Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PSUTAKA

2.1 Definisi Skabies

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan melalui kutu Sarcoptes

scabiei var hominis. Penularan penyakit ini akibat dari kontak langsung dan

kontak tidak langsung. Penyakit ini merupakan penyakit yang endemi pada

banyak masyarakat. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras maupun golongan

dan pada semua umur. Faktor yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit ini

adalah higiene yang jelek, seksual promiskuistas, kemiskinan, demografi,

diagnosis yang salah, ekologi dan derajat sensitasi individual.4

2.2 Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis

dan subtropis. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap

tahunnya. Seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan selatan,

dan Asia. Prevalensi skabies pada anak berusia 6 tahun di daerah kumuh di

Bangladesh adalah 23-29% dan di Kamboja 43%. Studi di rumah kesejahteraan di

Malaysia tahun 2010 menunjukkan prevalensi 30%5 dan di Timor Leste

prevalensi skabies 17,3%. Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua

umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial.2 Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari

puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah

4
5

5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas

penyakit kulit tersering.3

2.3 Etiologi Skabies

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei

var.hominis. Selain itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan

babi.1

2.3.1 Morfologi

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,

dan tidak bermata. Ukuran betina lebih besar dibandingkan jantan , yang betina

berkisar antara 330-450 mikron 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih

kecil, yakni 200-240 mikron 150-200 mikron.4

Gambar 2.1 Morfologi Sarcoptes scabiei

Dikutip dari: eJKI2


6

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai

alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat.4

2.3.2 Siklus Hidup

Siklus hidup Sarcoptes scabiei yang diawali oleh masuknya tungau dewasa

ke dalam kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai

akhirnya tungau betina bertelur.Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih

dalam dari lapisan stratum korneum.1

Gambar 2.2 Siklus Hidup Sarcoptes scabiei

Dikutip dari: Majority3


7

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 2-3 hari dan larva menjadi nimfa dalam

waktu 3-4 hari. Nimfa berubah menjadi tungau dewasa dalam 4-7 hari. Sarcoptes

scabiei jantan akan mati setelah melakukan kopulasi, tetapi kadang-kadang dapat

bertahan hidup dalam beberapa hari.1,9 Pada sebagian besar infeksi, diperkirakan

jumlah tungau betina hanya terbatas 10 sampai 15 ekor dan kadang terowongan

sulit untuk diidentifikasi.3

Siklus hidup Sarcoptes scabiei sepenuhnya terjadi pada tubuh manusia

sebagai host, namun tungau ini mampu hidup di tempat tidur, pakaian, atau

permukaan lain pada suhu kamar selama 2-3 hari dan masih memiliki kemampuan

untuk berinfestasi dan menggali terowongan.3

2.4 Penularan Skabies

Cara penularan atau transmisi skabies sendiri dapat melalui dua cara yaitu:1

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur

bersama dan melalui hubungan seksual.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

bantal, dan lain-lain.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi

atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.

animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka

yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.1

2.5 Diagnosis Skabies


8

Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Apabila ditemukan dua dari empat tanda kardinal skabies, maka diagnosis sudah

dapat dipastikan.3

2.5.1 Gejala Klinis

Terdapat empat tanda kardinal pada penyakit skabies yaitu :1

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula

dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar

tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal

keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.

Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.

Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-

rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,

ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat

dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan

tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola

mame (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut

bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
9

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Cara menemukan tungau :1

1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul

atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca

objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan diliat dengan mikroskop

cahaya.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas

putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya lesi dijepit dengan dua jari

kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop

cahaya.

4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

2.7 Penatalaksanaan Skabies

Penatalaksanaan skabies dilakukan kepada penderita dan seluruh anggota

keluarga atau orang yang dekat dengan penderita meskipun tidak menimbulkan

gejala. Syarat obat yang ideal ialah :3

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

3. Tidak berbau atau motor serta tidak mewarnai atau merusak pakaian
10

4. Mudah diperoleh serta murah.

Penatalaksanaan umum meliputi edukasi kepada pasien, yaitu:

1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan

2. Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali wajah,

sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur

3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan

4. Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan, dan selalu cuci dengan teratur

5. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak

boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu

sampai dengan empat minggu yang akan datang

6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang

sama dan ikut menjaga kebersihan

Produk yang digunakan untuk membunuh tungau disebut skabisid.

Permetrin krim 5%, Krotamiton losio 10% dan Krotamiton krim 10%, Sulfur

presipitatum 5%-10%, Benzyl Benzoat Losio 25%, Gamma benzene hexachloride

1% krim (Lindane losio 1%), dan Ivermektin merupakan regimen untuk

pengobatan tungau yang hanya tersedia dengan resep dokter.3

Permetrin krim 5% telah disetujui oleh United States Food and Drug

Administration (FDA). Aman dan efektif bila digunakan pada anak-anak berusia

dua bulan atau lebih, dan merupakan obat pilihan untuk pengobatan skabies.

Permetrin dapat membunuh tungau dan telur. Aplikasinya hanya sekali dan

dihapus setelah sepuluh jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.

Krotamiton losio 10% dan Krotamiton krim 10% telah disetujui FDA untuk
11

pengobatan skabies pada orang dewasa. Aman bila digunakan dengan pengarahan,

yaitu harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Obat ini memiliki dua efek,

yaitu sebagai antiskabies dan antigatal.3

Sulfur presipitatum 5%-10% digunakan untuk mengobati skabies pada

anak-anak dan orang dewasa. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur

sehingga penggunaanya tidak boleh kurang dari tiga hari. Kekurangannya ialah

berbau dan mengotori pakaian, kadang-kadang menyebabkan iritasi. Telah

terbukti dapat mengobati anak usia kurang dari dua bulan. Benzyl Benzoat losio

25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari.

Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadangkadang menyebabkan

rasa makin gatal dan panas setelah dipakai. 3

Gamma benzene hexachloride 1% krim (Lindane losio 1%) merupakan

organoklorida. Meskipun telah disetujui penggunaannya oleh FDA untuk

pengobtan skabies, lindane tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama.

Penggunaan yang berlebihan atau secara tidak sengaja menelan lindane dapat

menjadi racun bagi otak dan bagian-bagian lain dari system saraf. Penggunaan

lindane harus terbatas pada pasien yang mengalami gagal pengobatan dengan obat

lain yang memiliki efek lebih sedikit atau tidak mampu mentoleransi obat

tersebut. Lindane tidak boleh digunakan pada bayi yang premature, orang dengan

gangguan kejang, ibu hamil atau menyusui, iritasi kulit, serta bayi, anak-anak, dan

orang dewasa yang beratnya kurang dari 110 pon. 3

Ivermektin merupakan agen antiparasit oral yang yang digunakan untuk

infeksi cacing. Bukti menunjukkan bahwa ivermektin oral dapat menjadi


12

pengobatan yang aman dan efektif untuk skabies. Tapi, ivermektin tidak termasuk

obat yang disetujui FDA. Ivermektin oral digunakan untuk pasien yang

mengalami gagal pengobatan atau tidak dapat mentoleransi obat topikal. Dosis

yang digunakan untuk skabies klasik adalah dua dosis (200g/kgBB/ dosis)

diminum bersamaan dengan makan, sekitar satu minggu terpisah. 3

2.8 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka

penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.5

Anda mungkin juga menyukai