Anda di halaman 1dari 5

DESAIN INOVATIF

NO JENIS TINDAKAN ALASAN TINDAKAN RESPON PASIEN


1. Relaksasi (napas dalam) Klien bernama Tn. T, berusia 23 Setelah diajarkan tindakan
tahun terdiagnosa obs febris dan relaksasi napas dalam klien
diare. Setelah dilakukan mengatakan nyerinya sedikit
pengkajian nyeri klien berkurang. Namun pada hari
mengatakan nyeri pada skala 3. lain dan ditanyakan kembali
Termasuk kedalam nyeri ringan klien mengatakan jika
sehingga kemungkinan dapat kembali nyeri dan
diatasi dengan terapi non melakukan napas dalam
farmakologik . Dalam hal ini tidak terjadi efek apapun dan
memilih dengan cara relaksasi tetap merasakan nyeri.
dengan napas dalam karena Saat ditemui kembali klien
mudah untuk dilakukan oleh masih terlihat lemas.
pasien dan dapat dilakukan kapan Tanda-tanda vital klien :
saja nyerinya timbul. Klien TD : 130/80 mmHg
mengaku nyeri terjadi setelah RR : 20X/menit
mengalami diare, rasanya mulas Nadi : 80X/menit
seperti diiris-iris. Klien Suhu : 370C
mengakatan nyeri pada bagian Bibir terlihat kering
perut dan rasanya sering hilang Bising usus : 15 X/menit
timbul. Skala nyeri menjadi skala 2
2. Relaksasi (napas dalam) Klien bernama Ny. W berusia 56 Saat diajarkan pertama kali
tahun, terdiagnosa susp TF . melakukan relaksasi napas
setelah dilakukan pengkajian dalam klien mengatakan
nyeri, klien mengatakan nyeri tidak ada perubahan apapun.
pada skala 3. Termasuk nyeri Namun setelah rutin
ringan. Sehingga dapat dilakukan melakukan relaksasi napas
terapi non farmakologik. Klien dalam ketika nyeri, klien
mengatakan penyebab nyerinya mengatakan nyerinya lama-
akibat dikubitus. Rasanya seperti lama berkurang.
diiris-iris. Nyerinya pada tangan Tanda-tanda vital klien :
sebelah kiri. Nyeri yang terjadi TD : 140/70 mmHg
sudah mulai berkurang dan hanya RR : 24X/menit
terjadi sesekali. Nadi : 80X/menit
Suhu : 36,60C
Klien terlihat lebih segar dan
sehat. Setelah dikaji kembali
skala nyerinya klien
mengatakan nyeri pada
angka 2.

3. Relaksasi (napas dalam) Klien bernama Ny.S, berusia 61 Klien mengatakan tidak ada
tahun. Terdiagnosa kolik perubahan setelah
abdomen.. klien mengatakan melakuakan napas dalam
nyeri pada skala 4 termasuk sehingga klien melakukan
dalam nyeri sedang . sehingga kompres hangat.
dapat teratasi dengan terapi non Tanda-tanda vital klien ;
farmakologik. Nyeri terjadi TD : 120/60 mmHg
setelah diare. Rasa nyerinya RR : 20X/menit
seperti tertusuk-tusuk. Klien juga Nadi : 80X/menit
mengatakan mual dan muntah. Suhu : 37,70C
Nyeri terletak pada perut bagian Bissing usus : 20X/menit
kanan dan nyerinya hilang timbul. Saat ditemui kembali pada
hari lain klien terlihat lemas
dan menahan sakit. Skala
nyerinya tetap di skala 4
PEMBAHASAN

Intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi adalah intensitas nyeri yang dirasakan oleh responden
yang mengalami nyeri ringan hingga sedang.. Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap 3 responden, diketahui
tingkat nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam yaitu nyeri pada skala 3 (2 orang) dan nyeri pada
skala 4 ( 1 orang). Responden dengan nyeri sedang sebagian perhatian pada nyeri, perhatian bisa dialihkan,
masih mampu beraktivitas,nyeri dapat dirasakan nyeri sedang dengan skala intensitas nyeri numeric 4-6.
Sedangkan nyeri ringan dimana perhatian nyeri sedikit, perhatian mudah dialihkan, bisa beraktivitas, nyeri
yang dirasakan nyeri ringan dengan skala intensitas nyeri numeric 1-3. Teknik relaksasi merupakan salah satu
terapi non farmakologis untuk membantu menurunkan intensitas nyeri (Smeltzer,2002). Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002)

Pada pengkajian ini sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam, terjadi perubahan intensitas
nyeri. Hal ini dapat diketahui dari 3 responden terdapat 2 responden yang skala nyerinya berkurang. Dan
kondisi fisiknya lebih baik. Namun pada 1 responden tidak terjadi penurunan intensitas nyeri dan kondisinya
masih lemah. Penurunan tingkat nyeri pada responden karena pemberian tehnik relaksasi nafas
dalam, sesuai dengan pendapat Orem, bahwa fungsi perawat yaitu membantu individu memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan ( Gafar, 1999 ). Secara fisiologi
tehnik relaksasi dapat menurunkan nyeri, hal ini sesuai teori gate control yang merupakan bahwa
rangsangan-rangsangan rasa sakit dapat diatur atau bahkan dihalangi oleh pintu mekanisme
sepanjang system pusat neurons. Pintu mekanisme dapat ditentukan di dalam sel-sel gelatinosa
dengan tanduk tulang belakang pada urat syaraf tulang belakang, thalamus dan system limbic.
Dengan memahami apakah dapat mempengaruhi pintu-pintu ini, para perawat dapat memperoleh
sebuah kerangka kerja konseptual yang berguna untuk manajemen rasa sakit. Teori ini
mengatakan bahwa rangsangan akan dirintangi ketika sebuah pintu tertutup. Penutupan pintu
adalah dasar untuk terapi pertolongan rasa sakit ( Potter dan Perry, 2006 ).
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2000, Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis, Edisi 6 , EGC,
Jakarta.
Gaffar, La Ode Jumadi, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional , EGC, Jakarta.
Guyton andHall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 11, EGC, Jakarta.
Hidayat, A.A.A. 2005, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Indrawati, Emei, 2007, Pengaruh Pemberian Teknik Distraksi Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Anak Di RSUD dr. R. Koesma Tuban, Skripsi, Program Sarjana Keperawatan, STiKES Surya
Global diakses pada 15 November 2016

Anda mungkin juga menyukai