BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Parwata (2004) permukiman terdiri dari: (1) isi, yaitu manusia
sendiri maupun masyarakat; dan (2) wadah, yaitu fisik hunian yang terdiri dari
alam dan elemen-elemen buatan manusia. Dua elemen permukiman tersebut,
selanjutnya dapat dibagi ke dalam lima elemen yaitu: (1) alam yang meliputi:
topografi, geologi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan iklim; (2) manusia
yang meliputi: kebutuhan biologi (ruang,udara, temperatur, dsb), perasaan dan
persepsi, kebutuhan emosional, dan nilai moral; (3) masyarakat yang meliputi:
kepadatan dan komposisi penduduk, kelompok sosial, kebudayaan,
pengembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan administrasi; (4) fisik bangunan
yang meliputi: rumah, pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dsb), fasilitas
rekreasi, pusat perbelanjaan dan pemerintahan, industri, kesehatan, hukum dan
administrasi; dan (5) jaringan (net work) yang meliputi: sistem jaringan air bersih,
sistem jaringan listrik, system transportasi, sistem komunikasi, sistem
manajemen kepemilikan, drainase dan air kotor, dan tata letak fisik.
1|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
- pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik - titik yang diukur
(Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik - titik detail.
1.2 Tujuan
2|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
BAB II
PEMBAHASAN
3|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Bila akan mendirikan rumah , maka harus ada ijin bangunan dari dinas
petanahan atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan
daerah , pembuatan jalan, rencana irigasi terlebih dahulu tanah yang akan
dibangunan harus diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah.
4|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Bidang Ilmu dalam Teknik Bangunan Disiplin ilmu yang relevan dengan teknik
bangunan dan konstruksi antara lain:
5|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Sertifikat tanah harus ada dahulu, karena percuma mencari data tanah
komplit namun posisi tanah dalam sengketa sehingga kegiatan
pembangunan mengalami hambatan.
Bentuk tanah perlu dibuat dalam bentuk gambar sketsa lengkap dengan
ukuran setiap sisi.
Panjang dan lebar tanah, atau ukuran masing-masing sisi tanah apabila
bentuknya tidak beraturan.
6|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Elevasi atau ketinggian setiap titik tanah yang diperlukan untuk pembuatan
peta kontur.
Data tes tanah seperti sondir, CBR tanah, kekentalan tanah, dan lainya.
Data ini tidak diperlukan apabila bangunanya hanya berupa rumah tinggal
tidak bertingkat. sedangkan untuk pembangunan gedung atau bangunan
lain yang membutuhkan perhitungan kekuatan struktur dengan teliti maka
data tanah harus lengkap.
Data jenis tanah dan posisi kedalamanya dari permukaan, didapat dengan
cara melakukan tes sondir.
Posisi tanah tetangga dan bangunan yang ada sehingga dapat diputuskan
bagaimana model arsitektur terbaik.
Posisi arah mata angin perletakan tanah, dimana posisi timur, barat, utara
dan selatan.
Panjang dan kedalaman tanah apabila yang diukur adalah saluran air hujan
seperti sungai atau waduk.
Data curah hujan diperlukan untuk merencanakan debit air banjir sehingga
ukuran sungai rencana masih dapat menampung jumlah air banjir yang
lewat.
Letak arah kiblat dibutuhkan untuk membangun tempat ibadah masjid atau
mushola didalam rumah tinggal.
7|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut
rata - rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal.
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat
datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini,
pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis
masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga
ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga
terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A
diketahui sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik
B, Hb = Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A clan titik B
adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya
8|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik - titik
A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar.
Berikut ini adalah syarat - syarat untuk alat penyipat datar optis :
Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur
penyipat datar. Bila sekarang teropong di putar dengan sumbu
kesatu sebagai sumbu putar dan garis bidik di arahkan ke mistar
kanan, maka sudut a antara garis arah nivo dan sumbu kesatu
pindah ke arah kanan, dan ternyata garis arah nivo dan dengan
sendirinya garis bidik tidak mendatar, sehingga garis bidik yang tidak
mendatar tidaklah dapat digunakan untuk pembacaan b dengan garis
bidik yang mendatar, haruslah teropong dipindahkan keatas,
sehingga gelembung di tengah - tengah.
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis
bidik adalah Garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa
objektif dengan titik potong dua garis diafragma, dimana pada garis
bidik pada teropong harus sejajar dengan garis arah nivo sehingga
hasil dari pengukuran adalah hasil yang teliti dan tingkat
kesaIahannya sangat keciI. Alat - alat yang biasa digunakan dalam
pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar optis adalah:
2. Pita Ukur
3. Rambu Ukur
4. Statif
5. Unting UntinG
9|Page
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Alat theodolite, target dan rambu ukur semua berada diatas titik ikat.
Prinsip awal penggunaan alat theodolite sama dengan alat sipat datar yaitu
kita harus mengetengahkan gelembung nivo terlebih dahulu baru kemudian
membaca unsur - unsur pengukuran yang lain. Jarak langsung dapat
diperoleh melalui bacaan optis benang atas dan benang bawah atau
menggunakan alat pengukuran jarak elektronis yang sering dikenal dengan
nama EDM (Elektronic Distance Measurement). Untuk menentukan beda
tinggi dengan cara trigonometris diperlukan alat pengukur sudut (Theodolit)
untuk dapat mengukur sudut sudut tegak.Sudut tegak dibagi dalam dua
macam,ialah sudut miring m clan sudut zenith z, sudut miring m diukur
mulai ari keadaan mendatar, sedang sudut zenith z diukur mulai dari
keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam.
10 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Koordinat Awal
Koordinat Akhir
Azimuth Awal
11 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
- Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan
dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik
kontrol perlu diukur di lapangan.
poligon tertutup
poligon terbuka
poligon bercabang
12 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
13 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Primer
Sekunder
Tersier
14 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau
titik pusat. Pada titik pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang
jumlahnya sama dengan 360 derajat.
15 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
suatu letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang
sudah diketahui.
16 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
Cara pengukuran titik detil dengan cara offset ada tiga cara:
17 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di
titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan
perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur,
pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada
segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding.
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring
karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia
dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak
horizontal dan jarak vertikal.
18 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
19 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
20 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai
dengan melakukan pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk
tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar
untuk mendapat hubungan titik - titik yang diukur di atas permukaan bumi
(Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran - pengukuran tegak
guna mendapat hubungan tegak antara titik - titik yang diukur (Pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik - titik detail.
21 | P a g e
Surveying Pemetaan Perencanaan Perumahan (Pemukiman)
DAFTAR PUSTAKA
http://wiki.openstreetmap.org/wiki/Id:Contoh_Assignment_SD4CP
http://bintang-arsitektur.blogspot.com/2009/08/ruang-lingkup-pekerjaan-
peraturan.html
http://www.ilmusipil.com/data-ukuran-tanah-yang-dibutuhkan-untuk-pembangunan
http://surveyorblora.blogspot.com/2012/02/ruang-lingkup-pekerjaan-survey.html
http://www-catatankecil.blogspot.com/2012/05/survey-dan-pemetaan.html
http://tp3civil.blogspot.com/2012/02/analisa-tapak.html
http://oephyl.blogspot.com/2010/08/teknik-survey-dan-pemetaan.html
22 | P a g e