Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara. Contoh:
Patuha, wayang windu.
Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkat lemah. Contoh: Pusuk Buhit.
Pembagian Facies Gunung Api
a. Zona Central
Pada zona ini, pusat erupsi terjadi dan energi terbesar dari pusat erupsi ada pada zona ini. Dengan
adanya kegiatan vulkanisme yang tinggi, banyak menyebabkan aktifitas-aktifitsas lain seperti
hidrothermal dan mineralisasi sehingga banyak terjadi proses alterasi menghasilkan berbagai
macam unsur yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti emas.
b. Zona Proksimal
Zona ini adalah zona dengnan lapisan soil yang tipis dan material piroklastik agak terorientasi.
Material piroklastik ini setelah beberapa bulan atau beberapa tahun bisa menjadi sumber
penghisupan bagi tanaman melalui berbagai unsur yang dibawanya. Maka dari itu, zona ini sudah
mulai dikembangkan menjadi lahan perkebunan dimana sayuran dapat sangat tumbuh subur. Selain
itu, zona proksimal menjadi daerah penangkap air hujan yang baik yang kemudian
menyalurkannnya ke zona-zona di bawahnya. Saat terjadi erupsi, zona ini menjadi sangatlah
berbahaya. Pyroclastic fall, flow, and surge dapat menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan. Zona
ini menjadi zona bahaya jika terjadi erupsi.
c. Zona Medial
Zona ini tersusun atas lahar dan tuff. Material-material ini jika telah lapuk akan menjadi sangat
subur bagi tanaman. Pertanian dan perkebunan menjadi sangat berkembang pada daerah ini.
Tangkapan air baik dari hujan maupun zona di atasnya muncul sebagai mata air dan menjadi
sumber air bagi kehidupan. Namun saat terjadi erupsi, zona ini juga masih menjadi zona bahaya
karena terjangan lahar yang hebat apabila erupsi yang terjadi sangatlah kuat.
d. Zona distal
Zona ini merupakan zona dengan kelerengan landai dan menjadi daerah tangkapan air hasil dari
zona medial dan proksimal. Litologi penyusunnya kebanyakan adalah konglomerat, lahar,
batupasir, dan tuff. Daerah ini masih cukup subur dengan adanya jatuhan piroklastik yang sampai
di daerah ini. Saat terjaidi erupsi, zona distal dapat menjadi daerah aman namun dapat juga menjadi
daerah berbahaya terutama pada kawasan yang terletak di sekitar sungai tempat lahar menerjang.