Studi Pustaka
Studi Pustaka
Penyakit obstruksi saluran nafas kronis dan progresif yang dikarakterisir oleh adanya
keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang disebabkan oleh bronkitis kronis,
emphysema atau keduanya.
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang
bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari
selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Emphysema adalah kelainan paru-paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas
yang sifatnya permanen mulai dari terminal bronchial sampai bagian distal (alveoli : saluran,
kantong udara dan dinding alveoli).
Etiologi Bronkitis
Faktor lingkungan :
Merokok
Pekerjaan
Polusi udara
Infeksi
Faktor host :
usia
jenis kelamin
penyakit paru yang sudah ada
Etiologi Emphysema
Smoking
Polusi udara
Defisiensi 1-antitripsin (faktor genetik)
Diagnosa
Untuk mengetahui diagnosa dari PPOK dapat dilakukan berbagai macam
pemeriksaan, seperti:
Pulmonary Function Test
Gas Darah Arteri
Laboratory Test
Chest X-Ray
Definisi
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan
penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari
penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan
dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia
dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa
kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika
ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin
ada gangguan campuran)
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan
pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik
atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau
menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam
arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan
menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama
dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)
Rentang nilai normal
Tujuan
Indikasi
Komplikasi
1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah
maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya
PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan
dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah
Nikotin adalah zat yang terkandung di dalam daun tembakau. Setiap kali seseorang
menghirup bahan bahan yang mengandung nikotin maka zat ini akan masuk ke dalam tubuh
dan bersemayan pada otak. Setiap satu batang rokok mengandung sedikitnya 10 miligram
nikotin. Nikotin inilah yang akan membuat seseorang kecanduan merokok. Meskipun yang
terkandung di dalam satu batang rokok sekitar 10 miligram, namun yang benar benar terserap
ke dalam tubuh adalah sebanyak 1 sampai 2 miligram saja, sisanya terbuang ke udara.
Nikotin dalam jumlah besar sifatnya sangat fatal dan sering digunakan sebagai obat
pembasmi hama pada pertanian.
Terdapat berbagai macam jenis dan merk rokok di dunia, pada umumnya terdapat
jenis filter dan kretek (non filter). Nikotin paling besar didapatkan pada rokok kretek. Hal ini
disebabkan karena pada rokok kretek tidak dilengkapi dengan filter yang berfungsi
mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang terdapat pada jenis filter. Asap rokok
arus samping mengandung nikotin lebih banyak dari pada dalam arus utama. Dengan kata
lain bahwa kadar nikotin yang dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang
dihisap oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap arus sampin lebih banyak 4
6 kali dari pada yang terdapat dalam asap arus utama. Perbedaan ini selain dikarenakan
perbedaan dalam pembentukannya, juga disebabkan karena asap rokok arus samping terus
menerus dihasilkan selama rokok menyala walaupun tidak sedang dihisap. Dengan demikian
merokok tidak saja membahayakan bagi si perokok saja (perokok aktif), tetapi juga bagi
orang di sekitarnya (perokok pasif). Perbedaan nikotin dalam berbagai merk rokok
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan,
jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang digunakan untuk
meningkatkan aroma dan rasa, serta ada-tidaknya filter dalam tiap batang rokok.
Bila diasumsikan bahwa rata-rata orang merokok per hari 10 batang, dan diasumsikan
semua nikotin yang terdapat dalam asap rokok terserap seutuhnya ke dalam tubuh, maka
jumlah nikotin yang masuk ke dalam tubuh per hari dapat dihitung 2. Meskipun dosis yang
dihisap per harinya masih di bawah dosis toksik (0,51,0 mg/kg BB atau sekitar 30 60 mg),
bila ini berlangsung dalam waktu yang lama maka akan dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Pada dasarnya toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan (dosis), dan
lamanya pemaparan