Anda di halaman 1dari 27

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Lokasi dan waktu Penelitian


Praktikum dilaksanakan di Stasiun Hujan Teknik Pengairan Universitas
Brawijaya, Kota Malang. Secara astronomis letak pengukuran berada pada titik 1
dimana X = 0677707 49M , Y = 9121003 dalam koordinat UTM dan titik 2 dimana X =
9121000 49M , Y = 0677705 dalam koordinat UTM. Pemilihan lokasi praktikum ini
ditetapkan oleh pihak laboratorium yang didasarkan beberapa hal diantaranya:
kemudahan kemudahan untuk keamanan praktikum, lokasi memiliki panjang dan lebar
yang cukup, dan medan yang dimiliki datar atau tidak bergelombang. Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2017. Denah lokasi beserta dokumentasi kegiatan
praktikum ditunjukkan pada lampiran.
Untuk lokasi Praktikum Simulasi Aliran Air Tanah dilaksanakan di
Laboratorium Tanah dan Air Tanah Universitas Brawijaya. Dilaksanakan pada pukul
10.30 WIB.

3.2. Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, ada dua macam data yang dibutuhkan yaitu data primer
dan data sekunder yang langsung diperoleh dilapangan.
3.2.1. Data Primer
Data primer yang diambil dalam penelitian ini meliputi:
a. Panjang jarak antar elektroda (a) dari masing-masing konfigurasi dalam meter.
b. Besarnya arus yang dialirkan ( I ) dan besarnya tegangan ( V ) dalam m Volt.
c. Besarnya resistivitas yang terukur (R) dalam m.

3.2.2. Data Sekunder


a. Data Hidrogeologi
Data hidrogeologi yang dibutuhkan berupa peta geohidrologi beserta gambaran
secara umum kondisi akuifer lokasi praktikum. Berdasarkan peta hidrogeologi itu
nantinya dapat diketahui apakah daerah tersebut memiliki akuifer yang berproduksi
kecil/kurang produktif atau berproduksi baik.
b. Denah Lokasi Praktikum

29
30

Dari Denah lokasi akan diperoleh informasi mengenai kondisi area yang akan
diteliti berupa letak jalan, letak bangunan dan luas area yang akan diteliti. Dengan
denah lokasi maka akan mempermudah dalam penentuan titik pendugaan dan jarak
antar elektroda. Lokasi yang dipilih hendaknya tidak terhalangi oleh bangunan gedung
dan saluran atau lokasi yang tergenang air, agar dapat mempermudah dalam proses
pendugaan dan menjaga kestabilan pembacaan alat.

3.3. Pelaksanaan Pendugaan


3.3.1. Peralatan Dan Perlengkapan yang Dibutuhkan/Dokumentasi
Dalam pelaksanaan pendugaan beberapa peralatan yang dibutuhkan diantaranya:
1. Seperangkat alat pengukur geolistrik (resistivity meter) jenis SAZ 2000.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


2. Dua buah elektroda stainless (4 buah).

Sumber: Dokumentasi Pribadi


31

3. ACCU (1 buah)

Sumber: Dokumentasi Pribadi


4. Empat gulungan kabel yang jenisnya disesuaikan dengan alat pengukur geolistrik
dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan (dua warna merah dan dua warna
abu-abu dan kuning).

Sumber: Dokumentasi Pribadi


5. Multimeter (meteran 50 m).

Sumber: Dokumentasi Pribadi


6. Palu/Martil (2 buah)

Sumber: Dokumentasi Pribadi


32

7. Dokumentasi

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Sedangkan perlengkapan tambahan yang bersifat menunjang kelancaran dalam
pelaksanaan pendugaan meliputi:
1. GPS.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


2. Alat tulis dan perlengkapan hitung.
3. Formulir Data.
4. Payung.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


33

3.3.2. Cara Penggunaan Alat


Adapun cara-cara penggunaan alat geolistrik ini adalah sebagai berikut:
1. Pasang kabel arus maupun kabel tegangan pada alat disertai dengan pemasangan
kabel pada masing-masing elektroda.
2. Tekan tombol on untuk menghidupkan alat.
4. Pengecekan apabila baterai masih menghasilkan arus yang kuat bisa dilihat pada test
loop arus.
5. Pengecekan sambungan kabel apabila sudah tersambung dengan benar dapat dilihat
pada test loop tegangan.
6. Menekan tombol hold untuk mengetahui nilai tegangan ( V ) dalam mVolt dan catat
besarnya nilai tegangan.
7. Pembacaan dilakukan secara teratur dan berurutan.
8. Tekan tombol off untuk menghilangkan nilai tegangan dan mematikan alat.

Diagram Alir Pengolahan Data Geolistrik

Menentukan Koordinat dan Elevasi Lokasi Pengukuran


dengan Menggunakan GPS
PERSIAPAN
34

Diagram Alir Cara Penggunaan Alat

PENGECEKAN PERALATAN

Elektroda
Geolistrik Kabel rol besar Kabel rol kecil Accu Meteran Palu GPS
Stainless
35

3.3.3 Pelaksanaan Pendugaan di Lapangan


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan pendugaan di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pada titik pusat/base station, peralatan yang digunakan yaitu SAZ 2000 sebagai alat
utama geolistrik, operator pusat adalah orang yang mencatat data yang muncul dari
36

injeksi arus pada formulir data yang telah disediakan. Titik pusat /base station
merupakan titik utama untuk mengontrol semua kegiatan pengukuran yang
dilakukan, selain itu juga untuk menghubungkan operator yang berada di C1 atau
C2. Sehingga nantinya jika koneksi terputus dapat segera ditangani di titik pusat
agar data yang kurang valid yang telah dicatat dapat diperbaiki.
2. Pada kabel gulungan, di posisi ini terdapat dua oprator yagn akan saling
berkomunikasi baik pada C1 maupun C2. Pada masing-masing titik tersebut terdapat
dua operator, satu operator bertugas menanamkan elektroda arus dan satu operator
menginformasikan ke base station apakah elektroda arus sudah ditanam atau belum
ditanam. Operator ini juga bertugas untuk memindahkan kabel dari titik 1 ke titik
yang lainnya sampai dengan titik terakhir.
3. Harus terjadi komunikasi dua arah baik pada base stasion dan pada operator di
elektroda. Agar pada saat peninjeksian arus ke dalam bumi tidak terjadi kesalahan ,
baik karena terputusnya kabel (kabel belum terpasang dengan benar) atau karena
salah satu operator pada salah satu posisi (C1/C2) belum menanamkan elektroda.
Perlu diperhatikan juga bahwa pada saat penanaman elektroda harus melihat apakah
di bawah permukaan tersebut terdapat pipa atau tidak. Karena sangat
mempengaruhi data yang diperoleh. Yang disebabkan oleh adanya benda
logam/metallic yang sangat mempengaruhi hasil penginjeksian arus.
Pada praktikum ini konfigurasi pengukuran yang digunakan adalah
Schlumberger.
Pengukuran Titik Ukur I:
a. Tentukan koordinat titik pengukuran dengan menggunakan GPS dan masukkan
data koordinat dan elevasi dalam tabel pencatatan.
b. Letakkan geolistrik pada titik ukur.
c. Tancapkan elektroda arus (C1 C2 atau AB) dan elektroda (P1 P2 atau MN) pada
jarak bentangan terpendek sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
37

Gambar 3.1. Penempatan elektroda pada konfigurasi Schlumberger


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

d. Sambungkan kabel ke masing masing elektroda


e. Sambungkan kabel geolistrik, dengan pemasangan:
Elektroda arus sebelah kiri (kiri luar) port C1
Elektroda arus sebelah kiri (kiri dalam) port P1
Elektroda arus sebelah kanan (kanan luar) port C2
Elektroda arus sebelah kanan (kanan dalam) port P2
Lihat test loop sebagai petunjuk kabel yang terhubung dengan baik
f. Sambungkan geolistrik dengan accu, lihat battery indicator sebgai petunjuk acc
dalam kondisi siap pakai
g. Putar tombol convensator sehingga voltage meter menunjukkan angka nol
h. Tekan tombol current test sehingga voltage meter dan current test menunjukkan
angka/nilai tertentu yang stabil, kemudian tekan tombol Hold maka angka/nilai
current meter akan terkunci
i. Catat angka/nilai pada current meter sebagai nilai arus (I) current dan
voltage meter sebagai nilai tegangan (V) voltage dan masukkan dalam tabel
pencatatan
j. Pindahkan elektroda arus dan elektroda tegangan ke bentangan yang lebih
panjang sesuai jarak yang telah ditentukan dalam tabel
k. Lakukan langkah-langkah seperti padapoint d sampai j, sampai pada bentangan
yang diinginkan
38

l. Catat semua data-data yang diperoleh dalam format tabel pengukuran yang telah
ditentukan. Adapun data-data hasil pengukuran antara lain:
1. Titik ordinat titik ukur (prosedur point a)
2. Jarak C1 C2 atau AB jarak antar elektroda arus (prosedur point c)
3. Jarak P1 P2 atau MN jarak antar elektroda arus (prosedur point c)
4. Nilai tegangan (V) dalam satuan mili Volt (prosedur point i)
m. Tanda tegangan data-data tersebut diakhir pengukuran pada dosen pembimbing/
pembimbing lapangan

3.4 Metode Pendugaan Praktikum


Dalam pelaksanaan praktikum ini, metode pendugaan yang dilakukan yaitu
metode geolistrik untuk mendapatkan nilai tahanan jenis (resistivity) lapisan geologi di
bawah permukaan. Dalam praktikum ini juga digunakan konfigurasi Schlumberger pada
pelaksanaan metode geolistrik. Digunakannya konfigurasi Schlumberger pada
praktikum ini dikarenakan konfigurasi ini mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan
waktu yang lama.
Pada konfigurasi Schlumberger langkah-langkah pendugaan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan denah lokasi dan tentukan arah bentangan. Area yang dipilih cukup datar
dan tidak terhalang oleh bangunan.
2. Tentukan titik ukur (penempatan elektroda) dan jarak antar elektroda (a) yang total
panjangnya disesuaikan dengan total panjang bentang yang telah diperhitungkan
sebelumnya.
3. Tempatkan sepasang elektroda arus dan sepasang elektroda potensial dimulai dari
kiri dan berjalan kekanan, sesuai dengan jaarak antar elektroda yaitu sebesar (a).
4. Pengukuran dilakukan dengan mengalirkan arus listrik (I) secara bertahap yang
besarnya telah ditentukan dan diusahakan besarnya konstan dalam setiap kali
pembacaan.
5. Baca besarnya hambatan (R) dari setiap kali pengukuran dan catat hasil pengukuran
dan apabila hasilnya meragukan pembacaan dapat diulangi kembali.
6. Pembacaan dilakukan setelah angka yang akan dibaca benar-benar konstan.
7. Pindahkan rangkaian elektroda tersebut sesuai dengan jarak antara titik elektroda
sampai dengan ujung baris dan diusahakan dalam setiap kali perpindahaan elektroda
tidak berada pada lubang yang sama atau dipakai sebelumnya.
39

8. demikian seterusnya dengan jarak antar elektroda yang berbeda.

3.5. Metode Analisa Data Praktikum


3.5.1 Pengolahan Data-data Lapangan (Geolistrik)
Data-data yang diperoleh, digunakan untuk mencari tahanan jenis (m) dengan
menggunakan beberapa rumus sebagai berikut:
1. Kedalaman pengukuran (a)
a(m) = C1C2/2 atau AB/2
2. Setengah jarak potensial (b)
b(m) = P1P2/2 atau MN/2
3. Hambatan jenis yang diukur (R)
R() = V/I
4. Faktor geometri Metode Schlumberger (K)
K = (a2 b2)/2b
5. Hambatan Jenis Semu (a)
a(m) = K. V/I
Nilai-nilai hambatan jenis semu (a) dan kedalaman pengukuran (a) yang
diperoleh dalam proses perhitungan akan diolah lebih lanjut dengan menggunakan
metode Maching Curve (kurva pencocokan), selain itu dapat dihitung dengan software
yaitu IPI2WIN dan metode Progress 3.0.

3.5.2 Metode Maching Curve (kurva pencocokan)


Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan metode kurva pencocokan
sebagai berikut:
a. Siapkan kurva baku atau kurva bilog (hambatan jenis Vs Kedalaman
pengukuran)
b. Masukkan nilai hambatan jenis semu (a) masing-masing kedalaman
pengukuran pada kurva baku (berupa plot titik-titik)
c. Tarik garis hubung masing-masing titik sampai terhubung semua titik atau
membentuk kurva.
d. Siapkan kurva standart yang terdiri dari kurva standart naik (Ascending) dan
kurva standart turun (Descending).
40

e. Plotkan kurva standart naik atau turun sesuai dengan bentuk garis hubung. titik
ini merupakan titik kontrol lapisan pertama yang diketahui harga absis dan
ordinatnya juga dicatat harga app/1 dari kurva standartnya.
f. Siapkan kurva bantu; kurva bantu bentuk mangkuk (Bowl), kurva bantu bentuk
lonceng (bell), kurva bantu naik (Ascending), dan kurva bantu turun
(Descending).
g. Lihat arah garis berikutnya naik atau turun, jika garis sebelumnya turun dan
garis berikutnya naik maka kurva bantu yang digunakan kurva bantu mangkuk,
apabila garis berikutnya turun maka yang digunakan kurva bantu turun, jika
garis sebelumnya naik dan berikutnya turun maka kurva bantu yang digunakan
kurva bantu lonceng, apabila garis berikutnya naik maka kurva bantu yang
digunakan kurva bantu naik.
h. Tempatkan kurva bantu yang telah dipilih pada point g dengan bantuantitik
kontrol lapisan pertama, dimana titik ini harus berhimpit dengan perpotongan
kurva bantu dengan sumbu y-nya yang sesuia nilainya dengan perbandingan
app/1 dari kurva standar sebelumnya.
i. Buatlah garis mengikuti garis lurus (bukan garis putus-putus) pada kurva bantu
kemudian pada ujung bisa nama/kode (N:naik, T:turun, M:mangkuk, L:lonceng)
untuk mempermudah pengingatnya.
j. Tahap pertama selesai, kemudian menentukan titik kontrol lapisan kedua dengan
menggunakan kurva standart. caranya adalah: jalankan kurva standar, dengan
catatan titik pusat (0,0) kurva harus berhimpit dengan sumbu bilog. kurva
tersebut terus digerakkan (segala arah) hingga dari beberapa kurva yang ada
terdapat satu kurva yang dianggap cocok.
k. Setelah dianggap cocok tentukan sebagai titik kontrok lapisan kedua, dan
langkah point f diatas sampai point j diulangi hingga seluruh garis telah habis
diinterpretasi.
Data-data yang ditampilkan pada metode pencocokan kurva adalah:
1. titik kontrol lapisan
2. nilai koordinat yang nerisi sumbu y untuk nilai resistivitas dan sumbu x untuk
nilai kedalaman pengukuran.
3. nilai rasio resistivitas dari kurva standar
4. nilai rasio tebal dari kurva bantu
41

Langkah selanjutnya adalah menentukan tebal, kedalaman dan resistivitas


masing-masing lapisan. langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Lapisan ke 1
- tebal lapisan (t1) = diperoleh dari nilai koordinat sumbu x titik kontrol
lapisan 1
t1 = x1
- kedalaman lapisan (h1) = diperoleh dari nilai tebal lapisan (t1)
h1 = t1
- resistivitas lapisan (a1) = diperoleh dari nilai koordinat sumbu y titik kontrol
lapisan 1
a1 = y1
b. Lapisan ke 2
- tebal lapisan (t2) = diperoleh dari perkalian antara rasio tebal kurva bantu
lapisan 1 dengan nilai koordinat sumbu x titik kontrol lapisan 1
t2 = M1 atau L1 atau N1 atau T1 . (x1)
- kedalaman lapisan (h2) = diperoleh dari penjumlahan nilai kedalaman lapisan
1 (h1) dengan nilai tebal lapisan 2 (t2)
H2 = h1 + t2
- resistivitas lapisan (a2) = diperoleh dari perkalian antara nilai rasio
resistivitas kurva standar lapisan 1 dengan nilai koordinat sumbu y titik
kontrol lapisan 1
a 2 = A1 atau D1 . y1
c. Lapisan ke n
- tebal lapisan (tn) = diperoleh dari perkalian antara rasio tebal kurva bantu
lapisan n-1 dengan nilai koordinat sumbu x titik kontrol lapisan n-1
tn = Mn-1 atau Ln-1 atau Nn-1 atau Tn-1 . (xn-1)
- kedalaman lapisan (hn) = diperoleh dari penjumlahan nilai kedalaman lapisan
1 (hn-1) dengan nilai tebal lapisan 2 (tn)
Hn = (hn-1) + tn
- resistivitas lapisan (an) = diperoleh dari perkalian antara nilai rasio
resistivitas kurva standar lapisan 1 dengan nilai koordinat sumbu y titik
kontrol lapisan n-1
a n = An-1 atau Dn-1 . (yn-1)
42

3.5.3 Metode Penggunaan Software


IPI2WIN
IPI2WIN merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah
data Vertical Electric Sounding dan atau Induced Polarization secara otomatis
dan semifigurasi rentangan yang umum dikenal dalam pendugaan geolistrik
(Asisten Geofisika, 2006). IPI2WIN digunakan untuk memecahkan masalah-
masalah geologi sesuai dengan kurva pendugaan yang dihasilkan. Dengan target
mendapatkan hasil yang dapat di intrepetasikan secara geologi merupakan
keunggulan IPI2WIN daripada program inverse lainnya. Beberapa keuntungan
yang utama dari software IPI2WIN adalah penafsiran manual dan berubah
parameter model pada model yang berbeda. Aplikasi IPI2WIN ini juga
digunakan untuk mencari resivisitas lapisan bawah tanah yang nyata dengan
metode INVERSE.
Perbandingan antara Matching Curve dengan IPI2WIN jika dilihat dari
perhitungan yang dilakukan secara manual yaitu dengan metode Matching
Curve, parameter ketebalan dan true resistivity dihitung satu persatu dari ujung
awal kurva dengan memotong bagian kurva menjadi beberapa bagian.
Umumnya hasil perhitungan secara manual memberikan hasil yang kurang
optimal dan bila dilihat angka kesalahannya diatas 10% (Anonim, 2007).
Program IPI2WIN kemudian mengkoreksi kombinasi nilai ketebalan dan true
resistivity untuk mendapatkan angka kesalahan (RMS error) terkecil setelah
terjadi sekian (bisa sampai ribuan) kali iterasi. Angka kesalahan terkecil ini
tergantung pada kualitas data lapangan serta banyaknya parameter yang
dimasukkan. Bila hasil perhitungan masih menunjukkan nilai keslahan yang
relative besar, akan dicoba dengan menambah atau mengurangi jumlah
parameter yang dimasukkan dan proses perhitungan dimulai lagi.

Diagram Alir Metode Penggunaan Software IPI2WIN

Buka Program IPI2WIN


(New Ves Point)
43

Progress 3.0
Resistivity Interpretasion Program Progress Version 3.0 merupakan
perangkat lunak komputer yang secara otomatis menampilkan model resistivitas
2D bawah permukaan secara vertical dengan menampilkan 3 (tiga) hasil, yaitu
44

kontur pengukuran, kontur perhitungan dan kontur dengan inversileastsquares.


Perangkat lunak ini mengolah data yang didapatkan dari akusisi lapangan.
Pemodelan 2D dilakukan dengan menggunakan program inversi. Program
inversi ini menggambarkan dan membagi keadaan bawah permukaan dalam
bentuk penampang 1D (Loke, 1996).
Progress akan menghasilan nilai tahanan jenis pada tiap titik dikedalaman
tertentu. Adapun interpretasi adanya keberadaan air tanah berada pada lapisan
pasir, karena lapisan pasir merupakan lapisan yang berpori. Pada lapisan berpori
tersebut penyusunnya selain butiran pasir itu sendiri terdapat fluida yang
terperangkap. Penggunaan Software Progress ini juga didapatkan gambaran dua
dimensi secara vertikal dan horisontal. Hasil inversinya berupa gambaran
anomali tahanan jenis semu penampang bawah permukaan daerah penelitian
yang merupakan daerah persebaran air tanah dan kedalamannya. Dari
pengolahan data akan menghasilkan data kedalaman lapisan dan nilai resistivity
log. Tiap-tiap nilai resistivity akan mewakili dari kandungan kandungan
mineral yang terdapat dalam lapisan yang berada di bawah permukaan. Dengan
mengetahui jenis-jenis mineral pada lapisan tanah tersebut maka dapat
ditentukan daerah yang mengandung air tanah.

Diagram Alir Metode Penggunaan SoftwareProgress 3

Buka program Progress 3

Pilih jenis konfigurasi


45

3.6 Interpretasi Data


Gambaran kondisi bawah permukaan dapat diperoleh dari interpretasi data yang
dilakukan dengan melihat adanya perbedaan tahanan jenis batuan hasil inversi data
46

resistivitaas. Dari hasil inversi data resistivitas dapat dibuat batas lapisan tanah dengan
melihat adanya kecenderungan warna yang mengindikasikan nilai resistivitas.
Berdasarkan data pendukung lain seperti peta geologi, hidrogeologi dan data
logging pada daerah penelitian yang kemudian dikorelasikan dengan data pengukuran
lapangan, sehingga didapatkan gambaran kondisi bawah permukaan dari suatu lintasan
pengukuran. Hasil interpretasi yang didapatkan dari perbedaan resistivitas (tahanan
jenis) yang dapat memberikan gambaran sifat fisis batuan.

3.7 Simulasi aliran air tanah menggunakan alat ground water flow / well
abstraction (Praktikan)
a. Simulasi gradien hidraulik aliran air tanah
1. Hidupkan pompa air (Water Supply) dan buka kontrol valve untuk
mengatur besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat
nilai Q inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet1, buka control valve agar air
mengisi bak pasir sampai penuh.
4. Buka control valve pada lubang inlet 2 sebagai outlet. Catat nilai Q
Outfolw.
5. Amati tabung piezometer / pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air
pada piezometer no 13 sudah stabil. Catat tinggi muka air pada semua
piezometer.
6. Tinggi tekanan didapat dari harga-harga tinggi tekanan pada pipa
piezometer 1,2,3,...,19.
7. Gambar garis rembesan air tanah (tinggi muka air pada piezometer
vs jarak antar piezometer), hitung dan bandingkan gradien hidraulis
hasil percobaan dan teoritis.
47

Gambar 3.2 Tampilan Percobaan A


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

Gambar 3.3 Grafik Tinggi Muka Air Pada Piezometer Vs Jarak Manometer
Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

Gradien hidraulis adalah beda tinggi tekanan suatu titik dengan titik yang lain
diperbandingkan dengan jarak (ds), gradien hidraulis digambar dengan hubungan antara
tinggi air pada piezometer dengan jarak titik-titik piezometer.
Pengolahan data percobaan a. menggunakan acuan dari Formula Darcy dan
persamaan dasar tentang aliran air tanah (groundwater flow).
48


=

v = kecepatan aliran yang melewati area pasir basah (m/det)
k = koefisien kelulusan air (m/det) (0,013 mm/det)

= gradien hidraulik

b. Simulasi garis aliran air tanah pada akuifer bebas dengan satu sumur
1. Hidupkan pompa air (Water Supply) dan buka kontrol valve untuk mengatur
besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat nilai Q
inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet 1 dan 2, buka control valve agar air mengisi
bak pasir sampai penuh.
4. Buka ring penutup sumur pertama atau sumur 1. Catat nilai Q outflow pada
sumur 1. Debit outflow tidak lebih besar dari debit inflow.
5. Amati tabung piezometer /pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air pada
piezometer no 13 sudah stabil, catat tinggi muka air pada semua piezometer.
6. Ulangi langkah 4 5 dengan kondisi sumur 1 tertutup dan sumur 2 dibuka. Catat
nilai Q outflow pada sumur 2. Debit outflow tidak lebih besar dari debit inflow.
7. Gambar kurva / garis yang dihasilkan dari pembacaan piezometer (tinggi
muka air pada piezometer vs jarak antar piezometer), hitung nilai koefisien
permeabilitas (k) dan hitung penurunan muka air akibat pemompaan 1
sumur (S).

Gambar 3.4 Tampilan Simulasi Percobaan B


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017
49

Gambar 3.5 Grafik Piezometer Vs Jarak Manometer


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

Pengolahan data percobaan b. menggunakan acuan dari Formula Darcy dan


persamaaan dasar tentang aliran air tanah (groundwater flow), karena luasan pada jenis
aliran ini dianggap berbentuk lingkaran maka persamaan tersebut berubah menjadi :

=2

Dengan :
Q = debit (m3 / det)
r = jarak antar piezometer (m)
h = tinggi muka air pada piezometer (m)
k = koefisien permeabilitas

= kemiringan garis aliran air tanah

2 r h = P = Perimeter lingkaran
Persamaan Q di atas bila diintegralkan akan diperoleh persamaan muka air tanah
sebagai berikut :

2 = 2 + ln ( )
.
.
Maka : = { 2 2 }
ln( )

Penurunan muka air (draw down) akibat pemompaan S = H-h, maka persamaan
muka air tanah dapat ditulis sebagai berikut :
50


2 2 = ln ( )
.

Atau persamaan diatas dapat juga ditulis :



(1 )= ln ( )
2 2

Pada kenyataannya perbandingan penurunan muka air 2 sangat kecil sehingga :

1 =1
2
Maka persamaan penurunan muka air (draw down) adalah sebagai berikut :

= ln ( )
2 . . .
S = Penurunan muka air akibat pemompaan (m)
H = Tinggi muka air sebelum dipompa (m)
R = Diameter sumur (m)

Gambar 3.6 Penurunan Muka Air Akibat Pemompaan Sumur 1


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

c. Simulasi garis aliran airtanah pada akuifer bebas dengan dua sumur
1. Hidupkan pompa air (water Supply) dan buka control valve untuk mengatur
besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat nilai Q
inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet 1 dan 2, buka control valve agar air
mengisi bak pasir sampai penuh.
51

4. Buka ring penutup sumur pertama dan kedua atau sumur 1 dan 2 secara
bersamaan. Catat nilai Q outflow pada sumur 1 dan 2. Debit outflow tiap sumur
sama dan tidak lebih besar dari pada debit inflow.
5. Amati tabung piezometer / pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air pada
piezometer no 13 sudah stabil, catat tinggi muka air pada semua piezometer.
6. Gambar kurva/garis yang dihasilkan dari pembacaan piezometer (tinggi muka
air pada piezometer vs jarak antar piezometer) dan hitung penurunan muka air
(draw down) akibat pemompaan 2 sumur hasil percobaan dan teoritis.

Gambar 3.7 tampilan simulasi percobaan c


Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017
52

Gambar 3.8 grafik tinggi muka air pada piezometer vs jarak manometer
Sumber: Laporan Praktikum Pengelohan Air Tanah Tahun 2017

Pada prinsipnya percobaan c sama dengan percobaan b, akan tetapi pada percobaan
c ring pada kedua sumur dibuka. Selanjutnya dilakukan pemompaan secara
bersamaan dengan debit yang sama. Maka akan terjadi superposisi dari grafis aliran
airtanah akibat pemompaan dua sumur yang bersamaan.
Persamaan penurunan muka air (draw down) adalah sebagai berikut :

S = 2 ln()

S = Penurunan muka air akibat pemompaan (m)


H = Tinggi muka air dsebelum dipompa (m)
R = Diameter sumur (m)
Q = debit (m3/dt)
r = jarak antar piezometer
k = koefisien permeabilitas (0,013 mm/det)

5.2. Penyusunan laporan praktikum


Penyusunan laporan praktikum segera dilaksanakan setelah pengukuran data
lapangan
Penyusunan laporan praktikum dibimbing oleh satu orang dosen
pembimbing
53

Proses asistensi dilakukan sesuai jadwal yang dibrikan dosen atau melalui
perjanjian dengan dosen pembimbing bersangkutan.
Laporan yang sudah benar dijilid, dan disetujui dosen pembimbing

Isi laporan praktikum


i. Laporan diketik rapi dalam kertas A4
ii. Dilampirkan dengan format dan warna sampul seperti yang yang asli
iii. Laporan terdiri dari :
a. Lembar asistensi
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Bab I pendahuluan
Latar belakang
Identifikasi masalah
Batasan masalah
Rumusan masalah
Tujuan dan manfaat

e. Bab II Tinjauan Pustaka


Berisi teori-teori dari berbagai litelatur yang terkait dengan tema
praktikum
f. Bab III Pelaksanaan Kegiatan
o Lokasi dan waktu
o Peralatan yang digunakan
o Metode pengukuran
o Metode analisa data pengukuran
g. Bab IV Data dan Analisa Data
o Data pengukuran di lapangan dan labolatorium
o Pengolahan data Geolistrik
o Pengolahan data Simulasi aliran air tanah
h. Bab V Kesimpulan dan Saran
o Kesimpulan
o Saran
i. Daftar Pustaka
54

j. Lampiran
o Daftar hadir praktikum
o Table isian data pengukuran di lapangan
o Dokumentasi kegitan
55

6. Bagan Alir

Mulai

Pendaftaran Praktikum

Pengecekan Peralatan

Penentuan Lokasi

Penjelasan Praktikum

Pengukura Lapangan

Penyusunan Laporan

Penerbitan Surat Puas

Persetujuan Ka.Lab.

Nilai

Anda mungkin juga menyukai