Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN`

A. LATAR BELAKANG

Desain penelitian merupakan bagian dari perencaan yang menunjukan usaha


penelitian dalam melihat apakah penelitian yang direncanakan telah memiliki validitas
Internal dan validitas Ekternal yang komperhensif.
Pada penelitian kualitatif, bentuk alami penelitian dimungkinan bervariasi karena
sesuai dengan bentuk alami penelitian kualitatif itu sendiri yang mempunyai sifat emergent
dimana phenomena apa adanya sesuai dengan prinsip alami yaitu phenomena apa adanya
sesuai dengan yang dijumpai oleh seseorang peneliti dalam proses penelitian dilapangan.
Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai peneliti partisipatif yang desai
penelitinya memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna menyusuaikan dari
rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada temapat penelitian yang sebenarnya.
Oleh karena seseorang peneliti belum mengetahui tentang responden dan apa yang akan
ditanyakan kepada mereka, maka diperbolehkan melakukan perubahan.
Dalam penelitian kualitatif, bacaan yang luas dan up to date merupakan syarat mutlak
yang perlu dilakukan oleh seseorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian desain penelitian kualitatif ?
2. Bagaimana Macam-macam desain penelitian dalam pendekatan kualitatif?
3. Bagaimanakah tahapan tahapan dalam desain penelitian kualitatif ?
4. Apa saja unsur unsur desain penelitian kualitatif ?
5. Bagaimana mengukur kevalidan sebuah penelitian kualitatif ?
6. Bagaimana sistematika penulisan laporan penelitian kualitatif ?
7. Bagaimana Karakteristik penelitian kualitatif?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian desain penelitian kualitatif
2. Untuk mengetahui Macam-macam desain penelitian dalam pendekatan kualitatif
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam desain penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui unsur-unsur desain penelitian kualitatif
5. Untuk mengukur kevalidan sebuah penelitian
6. Untuk mengetahui sistematika penulisan laporan penelitian kualitatif
7. Untuk mengetahui karakteristik penelitian kualitatif
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

A. Definisi Rancangan Penelitian Kualitatif [Daftar Isi]

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengambilan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2013: 1). Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan
instrumen untuk mengumpulkan data atau mengukur status variabel yang diteliti, sedangkan
dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian
kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument. Untuk dapat menjadi instrumen
maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.

Selain itu dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisis data untuk membangun
hipotesis bukan menguji hipotesis (Sugiyono, 2013: 2). Metode penelitian kualitatif sering
disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya
metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga
sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif. Menurut Djunaidi Ghony (25, 2012) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur
statistik atau dengan cara kuatifikasi. Penelitian kualitatif dapat menunjukkan kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan
kekerabatan.

Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial
yang terdiri atas perilaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan
sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan
dasar: apa dan bagaimana kejadian itu terjadi, siapa yang terlibat, dan dimana tempat
kejadiannya, Djunaidi Ghony (25:2012). Bogdan dan taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Metode penelitian kualitatif akan cocok dan tepat digunakan untuk meneliti hal-hal sebagai
berikut.

1. Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih
gelap. Kondisi semacam itu cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena penelitian
kualitatif akan langsung masuk ke objek sasaran, melakukan penjelajahan dengan
grand tour question sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui
penelitian model ini, penelitian akan melakukan eksplorasi terhadap suatu objek.
2. Memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami
berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. setiap ucapan dan tindakan
orang sering mempunyai makna tertentu.
3. Memahami interaksi sosial yang sifatnya kompleks. Untuk memahami interaksi sosial
yang rumit hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode
kualitatif, dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi
sosial tersebut.
4. Memahami perasaan seseorang
5. Mengembangkan teori. Metode penelitian kualitatif relatif paling cocok digunakan
untuk mengembangkan teori yang dibangun melalu data yang diperoleh dilapangan.
Teori yang demikian dibangun melalui grounded research.
6. Memastikan kebenaran data. Dengan metode penelitian kualitatif, melalaui teknik
pengumpulan data secara triangulasi kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu
juga data yang diperoleh diuji kredibilitasnya dan penelitian berakhir setelah data itu
jenuh dan kepastian data akan diperoleh.
7. Meneliti sejarah perkembangankehidupan sesseorang tokoh atau perkembangan
masyarakat akan dapat diacak dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dengan
menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam terhadap pelaku atau orang
yang dipandang tahu.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi
proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai
dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu
pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik
sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil
penelitian.

Dapat juga dikatakan rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi
penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan
mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas internal dan validitas eksternal
dengan melakukan pengendalian varians (Pratiknya, 2007). Rancangan atau desain penelitian
pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji
hipotesa. Desain Penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun.
Rancangan/desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan data dan
menganalisis data agar dapat dilakukan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan pengertian rancangan penelitian
kualitatif adalah proses yang terinci dan spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisis,
dan menginterpretasi data. Sumber data penelitian kualitatif memiliki setting alami sebagai
sumber data langsung. Rancangan penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses kerja
yang berkaitan secara langsung dengan berbagai bentuk masalah dalam lingkungan
masyarakat.
2. MACAM-MACAM PENELITIAN DALAM PENDEKATAN
KUALITATIF [DAFTAR ISI]
Dalam pendekatan kualitatif, terdapat jenis-jenis penelitian yang bisa dilihat dari
tujuan penelitian, lingkup subjek yang diteliti, konteks dan fokus penelitian, dan orientasi
teoritik. Macam-macam penelitian dalam pendekatan kualitatif dicontohkan sebagai berikut.

1. Penelitian Deskriptif [Daftar Isi]

Dapat dikatakan bahwa semua jenis penelitian kualitatif itu sifatnya deskriptif, yaitu
bertujuan untuk menggambarkan dan atau mendeskripsikan karakteristik dari fenomena.
Salah satu ciri utama dari penelitian deskriptif adalah paparannya yang bersifat naratif
(banyak uraian kata-kata). Umumnya penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk
menjawab masalah penelitian yang menyangkut pertanyaan what, how, dan why.Apabila
semua aspek dari fenomena sudah berhasil dijelajahi, maka peneliti ingin menggambarkan
karakteristik dari fenomena secara utuh dan menyeluruh dengan uraian kata-kata dan kalimat
yang naratif.

2. Penelitian Fenomenologi [Daftar Isi]

Seperti halnya deskriptif yang menjadi jenis sekaligus ciri utama dalam penelitian kualitatif,
jenis lain yang selalu melekat sebagai jenis dan ciri penelitian kualitatif adalah fenomenologi.
Fenomenologi adalah landasan pokok yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk menunjuk
pada pengalaman subyektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang diteliti. Penelitian
fenomenologi adalah penelitian yang berorientasi pada pengalaman subjektif atau
pengalaman yang mengungkap fenomena khusus. Penelitian fenomenologi menyelidiki
pengalaman dengan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-
orang yang berbeda dalam situasi tertentu.

3. Penelitian Studi Kasus [Daftar Isi]


Jenis penelitian yang banyak dipilih oleh peneliti kualitatif adalah studi kasus. Studi kasus
dipandang sebagai salah satu metode dalam penelitian kualitatif. Studi kasus adalah metode
penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Studi kasus
dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek
yang diteliti. Dikatakan studi kasus karena sasaran dan fokusnya yang unik. Sasaran studi
kasus dapat berupa manusia, peristiwa, latar dan dokumen. Sasaran tersebut ditelaah secara
mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan konteksnya masing-masing dengan maksud
memahami berbagai kaitan yang ada diantara unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Secara sederhana studi kasus dapat diartikan sebagai suatu metode penyelidikan secara
langsung dengan latar yang alamiah dan memusatkan perhatian pada suatu peristiwa secara
intensif dan rinci.

Merriam (1998) menyimpulkan bahwa studi kasus dapat didefinisikan sebagai proses
menginvestigasi terhadap peristiwa-peristiwa yang aktual sebagai unit analisis. Hasil dari
investigasi itu adalah deskripsi kasus yang rinci, intensif, dan menyeluruh. Studi kasus dalam
penelitian kualitatif umumnya bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang
diteliti.

Yin (2006) mengatakan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena
di dalam konteks kehidupan nyata di masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam studi
kasus ini, batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas, sehingga dalam
pengkajiannya diperlukan banyak sumber.
Menurut Yin (2006), studi kasus merupakan strategi untuk meneliti pokok pertanyaan
bagaimana (how) dan mengapa (why), disamping pada tingkat tertentu (awal) juga
menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan apa (what). Yin berpendapat bahwa
penentuan jenis dan tipe pertanyaan semacam ini sangat penting dalam penelitian studi kasus,
karena pertanyaan itu akan membimbing peneliti dalam membatasi substansi fokus atau
masalah yang diteliti dan menentukan strategi penelitiannya. Tentu, untuk sampai pada
jawaban atas pertanyaan what, how dan why seperti yang diungkapkan oleh Yin, peneliti
tidak akan lepas menjawab juga pertanyaan yang lain, yaitu siapa (who), dandimana
(where) sebagai suatu kesatuan sistem dalam melihat fenomena secara menyeluruh (holistik).
Satu jenis penelitian kualitatif yang banyak digunakan dalam penelitian pendidikan dan sosial
adalah studi kasus (case study).

a) Tujuan Studi Kasus [Daftar Isi]


Stake mengidentifikasikan adanya 3 (tiga) tujuan studi kasus. Yang pertama disebut studi
kasus intrinsik, yaitu studi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari kasus yang
khusus, hal ini disebabkan karena seluruh kekhususan dan keluarbiasaan kasus itu sendiri
menarik perhatian. Tujuan studi kasus intrinsik bukan untuk memahami suatu konstruksi
abstrak atau konstruksi fenomena umum seperti kemampuan membaca (literacy), penggunaan
obat-obatan oleh remaja atau apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah. Tujuannya
bukan untuk membangun teori, meskipun pada waktu lain peneliti mungkin mengerjakan hal
tersebut. Studi dilakukan karena ada minat intrinsik di dalamnya, sebagai contoh anak luar
biasa, konferensi, klinik, atau kurikulum.

Studi kasus yang kedua disebut studi kasus instrumental (instrumental case study), adalah
kasus khusus yang diuji untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu
masalah (issue) atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini
kurang diminati, namun studi kasus ini memainkan peran yang mendukung, memasilitasi
pemahaman terhadap sesuatu yang lain (minat eksternal). Kasusnya dilihat secara mendalam,
dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut
dilakukan secara rinci, karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar
(minat eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan
dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para
peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang selalu berubah-ubah yang tidak
membedakan studi kasus intrinsik dari studi kasus instrumental dan bertujuan memadukan
keterpisahan di antara keduanya.

Studi kasus ketiga adalah studi kasus kolektif (collective case study), yaitu penelitian
terhadap gabungan kasus-kasus dengan maksud meneliti fenomena, populasi, atau kondisi
umum. Ini bukan merupakan kumpulan studi instrumental yang diperluas pada beberapa
kasus. Studi kasus kolektif memerlukan kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus
diketahui lebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik umum. Kasus-kasus individual dalam
kumpulan kasus-kasus tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda, masing-masing
mempunyai kelebihan dan bervariasi. Kasus-kasus tersebut dipilih karena dipercaya bila
memahami kasus-kasus tersebut akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik, penyusunan
teori yang lebih baik tentang kumpulan kasus-kasus yang lebih luas.

Selanjutnya mengenai studi kekhususan, Stake menjelaskan bahwa peneliti kasus mencari
tahu tentang apa yang bersifat umum dan apa yang bersifat khusus dari kasus tersebut, tetapi
hasil akhir dari kasus tersebut biasanya menampilkan sesuatu yang unik.

Prosedur Penelitian Kualitatif Studi Kasus

Keterangan:

1. Langkah 1: Menyeleksi topik penelitian


2. Langkah 2: Menentukan masalah dan fokus penelitian
3. Langkah 3: Mendesain rancangan
4. Langkah 4: Mengumpulkan data
5. Langkah 5: Menganalisis data
6. Langkah 6: Menggeneralisasikan temuan
7. Langkah 7: Memvalidasi temuan
8. Langkah 8: Menulis laporan penelitian

4. Penelitian Etnografi [Daftar Isi]


Metode etnografi adalah cara kerja penelitian yang mengacu pada teknik yang digunakan
dalam melaksanakan penelitian etnografi. Tujuan utama etnografi adalah memahami
pandangan atau cara hidup seseorang atau sekelompok orang dalam keadaan yang
sesungguhnya. Di samping itu, digunakannya metode etnografi karena peneliti ingin belajar
dari kehidupan manusia secara utuh. Bertolak dari tujuan etnografi tersebut, maka ada tiga
ciri penting mengapa peneliti harus memilih metode etnografi, yaitu (1) ingin memahami
pandangan hidup orang atau sekelompok orang, (2) ingin memahami keaslian atau kewajaran
dalam semua aspek kehidupan manusia, dan (3) sebagai alat belajar dari manusia atau orang
lain yaitu subjek yang diteliti.

Produk akhir dari penelitian etnografi yang dilakukan oleh peneliti antropologi merupakan
tulisan tentang hasil pengamatan langsung oleh penelitinya. Tulisan hasil penelitian itu
menjadi satu kesatuan dengan konteks bidang yang diteliti, yaitu kehidupan yang sebenarnya.

Prosedur penelitian etnografi bisa disamakan dengan prosedur penelitian kualitatif pada
umumnya. Diawalai dari penjajakan lapangan, menemukan fokus, dan seterusnya sampai
dengan pengumpulan data yang menggunakan teknik pengamatan berperan
serta (participant-observation) dan wawancara mendalam (indepth
interviewing). Pengamatan berperan serta merupakan teknik yang digunakan oleh para ahli
antropologi atau ahli etnografi yang mempelajari atau meneliti berbagai suku bangsa atau
kelompok suku bangsa yang berbeda-beda. Begitu juga dengan wawancara mendalam,
merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti bersamaan atau terintegrasi dengan
pengamatan berperan serta. Digunakannya wawancara mendalam dimaksudkan untuk
mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat di dalam pikiran orang lain.
Prosedur Penelitian Kualitatif Etnografi

5. Penelitian Interaksi Simbolik [Daftar Isi]


Pendekatan kualitatif memang banyak variannya, satu diantaranya adalah interaksi simbolik.
Interaksi simbolik merupakan salah satu diantara beberapa perspektif utama yang dikenal
dalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan komunikasi. Perspektif
interaksi simbolik merupakan cara pandang terhadap perilaku manusia yang dilihat dari
interaksinya yang menggunakan simbol-simbol. Dalam penelitian interaksi simbolik, peneliti
berusaha untuk memahami subjek dari sudut pandang subjek itu sendiri dalam membuat
penafsiran dan membuat skema konseptual. Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu
aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang
diberi makna. Pandangan interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut
pandang subjek. Perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia
membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain
yang menjadi mitra interaksinya.

a) Pengertian Interaksi Simbolik [Daftar Isi]

Interaksi simbolik (sebagian ahli menyebut interaksionisme simbolik-Symbolic


Interactionism) adalah salah satucabang dalam teori sosiologi yang memahami tentang diri
sendiri (the self) dan dunia luarnya. Interaksi simbolik merupakan sebuah cara berpikir
mengenai individu dan masyarakat yang saling berinteraksi. Setiap individu akan dan selalu
berinteraksi dengan individu lainnya, mereka bertukar pemahaman mengenai tindakan dalam
situasi tertentu. Interaksi antar individu itu melibatkan suatu pertukaran simbol. Pertukaran
simbol-simbol kepada pihak lain itu pada dasarnya pertukaran pesan. Pertukaran pesan ini
tidak hanya dilihat dalam rangka transmisi pesan, tetapi juga dilihat sebagai pertukaran cara
berpikir, dan lebih dari itu dimaksudkan untuk tercapainya suatu proses pemaknaan.

Penelitian kualitatif pada dasarnya penelitian yang ingin memahami interaksi manusia dengan
lingkungannya. Setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-simbol , baik dalam
kehidupan sendiri maupun dalam kehidupan sosial. Simbol-simbol itu dimaknai dan
disepakati oleh diri dan lingkungan sosialnya. Interaksi simbolik merupakan perspektif yang
memperlakukan individu sebagai diri sendiri sekaligus sebagai diri sosial. Manusia bertindak
hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek yang dibuat dalam
bentuk simbol-simbol di sekeliling mereka. Dalam konteks ini, masyarakat dimaknai sebagai
proses interaksi simbolik. Proses interaksi maksudnya masyarakat hidup berkelompok,
mereka saling berinteraksi, dan dari interaksi itulah kemudian menciptakan dan menegakkan
aturan. Dalam proses interaksi itu pula terdapat atau menggunakan simbol-simbol yang
menurut pandangan Rose (dalam Mulyana, 2003) meliputi makna dan nilai.

Semula interaksi simbolik paling banyak dikaji dan ditterapkan pada bidang sosiologi dan
komunikasi. Pada bidang komunikasi, interaksi simbolik digunakan sebagai perspektif (cara
pandang) untuk memahami proses interaksi diantara pelaku-pelaku komunikasi. Sedangkan
pada bidang sosiologi, inti interaksi simbolik adalah individu. Individu merupakan hal yang
paling penting dalam konsep sosiologi. Para ahli sosiologi melihat bahwa individu adalah
objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu
atau kelompok yang lain. Para ahli menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi
dengan menggunakan simbol-simbol, yang didalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-
kata. Istilah interaksi simbolik pertama kali digunakan dalam penelitian Herbert Mead dalam
karyanya yang berjudul Mind, Self and Society (Mulyana, 2003). Selanjutnya, istilah
interaksi simbolik dipopulerkan oleh Herbert Blumer pada karya-karyanya yang kemudian
disosialisasikan secara akademik.

b) Ciri-ciri Penelitian Interaksi Simbolik [Daftar Isi]

Secara ringkas, interaksi simbolik dapat dipahami dengan ciri-ciri berikut.


Setiap individu selalu merespon situasi berdasarkan simbol-simbol.
Individu merespon suatu situasi atau lingkungan berdasarkan simbol dan makna yang
dikandung dalam komponen-komponen lingkungan tersebut; ketika mereka
merespon, tidaklah bersifat mekanis dan tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor
eksternal.
Makna adalah produk dari interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada
objek, malainkan dinegoisasikan melalui penggunaan bahasa atau simbol.
Makna yang diinterpretasikan oleh individu bisa berubah dari waktu ke waktu, sejalan
dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

Idealnya, interaksi simbolik melihat simbolisasi yang digunakan dalam komunikasi antar
manusia (misalnya dalam konteks komunikasi interpersonal). Dalam hal ini tidak hanya
melihat interaksinya, tetapi juga sampai pada penafsiran personal terhadap tindakan
komunikasi tersebut. Penggunaan simbol menjadi sangat penting karena mereka (manusia)
saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Kita sering berpendapat bahwa manusia itu
punya kebebasan, kehendak atau kemauan. Setiap individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif,
bahkan menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Untuk mengetahui kehidupan
manusia yang mempunyai banyak kemauan dan terus dinamis itu, maka diperlukan
pemahaman tentang interaksi simbolik.

c) Strategi Penelitian dengan Metode Interaksi Simbolik [Daftar Isi]

Penerapan interaksi simbolik dalam penelitian bisa dilakukan melalui beberapa proses, yaitu
translation, interpreted, dan meaning. Proses tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Menterjemahkan (translation). Menterjemahkan dilakukan dengan cara mengalih


bahasakan dari bahasa penduduk asli (sebagai subjek yang diteliti) dan memindahkan
rekaman ke tulisan. Bahasa yang digunakan oleh subjek bisa jadi tidak bisa dipahami
oleh orang lain kecuali komunitasnya sendiri. Untuk itu, peneliti perlu menguasai
bahasa yang digunakan oleh subjek yang diteliti.
Menafsirkan (interpreted). Untuk dapat menafsirkan perilaku atau simbol-simbol yang
ditunjukkan oleh subjek, maka perlu dicari latar belakang konteksnya, agar terangkum
konsep yang jelas. Penafsiran bukanlah tindakan benar (semaunya), melainkan perlu
bantuan, yaitu sebuah interaksi. Melalui interaksi seseorang dengan orang lain, akan
terbentuk pengertian yang utuh. Penafsiran semacam ini merupakan hal yang esensial
dalam interaksi simbolik.
Memaknakan (meaning). Pemaknaan, maksudnya peneliti dapat memaknai perilaku
yang ditunjukkan oleh subjek. Untuk dapat memberi makna, maka dituntut
kemampuan integratif manusianya, yaitu yang mencakup kemampuan inderawi, daya
pikir, dan akal budi. Pemaknaan sebaiknya tidak mengandalkan pandangan subjektif
dari budaya yang dianut oleh subjek, melainkan menggunakan wawasan
intersubjektif. Artinya, peneliti berusaha merekonstruksi realitas budaya yang terjadi
melalui interaksi antar anggota komunitas. Pada saat interaksi itu terjadi, peneliti bisa
melakukan umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan yang saling menunjang.
Pertanyaan-pertanyaan peneliti yang menggelitik, akan memunculkan makna dalam
sebuah interaksi antar pelaku budaya.

6. Penelitian Tindakan [Daftar Isi]

Jenis penelitian yang berorientasi pada manfaat praktis dan banyak diterapkan di bidang
pendidikan dikenal dengan istilah penelitian tindakan (Action Research). Penelitian tindakan
merupakan metode penelitian yang arahnya membantu para praktisi (guru/ pendidik) untuk
mengembangkan profesionalisme kerjannya. Untuk meningkatkan tanggung jawab
keprofesionalan bahwa guru/pendidik selalu memperbaiki kinerjanya, maka ia harus
melakukan penelitian. Penelitian yang banyak diperlukan oleh guru/ pendidik adalah
penelitian yang hasilnya segera dapat dipraktikkan untuk mengatasi problema profesioanal
yang dihadapi sdehari-hari. Oleh karena orientasinya ingin mendapatkan perbaikan kinerja
secara langsung, segera, praktis, maka jenis penelitian yang banyak digunakan oleh guru
adalah penelitian tindakan (banyak dikenal dengan penelitian tindaka kelas-PTK atau
classroom action research). Secara sederhana penelitian tindakan adalah penelitian yang
menekankan kegiatan tindakan dengan mengujicobakan suatu gagasan dalam situasi yang
nyata.

Penelitian tindakan merupakan upaya untuk mengujicobakan ide atau gagasan ke dalam
praktik untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi
itu. Pendapat Kemmis (1991), Kemmis dan Tagart (1992) menyatakan bahwa penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelitian tentang refleksi diri yang secara kolektif dilakukan
peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dalam praktik pendidikan. Secara
lebih singkat, Elliot (dalam Natawidjaja, 1997) mengemukakan bahwa penelitian tindakan
merupakan kajian tentang situasi sosial praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
kegiatan yang ada di dalamnya. Dari sejumlah pengertian itu dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan merupakan pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat
situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk memperbaiki kerja professional, dan
umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan subjek yang diteliti, melalui
prosedur penilaian diri.
Setidaknya da beberapa suasana yang mendorong guru (peneliti) melakukan penelitian
tindakan. Suasana itu digambarkan sebagai berikut.

Apabila guru menghadapi masalah pembelajaran yang menuntut segera dipecahkan.


Apabial guru ingin menerapkan sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas
kinerjanya.

Penelitian Kualitatif Penelitian Tindakan

7. Penelitian Pengembangan [Daftar Isi]


Penelitian pengembangan sebenarnya penelitian yang dilakukan melalui dua tahapan besar,
yaitu penelitian dan pengembangan (research and development R & D). Pada tahapan
research, peneliti dapat berangkat dari penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif. Peneliti
yang berangkat dengan memilih tahapan penelitian kualitatif, umumnya mengelompokkan
karyanya ke dalam penelitian kualitatif. Begitu juga sebaliknya. Pada tahapan penelitian
kualitatif, peneliti dapat memilih jenis-jenis penelitian kualitatif yang telah ada, misalnya
deskriptif kualitatif, studi kasus, atau yang lainnya. Sedangkan pada tahapan development,
peneliti berusaha menindaklanjuti hasil penelitiannya dengan menghasilkan produk
pengembangan. Produk itu dapat berupa prototype, model, desain, atau sampai dengan
produk material yang sudah jadi.

8. Penelitian Grounded [Daftar Isi]


Penelitian kualitatif yang paling pokok sesuai tujuannya adalah penelitian yang menghasilkan
teori dari dasar (grounded theory). Metode yang menghasilkan teori dari dasar ini umumnya
disebut sebagai penelitian Grounded (Grounded Research). Jika penelitian kuantitatif
umumnya berangkat dari teori yang sudah ada, kemudian dijabarkan menjadi hipotesis-
hipotesis yang diuji kebenarannya melalui penelitian di lapangan, sebaliknya pada penelitian
Grounded bertolak dari fakta-fakta di lapangan, kemudian dianalisis untuk diwujudkan
menjadi teori.

Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah
individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan
suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling
berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu
peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang
berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. Menurut John W. Creswell (2009: 20)
grounded theory merupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti memproduksi
teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari
pandangan partisipan. Grounded theory adalah prosedur penelitian kualitatif untuk
mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan pola-pola bertingkah laku,
berkeyakinan, dan berbahasa yang diyakini bersama oleh sebuah kelompok kultural tertentu
yang telah bertumbuh-kembang pada jangka waku yang lama.
Prosedur Penelitian Grounded Theory

Keterangan :

1. Level 1 (Initial Coding) menentukan konsep


2. Level 2 (Focus Coding) fokus penelitian pada konsep yang dipilih
3. Level 3 (Axial Coding) Menyatukan konsep kedalam kategori-kategori
4. Level 4 (Theory) menghasilkan teori

9. Studi Historis (Historical Studies) [Daftar Isi]

Studi historis pada prinsipnya meneliti pada peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Peristiwa-
peristiwa sejarah direka ulang dengan menggunakan sumber data primer berupa kesaksian
pelaku sejarah yang masih ada, kesaksian tak sengaja yang yang tidak dimakasudkan untuk
disimpan sebagai catatan atau rekaman (peninggalan sejarah dan dokumen-dokumen). Jadi
penelitian historis adalah penelitian kejadian pada masa lalu dengan menggunakan analisis
logis atau sering disebut sebagai pola penelitian kesejarahan.

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk merekontruksi kejadian masa lalu secara sistematis
dan objektif melalui pengumpulan data, evaluasi, verifikasi, dan sintesis data sehingga dapat
ditetapkan kesimpulan.
Penelitian sejarah bertujuan membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif,
dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-
bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang
kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu,
dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang
diobservasi.

10. Studi Dokumen/Teks (Document Study) [Daftar Isi]

Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau
interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah,
artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus
yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran
seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para
pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah
teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari
sebuah teks.

Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang sering digunakan dalam
metodologi penelitian sosial yang berkaitan dengan teknik pengumpulan datanya. Terutama
sekali metode ini banyak digunakan dalam lingkup kajian sejarah. Namun sekarang ini studi
dokumen banyak digunakan oleh lapangan ilmu sosial lainnya dalam metodologi
penelitiannya, karena sebagian besar fakta dan data sosial banyak tersimpan dalam bahan-
bahan yang berbentuk dokumenter. Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat ini serius
menjadikan studi dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis
kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode pencarian data ini sangat
bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian.
Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-
nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan
pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD. Dokumentasi ini akan berguna untuk
mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan secara bertahap
dan sebanyak mungkin peneliti berusaha mengumpulkan. Penlitian ini dapat pula kita
lakukan di bidang pendidikan, misalnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP, dan berkas-
berkas yang ada di sekolah tersebut. Keadaan siswa setiap semester pun dapat dilihat melalui
studi dokumen ini.
3. UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN KUALITATIF
Pada hakikatnya desain penelitian kualitatif ini bersifat emergent atau tidak dapat
dimantapkan pada taraf permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang
penelitian itu dijalankan, namun untuk kepentingan penulisan laporan, peneliti sebaiknya
membuat suatu desain yang dapat menjadi bahan untuk kebahasaannya. Dianjurkan, agar
peneliti, mengadakan survai pendahuluan agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
masalah penelitiannya.
Dalam penyusunan desain penelitian kualitatif, bogdan dan biklen memberikan petunjuk
sebagai berikut :
a. Menentukan fokus penelitian.
Masalah yang akan diteliti, yang pada awalnya masih umum dan samar-samar akan
bertambah jelas dan mendapatkan fokus setelah penelitian berada dalam lapangan. Fokus
setelah penelitian masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung penelitian itu.
b. Menentukan paradigma naturalistik dunia,realitas,peristiwa atau situasi tertentu
Dipandang dengan cara yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda oleh orang
yang berbeda-berbeda. Misalnya peraturan lalu lintas dipandang dengan cara yang berlainan
oleh sopir oplet, pengendara sepeda motor, penumpang pejalan kaki, polisi lalu lintas atau
masyarakat umumnya. Penelitian naturalistik mengutamakan pandangan menurut pendiriaan
masing-masing orang, yang disebut perspeltif emic
c. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori
Penelitian naturalistik tidak apriori menentukan teori. Tidak dipastikan terlebih dahulu
teori apa yang akan dijadikan pegangan. Namun tidak berarti penelitian naturalistik tidak
sama sekali tidak memerlukan teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk mengetahui
maknanya, penelitian dengan sendirinya akan menggunakan teori yang dianggapnya dapat
membantunya.
d. Menentukan sumber data,lokasi,para responden
Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan semple hanyalah sumber yang dapat
memberikan informasi, sempel dapat berupa hal, peristiwa, manusia situasi,yang diobservas.
Sering sampel berupa responden yang dapat diwawancari.
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh
sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan, yang bersifat emergent.
Namun dimikian dapat dibedakan dalam garis besarnya tiga fase.
a. Tahap orientasi
Pada awal penelitian, penelitian sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang
tidak diketahuinya, yakni apa yang seharusnya dicarinya, karena belum nyata
benar dengan apa yang dipilihnya sebagai fokus penelitiannya,walaupun ia
mempunyai suatu gambaran umum.
b. Tahap eksplorasi
Dalam tahap ini fokus telah lebih jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang
lebih terarah dan lebih spesifik.
c. Tahap member check. Tujuan member check ini ialah agar responden men-
check kebenaran laporan itu, agar penelitiannya lebih dapat dipercaya.
4. VALIDITAS DESAIN PENELITIAN KUALITATIF
Validitas desain menunjukan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai
dengan kenyataan. Penelitan kualitatif menunjukan sejauh mana tingkat interprestasi
dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai dengan partisipan
dengan peneliti.
1. Strategi
Untuk meningkatkan validitas, validitas penelitian terletak pada tehnik
pengumpulan analisis data. Validitas tersebut dapat dicapai melalui kombinasi
dari sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu :
a. Pengumpulan data yang lama : memungkinkan analisis dan melengkapi
data secar berangsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara temuan
dengan kenyataan.
b. Strategi meliputi metode : memungkinkan melakukan panduan beberapa
tehnik pengumpulan data seperti wawancar,observasi,studi dokumenter
dan sumber (KEPSEK,GURU,SISWA) dalam pengumpulan dan analisis
data (Tri angulasi).
c. Bahasa partisipan kata demi kata mendapatkan rumusan dan kutipan yang
rinci.
d. Diskriptor inferensi yang rendah : pencatatan yang detail baik untuk
sumber situasi maupun orang.
e. Peneliti beberapa orang persetujuan data diskriptif yang dikumpulkan oleh
tim penelitian
f. Pencatat data mekanik: menggunakan perekam foto, vidio,dan audio.
g. Partisapan sebagai peneliti menggunakan pencatatan dari partisipan
berbentuk diari catatan anek.com,untuk melengkapi.
h. Pengecekan anggota : pengecekan data oleh sesama anggota selama
pengumpulan dan analisis data.
i. Revie oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk merivie
data,melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi.
j. Kasus-kasus negatif: mencari,mencatat,melaporkan data dari kasus-kasus
negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada.
2. Subjektifitas dan reflesifitas penelitian kualitatif bersifat subjektif dan reflektif.
Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen standar,tetapi peneliti
berperan sebagai instrumen.
3. Subjektifitas interpersonal
Dalam penelitian yang bersifat interaktif keterampilan, membina hubungan
interpersonal memegang pranan penting, keterampilan ini meliputi kemampuan
menumbuhkan kepercayaan menjaga hubungan baik, tdk menilai, menghormati
norma situasi,memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika.
4. Strategi untuk meningkatkan refleksifitas
Untuk mendapatkan meningkatkan reflesifitas dalam pengumpulan data,peneliti
dapat menggabungkan beberapa dari cara berikut :
a. Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan
interprestasi data.
b. Membuat catatan harian yang memuat tanggal,jam,tempat,orang dan
kegiatan untuk berhubungan dengan partisipan
c. Jurnal lapangan yaitu cacatatan perubahan-perubahan yang di buat selama
proses pengumpulan data, alasan perubahan dan perkiraan validitas data
d. Cacatatan tentang pertentangan etikal,keputusan dan tindakan dalam jurnal
lapangan
e. Tehnik pengelolaan pencatata data.,pengkodean,pengelompokan.
f. Melakukan kegiatan konfirmasi formal seperti survai,kelompok
utama,wawancara
g. Melakukan kritik diri dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan
kegiatan dalam seluruh proses penelitian.
5. TAHAPAN TAHAPAN DALAM MERANCANG PENELITIAN KUALITATIF
Ada beberapa tahapan dalam membuat rancangan penelitian kualitatif sebagai suatu
patokan, walaupun belum ada patokan yang standar di banding dengan penelitian kuantitatif
yang sudah memiliki tahapan yang baku dan berlaku umum.

Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit dibuat dibuat tahapan baku karena terkait
dengan karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu flaksibel sehingga jalannya penelitian
dapat berubah ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Menurut para pakar
penelitian kualitatif, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengangkat Permasalahan
Masalah penelitian kualitatif merupakan masalah atau isu yang menentukan
padakeharusan dilaksanakannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari
berbagai sumber. Ia biasanya bersumber dari pengalaman yang pernah dirasakan
peneliti dalam kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya. Yang pada
intinya sumber-sumber masalah penelitian itu sangat beragam. Salah satu contohnya
adalah untuk mengidentifikasi kehamilan seorang mahasiswa, peneliti masih terlebih
dahulu memunculkan masalah yang terkait dengan kehidupan mahasiswa dan sosial
secara umum.
Dalam mengangkat sebuah permasalahan, masalah hendaknya memiliki
adanya keunikan, khas dan daya tarik, tersendiri dan masalah tersebut layak untuk
diangakat menjadi sebuah penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan. Pertama,
masalah yang di bawa peneliti tetap sejak awal hingga akhir sebuah penelitian,tidak
sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti ke tempat lokasi penelitian berkembang,
yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah dipersiapkan. Dengan
demikian proposal dan judul penelitian cukup disempurnakan. Ketiga, permasalahan
yang dibawa peneliti kelokasi penelitian berubah secara total, sehingga harus di ganti
masalahnya. Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam diatas, peneliti kualitatif
yang merubah atau ganti judul penelitiannya atau setelah selesai, merupakan
penelitian yang lebih baik, karena dia mampu dipandang melepaskan apa yang telah
dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih
luasdan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial
yang di teliti.
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua faktor atau lebih yang
menghasikan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari jawaban. Faktor yang berhubungan tersebut dalam
hal ini mungkin berupa konsep, data empiris pengalaman, atau unsur lainnya. Apabila
kedua faktor ini diletakkan secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda
tanya, kesukaran, yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada
waktu itu.
2. Menentukan topic penelitian
Dalam penelitian kualitatif, menentukan topic penelitian tak terlepas dari
kajian empiris yang berangkat dari permasalahn dalam lingkup peritiwa yang
terus berlangsung dan bisa diamati saat berlangsungnya penelitian. Dan
ketetapan suatu topik dapat dielaborasi dalam bentuk judul penelitian.
Misalnya:
1. Topic
Perencanaan dan kebijakan pendidikan
a. Pengembangan model perencanaan strategis dalam menetapkan faktor
utama keberhasilan pendidikan.
b. Studi perencanaan pendidikan model forcasting dalam perencanaan
madrasah ibtidaiyah dikantor kementrian agama kabupaten malang.
2. Topic pembiayaan/ekonomi pendidikan
a. Studi model pembiyayaan madrasah wasta unggul
b. Mengembangkan model pembiayaan madrasah secara nasional
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
3. Topik manajemen
a. Manajemen anti korupsi dalam madrasah aliyah
b. Menegembangkan model madrasah berbasis kemasyarakatan
4. Topik kepemimpinan
a. Model- model pendekatan inquiry dalam pengembangan nilai-nilai
kepemimpinan kepala madrasah.
b. Kepemimpinan transformasional.

3. Menetukan fokus inquiri


Dalam penelitian kualitaif pembatasan masalah disebut focus masalah seperti
contoh ,topik yang dipilih adalah kepemimpinan. Maka kajilah mendalam tentang
paradigma kepemimpinan yang berkembang dan isu-isu kepemimpinan yang sangat
hangat diperbincangkan orang. Paradigma disentralisasi dengan penerapan
MPS/MBM ( manajemn berbasis sekolah/ madrasah) pada sekolah atau madrasah
yang menginginkan perilaku kepemimpinan yang mandiri yang mampu menentukan
masa depan sekolah atau madrasah oleh karena itu peenliti bisa focus pada visioner
kepala sekolah atau madrasah sebagai focus inquiry, atau yang dijadikan focus adalah
visi kepemimpinan visisoner itu sendiri, peneliti dapat memfocuskan pada penciptaan
visi kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah.
Selanjutnya dalam penelitian kualitatif, penentuan focus lebih didasarkan pada tingkat
kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi social ( lokasi penelitian)

4. Bentuk rumusan masalah


Fokus masalah dalam sebuah penelitian kualitatif adalah rumusan masalah
yang bersifat sementara dan dapat berubah setelah peneliti masuk atau berada dilokasi
penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk
memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain.
5. Prinsip- prinsip Perumusa Masalah
Prinsip- prinsip perumusan masalah penelitian kualitatif pada dasarnya dari
hasil pengkajian dari rumusan masalah. Dan perlu dikemukakan bahwa prinsip-
prinsip perumusan masalah dilakukan agar supaya menjadi pegangan para penelitian
kualitatif dalam rangka merumuskan masalah.
Pengajuan prinsip-prinsip perumusan masalah penelitian kualitatif berikut pada
daarnya diuraikan secara berurutan sebagai berikut.
1. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
Peneliti sebaiknya senantiasa menyadari bhwa peumusan masalah
dalam sebuah penelitian kualitatif didasarkan atas upaya menentukan teori
dasar-dasar sebagai acuan perumusan masalah penelitian kualitatif disini
hanyalah sebagai ancang- ancang arahan, pembimbing atau acuhan pada usaha
untuk menemukan masalah yang sebenarnya, karena masalah yang
sesungguhnya akan ditemukan ketika peneliti kualitatif sudah berada dan
mulai melakukan penelitian, bahkan penelitian kualitatif sedang meneliti
sebuah data. Dan perumusan masalah disini adalah sebuah sebuah aplikasi dari
asumsi bahwa sesuatu penelitian kualitatif tidak mungkin dimulai dari sesuatu
yang hampa dan penyusunan teori baru lebih dari seked
2. Perumusan yang berkaitan dengan tujuan
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan
dan penyusunan teori subtantif, yaitu yang bersumber pada data.sebuah
penelitian tersebut dapat menjadi kahzanah keilmuan yang bermanfaat dalm
dunia pengetahuan.
3. Prinsip hubungan faktor
Fokus sumber masalah penelitian merupakan rumusan masalah yang terdiri
atas dua atau lebih faktor yang menghasilkan tanda tanda taanya atau
kebingungan.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Seorang peneliti pasti memiliki satu orientasi teori penelitian atau paradigma
sendiri barang kali dari pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan
pengalaman
5. Prinsip yang berkaitan dengan criteria inklusi dan eklusi-eklusi
Perumusan masalah yang bagus dilaksanakan sebelum peneliti terjun kelokasi
penelitin dan mungkin di sempurnakan diawal sebuah penelitian dan di sisi
peneliti akan membatasi data yang relevanatau data yang tidak relevan
masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan menjadi alat yang
ampuh guan mendapat data yang relevan

5. SISTEMATIKA PENELITIAN KUALITATIF


1. pendahuluan
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Pembatasan masalah
d. Perumusan masalah
e. Tujuan penelitian
f. Manfaat penelitian
2. kajian teori dan kerangka pikir
a. Kajian teori
b. Penelitian yang relevan
c. Kerangka pikir

3. metodologi penelitian

a. Lokasi penelitian
b. Waktu penelitian
c. Bentuk penelitian
d. Sumber data
e. Tehnik pengumpulan data
f. Tehnik cuplikan atau sampling
g. Validitas data
h. Tehnik analisis
4. pembahasan dan analisis
a. Deskripsi data
b. Pembahasan atau analisis
c. Pokok-pokok temuan penelitian
d. Analisis justifikasi
5. Penutup
a. Simpulan
b. Implikasi
c. Rekomendasi
Daftar pustaka
Lampiran
6. KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF [Daftar Isi]

Karakteristik khusus penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang


terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari
secara komprehensif atau holistik dan rinci.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu
keutuhan (enity)
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif
4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif
yang berasal dari data
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-
angka
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil
8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus
yang timbul sebagai masalah dalam penelitian
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi
lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan lapangan
11. (bersifat sementara)
12. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang
diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.

Karakteristik penelitian kualitatif tersebut, pada dasarnya hampir sama dengan pendapat
Bondan dan Biklen dalam Ghony dan Almanshur antara lain:

Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the
researcher is the key instrument.
Qualitative research is descriptive.
Qualitative researchers are concerned with proces rather than simply with outcome or
products.
Qualitative researchers tend to analyze their data inductively meaning is essential
concern to the qualitative approach.

Penelitian kualitatif dapat menghasilkan hasil penelitian yang kredibelitasnya tinggi jika
peneliti yang tidak lain berfungsi sebagai instrumen memiliki integritas yang tinggi yang
menguasai metode penelitian kualitatif, etika penelitian, dan ilmu pengetahuan sesuai dengan
bidang yang ditelitinya. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti biasa disebut sebagai
Human Instrumen. Adapun ciri-ciri manusia sebagai human instrumen menurut Ghony antara
lain:

1. Peneliti sebagai alat, peka, dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakan memiliki makna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan.
4. Dapat merasakan dan menyelami suatu situasi berdasarkan penghayatan mereka
sebagai peneliti.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
6. Dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.
7. Manusia sebagai instrumen segala respon yang aneh, yang menyimpang dari objek
penelitian diberi perhatian.

Hal tersebut hampir sama relevansinya berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Lincoln dan
Guba dalam Ghony, dimana ciri-ciri manusia sebagai instrumen penelitian adalah:

1. Responsif.
2. Dapat menyesuaikan diri.
3. Menekankan keutuhan.
4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan.
5. Memiliki kemampuan memperluas dan meningkatkan pengetahuan berdasarkan
pengalaman-pengalaman praktisnya.
6. Memproses data secepatnya.
7. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan.
8. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim.

7. FORMAT PROPOSAL PENELITIAN KUALITAIF [DAFTAR ISI]

Format proposal untuk penelitian kualitatif memuat hal-hal sebagai berikut.

1. Halaman sampul
2. Lembar persetujuan Pembimbing
3. Daftar isi
4. Judul
5. Latar belakang (konteks penelitian)
6. Fokus penelitian
7. Tujuan penelitian
8. Kegunaan penelitian
9. Ruang lingkup (bidang kajian) dan keterbatasan
10. Definisi istilah/operasional
11. Kajian pustaka
12. Metode penelitian
13. Daftar rujukan
DAFTAR RUJUKAN
[Daftar Isi]
Creswell, J. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ghony M. Djunaidi & almanshur, F. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Manguwoharjo: Ar-
ruzz Media.
Moleong, J., Lexy. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Ulfatin, N. 2013. Metode penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya.
Malang: Bayumedia Publishing.

Anda mungkin juga menyukai