ventilasi
mekanis dapat di pergunakan di ruang ICU,HCU,Emergensi dan unit
perawatan intensif lainnya. Ventilasi adalah keluar masuknya udara gas dari
dan ke dalam paru.
6
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow
Cycle.
7
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
8
2. Pressure Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau
MV melalui pemberian volume, maka pada mode PC target mesin adalah
memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan. Mode ini efektif
digunakan pada pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.
9
bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang diberikan akan
semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian
trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan ketergantungan
pasien terhadap mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera
lepas dari mesin ventilator. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada
mode VC diantaranya: IPL, Triger, PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah MV
serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL sudah dapat diturunkan
mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah terpenuhi, maka
pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous Positive Air
Way Pressure).
3. SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode PS. Umumnya
digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan berupa
volume dan tekanan. Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama
dengan mode SIMV saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien
dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah. Beberapa pengaturan (setting) yang
harus di buat pada mode VC diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL,
PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.
10
1. Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator
dalam satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt.
Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set
RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan
dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.
2. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung
dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK
cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan
dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
11
c) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan
d) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetting 1:2 yang merupakan nilai
normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan
fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk
menaikan PaO2.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang
diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity
memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow
sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity
maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya
digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana
sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure
sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan.
Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk
bernaps spontan.
8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
12
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
9. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional
paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler
paru.
Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
- Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
- Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
- Infeksi paru
- Keracunan oksigen
- Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
- Aspirasi cairan lambung
- Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
- Kerusakan jalan nafas bagian atas
13
2. Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik
vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf pusat
- Vasokonstriksi cerebral
- Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
- Oedema cerebral
- Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
- Peningkatan tekanan intra kranial
- Gangguan kesadaran
- Gangguan tidur.
5. Gangguan lainnya
- Obstruksi jalan nafas
- Hipertensi
- Tension pneumotoraks
- Atelektase.
14
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki
kelainan pernafasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat
peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan
jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja
sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko
mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu
ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta
memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan
tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan
anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko
terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah
bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
15
b. Suction (mesin penghisap lendir)
Mesin suction ini mempunyai kapasitas tabung lebih besar yang masing
masing 2,5 liter, bisa menampung total cairan 5 liter, dengan keunggulan daya
hisap yang kuat dan kapasitas yang cukup besar, suction type ini banyak
digunakan diruang ICU, ruang operasi, emergency, dan ruangan lain terutama
pada pasien-pasien yang banyak mengeluarkan sekret yang banyak, seperti
strok, pasien kcelakaan lalu lintas, pasca oprasi, dll.
c. Defibrilator
Defibrilator adalah stimulator detak jantung yang menggunakan listrik
dengan tegangan tinggi untuk memulihkan korban serangan jantung.
Eksternal Defibrillator Otomatis (Automatic External Defibrillator) dapat
digunakan dengan cara diimplan atau ditanam dalam tubuh ataupun dapat
juga digunakan sebagai alat eksternal biasa. Defibrillator sekarang telah
menjadi perangkat integral dalam komunitas medis dan masyarakat.
Alat lainnya, Pacemaker atau alat pacu jantung juga memungkinkan
dokter untuk mempertahankan stimulasi listrik ke jantung untuk memulihkan
dan menstabilkan ritme normal jantung. Sama seperti defibrilator, mereka
dapat diimplan atau digunakan secara eksternal. Gangguan pada irama
jantung normal dapat muncul dari berbagai sumber seperti penuaan, cacat
keturunan, blok jantung dan bahkan efek samping dari obat jantung.
16
b. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
c. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.
Parameter Monitor
a. Pasien monitor vital sign, pasien monitor ini bersifat pemeriksaan stndar,
yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar
oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.
17
Kebanyakan rumah sakit memakai pasien monitor vital sign dan 5
parameter adalah diruangan ICU, UGD, ruang-ruang perawatan, dan beberapa
ruang operasi. Sedangkan untuk pasien monitor yang 7 parameter biasanya
pemakaian dilakukan di ruang operasi.
Ada 2 jenis tempat tidur pasien yaitu tempat tidur manual dan tempat tidur
elektrik. Pada dasarnya kedua jenis tempat tidur tersebut mempunyai fungsi yang
sama, hanya sistem pemakaiannya berbeda.
f. Syringe Pump
Syringe pump adalah satu contoh alat medis yang berfungsi untuk
menginjeksikan cairan obat ke tubuh pasien dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Syringe pump digunakan untuk pasien yang membutuhkan pengobatan ekstra dari
jenis obat atau cairan obat yang lebih tinggi dosisnya dan terkadang harus
dilakukan secara berkelanjutan.
g. Infusion Pump
Infusion pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan / obat yang
masukkan kedalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena. Nama
lain Inffusion Pump adalah alat infus
18
Komponen Alat
a. Alarm control
b. Pump sistem
c. Sensor tetesan
d. Kontrol gelembung udara
e. Pengatur jumlah tetesan
f. Display system
5. Oksigen Therapi
Terapi oksigen merupakan Salah satu dari terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
termasuk keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien.
Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta
metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang
diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang
dapat untuk berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut. Oksigen
sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi jaringan
sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
19
- Syarat-syarat pemberian oksigen
1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi.
2. Tahanan jalan nafas yang rendah.
3. Tidak terjadi penumpukan CO2.
4. Efisien.
5. Nyaman untuk pasien.
20
Pemberian oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1. Sistem aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan
dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan
oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal,
misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16
20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah yaitu :
a. Keteter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara
kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.
Kentungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik
memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi
distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b. Kanul nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan
kateter nasal.
Keuntungan.
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Kerugian.
21
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena
kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
22
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
Kerugian.
Kantong oksigen bisa terlipat.
23
menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen,
menghindari penggunaan listrik tanpa Ground.
- Depresi ventilasi.
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran
yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
- Keracunan oksigen.
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan
paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di
paru akan terganggu.
24
darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang
paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu
komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat
dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
- Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa
karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph
tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
a. Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan
sering menyebabkan menurunnya pH darah.
b. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan
kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan
25
alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme
yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik
dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit
paru-paru atau kelainan pernafasan.
- Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam.
26
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf
atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
- Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
27
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak
dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana
asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR)
atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam.
- Alkalosis Respiratorik
Definisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
28
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan
dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan
obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya
selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik,
sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan
alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
29
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode
muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal
dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
30
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit, memiliki staf
khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi.
Saran
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta asuhan
keperawatan pada pasien critical care, penulis ingin memberikan saran:
i. Untuk Instansi RS
Kami mengharapkan agar diadakan nya pelatihan dan simposium mengenai ilmu
keperawatan critical care agar perawat ICU bisa meningkatkan skill dan
pengetahuannya.
31
Tidak lupa juga kami mengharapkan sarana dan prasarana seperti yang telah di
ajukan, agar memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien yang kritis.
ii. Untuk teman sejawat
Bekerjasama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis,
Selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan hand hygiene agar
terhindarnya resiko infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
32