Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah cita-cita
sebagian besar siswa kelas XII yang akan segera menuntaskan pendidikan di
sekolah menengah atas. Di Indonesia, terdapat 64 Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) yang tersebar di seluruh Nusantara dengan program study yang
berbeda setiap perguruan tinggi. Secara garis besar, terdapat dua
pengelompokan program study di Indonesia berdasarkan karakteristik
program study, mata kuliah yang diajarkan serta prospek kerja kedepan,
yaitu diantaranya Saintek (Sains dan Teknologi) dan Soshum (Sosial dan
Humaniora).
Maka dari itu, sistem pendidikan di Indonesia pada jenjang sekolah
menengah atas (SMA) disesuaikan dengan kondisi pada jenjang perguruan
tinggi. Pada jenjang SMA, siswa akan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok atau yang sering disebut sebagai jurusan. Berdasarkan kurikulum
yang penulis jalani pada saat ini yaitu KTSP 2006, jurusan yang terdapat
antara lain jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), dan Ilmu Pengetahuan Bahasa (IPB). Dimana prospek jurusan IPA
akan cenderung menuju ke Saintek, jurusan IPS cenderung menuju Soshum,
begitu pula jurusan IPB.
Pembagian siswa ke dalam tiga jurusan ini didasarkan pada
kemampuan dan keinginan siswa. Siswa yang dianggap lebih mampu dalam
intelektual dan ilmu alam akan dijuruskan ke jurusan IPA. Siswa yang
dianggap memliki kemampuan lebih dalam ilmu sosial, akan dijuruskan
menuju jurusan IPS. Sedangakn siswa yang memiliki kemampuan lebih
dalam ilmu kebahasaan serta komunikasi akan dijuruskan ke jurusan IPB.
Apabila terdapat siswa yang berkeinginan untuk masuk kedalam
jurusan IPA, namun kemampuan intelektualnya kurang, maka ia tidak dapat
masuk ke jurusan IPA melainkan masuk ke jurusan IPS, begitu seterusnya.
Hal ini menyebabkan timbulnya asumsi bahwa siswa IPA lebih pintar dari
pada siswa IPS dan IPB. Selain desakan orang tua agar anaknya masuk

1
jurusan IPA dan siswa sendiri tidak ingin dianggap rendah intelektiualnya,
maka ia menghalalkan segala cara agar mampu masuk ke jurusan IPA,
walaupun sebenarnya kemampuan yang ia miliki tidak memenuhi kriteria
untuk masuk jurusan IPA. Padahal, sesungguhnya jurusan IPS dan IPB juga
memiliki peluang yang sama besar dengan jurusan IPA.
Hal ini tentu berakibat fatal bagi siswa itu sendiri. Siswa IPA yang
dilatih menggunakan nalar serta logika tentu sangat sulit bagi siswa yang
memiliki kemampuan intelektual rendah untuk menyerap materi yang
disampaikan. Sehingga pada akhirnya kita sendiri yang dirugikan. Maka,
ketika kita akan melanjutkan ke perguruan tinggi, tidak sedikit dari kita
yang banting setir beralih jurusan dari yang awalnya kita memaksakan
atau dipaksakan masuk jurusan IPA, beralih ke program study yang
tergolong Soshum.
Jadi timbullah ketertarikan penulis untuk mengupas fenomena lintas
jurusan ini. Tentu ada suatu hal yang menarik yang mendorong terjadinya
hal ini. Karena itulah penulis memutuskan untuk membuat karya tulis ilmiah
sebagai tugas akhir penulis mengenai lintas jurusan yang sering terjadi
disekitar kita.

1.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah yang dapat penulis paparkan adalah sebagai
berikut.
1.2.1. Siswa yang salah memilih jurusan pada saat penjurusan di SMA yang
tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang ia miliki
sehingga pada saat menentukan kemana ia akan melanjutkan
pendidikan, ia akan melakukan lintas jurusan.
1.2.2. Asumsi bahwa siswa jurusan IPA lebih besar peluangnya dalam
memilih PTN dari pada siswa jurusan IPS.
1.2.3. Siswa jurusan IPA yang melanjutkan ke Soshum (IPS).

1.3. Batasan Masalah


Agar pembahasan dari karya tulis ini lebih terfokus dan tidak meluas,
penulis membatasi pembahasan topik karya ilmiah ini hanya pada faktor-
faktor pendorong siswa jurusan IPA yang melanjutkan pendidikan ke bidang
Soshum yang merupakan ranah IPS.

2
1.4. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka rumusan
maslah yang muncul ialah sebagai berikut.
1.4.1. Berapa presentase siswa jurusan IPA SMAN 1 Negara yang
melakukan lintas jurusan?
1.4.2. Apa saja faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadi lintas
jurusan?

1.5. Tujuan Penelitian


Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut.
1.5.1. Memberikan pandangan awal tentang program study Saintek dan
Soshum.
1.5.2. Memberikan tuntunan kepada siswa, agar mampu menentukan masa
depannya sejak dini.
1.5.3. Memberikan tuntunan kepada siswa agar mampu memilih jurusan
serta program study yang akan ia tuju kelak, secara bijak.

1.6. Manfaat Penelitian


Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka manfaat
penelitian penulis adalah sebagai berikut.
1.6.1. Mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya lintas jurusan.
1.6.2. Mengetahui presentase siswa jurusan IPA SMAN 1 Negara yang
melakukan lintas jurusan.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian : SMAN 1 Negara
Waktu penelitian : waktu senggang saat jam istirahat.

3
4
BAB II

LANDASAN TEORI
1. Penjurusan
Penjurusan merupakan salah satu proses penempatan atau penyaluran
dalam pemilihan program pengajaran para siswa di SMA. Dalam penjurusan
ini, siswa diberi kesempatan memilih jurusan yang paling cocok dengan
karakteristik dirinya. Ketepatan dalam memilih jurusan dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi
siswa akan hilang karena kekurangtepatan dalam menentukan jurusan.
Dalam kurikulum KTSP, penjurusan di SMA dimulai pada akhir
semester 2 kelas X. Selama di kelas X siswa hanya menerima program
pengajaran umum, sedangkan di kelas XI dan XII selain menerima program
umum, siswa juga mendapatkan program pengajaran khusus sebagai pilihan
IPA atau IPS.
1. Tujuan Penjurusan
a. Mengelompokkan siswa sesuai dengan kecakapan, kemampuan,
bakat dan minat yang relatif sama.
b. Membantu mempersiapkan siswa melanjutkan studi dan
memilih dunia kerja.
c. Membantu memperkokoh keberhasilan dan kecocokan atas
prestasi yang akan dicapai di waktu mendatang.
2. Faktor-faktor Penjurusan
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penjurusan
di SMA, yaitu :
a. Prestasi belajar
Kemampuan siswa dapat berwujud dalam kecakapan nyata
dan kecakapan potensial. Kecakapan nyata dilihat antara lain
dari prestasi belajar yang berbentuk skor atau nilai (hasil
ulangan atau raport), sedangkan kecakapan potensial adalah
salah satu kecakapan yang masih terpendam, yang dapat dilihat
guru atau orang tua melalui alat non-tes seperti pengamatan,
wawancara dan melihat prestasinya.

5
b. Minat siswa
Minat seseorang ditandai dengan rasa senang atau tidak
senang, suka atau tidak suka. MInat timbul karena adanya
ionformasi atau pengetahuan tentang suatu pekerjaan, benda
atau situasi. Dalam hal ini kita selaku guru dan orang tua
memberikan informasi dan pengetahuan yang benar dan tepat
agar siswa mendapatkan gambaran yang jelas akan pilihannya.
c. Harapan orang tua
Berdasarkan pengalaman, ada orang tua yang
memaksakan anaknya untuk masuk ke jurusan tertentu tetapi
kemampuan anaknya tidak mendukung. Untuk itu, selaku pihak
sekolah perlu mendengarkan atau memperhatikan
keinginan/harapan orang tua terhadap anaknya, namun
seyogyanya juga perlu memberikan penjelasan tentang
keadaan/kemampuan siswa sehubungan denan pilihan tersebut.
d. Hasil psikotes
Tes psikoplogis adalah sebagai sarana untuk melengkapi
hasil tes prestasi belajar, yaitu untuk mengukur kawasan-
kawasan perilaku yang belum terungkap oleh tes prestasi belajar.
e. Daya tampung
Penjurusan disesuaikan dengan daya tampung sekolah,
artinya berapa kelas sekolah tersebut menampung atau
menerima program IPA atau IPS, ini tergantung kebijaksanaan
atau ketentuan sekolah.

2. Jurusan IPA dan IPS


Sekitar tahun 80-an pemerintah akan membangun waduk di Madura,
maka didatangkanlah para engineer dari ITB, ITS, UI, dsb. Tetapi karena
para engineer tersebut tidak memiliki kemampuan sosial yang baik maka
pada saat mereka akan membangun waduk tersebut ratusan warga Madura
yang tanahnya terpakai datang dan membawa clurit untuk mencincang

6
mereka, gagal-lah proyek tersebut. Dari peristiwa tersebut para ahli mulai
sadar betapa pentingnya ilmu sosiologi dalam menghadapi masyarakat.
Tanpa IPA, hidup kita hampa tak akan ada penemuan-penemuan baru
yang mengubah dunia ini. Tanpa IPS, hidup kita akan terasing, kita tidak
respon dan tanggap terhadap gejala-gejala kemasyarakatan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, kini penulis akan memaparkan profil singkat
mengenai jurusan IPA dan IPS.
1. Profil Jurusan IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains
menurut Suyoso (1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta
diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara universal.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan pengetahuan
teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh
dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode
ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang
bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait
dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu
makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta
serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu
Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan
pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada
persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya.
Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia

7
baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada
di alam.
Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA
maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan
IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan usaha
untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami
proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap
IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum
dan teori IPA.
Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan suatu
ilmu pegetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat
teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang
bersifat produktif.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar
untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-
langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku
siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat
dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan
agar setiap siswa terutama yang ada di SMP memiliki kepribadian
yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat
mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai
sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori
akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada
bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu
tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai
menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai
pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya

8
saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai
tujuan proses pembelajaran.
Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini
belum dapat menerapkannya. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar
pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa
pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga
menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik.
Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar
menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.
2. Profil Jurusan IPS
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan
oleh para ahli IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika
pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS
merupakan terjemahan social studies.
Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan penelaahan atau
kajian tentang masyarakat. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat
melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian
melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi,
politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka
penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan
IPS menurut para ahli.
a. Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the
social sciences simplified for paedagogieal purposes in school.
The social studies consist of geografy history, economic,
sociology, civics and various combination of these subjects.
b. John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a
part of elementary school curriculum draw subject-matter
content from the social science, history, sociology, political
science, social psychology, philosophy, antropology, and
economic. The social studies have been defined as those

9
portion of the social science selected for instructional
purposes
Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika
Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS
di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat
yang dikembangkan di Amerika Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan
penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional
dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas,
gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama
dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan
model pengembangan social studies yang berbeda.
Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli
pendidikan dan IPS di Indonesia.
a. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah
perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu
sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial
yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi,
ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan
untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang
disederhanakan agar mudah dipelajari.
b. Numan Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran
ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat
SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a)
menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya
dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan
kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b)
mempertautkan dan memadukan bahan aneka
cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga
menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
c. S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang
merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial.
Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat

10
yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi,
sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
d. Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan
bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan
membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah
human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan
diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk
yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih,
kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan
sekolahsekolah.
Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS
yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada
pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya,
tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala,
dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya
disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing. Kajian tentang
masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang
terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau
dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang
ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian
siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa
sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat
manusia.
Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar
IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut
ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik
pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa
dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh
memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

3. Jalur Masuk Perguruan Tinggi Negeri


Setelah menuntaskan pendidikan di SMA, tentu melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi merupakan cita-cita semua siswa di

11
Indonesia, khususnya di SMA Negeri 1 Negara. Jalur masuk perguruan
tinggi pada tahun ini dibagi menjadi du acara, yaitu secara nasioanal dan
secara lokal. Secara nasional, penerimaan mahasiswa baru dibagi menjadi
dua jalur, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) atau yang sering disebut dengan jalur undangan dan Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) atau yang sering kita
sebut dengan jalur tes tulis. Sedangakan jalur lokal, penerimaan mahasiswa
baru diserahkan secara tersendiri ke masing-masing PTN. Jalur ini lebih
sering disebut dengan jalur mandiri.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai
jalur masuk perguruan tinggi negeri.
1. Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi, dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi
Negeri, pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada
perguruan tinggi dilakukan melalui: Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN); Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN); dan Penerimaan mahasiswa
baru secara mandiri. SNMPTN dilakukan oleh masing-masing PTN
menggunakan sistem nasional terpadu berdasarkan hasil penelusuran
prestasi sekolah dan prestasi akademik siswa baik dalam bentuk rapor
maupun portofolio akademik yang lain.
SNMPTN diikuti seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang
sudah ditetapkan oleh Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia (MRPTNI), dalam suatu sistem yang terpadu dan
diselenggarakan secara serentak. Biaya pelaksanaan SNMPTN
ditanggung oleh Pemerintah, sehingga peserta tidak dipungut biaya
seleksi. Peserta SNMPTN dari keluarga kurang mampu secara
ekonomi dan mempunyai prestasi akademik tinggi yang diterima di

12
PTN berpeluang mendapatkan bantuan biaya pendidikan selama masa
studi melalui program Bidikmisi.
1. Latar Belakang
Penerimaan mahasiswa baru harus memenuhi prinsip adil,
akuntabel, transparan, dan tidak diskriminatif dengan tidak
membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial,
dan tingkat kemampuan ekonomi calon mahasiswa serta tetap
memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan
perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai penyelenggara
pendidikan setelah pendidikan menengah menerima calon
mahasiswa yang berprestasi akademik tinggi dan diprediksi akan
berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi berdasarkan
prestasi akademik. Siswa yang berprestasi tinggi dan secara
konsisten menunjukkan prestasinya tersebut layak mendapatkan
kesempatan untuk menjadi calon mahasiswa melalui SNMPTN.
Dalam kerangka integrasi pendidikan menengah dengan
pendidikan tinggi, sekolah diberi peran dalam proses seleksi
SNMPTN dengan asumsi bahwa sekolah sebagai satuan
pendidikan dan guru sebagai pendidik selalu menjunjung tinggi
kehormatan dan kejujuran sebagai bagian dari prinsip
pendidikan berkarakter. Dengan demikian, sekolah berkewajiban
mengisi PDSS dengan lengkap dan benar, serta mendorong dan
mendukung siswa dalam proses pendaftaran.
2. Tujuan
1) memberikan kesempatan kepada siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
termasuk Sekolah Republik Indonesia (SRI) di luar negeri
untuk memperoleh pendidikan tinggi;
2) memberikan peluang kepada PTN untuk mendapatkan
calon mahasiswa baru yang mempunyai prestasi akademik
tinggi.
3. Ketentuan
1) SNMPTN merupakan pola seleksi nasional berdasarkan
hasil penelusuran prestasi akademik dengan menggunakan

13
nilai rapor semester 1 (satu) sampai dengan semester 5
(lima) bagi SMA/MA dan SMK/MAK yang masa
belajarnya 3 (tiga) tahun atau semester 1 (satu) sampai
dengan semester 7 (tujuh) bagi SMK/MAK yang masa
belajarnya 4 (empat) tahun, dan portofolio akademik.
2) Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) merupakan
basis data yang berisikan rekam jejak kinerja sekolah dan
prestasi akademik siswa.
3) Sekolah yang siswanya akan mengikuti SNMPTN harus
mempunyai Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan
mengisikan data prestasi siswa di PDSS.
4) Siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang
memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan rekam
jejak prestasi akademik di PDSS.
5) Siswa yang akan mendaftar SNMPTN wajib membaca
informasi di laman PTN yang dipilih tentang ketentuan
yang terkait dengan penerimaan mahasiswa baru.
4. Jumlah Pilihan PTN dan Program Studi
1) Setiap Siswa Pendaftar dapat memilih sebanyak-
banyaknya 2 (dua) PTN. Apabila memilih 2 (dua) PTN,
maka salah satu PTN harus berada di provinsi yang sama
dengan SMA asalnya. Apabila memilih satu PTN, maka
PTN yang dipilih dapat berada di provinsi mana pun.
2) Siswa Pendaftar dapat memilih sebanyak-banyaknya 3
(tiga) program studi dengan ketentuan satu PTN maksimal
2 (dua) program studi.
3) Urutan pilihan PTN dan program studi menyatakan
prioritas pilihan.
4) Siswa SMK/MAK hanya diizinkan memilih program studi
yang relevan dan ditentukan oleh masing-masing PTN.
5) Daftar program studi dan daya tampung SNMPTN tahun
2015 dapat dilihat pada laman http://www.snmptn.ac.id
selama periode pendaftaran.
5. Prinsip dan Tahapan Seleksi
1) Prinsip Seleksi
Seleksi dilakukan berdasarkan prinsip:

14
a) mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas
secara akademik dengan menggunakan nilai
rapordan prestasi-prestasi akademik lainnya,
b) memperhitungkan rekam jejak kinerja sekolah,
c) menggunakan rambu-rambu kriteria seleksi nasional
dan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing
PTN secara adil, akuntabel, dan transparan; sehingga
daya tampung SNMPTN tidak harus dipenuhi.
2) Tahapan Seleksi
Seleksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Siswa Pendaftar diseleksi di PTN pilihan pertama
berdasarkan urutan pilihan program studi.
b) Siswa yang memilih dua PTN, apabila dinyatakan
tidak lulus pada PTN pilihan pertama, maka akan
diseleksi di PTN pilihan kedua berdasarkan urutan
pilihan program studi dan ketersediaan daya
tampung.

2. Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)


Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau disingkat
SBMPTN merupakan seleksi bersama dalam penerimaan mahasiswa
baru di lingkungan perguruan tinggi negeri menggunakan pola ujian
tertulis secara nasional yang selama ini telah dilakukan menunjukkan
berbagai keuntungan dan keunggulan, baik bagi calon mahasiswa,
PTN, maupun bagi kepentingan nasional. Bagi calon mahasiswa,
Ujian Tertulis sangat menguntungkan karena lebih efisien, murah, dan
fleksibel. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme lintas wilayah.
Berdasarkan pengalaman yang sangat panjang dalam
melaksanakan seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui ujian
tertulis, maka pada tahun 2015, Majelis Rektor Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia (MRPTNI) tetap menyelenggarakan ujian tertulis
sebagai salah satu bentuk seleksi masuk PTN selain Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Seleksi yang
mengedepankan asas kepercayaan dan kebersamaan ini disebut

15
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selain
untuk lulusan tahun 2015, SBMPTN dilaksanakan untuk memberi
kesempatan kepada lulusan SMA/MA/SMK/MAK tahun 2013 dan
2014, untuk mengikuti seleksi pada tahun 2015.
Ujian tertulis menggunakan soal ujian yang dikembangkan
sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan validitas, tingkat
kesulitan, dan daya pembeda yang memadai. Soal ujian tertulis
SBMPTN dirancang untuk mengukur kemampuan umum yang diduga
menentukan keberhasilan calon mahasiswa di semua program studi,
yakni kemampuan penalaran tingkat tinggi (higher order thinking),
yang meliputi potensi akademik, penguasaan bidang studi dasar,
bidang saintek dan/atau bidang sosial dan humaniora. Selain
mengikuti ujian tertulis, peserta yang memilih program studi Ilmu
Seni dan/atau Keolahragaan diwajibkan mengikuti ujian keterampilan.

1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang
Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada
Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, sistem
penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan
tinggi dilakukan melalui seleksi secara nasional dan bentuk lain.
Berdasarkan hasil pertemuan antara Pengurus Majelis
Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) dengan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, ditetapkan bahwa Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) menjadi tanggung jawab
Pemerintah, sedangkan seleksi bentuk lain menjadi tanggung

16
jawab MRPTNI dan/atau Rektor Perguruan Tinggi Negeri
masing-masing.
Salah satu seleksi bentuk lain dari penerimaan mahasiswa
baru tersebut adalah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN). SBMPTN merupakan pola seleksi yang
dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi
Negeri dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan
secara serentak melalui ujian tertulis. Selain ujian tertulis,
program studi ilmu seni dan keolahragaan juga
mempersyaratkan uji keterampilan. Sejalan dengan program
pemerintah melalui program Bidikmisi, peserta dari keluarga
kurang mampu secara ekonomi dan memiliki prestasi akademik
memadai dapat mengikuti SBMPTN tanpa biaya pendaftaran.

2. Tujuan
Penyelenggaraan Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) 2014bertujuan untuk menyeleksi dan
memperoleh calon mahasiswa yang memiliki kemampuan
akademik guna mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SBMPTN juga bertujuan untuk memberi peluang bagi calon
mahasiswa untuk memilih lebih dari satu PTN lintas wilayah.
3. Kelompok dan Materi Ujian
Ujian SBMPTN terdiri atas ujian tertulis dan ujian
keterampilan. Ujian tertulis berlaku bagi semua peserta,
sedangkan ujian keterampilan hanya berlaku bagi peserta yang
memilih program studi bidang Ilmu Seni dan Keolahragaan.
1) Ujian Tertulis

KELOMPO MATERI UJIAN


MATA UJI
K UJIAN TULIS

Saintek TKPA Matematika Dasar, Bahasa Indonesia,


Bahasa Inggris, Verbal, Numerikal,
dan Figural

17
Matematika, Biologi, Kimia, dan
TKD Saintek
Fisika

Matematika Dasar, Bahasa Indonesia,


TKPA Bahasa Inggris, Verbal, Numerikal,
dan Figural
Soshum
Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan
TKD Soshum
Ekonomi

Matematika Dasar, Bahasa Indonesia,


TKPA Bahasa Inggris, Verbal, Numerikal,
dan Figural

Campuran Matematika, Biologi, Kimia, dan


TKD Saintek
Fisika

Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan


TKD Soshum
Ekonomi
Tabel 1. Pembagian Kelompok Ujian dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)

Keterangan :
TKPA : Tes Kemampuan dan Potensi Akademik
TKD Saintek : Tes Kemampuan Dasar Sains dan Teknologi
TKD Soshum : Tes Kemampuan Dasar Sosial dan Humaniora
2) Ujian Keterampilan
Materi ujian keterampilan terdiri dari:
a) Tes Keterampilan mencakup bidang:
i. Senirupa berupa Tes Menggambar (Bentuk dan
Suasana/Ekspresi) serta Tes Pengetahuan dan
Wawasan Seni.
ii. Seni Tari berupa Tes Tari Bentuk, Tes
Kreativitas Tari, imitasi gerak, serta Tes
Pengetahuan dan Wawasan Seni (dalam bentuk
wawancara).
iii. Seni Musik berupa Tes Musikalitas, Tes
Praktik Instrumen, serta Tes Pengetahuan dan
Wawasan Seni (dalam bentuk wawancara)
iv. Seni Drama berupa Tes Praktik Monolog, Tes
Kreativitas Drama, serta Tes Pengetahuan dan
Wawasan Seni (dalam bentuk wawancara).

18
b) Ujian Keterampilan Bidang Ilmu Keolahragaan
terdiri atas
i. Tes Kesehatan
ii. Tes Kemampuan Fisik
Ujian Keterampilan dapat diikuti di PTN terdekat yang
memiliki program studi yang dipilih. Daftar PTN penyelenggara
ujian keterampilan secara lengkap dapat dilihat di laman
http://www.sbmptn.or.id
4. Kelompok Prodi dan Jumlah Jurusan
1) Program Studi yang ada di PTN dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok Saintek dan kelompok
Soshum.
2) Peserta dapat memilih program studi sesuai dengan
kelompok ujian yang diikuti, yaitu:
c) Kelompok ujian Saintek dapat memilih sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) program studi dari kelompok
program studi Saintek,
d) Kelompok ujian Soshum dapat memilih sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) progarm studi dari kelompok
program studi Soshum, dan
e) Kelompok ujian Campuran dapat memilih sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) program studi yang merupakan
campuran dari kelompok Saintek dan kelompok
Soshum.

19
3) Urutan dalam pemilihan program studi menyatakan
prioritas pilihan.
4) Peserta ujian yang hanya memilih 1 (satu) program studi
dapat memilih program studi pada PTN di wilayah
manapun.
5) Peserta ujian yang memilih 2 (dua) program studi atau
lebih, salah satu pilihan program studi tersebut harus dari
PTN yang berada dalam satu wilayah dengan tempat
peserta mengikuti ujian. Pilihan program studi yang lain
dapat dari PTN di luar wilayah tempat peserta mengikuti
ujian.
6) Daftar wilayah ujian, program studi, daya tampung per
PTN tahun 2014, dan jumlah peminat program studi per
PTN tahun 2013 dapat dilihat di laman
http://www.sbmptn.or.id
3. Jalur Mandiri
Jalur Mandiri adalah nama yang digunakan oleh masyarakat
secara umum untuk menyebut sistem penerimaan mahasiswa baru
yang dilakukan oleh perguruan tinggi negeri yang dilaksanakan secara
mandiri oleh masing-masing perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Ujian ini diselenggarakan oleh pihak institusi dalam rangka
memberikan alternatif pilihan bagi mereka yang tidak lolos tes
SNMPTN/SBMPTN untuk tetap dapat melanjutkan studi ke PTN.
Adapun mekanisme tes Jalur Mandiri ini hampir sama dengan
tes SNMPTN/SBMPTN meliputi Tes Kemampuan Dasar, Tes Potensi
Akademik, dan Tes Kelompok SAINTEK/SOSHUM, hanya saja
materi ujian yang disajikan beragam karena soal-soal ujian murni
dikembangkan oleh pihak PTN masing-masing.
Sekedar wacana, beberapa PTN di pulau Jawa telah
mengaplikasikan metode tes tambahan, yakni tes
interview/wawancara langsung dengan dosen-dosen prodi agar proses
seleksi calon mahasiswa baru melalui Jalur Mandiri ini menjadi lebih
tepat sasaran.

20
Dari segi biaya, tes Jalur Mandiri tsb memang terkesan sedikit
lebih mahal dibandingkan dengan tes SNMPTN/SBMPTN. Hal ini
dikarenakan lembaga pemerintah tidak ikut peran serta dalam proses
penyeleksian pada Jalur Mandiri. Jadi tidak ada bantuan keringanan
pendidikan seperti BidikMisi dsb pada tes kali ini.
a. Penerimaan D-3
Pada umumnya, penerimaan mahasiswa untuk tingkat
Diploma (termasuk D-3) diatur oleh masing-masing universitas.
Beberapa universitas mengadakan sistem penerimaan secara
bersama-sama dalam UMB-PT, yang bekerja sama dengan
Perhimpunan SPMB Nusantara. Namun, sebagian besar tetap
mengadakan seleksi secara mandiri di masing-masing
universitas.
b. Penerimaan S-1
Untuk Penerimaan Mahasiswa S-1 pada perguruan tinggi
yang dikelola oleh pemerintah, sistem penerimaan diatur oleh PP
No 66 Tahun 2010. Karena dilaksanakan secara mandiri oleh
masing-masing perguruan tinggi negeri (tidak seperti SNMPTN
yang dilaksanakan secara bersama-sama di bawah koordinasi
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan
Nasional), Jalur Mandiri dilaksanakan secara tidak seragam dan
bergantung kepada kebijakan masing-masing perguruan tinggi
negeri. Jalur Mandiri juga dapat berupa tes, sehingga sering
disebut pula dengan Ujian Mandiri. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010
tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada
Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pelaksanaan jalur mandiri untuk penerimaan calon mahasiswa
S1 pada jurusan dan fakultas yang mengikuti SNMPTN akan
dilaksanakan sesudah SNMPTN.

21
4. Lintas Jurusan
Lintas jurusan mungkin sudah sering kita dengar di kalangan pelajar
sekolah menegah pertama, terutama ketika akan melanjutkan ke perguruan
tinggi. Lintas jurusan adalah sebuah situasi atau keadaan dimana seorang
siswa memilih untuk melanjutkan ke prodi pada perguruan tinggi yang tidak
sesuai dengan penjurusannya pada saat duduk di bangku SMA.
Merujuk pada landasa teori diatas, pengelompokan peserta ujian pada
jalur SBMPTN dibedakan menjadi 3 kelompok besar, antara lain Saintek,
Soshum dan Campuran (gabungan antara Saintek dan Soshum). Saintek atau
Sains dan Teknologi merupakan kelompok ujian yang terfavorit dibandingan
kelompok ujian lainnya. Jurusan Saintek ini mencakup beberapa fakultas
atau program study yang menjadi idaman sebagian siswa belakangan ini,
seperti fakultas kedoteran, fakultas teknik, fakultas matematika dan IPA
(MIPA), fakultas kedokteran hewan, fakultas perikanan dan ilmu kelautan,
dan lain-lain. Sedangkan, untuk kelompok ujian Soshum atau Sosial dan
Humaniora mencakup beberapa fakultas lainnya seperti fakultas hukum,
fakultas ekonomi dan bisnis, fakultas ilmu administrasi, fakultas ilmu sosila
dan ilmu politik dan lain-lain. Untuk kelompok ujian campuran, dapat
mencakup semua fakultas yang dicakup oleh kelompok ujian Saintek dan
Soshum.
Seperti yang terdapat pada tabel 1, semua kelompok ujian akan
menjawab soal-soal yang bersifat umum seperti Matematika Dasar, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Verbal, Numerikal, dan Figural. Yang
membedakan antara kelompok uji Saintek dengan Soshum adalah pada ujian
materi Tes Kemampuan Dasar atau TKD. Pada TKD Saintek terdapat mata
pelajaran yang mencirikan jurusan IPA di SMA seperti Matematika, Fisika,
Kimia dan Biologi. Sedangkan TKD Soshum mencakup mata pelajaran
yang merupakan ciri khas jurusan IPS pada SMA yaitu Sosiologi, Geografi,
Ekonomi, Sejarah.
Melihat pada TKD masing-masing kelompok ujian, tentu sewajarnya
siswa yang pada bangku SMA masuk jurusan IPA melanjutkan pada bidang
Saintek dan siswa jurusan IPS melanjutkan pada bidang Soshum. Namun,
pada kenyataannya tidak sedikit siswa jurusan IPA yang membanting setir

22
memilih jurusan Soshum yang merupakan ranah siswa IPS. Fenomena
inilah yang biasa disebut dengan lintas jurusan.

5. Hipotesa
Dari landasan teori diatas, penulis mendapat beberapa hipotesa
tentang fenomena lintas jurusan yang terjadi di siswa jurusan IPA SMA
Negeri 1 Negara. Penyebab terjadinya lintas jurusan adalah salahnya siswa
dalam memilih jurusan pada saat dilakukan penjurusan. Kebanyakan dari
siswa yang salah memilih jurusan memiliki latar belakang yang berbeda
satu sama lain. Ada yang disebabkan oleh memaksakan kemampuan masuk
jurusan IPA, desakan orang tua, prestise atau rasa gengsi, asumsi bahwa
jurusan IPA lebih baik dari pada jurusan lain, serta kelebihan jurusan IPA
yang bisa melanjutkan ke jurusan apa saja saat melanjutkan ke perguruan
tinggi.
Berdasarkan landasan teori diatas, tidak sedikit siswa yang
memaksakan masuk ke jurusan IPA walaupun ia tahu bahwa dirinya sendiri
kurang memiliki kemampuan di bidang IPA. Desakan orang tua juga
mengambil peran terjadinya lintas jurusan kelak. Orang tua masih
beranggapan bahawa siswa jrurusan IPA jauh lebih pintar dari pada jurusan
IPS, maka dari itu orang tua mendesak anaknya masuk jurusan IPA.
Rasa prestise atau rasa gengsi juga berpegaruh terjadinya lintas
jurusan. Kebanyakan siswa merasa malu bila ia masuk jurusan IPS karena
anggapan yang beredar di kalangan siswa bahwa siswa jurusan IPS itu
pemalas, tidak disiplin, masa depan suran dan lain-lain. Mereka akan merasa
bangga bila dirinya masuk jurusan IPA. Sehingga siswa yang memiliki rasa
gendsi yang berlebihan, menghalalkan segala cara agar dapat masuk ke
jurusan IPA.
Kesalahan dalam memilih jurusan di tingkat SMA ini akan terasa
pengaruhnya pada saat ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Banyak dari
meraka yang salah jurusan, akhirnya membanting setir menuju jurusan
IPS. Hal ini juga didukung oleh sistem penerimaan mahasiswa baru yang
ada di Indonesia. Pada jalur SNMPTN, memang tidak diperkenankan untuk
melakukan lintas jurusan. Namun, pada tahap SBMPTN lintas jurusan

23
dibenarkan. Hal itu karena siswa jurusan IPA bisa memilih ke jurusan
maupun, baik Saintek (IPA) maupun Soshum (IPS).
Selain salah memilih jurusan, faktor peluang pekerjaan juga bisa
dijadikan faktor lintas jurusan. Tidak banyak siswa yang akhirnya
melakukan lintas jurusan karena tergiur lapangan pekerjaan di jurusan
Soshum. Seperti akutansi, management, hukum dan ekonomi yang memiliki
peluang kerja sangat luas yang hampir disetiap bidang memerlukan lulusan
seperti yang tersebut tadi.

24
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penulisan
Metode pebulisan yang penulis gunakan pada penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah penilitian deskriptif.

3.2. Metode Penelitian


Metode penelitian yang penulis gunakan pada proses pengumpulan
data adalah dengan metode sampling dengan angket dan interview.
Metode sampling dengan angket yang penulis maksud adalah dengan
mengambil data dari sampel yang sudah ditentukan sebelumnya. Metode
angket ini bertujun untuk mendapatkan data terbaru tujuan kemana arah
siswa dari kelas XII tahun ini akan melanjutkan pendidikannya. Penjelasan
mengenai sampel dapat dilihat di poin 3.3. Subjek Penelitian.
Merujuk pada aturan SBMPTN tahun 2014 dan 2015, maka
pengelompokan sampel pada angket, penulis bagi menjadi 3 kelompok,
yaitu kelompok IPA (Saintek), IPS (Soshum) dan IPC (Campuran Saintek
dan Soshum). Sedangkan, untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor
terjadinya lintas jurusan, penulis memberikan beberapa pilihan alasan antara
lain cita-cita, mengikuti teman, desakan orang tua, peluang pekerjaan dan
merasa lebih mampu di jurusan non IPA. Untuk sampel yang memiliki
alasan berbeda, pada angket sudah tersedia pilihan kosong, jadi dapat
dituliskan sendiri alasan mereka. Contoh angket terlampir.
Metode interview yang penulis maksud adalah dengan mengumpulkan
data dari Bimbingan Konseling SMA Negri 1 Negara. Tujuannya adalah
untuk mendapat data penunjang penulis. Data penunjang ini merupakan data
program study yang dituju oleh alumni SMA Negeri 1 Negara tiga tahun
kebelakang.

3.3. Subjek Penelitian


3.3.1. Populasi : Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Negara
3.3.2. Sampel : Siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 4

25
3.3.3. Jumlah : Siswa kelas XII IPA 1 berjumlah 37 siswa, dengan rincian
21 perempuan dan 16 laki-laki. Siswa kelas XII IPA 4
berjumlah 35 siswa, dengan rincian 19 perempuan dan 16
laki-laki. Jadi jumlah sampel secara keseluruhan adalah 72
siswa, dengan rincian 40 perempuan dan 32 laki-laki.

3.4. Pengolahan Data


Pengolahan data yang penulis gunakan adalah pengolahan data
deskriptif. Yang dimaksud dengan pengolahan data deskriptif adalah dengan
cara memaparkan data yang diperoleh dari sampling angket kedalam
deskripsi untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
Dalam penyajian data hasil penelitian, penulis akan memaparkannya
ke dalam bentuk tabel dan diagram.

26
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
1. Data Hasil Penelitian Angket
Dari angket yang penulis sebarkan, maka diperoleh data
sebagai berikut.

Jurusan Jumlah Presentase Keterangan


IPA 39 56%
IPS 14 20%
IPC 17 24%
Jumlah Total 70
Tabel 2. Data Pilihan Jurusan Siswa SMA Negeri 1 Negara tahun 2015

Jumlah sampel yang seharusnya didapat adalah 72 data. Namun,


pada saat pengumplan data, dua sampel tidak dapat mengisi angket
karena tidak hadir. Jadi sampel yang terkumpul sebanyak 70 sampel.
Dari tabel diatas, diagramnya adalah sebagai berikut.

Data Jumlah Pilihan Jurusan Tahun 2015

IPS; 24.29%

Ti dak Li ntas
Jurus an (IPA);
Li ntas Jurus a n; 55.71%
20.00%

Diagram 1. Data Pilihan Jurusan Siswa SMA Negeri 1 Negara tahun 2015

Dari data diatas, terlihat bahwa siswa yang melakukan lintas


jurusan relatif banyak. Dari 70 sampel, 39 orang (56%) memilih hanya
jurusan IPA (Saintek) saja. 31 orang (44%) memilih melakukan lintas

27
jurusan, dengan rincian 14 orang (20%) hanya memilih jurusan IPS
dan 17 orang (20%) memilih kedua jurusan (IPC).
Dari 31 orang (44%) yang melakukan lintas jurusan, penulis
mendapat beberapa alsan mengapa mereka melakukan lintas jurusan.
Pada angket yang disebarkan penulis, terdapat beberapa alasan secara
umum mengapa mereka melakukan lintas jurusan, seperti cita-cita,
mengikuti teman, desakan orang tua, peluang pekerjaan, dan merasa
lebih mampu di jurusan non IPA (IPS, Bahasa dan Sastra serta Seni).
Dalam memilih alasan ini, sampel dapat memilih lebih dari satu
alasan. Berikut penulis sajikan dalam tabel.
Keteranga
Alasan Jumlah Presentase
n
Cita-cita 15 45%
Mengikuti teman 0 0%
Desakan Orang Tua 2 6%
Peluang Pekerjaan 16 49%
Memiliki Kemampuan di
0 0%
Jurusan Non IPA
Jumlah Total 33
Tabel 3. Data Alasan Siswa IPA Melakukan Lintas Jurusan

Dalam grafik dapat dilihat sebagai berikut.

Alasan Lintas Jurusan

Peluang Pekerjaan; Cita-Cita; 45.45%


48.48%

Desakan Orang Tua;


6.06%

Diagram 2. Data Alasan Melakukan Lintas Jurusan

2. Data Penunjang

28
Selain data yang berasal dari angket, sebagai data penunjang
penulis juga mencari data dari Bimbingan Konseling SMA Negeri 1
Negara tentang pilihan jurusan alumni SMA Negeri 1 Negara pada
tahun 2014. Dari data yang terdapat di Bimbangan Konseling,
penulis memilih data secara acak (random) sejumlah 100 sampel.
Data tersebut penulis sajikan ke dalam tabel berikut
Jurusan Jumlah Presentase Keterangan
IPA 63 63%
IPS 15 15%
IPC 22 22%
Jumlah Total 100
Tabel 4. Data Pilihan Jurusan Siswa SMA Negeri 1 Negara tahun 2014

Berikut penyajian data dalam bentuk diagram.

Data Jumlah Pilihan Jurusan Tahun 2014

IPS; 22.00%

Li ntas Jurus a n; Ti dak Li nta s


15.00% Jurus a n (IPA);
63.00%

Diagram 3. Data Pilihan Jurusan Siswa SMA Negeri 1 Negara tahun 2014

Dari data diatas, terlihat bahwa siswa yang melakukan lintas


jurusan relatif banyak. Dari 100 sampel, 63 orang (63%) memilih
hanya jurusan IPA (Saintek) saja. 37 orang (37%) memilih melakukan
lintas jurusan, dengan rincian 15 orang (15%) hanya memilih jurusan
IPS dan 22 orang (22%) memilih kedua jurusan (IPC).

Dari data angket yang diperoleh, apabila dibandingkan dengan data


penunjang dari BK, maka akan terjadi perubahan presentase lintas jurusan
antara tahun 2014 dan 2015. Dari data diatas, pada tahun 2014 presentase

29
pilihan lintas jurusan siswa IPA SMA Negeri 1 Negara adalah sebesar 37%.
Sedangkan, pada tahun 2015 presentase lintas jurusan siswa IPA SMA
Negeri 1 Negara mengalami peningkatan, menjadi 44%.
Untuk lebih jelasnya, berikut perbandingan presentase pilihan lintas
jurusan tauhn 2014 dan 2015.

Perbandingan Presentase Pilihan Lintas Jurusan Tahun 2014 dan 2015


70%
63%
60% 56%

50%
44%
Tidak Lintas Jurus an
40% 37%
Linta s Jurusan

30%

20%

10%

0%
Tahun 2014 Tahun 2015

Diagram 4. Perbandingan Presentase Pilihan Lintas Jurusan Tahun 2014 dan 2015

2. Pembahasan
1. Presentase Pilihan Lintas Jurusan
Seperti yang tertera di atas, terlihat bahwa presentase siswa
jurusan IPA SMA Negeri 1 Negara yang melakukan lintas jurusan
relatif banyak. Tidak hanya pada tahun 2015, ternyata pada tahun
2014 presentase pilihan lintas jurusan juga relatif banyak walaupun
tidak sebanyak tahun 2015.
Data pada tahun 2014 diperoleh dari hasil pengumpulan data
Bimbingan Konseling SMA Negeri 1 Negara. Sampel yang diteliti
dipilih secara acak (random) dari seluruh kelas IPA, sejumlah 100
sampel. Untuk menyamakan data, maka data yang dihimpun adalah
data pilihan jurusan tahun 2014, bukan data jurusan yang didapat oleh
alumni tahun 2014. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang
sama dengan data yang diperoleh dari data angket.

30
Dari 100 sampel yang dipilih secara acak, 63% (63 siswa)
memilih jurusan IPA, dengan kata lain mereka tidak memilih lintas
jurusan. Sedangkan 37% (37 siswa) lainnya memilih pilihan lintas
jurusan. Dengan rincian 15% (15 siswa) memilih jurusan IPS dan 22%
(22 siswa) memilih jurusan IPC. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
datanya pada tabel 4 atau diagram 3.
Sedangkan untuk data pada tahun 2015, diperoleh dari hasil
pengisian angket kepada dua kelas yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu kelas XII IPA 1 dan XII IPA 4. Data yang diperoleh adalah
sebanyak 70 data. Dari 70 data tersebut, 56% (39 siswa) memilih
jurusan IPA, dengan kata lain mereka tidak memilih lintas jurusan.
Sedangakan 44% (21 siswa) lainnya memilih pilihan lintas jurusan,
dengan rincian 20% (14 siswa) memilih jurusan IPS dan 24% (17
siswa) memilih lintas jurusan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
tabel 2 dan diagram 1.
Dari kedua data tersebut, terlihat bahwa dari tahun 2014 ke
2015, presentase siswa yang memilih prodi di perguruan tinggi sesuai
dengan jurusannya kini mengalami penurunan. Di tahun 2014, 63%
memilih prodi atau jurusan IPA (Saintek) menurun pada tahun 2015
menjadi 56%. Jadi dengan kata lain, dari tahun 2014 ke 2015,
presentase pilihan lintas jurusan di kalangan siswa IPA SMA Negeri 1
Negara mengalami peningkatan, dari 37% menjadi 44%.
2. Faktor-Faktor Pendorong Terjadi Lintas Jurusan
Melihat tingginya presentase siswa yang memilih untuk lintas
jurusan, tentu terdapat faktor pendorong dibalik fenomena ini. Dari
hasil angket penelitian ini, diperoleh bahwa terdapat beberapa faktor
yang mendorong lintas jurusan, seperti cita-cita, desakan orang tua
dan peluang pekerjaan.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III, siswa yang memilih
pilihan lintas jurusan, dapat memilih lebih dari satu alasan mengapa
mereka melakukan lintas jurusan. Dari data tersebut, didapat 33 data
alasan mereak melakukan lintas jurusan.
Peluang pekerjaan memberikan pengaruh yang terbesar terhadap
terjadinya lintas jurusan ini. Dari sampel penelitian ini, diperoleh

31
bahwa 49% siswa lintas jurusan melakukan hal ini karena alasan
peluang pekerjaan. Cita-cita juga merupakan salah satu alsan mengapa
mereka melakukan lintas jurusan dengan presentase 45%. Sedangakan
sisanya atau sekitar 6% karena desakan orang tua.

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Fenomena lintas jurusan memang bukan hal yang asing lagi di
kalangan siswa jurusan IPA, termasuk di SMA Negeri 1 Negara. Lintas
jurusan terjadi ketika siswa IPA yang melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi memilih jurusan yang bukan merupakan ranah IPA.
Sewajarnya, siswa IPA memilih jurusan Saintek yang didalamnya
mencakup mata pelajaran ciri khas IPA seperti Fisika, Kimia, Biologi dan
Matematika. Namun, tidak sedikit dari siswa IPA yang akhirnya
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jurusan non-IPA yaitu
Soshum yang cenderung mata pelajaran yang diajarkan merupakan mata
pelajaran ciri khas IPS sepeti Sosiologi, Ekonomi, Sejarah dan Geografi.
Berbagai hal dapat melatarbelakangi terjadinya lintas jurusan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa cita-cita
merupakan faktor pendorong terbesar terjadinya fenomena unik ini. Selain
itu, peluang pekerjaan juga mempengaruhi siswa IPA untuk melanjutkan
pendidikan ke jurusan Soshum. Dan desakan orang tua juga mengambil
peranan terjadinya lintas jurusan, meskipun tidak sesignifikan pengaruh
cita-cita dan peluang pekerjaan.

2. Saran
Cikal bakal terjadinya lintas jurusan adalah pada saat penjurusan di
SMA yang tidak sesuai dengan cita-cita. Lintas jurusan memang merupakan
suatu hal diperbolehkan. Namun alangkah baiknya apabila kita memilih
jurusan di tingkat SMA yang sesuai dengan apa yang kita cita-citakan.
Jadi, bijaklah dalam menentukan pilihan. Semua yang kita pilih dan
kita putuskan hari ini, akan mempengaruhi kehidupan kita di masa depan
nanti. Mulailah belajar menyusun rencana masa depan agar kita tahu
kemana jurusan yang kita pilih yang sesuai dengan apa yang kita cita-
citakan.

33
DAFTAR PUSTAKA
Forum Tentor. 2015. Top No. 1 SBMPTN Saintek 2015. Jakarta: Bintang Wahyu
http://eyedarkblue.blogspot.com/2014/03/sistem-pakar-penentu-jurusan-di-
sekolah.html
http://wasangana.blogspot.com/
http://www.snmptn.ac.id/pengantar.html
http://www.snmptn.ac.id/informasi.html

34
CURRICULUM VITAE
Nama : Kadek Dwi Kusuma Widyanatha
No. Induk : 11143
Kelas : XII IPA 1
Umur : 18 tahun
Tempat/Tgl. Lahir : Negara, 7 Desember 1996
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Negara
Alamat : Jln. Soka Gg. 1A No. 7, Kelurahan B. B. Agung, Negara
Hobi : Menembak dan bermain game
Alamat Email : kd_kw@ymail.com

35
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Kegiatan
2. Contoh Angket

36

Anda mungkin juga menyukai