Anda di halaman 1dari 7

Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)

Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial


Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat
reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa debu organik
atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.

Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:

batuk,
demam,
menggigil,
sesak nafas, dan
merasa tidak enak badan.

Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:

sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan,


batuk kering,
nafsu makan berkurang, dan
penurunan berat badan.

Diagnosa

Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki. Pemeriksaan


yang biasa dilakukan:

Rontgen dada
Tes fungsi paru
Hitung jenis darah
Pemeriksaan antibodi
Presipitan aspergillus
CAT scan dada resolusi tinggi
Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.

Bronkitis
Bronkitis, atau yang dalam istilah medisnya disebut sebagai bronchitis adalah suatu
peradangan pada bronkus, yaitu saluran udara ke paru-paru. Biasanya bronkitis bersifat
ringan dan seiring berjalannya waktu bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada penderita
berusia lanjut dan yang memiliki penyakit menahun seperti jantung atau paru-paru, bronkitis
bisa menjadi penyakit yang serius.

Gejala yang tampak pada penderita bronkitis antara lain:

batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)


sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktifitas ringan
sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki dan tungkai kanan - kiri
wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan

Penyebab Bronkitis

Bronkitis bisa disebabkan oleh virus, bakteri, dan organisme yang menyerupai bakteri
(mycoplasma pneumoniae dan chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada
perokok dan penderita penyakit paru-paru, serta penyakit pada saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari: sinusitis kronis, bronkiektasis, alergi,
pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Diagnosa

Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala terutama dari adanya


lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi bronki atau
bunyi pernafasan yang tidak normal. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah:

Tes fungsi paru-paru


Gas darah arteri
Rontgen dada
Fibrosis Kistik

Fibrosis Kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu
menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala; yang terpenting adalah yang
mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru.

Penyebab

Fibrosis kistik merupakan suatu kelainan genetik. Sekitar 5% orang kulit putih
memiliki 1 gen cacat yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen ini bersifat resesif dan
penyakit hanya timbul pada seseorang yang memiliki 2 buah gen ini. Seseorang yang hanya
memiliki 1 gen tidak akan menunjukkan gejala.

Gen ini mengendalikan pembentukan protein yang mengatur perpindahan klorida dan
natrium melalui selaput sel. Jika kedua gen ini abnormal, maka akan terjadi gangguan dalam
pemindahan klorida dan natrium, sehingga terjadi dehidrasi dan pengentalan sekresi.

Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin (kelenjar yang


melepaskan cairan ke dalam sebuah saluran). Pelepasan cairan ini mengalami kelainan dan
mempengaruhi fungsi kelenjar:

Pada beberapa kelenjar (misalnya pankreas dan kelenjar di usus), cairan yang
dilepaskan (sekret) menjadi kental atau padat dan menyumbat kelenjar.
Penderita tidak memiliki berbagai enzim pankreas yang diperlukan dalam
proses penguraian dan penyerapan lemak di usus sehingga terjadi
malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi dari usus) dan malnutrisi.
Kelenjar penghasil lendir di dalam saluran udara paru-paru menghasilkan
lendir yang kental sehingga mudah terjadi infeksi paru-paru menahun.
Kelenjar keringat, kelenjar parotis dan kelenjar liur kecil melepaskan cairan
yang lebih banyak kandungan garamnya dibandingkan dengan cairan yang
normal.

Gejala

Pada saat lahir, fungsi paru-paru penderita masih normal, gangguan pernafasan baru
terjadi beberapa waktu kemudian. Lendir yang kental pada akhirnya menyumbat saluran
udara kecil, yang kemudian mengalami peradangan.
Lama-lama dinding bronkial mengalami penebalan, sehingga saluran udara terisi
dengan lendir yang terinfeksi dan daerah paru-paru mengkerut (keadaan ini disebut
atelektasis) disertai pembesaran kelenjar getah bening. Semua perubahan tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan paru-paru untuk memindahkan oksigen ke dalam
darah.

Bayi yang menderita fibrosis kistik sering buang air besar dengan tinja yang banyak,
berbau busuk dan berminyak, disertai perut yang buncit. Meskipun nafsu makannya normal
atau tinggi, tetapi pertumbuhan bayi berlangsung lambat. Bayi tampak kurus dan memiliki
otot yang lembek. Gangguan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E
dan K) bisa menyebabkan rabun senja, rakitis, anemia dan kelainan perdarahan.

Pada 20% bayi dan balita yang tidak diobati, lapisan usus besar menonjol ke anus
(keadaan ini disebut prolaps rektum). Bayi yang mendapatkan susu kedele atau ASI bisa
menderita anemia dan pembengkakan karena mereka tidak menyerap protein dalam jumlah
yang memadai.

Sekitar separuh anak-anak yang menderita fibrosis kistik memiliki gejala berikut:

batuk terus menerus


bunyi nafas mengi (bengek)
infeksi saluran pernafasan.
seringkali disertai oleh tersedak, muntah dan sulit tidur.

Lama-lama dada akan berbentuk seperti tong (barrel-shaped) dan kekurangan oksigen
menyebabkan jari tangan berbentuk seperti pentungan dan kulit berwarna kebiruan.
Bisa ditemukan polip hidung dan sinus terisi dengan cairan yang kental.

Remaja seringkali mengalami pertumbuhan yang lambat, pubertasnya tertunda dan


ketahanan fisiknya berkurang.

Komplikasi yang bisa terjadi pada dewasa dan remaja adalah:

Pneumotoraks
Batuk darah
Gagal jantung
Pneumonia berulang
Kegagalan pernafasan kronis
Penyakit hati
Diabetes mellitus
Osteoporosis dan artritis.

Diagnosa

Bayi baru lahir yang menderita fibrosis kistik memiliki kadar enzim pencernaan
tripsin yang tinggi dalam darahnya. Pemeriksaan keringat iontoforesis pilokarpin dilakukan
untuk mengukur jumlah garam di dalam keringat. Obat pilokarpin diberikan untuk
merangsang pembentukan keringat di daerah kulit dan sehelai kertas saring ditempatkan di
daerah tersebut untuk menyerap keringat. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap jumlah
garam di dalam keringat. Konsentrasi garam diatas normal akan memperkuat diagnosis pada
seseorang yang memiliki gejala dari penyakit ini atau seseorang yang keluarganya ada yang
menderita fibrosis kistik.

Fibrosis kistik bisa mengenai organ lainnya, sehingga dilakukan pemeriksaan lainnya
untuk membantu menegakkan diagnosis:

Pemeriksaan lemak tinja


Tes fungsi pankreas
Tes fungsi paru
Rontgen dada
Tes DNA

Tromboemboli Paru

Tromboemboli paru merupakan suatu keadaan emergensi yang sering tidak


terdiagnosa dan menyebabkan kematian sebagai akibat migrasi satu atau beberapa gumpalan
darah dari vena sistemik menuju paru.
Teradapat beberapa faktor yang menjadi predisposisi untuk terjadinya tromboemboli
paru, yaitu:
Immobilisasi yang lama
Gagal jantung kongestif
Neoplasma
Pasca operasi
Gambaran Klinis

Gambaran klinis tromboemboli paru dapat dibedakan menjadi beberapa tipe:

Tromboemboli yang subklinis (silent)


Tipe ini biasanya asimtomatik dan mungkin jumlahnya lebih banyak dari yang kita
ketahui
Tromboemboli tanpa infark:
Keluhan dan tanda yang terlihat biasanya nafas pendek, takikardia, ansietas, gelisah
yang biasanya bersifat transien.
Tromboemboli dengan infark
Keluhan dan tanda terlihat biasanya dyspnoea, nyeri pleura, hemoptisis, friction rub,
demam, bronkospasme. Gambaran klinis ini hanya terdapat pada kurang dari 40%
seluruh penderita tromboemboli paru.
Tromboemboli dengan gangguan hemodinamik
Keluhan dan tanda yang terlihat dapat berupa angina, takikardia, komponen pulmonal
bunyi jantung II mengeras, irama gallop, JVP meningkat, hipotensi, sianosis, sinkope.
Pada tipe ini paling sdikit 30% - 50% pulmonary vascular bed mengalami obstruksi.

Diagnosa

Diagnosa dari tromboemboli paru dapat terlihat adanya foto toraks yang normal atau
adanya kelaian seperti penarikan diafragma, pleura efusi, konsolidasi jaringan paru,
atelektasis, segmen pulmonal yang menonjol. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
Foto toraks
Elektrokardiografi

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)

penyakit obstruksi saluran nafas kronis dan progresif yang dikarakterisir oleh adanya
keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronis,
emphysema atau keduanya.
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang
bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari
selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Emphysema adalah kelainan paru-paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas
yang sifatnya permanen mulai dari terminal bronchial sampai bagian distal (alveoli : saluran,
kantong udara dan dinding alveoli).

Gambaran klinis
Gejala:
Peningkatan volume sputum
Sesak nafas yang progresif
Dada terasa sesak (chest tightness)
Sputum yang purulen
Meningkatnya kebutuhan bronkodilator
Lemah, lesu
Mudah lelah
Pemeriksaan fisik:
Demam
Mengi (wheezing)

Diagnosa
Untuk mengetahui diagnosa dari PPOK dapat dilakukan berbagai macam
pemeriksaan, seperti:
Pulmonary Function Test
Gas Darah Arteri
Laboratory Test
Chest X-Ray

Anda mungkin juga menyukai