JAKARTA. Tahun depan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 35 emiten yang mencatatkan
saham baru atau initial public offering (IPO). Untuk mencapai target itu, BEI ingin mengejar program
pengembangan perusahaan start up dan UKM.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, dalam program ini BEI bekerja sama dengan Bank
Mandiri untuk membuat satu tempat di mana perusahaan start up dan UKM dapat belajar.
"Kami siapkan satu tempat. Mereka boleh bekerja di situ, lalu kita kenalkan bagaimana bikin
perseroan terbatas (PT)," kata Tito usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di
Gedung BEI, Jakarta (20/10).
Tito mengatakan, beberapa yang akan dilakukan oleh bursa untuk perusahaan-perusahaan yang
bergabung dalam program ini ialah legal aspect-nya, accounting system-nya, hingga perkenalan
kepada venture capitalist atau investor. "Targetnya suatu saat mereka bisa exit, bisa IPO, dan dapat
investor," kata Tito.
Menurut Tito, syarat untuk go public hanya dua yaitu legal administration harus clean dan punya
mimpi ke depan Namun persoalnya, hingga saat ini sulit untuk mengkapitalisasi program-program
dari perusahaan start up sendiri yang nantinya akan masuk pada struktur modal.
Serta permasalahan legal administrasi pada perusahaan mereka harus sudah rapi. Masalahnya itu
saja. sedangkan kita sudah terbuka perusahaan rugi juga bisa listed, asalkan di tahun kedua mereka
bisa untung, kata tito.
Google adalah perusahaan multinasional Amerika Serikat yang lahir dari inovasi dua mahasiswa
cerdas asal Universitas Stanford, Larry Page dan Sergey Brin. Google fokus pada teknologi pencarian,
komputasi web, perangkat lunak, dan periklanan daring. Google kini menjadi 'perpustakan online'
paling terkenal di dunia.
Sementara Facebook, dengan penemunya yang terkenal Mark Zuckerberg, mengembangkan produk
jejaring sosial yang mendunia dalam waktu relatif singkat. Facebook membukukan pendapatan US$
3,54 miliar pada kuartal pertama 2015, atau tumbuh 42 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Indonesia tertinggal
Roslan F. Roesli, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan
Finansial, menilai minat masyarakat Indonesia dalam menjalankan wirausaha masih sangat tertinggal
dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia. Menurutnya, dari total jumlah penduduk Indonesia
saat ini, hanya 1,6 persen yang terjun menjadi pengusaha, jauh di bawah Malaysia yang mencapai
2,2 persen dari populasi.
"Ini dibawah 2 persen yang merupakan standar internasional. Sangat kalah jauh dari Jepang dan
China yang menacapai 10 persen dan Amerika Serikat yang sudah 12 persen," katanya.
Oleh sebab itu, lanjut Roslan, langkah OJK merevitalisasi PMV merupakan solusi awal dari krisis
modal pebisnis startup. Kebijakan ini diharapkan Roslan bisa lebih memperkuat struktur pendanaan
PMV sehingga pinjaman yang diberikan lebih bersifat jangka panjang.
"Modal ventura adalah jembatan untuk startup company untuk bersentuhan dengan sektor formal
atau bank dan pasar modal," ujar Roslan