Anda di halaman 1dari 5

Nama : Regina Maria Aziz

NIM : A31114030
RMK
INVESTIGASI ILMIAH

KARAKTERISTIK UTAMA PENELITIAN ILMIAH


Beberapa karakteristik utama penelitian ilmiah yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan yang jelas (Purposiveness)
Manajer memulai penelitian dengan suatu sasaran atau tujuan yang jelas. Fokusnya
adalah meningkatkan komitmen para karyawan terhadap organisasi. Peningkatan
komitmen karyawan akan terlihat dengan berkurangnya pergantian karyawan, absensi, dan
mungkin kenaikan performa kinerja karyawan yang tentu akan menguntungkan organisasi.
Dengan demikian penelitian tersebut memilikin fokus tujuan yang jelas
2. Ketepatan (Rigor)
Dasar teori yang baik dan desain metodologi yang tepat akan menambah ketepatan
pada sebuah studi dengan tujuan yang jelas. Ketepatan berarti kehati-hatian (carefulness),
ketelitian (scrupulousness), dan tingkat tepat benar dalam investigasi penelitian.
3. Dapat diuji (Testability)
Hipotesis atau kesimpulan sementara yang dibuat dalam suatu penelitian harus dapat
diuji. Penelitian ilmiah menguji hipotesis yang telah dikembangkan secara logis untuk
mengetahui apakah hasil data penelitian mendukung atau tidak hipotesis tersebut.
4. Dapat ditiru (Replicability)
Hasil uji hipotesis harus didukung kembali ketika jenis penelitian serupa diulangi dalam
keadaan lain yang hampir sama. Jika hal tersebut terjadi, maka sifat ilmiah penelitian
semakin dipercaya. Peniruan dapat dilakukan dengan adanya deskripsi yang rinci
mengenai rancangan studi seperti metode sampling dan metode pengumpulan data yang
digunakan sebelumnya.
5. Ketelitian dan keyakinan (Precision and confidence)
Ketelitian mengacu pada kedekatan temuan dengan realitas berdasarkan sebuah
sampel. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan dan keyakinan hasil
berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar ada secara keseluruhan. Sedangkan
keyakinan mengacu pada probabilitas ketepatan estimasi. Oleh karena itu, teliti saja tidak
cukup, kita juga harus dapat dengan yakin menegaskan bahwa 95% hasil kita benar dan
hanya 5% kemungkinan salah. Hal ini disebut sebagai tingkat keyakinan
6. Objektivitas (Objectivity)
Kesimpulan yang ditarik dari interpretasi hasil analisis data haruslah objektif, yang
berarti bahwa harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data aktual
bukan nilai-nilai subjektif atau perasaan emosional peneliti.
7. Dapat digeneralisasi (Generalizability)
Pada saat hasil penelitian dapat diterapkan pada satu organisasi ke organisasi lainnya
maka hasil penelitian itu berarti dapat digeneralisasi. Semakin penelitian dapat
digeneralisasi, semakin besar kegunaan dan nilainya. Akan tetapi, tidak banyak temuan
penelitian yang dapat digeneralisasi pada semua konteks, situasi atau organisasi lainnya
8. Tidak boros (Parsimony)
Sifat ekonomis dalam model penelitian muncul apabila jumlah variabel yang digunakan
dalam penelitian lebih sedikit tetapi dapat menjelaskan varian yang luas. Keefisienan ini
dapat dicapai melalui pemahaman yang baik terhadap masalah dan faktor lainnya yang
mempengaruhi hal tersebut. Model teoritis konseptual yang baik dapat diperoleh melalui
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan pihak terkait, dan tinjauan literatur
terhadap penelitian sebelumnya.

METODE PENELITIAN HIPOTESIS-DEDUKTIF


Metode penelitian hipotesis deduktif merupakan metode ilmiah yang dipopulerkan oleh
seorang filsuf Austria, Karl Popper. Metode ini menyediakan pendekatan yang sistematis dan
berguna dalam pemecahan masalah dasar dan manajerial.
Langkah-langkah dalam melakukan metode penelitian hipotesis-deduktif adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi area yang bermasalah
Masalah-masalah yang dapat menarik perhatian dan mendorong manajer untuk
melakukan penelitian antara lain penurunan penjualan, frekuensi produksi yang terhambat,
hasil laporan akuntansi yang salah, tingkat pengembalian investasi yang rendah,
penurunan kinerja karyawan, pelanggan berpindah ke perusahaan lain, dan lain
sebagainya.
2. Penetapan laporan pemasalahan.
Penelitian ilmiah dimulai dengan suatu tujuan yang jelas. Laporan permasalahan
dengan mengungkapkan tujuan umum dan pertanyaan penelitian harus disusun sebagai
cara untuk mencari solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi. Pengumpulan informasi
awal mengenai faktor-faktor yang kemungkinan nerhubungan dengan masalah tersebut
dapat membantu untuk memperkecil area permasalahan dan berguna dalam penyusunan
laporan permasalahan.
3. Penyusunan Hipotesis
Pada tahap ini, variabel-variabel diperiksa untuk memastikan kontribusi atau pengaruh
mereka dalam menjelaskan mengapa masalah ini dapat terjadi dan bagaimana hal itu dapat
diatasi.
Syarat hipotesis ilmiah adalah dapat diuji dan dapat salah. Menurut Karl Popper, hasil
penelitian mempunyai kemungkinan tidak sesuai seperti hipotesis yang telah disusun.
4. Penentuan Pengukuran
Pengukuran harus ditentukan terlebih dahulu untuk dapat menguji hipotesis yang telah
dibuat.
5. Pengumpulan Data
Setelah menentukan bagaimana cara mengukur variabel-variabel, maka data-data yang
berhubungan dengan tiap variabel dalam hipotesis harus dikumpulkan. Data-data tersebut
menjadi dasar dalam melakukan analisis data.
6. Analisis Data
Pada tahap ini, data-data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik untuk
mengetahui apakah data-data tersebut mendukung hipotesis yang telah disusun.
7. Interpretasi Data
Peneliti melakukan interpretasi hasil data yang telah dianalisis untuk memutuskan
apakah hipotesis didukung oleh data-data yang ada atau tidak.

Para ahli biasanya menggunakan pendekatan deduktif untuk menguji teori mengenai topik
suatu kepentingan. Penelitian dimulai dari suatu teori umum dan kemudian dipersempit
dengan dilakukan penelitian untuk menguji hipotesis yang disusun. Analisa terhadap
pengamatan yang spesifik dapat memberikan konfirmasi positif atau negatif terhadap teori
awal tersebut.
Pendekatan induktif merupakan kebalikan dari pendekatan deduktif. Pendekatan ini adalah
suatu proses mengamati fenomena spesifik lalu menarik kesimpulan secara umum. Menurut
Karl Propper, pendekatan induktif tidak dapat membuktikan hipotesis karena kurangnya bukti
yang dapat menjamin bahwa tidak ada bukti bertentangan yang akan ditemukan. Popper
menyatakan bahwa penelitian yang ilmiah hanya bisa diselesaikan dengan deduktif.
Akan tetapi, tanpa memperhitungkan kritik Popper mengenai induktif, pendekatan induktif
dan deduktif biasanya digunakan dalam penelitian dasar dan terapan. Pendekatan deduktif
selalu digunakan pada studi kuantitatif dan hubungan sebab-akibat sedangkan pendekatan
induktif digunakan dalam studi kualititatif dan yang berhubungan dengan penyelidikan untuk
suatu penemuan.
Beberapa Hambatan dalam Pengadaan Penelitian Ilmiah di Area Manajemen
Investigasi yang dilakukan di area perilaku dan manajemen tidak selalu 100% ilmiah
sehingga hasil yang diperoleh tidak akan tepat dan bebas dari kesalahan. Kesulitan utama
yang dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data dalam bidang subjektif seperti
perasaan, emosi, sikap dan persepsi. Akan tetapi, investigasi ilmiah harus tetap diusahakan
untuk dilakukan dalam rangka merancang penelitian untuk memastikan kejelasan tujuan,
ketepatan, dan sifat dapat diuji, dapat ditiru, dapat digeneralisasi, objektivitas, hemat, dan
ketelitian serta keyakinan yang semaksimal mungkin.

PENDEKATAN ALTERNATIF DALAM PENELITIAN


Ada beberapa hal penting dalam perspektif penelitian bisnis saat ini seperti positivisme,
konstruktionisme, realisme kritis, dan pragmatisme
Beberapa pendekatan alternatif untuk penelitian antara lain :
1. Positivisme
Dalam pandangan penganut positivisme, ilmu pengetahuan dan penelitian ilmiah dilihat
sebagai jalan untuk mendapatkan kebenaran. Positivisme memperhatikan ketepatan dan
dapat disalinnya penelitian mereka, keandalan observasi, dan kemampuan
menggeneralisasi temuan. Mereka menggunakan pemikiran deduktif untuk menempatkan
teori yang dapat mereka uji dengan pengukuran yang tetap, desain sebelum penelitian, dan
objektif
2. Kontruksionisme
Kontruksionisme bertujuan untuk mematuhi aturan yang digunakan masyarakat untuk
memahami dunia dan menginvestigasi apa yang terjadi dalam pikiran masyarakat. Metode
penelitian dari para peneliti kontruksionis seringkali merupakan kualitatif alami.
Kontruksionisme seringkali lebih memikirkan pemahaman kasus spesifik daripada
generalisasi temuan mereka.
3. Realisme kritis
Realisme kritis merupakan kombinasi dari kepercayaan dalam realitas ekstenal dengan
penolakan terhadap klaim bahwa realitas eksternal dapat diukur secara objektif.
Obeservasi akan selalu menjadi subjek untuk interpretasi. Berdasarkan pandangan realis
kritis, mengukur fenomena dan pengumpulan data seperti emosi , perasaan, dan sikap,
seringkali bersifat subjektif, merupakan pembicaraan umum, tidak semurna, dan memiliki
kekurangan
4. Pragmatisme
Pragmatisme tidak mengambil posisi tertentu dalam membuat penelitian yang baik.
Mereka menganggap penelitian dalam fenomena yang dapat diamati dan makna subjektif
dapat menghasilkan pengetahuan yang berguna, tergantung pada masalah-masalah
penelitian studi. Fokus dari pragmatism adalah dalam hal praktis, penelitian yang
diterapkan dimana sudut pandang berbeda dalam penelitian dan subjek dalam studi yang
membantu dalam penyelesaian masalah. Pragmatisme mendeskripsikan penelitian sebagai
suatu proses dimana konsep dan teori adalah generalisasi dari tindakan pada masa lalu,
pengalaman, dan interaksi dengan lingkungan. Ciri penting lain dari pragmatisme adalah
pandangan terhadap kebenaran bersifat sementara dan berubah dari waktu ke waktu

Sumber:
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2016. Research Methods for Business: A Skill-Building
Approach 7th Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Anda mungkin juga menyukai