Bab Iii Sectio Caesaria
Bab Iii Sectio Caesaria
TINJAUAN PUSTAKA
I. Seksio Sesarea
A. Definisi
Menurut Oxorn dan Forte (2010), ada beberapa tipe seksio sesarea yaitu:
12
dibuat insisi melintang yang kecil. Selanjutnya, luka inisisi ini
dilebarkan ke samping dengan menggunakan jari-jari tangan dan
berhenti di dekat daerah pembuluh- pembuluh darah uterus. Kepala
janin diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya,
kemudian plasenta dan selaput ketuban. Lalu, insisi melintang
tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau
dua lapis. Kemudian, lipatan vesicouterina dijahit kembali pada
dinding uterus dan dinding abdomen ditutup lapis demi lapis
(Oxorn dan Forte, 2010).
14
penurunan insiden kasus terlantar, dan perawatan prenatal yang lebih
baik. Walaupun demikian, metode ini tidak boleh dibuang karena
dapat digunakan sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu (Oxorn
dan Forte, 2010).
5. Histerektomi Sesarea
15
Seksio sesarea darurat dilakukan ketika proses persalinan telah
berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu
maupun janin. Menurut Benson dan Pernoll (2009), ada beberapa
faktor risiko terjadinya seksio sesarea daruratyaitu bagian terbawah
janin letaknya sangat rendah atau sangat tinggi, tidak ada tanda-tanda
persalinan atau persalinan sangat lama, umur kehamilan muda, pecah
selaput ketuban pada saat persalinan, riwayat seksio sesarea, dan
keterampilan operator.
1. Indikasi Medis
16
yang gagal Penyakit Ibu
Proses persalinan (Preeklampsia Berat,
tidak maju ( Distosia Penyakit jantung,
Persalinan) diabetes, kanker
Disproporsi serviks)
sefalopelvik
Ini dapat terjadi pada fase pertama (fase litatasi) atau fase
kedua (ketika mengejan). Persalinan macet merupakan penyebab
tersering seksio sesarea. Beberapa alasan yang dijadikan
pertimbangan ialah kontraksi tidak lagi efektif, janin terlalu besar
sementara jalan lahir ibu sempit, dan posisi kepala janin yang tidak
memungkinkan dilakukan penarikan dengan vakum maupun
forsep.
18
Yaitu jika denyut jantung janin menurun sampai 70 kali per
menit, maka harus segera dilakukan seksio sesarea. Normalnya
denyut jantung janin adalah 120/160 kali per menit.
19
sesarea untuk plasenta previa sentralis dan lateralis telah
menurunkan mortalitas fetal dan maternal (Oxorn dan Forte, 2010).
2. Indikasi Nonmedis
20
dengan masih banyaknya penduduk di kota-kota besar yang
mengaitkan waktu kelahiran dengan penguntungan nasib anak.
b. Ibu takut mengalami kerusakan jalan lahir (vagina) pada
persalinan normal. Padahal, penelitian membuktikan bahwa mitos
tersebut tidak benar karena penyembuhan luka di daerah vagina
hampir sempurna.
c. Anggapan bahwa bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea
menjadi lebih pandai karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir.
Padahal, sebenarnya tidak ada perbedaan kecerdasan bayi yang
dilahirkan secara seksio sesarea dengan pervaginam. Selain itu,
seksio sesarea dipilih karena kekhawatiran atau kecemasan
menghadapi rasa sakit pada persalinan normal (Maryunani
(2014). Seksio sesarea akan meningkat atas dasar permintaan
istri untuk kepentingan keharmonisan keluarga. Permintaan itu
seyogyanya dipenuhi oleh karena merupakan hak azazi manusia-
keluarga. Tindakan seksio sesarea tersebut dilakukan dengan
insisi Pfannelstiel demi kepentingan kosmetik (Manuaba, dkk.,
2007).
Selain itu, para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain
menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin
membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain
meliputi :
1. Indikasi Medis
21
b. Passanger
c. Passage
2. Indikasi Ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,
memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita
dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang
memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter
memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b. Tulang Panggul
22
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat
menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
23
g. Rasa Takut Kesakitan
3. Indikasi Janin
a. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
c. Letak Sungsang
d. Faktor Plasenta
1) Plasenta previa
3) Plasenta accreta
25
dilakukan kecuali tidak dalam keadaan terpaksa. Seksio sesarea tidak
boleh dilakukan pada kasus-kasus seperti ini:
1) Janin sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini dokter memastikan
denyut jantung janin tidak ada lagi, tidak ada lagi gerakan janin anak
dan dari pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin,
2) Janin terlalu kecil untuk mampu hidup diluar kandungan,
3) Terjadi infeksi dalam kehamilan (Cunningham, et,al 2006. hal 592).
Menurut Sofian (2013), ada beberapa komplikasi yang terjadi pada ibu,
yaitu:
1. Perdarahan
Perdarahan bisa terjadi karena banyak pembuluh darah yang
terputus atau terbuka, atonia uteri, dan perdarahan yang terjadi pada
masa nifas. Kemungkinan pasien akan membutuhkan tranfusi darah.
27
Cedera kandung kemih dapat segera diketahui. Namun, cedera
ureter sering terlambat diketahui. Infeksi uterus relatif sering terjadi
setelah seksio sesarea (Cunningham, et al., 2013).
28
Angka APGAR adalah angka yang mencerminkan kondisi umum
bayi pada menit pertama dan menit kelima.Yang menyebabkan angka
APGAR rendah adalah efek anestesi dan seksio sesarea, kondisi bayi
yang stress menjelang kelahiran, dan bayi yang tidak distimulasi
sebagaimana bayi yang lahir normal.
29
H. Lama Perawatan
Lama perawatan pasien yang melakukan persalinan pervaginam
adalah 3-4 hari, sedangkan pada seksio sesarea adalah 4-5 hari (tergantung
keadaan setelah pembedahan). Masa pemulihan untuk persalinan
pervaginam adalah sekitar 42 hari, sedangkan pada seksio sesarea adalah
3-4 bulan (Achadiat, 2004). Namun, menurut American Academy of
Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologists
(2007) dalam Cunningham, et al. (2013), aturan untuk lama perawatan
pasien di rumah sakit adalah sampai 24 jam setelah persalinan pervaginam
tanpa komplikasi dan sampai 96 jam pada seksio sesarea tanpa komplikasi.
Tetapi menurut Strong, et al. (1993) dalam Cunningham, et al. (2013),
pemulangan pada hari ke-2 pascapartum boleh dilakukan pada wanita
tertentu yang memiliki motivasi tinggi.
I. Penatalaksanaan
a. Periksa dan catat tanda tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
c. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
d. Pemberian antibiotika.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
e. Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita
sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
f. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari
kelima setelah operasi (Mochtar Rustam, 2002).
30
J. Prognosis
Dulu, angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Namun,
berkat kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan
cairan dan darah, indikasi, dan juga antibiotik, maka angka ini pun menjadi
sangat menurun. Di rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi baik dan
tenaga-tenaga yang cekatan, angka kematian ibu tidak tinggi yaitu kurang
dari 2 per 1000 (Sofian, 2013).
Risiko morbiditas dan mortalitas ini tentu saja berhubungan dengan
komplikasi dan faktor-faktor yang memerlukan tindakan, seperti
komplikasi anestesi memberi sumbangan 10% dari seluruh kematian ibu.
Karena itu, anestesi tetap merupakan penyebab kelima atau keenam
kematian ibu (Benson dan Pernoll, 2009).
Menurut Villar, et al. (2007) dalam Cunningham, et al. (2013),
angka morbiditas ibu menjadi dua kali lipat pada persalinan seksio sesarea
daripada pervaginam. Selain itu, persalinan seksio sesarea darurat
menyebabkan risiko kematian ibu hampir sembilan kali lipat daripada
persalinan pervaginam dan persalinan seksio sesarea elektif menyebabkan
risiko hampir tiga kali lipat (Cunningham, et al., 2013).
Pada persalinan dengan cara seksio sesarea, nasib janin sangat
bergantung pada keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data
dari negara-negara yang menjalankan pengawasan antenatal yang baik dan
memiliki fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal
sekitar 4-7% (Sofian, 2013). Meskipun mortalitas janin pada seksio
sesarea terus menurun, namun angkanya masih dua kali lipat dari angka
mortalitas pada persalinan pervaginam (Oxorn dan Forte, 2010).
31