Oleh:
OLGA YULIA
F24102024
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Olga Yulia. F24102024. Pengujian Kapasitas Antioksidan Ekstrak Polar,
Nonpolar, Fraksi Protein dan Nonprotein Kacang Komak (Lablab purpureus
(L.) sweet). Di bawah bimbingan Ir. Arif Hartoyo, MSi.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber hayati, salah satunya
adalah kacang-kacangan. Kacang-kacangan dikenal sebagai sumber protein
nabati, karbohidrat kompleks, oligosakarida, mineral, fitokimia dan serat pangan
yang bermanfaat bagi tubuh. Selama ini, penelitian tentang kacang-kacangan
masih relatif sedikit kecuali kacang kedelai. Oleh karena itu, perlu dilakukan
eksplorasi terhadap jenis kacang-kacangan yang lain, salah satunya adalah kacang
komak (Lablab purpureus (L.) sweet).
Berdasarkan penelitian Khodijah (2003); Purnamasari (2002); dan
Suwarno (2003), kacang komak telah terbukti memiliki karakter fraksi protein dan
sifat fungsional protein yang hampir sama dengan kedelai. Oleh karena itu, diduga
kacang komak memiliki sifat biologis yang hampir sama juga dengan kedelai.
Salah satu sifat biologis yang perlu dikaji adalah potensi antioksidan kacang
komak. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan kacang komak,
terutama sebagai pangan fungsional.
Aspek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengukuran aktivitas
antioksidan dengan uji DPPH dan uji kemampuan mereduksi, total fenol, asam
fitat dan uji fitokimia. Sampel kacang komak disediakan dalam bentuk ekstrak air,
fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol dan ekstrak etil
asetat.
Aktivitas antioksidan dengan uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak air,
fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol dan ekstrak etil asetat
memiliki aktivitas antioksidan berturut-turut adalah 10.22, 7.10, 2.63, 1.92, dan
3.13 AEAC. Aktivitas antioksidan yang paling tinggi terdapat pada ekstrak air
yaitu 10.22 AEAC. Angka ini menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki aktivitas
antioksidan 10.22 kali lebih besar daripada asam askorbat pada konsentrasi yang
sama. Sedangkan uji aktivitas antioksidan dengan uji kemampuan mereduksi
menunjukkan bahwa ekstrak air, fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak
kloroform-metanol, dan ekstrak etil asetat memiliki kemampuan mereduksi
berturut-turut adalah 0.432, 0.272, 0.270, 0.337 dan 0.285. Sejalan dengan uji
DPPH, kemampuan mereduksi yang paling tinggi terdapat pada ekstrak air yaitu
sebesar 0.432.
Hasil uji aktivitas antioksidan ini didukung oleh hasil pengujian kadar
total fenol. Kadar total fenol ekstrak air, fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak
kloroform-metanol dan ekstrak etil asetat berturut-turut adalah 23285.64, 4585.64,
4738.21, 5304.87 dan 15722.82 ppm. Kadar total fenol yang paling tinggi terdapat
pada ekstrak air (23285.64 ppm). Hasil uji aktivitas antioksidan juga didukung
oleh hasil pengujian kadar asam fitat. Kadar asam fitat ekstrak air, fraksi protein,
fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol dan ekstrak etil asetat berturut-turut
adalah 2.92, 1.85, 1.96, 0.44 dan 0.08 mg/100 g ekstrak. Kadar asam fitat yang
paling tinggi terdapat pada ekstrak air (2.92 mg/100 g ekstrak). Selain itu, hasil uji
aktivitas antioksidan juga didukung oleh komponen fitokimia yang banyak
terdapat pada ekstrak air yaitu fenol hidrokuinon, saponin, tanin, steroid,
triterpenoid dan alkaloid yang dapat bersifat sebagai antioksidan.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan
95%, ekstrak air pada uji DPPH, kemampuan mereduksi, total fenol dan kadar
fitat memberikan hasil yang berbeda nyata dengan fraksi protein, fraksi
nonprotein, ekstrak kloroform-metanol dan ekstrak etil asetat.
RIWAYAT HIDUP
i
9. Tina yang telah membantu penulis dalam pengolahan data, terima kasih atas
semua bantuannya.
10. Eva, Manginar, Christ, Mumus, Ica dan Novi; terima kasih atas persahabatan,
bantuan, saran, nasehat, dukungan, semangat dan hari-hari kebersamaan
selama di IPB, terima kasih telah membuat hari-hari penulis lebih bermakna.
11. Ririn, Dhenok, Sinta; terima kasih atas bantuannya.
12. Teman-teman ITP 39, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama
penulis melakukan penelitian.
13. Ibu Endang dan Ibu Didah yang telah memberikan saran dan masukan kepada
penulis.
14. Bapak Budi Nurtama, terima kasih atas saran dan masukannya kepada penulis.
15. Bapak-bapak pustakawan FATETA: Pak Dunung, Pak Agus, Pak Marga dan
Pak Kosasih; terima kasih telah membantu penulis dalam pencarian literatur.
16. Ibu dan Bapak pustakawan di PAU dan LSI yang telah membantu dalam
pencarian literatur untuk penyusunan skripsi ini.
17. Puteri 26: Ni Zia, Rahmi, Ana, Bibi, Anti, Tina, Vina, Riyah, Beti, Imel.
18. Teman-teman LA PRIEZTA: Mba Lia, Nilam, Mba Iyo, Mba Wiwin, Eri,
Erda, Ayu, Betty, Maria, Christ, Yuris.
19. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
PENGUJIAN KAPASITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK POLAR, NONPOLAR, FRAKSI PROTEIN
DAN NONPROTEIN KACANG KOMAK
(Lablab purpureus (L.) sweet)
SKRIPSI
Oleh:
OLGA YULIA
F24102024
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
OLGA YULIA
F24102024
Menyetujui,
Bogor, Januari 2007
Mengetahui,
KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... viii
I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. TUJUAN PENELTIAN............................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 3
A. KACANG KOMAK.................................................................... 3
B. RADIKAL BEBAS...................................................................... 6
C. ANTIOKSIDAN.......................................................................... 7
D. EKSTRAKSI............................................................................... 9
E. FITOKIMIA................................................................................. 10
1. Fenol......................................................................................... 11
2. Flavonoid.................................................................................. 12
3. Tanin......................................................................................... 13
4. Alkaloid.................................................................................... 13
5. Triterpenoid.............................................................................. 13
6. Steroid...................................................................................... 14
7. Saponin.................................................................................... 14
F. ASAM FITAT.............................................................................. 14
III. METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 16
A. BAHAN DAN ALAT................................................................. 16
B. METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 16
a. Penyediaan Sampel.................................................................. 16
1. Pembuatan Tepung Kacang Komak................................... 16
2. Pembuatan Fraksi Protein dan Nonprotein
Kacang Komak................................................................... 17
3. Pembuatan Ekstrak Air....................................................... 18
4. Pembuatan Ekstrak Kloroform-Metanol............................. 18
iii
5. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat............................................ 18
b. Perhitungan Rendemen Ekstrak.............................................. 18
c. Analisis.................................................................................... 19
1. Analisis Kadar Air............................................................... 19
2. Analisis Kadar Protein......................................................... 19
3. Analisis Kadar Total Fenol.................................................. 20
4. Analisis Fitokimia................................................................ 21
a. Fenol hidrokuinon............................................................ 21
b. Flavonoid......................................................................... 21
c. Tanin................................................................................ 21
d. Alkaloid........................................................................... 21
e. Triterpenoid..................................................................... 22
f. Steroid............................................................................. 22
g. Saponin............................................................................ 22
5. Analisis Kadar Asam Fitat.................................................. 22
6. Aktivitas Antioksidan.......................................................... 23
a. Uji DPPH......................................................................... 23
b. Uji Aktivitas Kemampuan Mereduksi............................. 24
7. Analisis Statistik................................................................. 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 25
A. EKSTRAKSI KACANG KOMAK............................................ 25
B. PEMBUATAN FRAKSI PROTEIN DAN NONPROTEIN..... 26
D. AKTIVITAS ANTIOKSDAN.................................................... 28
1. Uji DPPH................................................................................. 28
2. Uji Aktivitas Kemampuan Mereduksi..................................... 30
C. UJI KIMIA.................................................................................. 32
1. Total Fenol.............................................................................. 32
2. Fitokimia................................................................................. 35
3. Asam Fitat............................................................................... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 40
A. KESIMPULAN............................................................................ 40
B. SARAN......................................................................................... 40
iv
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 41
LAMPIRAN............................................................................................ 49
v
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kacang komak telah
terbukti memiliki karakter fraksi protein dan sifat fungsional yang hampir sama
dengan kedelai. Pada penelitian Khodijah (2003), hasil analisis protein
globulin 7S dan 11S dari kacang komak memiliki pola elektroforesis yang
hampir sama dengan kedelai. Menurut Purnamasari (2002), fraksi globulin
rata-rata kedua varietas kacang komak DL-40 dan DL-58 (70.58%) mendekati
fraksi globulin kacang tanah (70%) dan kacang kedelai (74%). Suwarno (2003)
juga telah meneliti tentang sifat fungsional isolat protein kacang komak dan
didapatkan bahwa sifat fungsional isolat protein kacang komak dan kacang
kedelai memiliki banyak kesamaan. Hal ini dapat dilihat dari sifat daya serap
air, daya serap minyak, dan daya emulsi isolat kacang komak dan kacang
kedelai yang tidak berbeda nyata.
Berdasarkan hal di atas, kemungkinan kacang komak juga mempunyai
sifat biologis yang sama dengan kacang kedelai. Komponen dalam kacang
kedelai seperti diketahui mempunyai manfaat bagi kesehatan tubuh diantaranya
adalah sifat anti radikal bebas (antioksidan). Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian untuk membuktikan sifat anti radikal bebas pada kacang komak.
Dengan dilakukannya penelitian tentang pengujian kapasitas antioksidan
ekstrak polar, nonpolar, fraksi protein dan nonprotein kacang komak (Lablab
purpureus (L.) sweet) ini diharapkan pemanfaatan kacang komak (Lablab
purpureus (L.) sweet) secara tepat dapat diketahui, sehingga dapat
meningkatkan dan memperluas pemanfaatan kacang komak.
B. TUJUAN PENELITIAN
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KACANG KOMAK
3
Kacang komak memiliki batang yang keras, berserat dan berbulu dengan
tinggi 2-3 m, dan dapat mencapai tinggi hingga 10 m. Warna bunga dari
kacang komak berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Daun kacang komak
lebar dan tebal dengan panjang 7.5-15 cm. Daun bercabang tiga (trifoliolate)
pada setiap sisi tangkainya (Skerman, 1977). Deskripsi tanaman kacang komak
dapat dilihat pada Gambar 1.
Biji kacang komak terdapat dalam polong. Setiap polong terdapat 3-6 biji
kacang komak. Polong kacang komak memiliki panjang 5-20 cm dengan lebar
1-5 cm (Kay, 1979), sedangkan panjang biji kacang komak adalah 0.6-1.3 cm
(Duke, 1983). Ukuran dan warna biji beragam dari hitam, coklat, dan
kekuningan (Allan, 1981). Visualisasi biji kacang komak dapat dilihat pada
Gambar 2.
4
Tabel 1. Komposisi kimia kacang komak.
Biji kering Kulit (polong) Daun
Komponen (Setiap 100 g (setiap 100 g yang (Setiap 100 g
berat basah) dapat dimakan) berat basah)
Kalori (kal) 334 30 31
Protein (g) 21.5 3.1 2.4
Lemak (g) 1.2 0.3 0.4
Karbohodrat (g) 61.4 8.2 6.1
Serat (g) 6.8 1.9 6.7
Abu (g) 3.8 0.9 1.4
Ca (mg) 98 75 120
P (mg) 345 50 57
Fe (mg) 3.9 1.2 17
Sumber : Duke (1983)
5
Kacang komak dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan. Biji kacang
komak dapat dimasak dan dimakan sebagai sayuran atau salad. Kulit (polong)
yang masih muda dan biji yang sudah kering juga dapat dikonsumsi sebagai
makanan. Di Mesir, biji kacang komak digiling dan digunakan sebagai bahan
pembuat kue yang disebut dengan tanniah (Duke, 1983). Di Asia Tenggara,
kacang komak populer sebagai sayuran polong muda atau digunakan dalam
sayur kari, biji mudanya yang masih hijau dimakan setelah direbus atau
disangrai, daun, pucuk, dan perbungaannya dimanfaatkan sebagai kacang-
kacangan, sebagai dhal yaitu kacang yang dibelah dan dihilangkan kulit
bijinya (Maesen dan Somaatmaja, 1993). Sedangkan di beberapa daerah di
Indonesia, seperti di Bondowoso Situbondo dan Probolinggo sering digunakan
sebagai campuran dari nasi beras (Syarifudin, 2003). Kacang komak juga
digunakan sebagai makanan ternak dan pupuk hijau (Duke, 1983).
Selain sebagai sumber makanan, kacang komak juga dapat digunakan
sebagai obat antara lain obat sakit perut dan kencing nanah (gonorrhea) (Duke,
1983). Jus dari kulit biji kacang komak digunakan sebagai obat radang telinga
dan tenggorokan. Di cina, jenis kacang ini digunakan sebagai obat tradisional
untuk mengobatai penyakit gembur-gembur (curing dropsy), diare dan
digunakan sebagai tonik (Li, 1973).
B. RADIKAL BEBAS
6
Senyawa radikal yang terdapat dalam tubuh (prooksidan) dapat berasal
dari luar tubuh (eksogen) atau terbentuk di dalam tubuh (endogen) dari hasil
metabolisme zat gizi secara normal (Muchtadi, 2000). Secara eksogen,
senyawa radikal antara lain berasal dari polutan, makanan atau minuman,
radiasi, ozon dan pestisida (Supari, 1996). Sedangkan secara endogen, senyawa
radikal dapat timbul melalui beberapa macam mekanisme seperti otooksidasi,
aktivitas oksidasi dan sistem transpor elektron. Menurut Madhavi et al. (1996),
radikal bebas diproduksi terus menerus di dalam sel di dalam sistem transpor
elektron mitokondria, membran plasma, sitosol, retikulum endoplasma, dan
peroksisom. Semua senyawa radikal yang terbentuk, selanjutnya manjadi
inisiator pada proses peroksidasi lipid, sehingga menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh (Zakaria et al., 1996).
Menurut Madhavi et al. (1996), radikal bebas dapat menimbulkan
kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan terjadinya katarak.
Madhavi et al. (1996) juga menyatakan bahwa radikal bebas dapat merusak
membran sel terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tidak
jenuh ganda, merusak bagian dalam pembuluh darah yang mempermudah
pengendapan berbagai zat termasuk kolesterol sehingga menyebabkan
aterosklerosis. Sedangkan Wang et al. (2002) menyatakan bahwa.radikal bebas
dapat menyebabkan oksidasi DNA sehingga DNA termutasi dan menimbulkan
kanker. Senyawa radikal juga menyebabkan terjadinya proses penuaan akibat
rusaknya sel-sel jaringan tubuh serta dapat menimbulkan penyakit autoimun
(Muchtadi, 2000).
C. ANTIOKSIDAN
7
radikal bebas sehingga menghambat mekanisme oksidatif yang merupakan
penyebab penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, kanker,
katarak, disfungsi otak dan artritis.
Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan primer (Chain-
breaking antioxidant) dan antioksidan sekunder (preventive antioksidant)
(Gordon, 1990). Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan
mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil. Sebuah senyawa dapat disebut
sebagai antioksidan primer apabila senyawa tersebut dapat mendonorkan atom
hidrogennya dengan cepat ke radikal lipid dan radikal antioksidan yang
dihasilkan lebih stabil dari radikal lipid atau dapat diubah menjadi produk lain
yang lebih stabil (Gordon, 1990). Senyawa yang termasuk dalam kelompok
antioksidan primer (Chain-breaking antioxidant) adalah vitamin E (tokoferol),
vitamin C (asam askorbat), -karoten, glutation dan sistein (Taher, 2003).
Antioksidan sekunder berfungsi sebagai antioksidan pencegah yaitu
menurunkan kecepatan inisiasi dengan berbagai mekanisme, seperti melalui
pengikatan ion-ion logam, penangkapan oksigen dan penguraian
hidroperoksida menjadi produk-produk nonradikal (Gordon, 1990). Pada
dasarnya tujuan antioksidan sekunder (preventive antioksidant) adalah
mencegah terjadinya radikal yang paling berbahaya yaitu radikal hidroksil
(Taher, 2003). Proses pembentukan radikal hidroksil terjadi melalui reaksi
Fenton (Gambar 3) dan reaksi Haber-Weiss (Gambar 4).
8
Metode DPPH merupakan salah satu metode aktivitas antioksidan yang
sederhana dengan menggunakan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) sebagai
senyawa pendeteksi (Miller et al., 2000). DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazil) adalah senyawa radikal bebas yang stabil yang dapat bereaksi
dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH
tereduksi (Simanjuntak et al., 2004). Reaksi antara DPPH dengan senyawa
antioksidan dapat dilihat pada Gambar 5. Pengukuran kapasitas antioksidan
dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 517 nm (Kubo et al., 2002). Penurunan absorbansi menunjukkan
adanya aktivitas scavenging (aktivitas antioksidan).
N-N(C6H5)2 NH-N(C6H5)2
O2 N NO2 O2 N NO2
+ AH + A
NO2 NO2
Gambar 5. Reaksi peredaman radikal bebas DPPH oleh antioksidan
D. EKSTRAKSI
9
kepolaran yang sama dengan zat yang diekstrak. Jika komponen yang
diekstrak belum diketahui tingkat kepolarannya, biasanya digunakan beberapa
pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda.
Sebelum memulai ekstraksi, dilakukan persiapan bahan baku yang
mencakup pengeringan bahan sampai kadar air tertentu dan penggilingan
bahan untuk mempermudah proses ekstraksi (Purseglove et al., 1981). Selain
itu, tingkat kemudahan ekstraksi bahan kering masih ditentukan oleh ukuran
partikel bahan. Bahan yang akan diekstrak sebaiknya berukuran seragam
untuk mempermudah kontak antar bahan dengan pelarut (Purseglove et al.,
1981).
Metode ekstraksi yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor antara
lain tujuan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang akan diekstrak, dan
sifat pelarut yang akan digunakan (Hougton dan Raman, 1998). Beberapa
metode umum ekstraksi yang biasa dilakukan adalah ekstraksi dengan pelarut,
distilasi, Supercritical Fluid Extraction (SFE), pengepresan mekanik, dan
sublimasi. Diantara metode-metode tersebut, metode yang banyak dilakukan
adalah distilasi dan ekstraksi menggunakan pelarut (Hougton dan Raman,
1998). Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut adalah bahan yang akan
diekstrak kontak langsung dengan pelarut selama selang waktu tertentu dan
komponen yang akan diekstrak akan terlarut dalam pelarut.
E. FITOKIMIA
10
1. Fenol
OH
11
atau metoksi pada posisi orto atau para dari turunan asam benzoat,
penilpropanoid atau flavonoid (isoflavon) diketahui dapat meningkatkan
aktivitas antioksidan dari senyawa fenol (Meskin et al., 2002). Sementara
keberadaan dua grup hidroksil pada posisi orto atau para dapat
menghasilkan struktur quinoid yang stabil, dan grup metoksi pada posisi
orto atau para adalah elektron donor yang efektif dalam menstabilkan
radikal bebas yang terbentuk, sehingga meningkatkan aktivitas dari
senyawa fenol. Penilpropanoid merupakan antioksidan yang lebih efektif
dibandingkan dengan senyawa fenol lainnya.
2. Flavonoid
12
3. Tanin
4. Alkaloid
5. Triterpenoid
13
6. Steroid
7. Saponin
F. ASAM FITAT
14
Asam fitat dapat membentuk kompleks dengan protein dan pati
sehingga disebut sebagai senyawa antinutrisi (Meskin et al., 2002). Asam fitat
juga dapat mengikat senyawa-senyawa mineral seperti seng, kalsium,
magnesium dan besi (Koswara, 1992). Asam fitat dapat mengkelat ion logam
(ion besi) penyebab oksidasi. Karena kemampuannya dalam mengkelat ion
besi, asam fitat berpotensi menghambat pembentukan radikal hidroksil yang
disebabkan oleh ion besi (Meskin et al., 2002). Rickard dan Thompson (1997)
di dalam Meskin et al. (2002) menyatakan bahwa asam fitat bersifat sebagai
antikanker di dalam usus besar dan di dalam kelenjer susu pada hewan
percobaan, serta memiliki sifat hipokolesterolemik. Selain itu, asam fitat juga
berpotensi dalam mencegah penyakit kardiovaskuler (Meskin et al., 2002).
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
B. METODOLOGI PENELITIAN
a. Penyediaan Sampel
16
2. Pembuatan Fraksi Protein dan Nonprotein Kacang Komak
disentrifuse
dikeringkan
digiling
fraksi protein
17
3. Pembuatan Ekstrak Air
18
c. Analisis
(% bk) = ( a b ) x 100%
b
19
destilat dalam erlenmeyer. Destilat yang tertampung kemudian dititrasi
dengan HCl 0.02N sampai terjadi perubahan warna. Hal yang sama
dilakukan terhadap blanko. Perhitungan kadar protein adalah sebagai
berikut:
%N = (ml HCl-ml blanko) x N HCl x 14.007 x100
mg sampel
% protein = % N x faktor konversi
Faktor konversi = 6.25
20
4. Analisis Fitokimia ( Houghton dan Raman, 1998, Dep Kes RI, 2000,
di dalam Azima, 2004)
b. Flavonoid
d. Alkaloid
21
Pereaksi Wagner, dibuat dengan cara: dipipet 1.25 ml akuades
ditambahkan 0.31 gram iodin dan 0.25 gram kalium iodida. Kemudian
dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 25 ml dalam labu
takar. Pereaksi ini berwarna coklat.
Pereaksi Meyer, dibuat dengan cara: 0.136 gram HgCl2
ditambahkan 0.05 gram kalium iodida. Kemudian dilarutkan dan
diencerkan dengan akuades menjadi 10 ml dalam labu takar. Pereaksi
ini tidak berwarna.
g. Saponin
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa
yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
HCl 2N, menunjukkan adanya saponin.
22
disaring untuk mendapatkan filtratnya. Sebanyak 0.5 ml filtrat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kering, ditambahkan 0.9 ml HNO3
0.5 M dan 1 ml FeCl3 (dalam tabung reaksi bertutup), divorteks dan
direndam dalam penangas air mendidih selama 20 menit, lalu
didinginkan. Campuran dipindahkan ke tabung sentrifuse dan
ditambahkan 5 ml amil alkohol lalu divorteks. Sebanyak 0.1 ml amonium
tiosianat ditambahkan ke dalam campuran (15 menit sebelum pengukuran
absorbansi). Campuran kemudian divorteks dan disentrifuse 1500 rpm
selama 2 menit. Lapisan amil alkohol diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 465 nm (15 menit setelah penambahan amonium tiosianat).
Sebagai standar digunakan Ca-fitat. Penentuan kurva standar
dilakukan sama dengan penentuan sampel. Perhitungan fitat sampel
berdasarkan hasil ploting nilai absorbansi pada kurva standar. Seri larutan
standar dipersiapkan seperti pada Tabel 4.
6. Aktivitas Antioksidan
23
b. Uji Aktivitas Kemampuan Mereduksi dengan Metode Baku
(Oyaizu, 1986 di dalam Kardono dan Dewi, 1998)
7. Analisis Statistik
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25
sehingga proses ekstraksi berlangsung lebih baik. Partikel sampel yang halus
akan memperluas daya pelarutan sehingga pelarutan komponen pada sampel
dapat lebih merata.
Pada tahap akhir ekstraksi dilakukan pemisahan pelarut. Untuk pelarut
air dilakukan pemisahan dengan freeze drier. Sedangkan kloroform-metanol
dan etil asetat diuapkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 40C.
Penggunaan suhu penguapan yang relatif rendah diharapkan dapat mencegah
kerusakan komponen kimiawi bahan.
26
perbandingan 1:10 dan diatur pH alkali sekitar 8.5 8.7 dengan tujuan untuk
melarutkan protein. Menurut Cheftel et al. (1985), pemilihan suasana basa
sebagai pH selama ekstraksi berdasarkan pada kenyataan bahwa sebagian
besar asam amino akan bermuatan negatif pada pH di atas titik isoelektriknya,
muatan yang sejenis cenderung untuk tolak menolak, hal ini menyebabkan
minimumnya interaksi antara residu-residu asam amino yang berarti kelarutan
protein akan meningkat. Setelah diekstrak dan diatur pH menjadi 8.5-8.7,
protein yang terlarut dipisahkan dari komponen non protein yang tidak larut
dengan cara sentrifuse pada 2000 rpm selama 15 menit. Supernatan yang
berupa protein terlarut diendapkan menggunakan HCl 2N pada pH 4.5, yang
diperkirakan merupakan titik isoelektriknya. Menurut Thanh & Shibasaki
(1976) di dalam Suwarno (2003), pada titik isoelektriknya muatan total
masing-masing asam amino dalam protein sama dengan nol, artinya terjadinya
keseimbangan antara gugus bermuatan positif dengan gugus bermuatan
negatif. Interaksi elektrostatik antara asam amino akan maksimum karena
muatan yang tidak sejenis cenderung untuk tarik menarik, fenomena ini dapat
diamati dengan terjadinya penggumpalan protein. Protein yang menggumpal
kemudian dipisahkan/diendapkan dengan sentrifuse 2000 rpm selama 15
menit. Setelah itu, protein dicuci dan dikeringkan menggunakan freeze-drier.
Tabel 6. Kadar air dan kadar protein fraksi protein dan nonprotein kacang
komak
Kadar air rata-rata Kadar Protein rata-rata
Sampel (%) (%)
Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering
Fraksi protein 8.43 9.27 70.91 77.44
kacang komak
Fraksi 76.45 324.66 3.07 13.06
nonprotein
kacang komak
Dari penelitian ini, didapatkan kadar fraksi protein kacang komak rata-
rata sebesar 77.44% (b.k). Dari metode pembuatan fraksi protein dihasilkan
fraksi nonprotein. Fraksi nonprotein merupakan bahan yang tidak larut
(insoluble solid material) dan diperkirakan sebanyak 15 % protein dari bahan
awal masih ada dalam sisa padatan ini (Suwarno, 2003). Untuk mengetahui
27
kadar protein dalam padatan sisa, dilakukan analisis protein menggunakan
metode kjeldahl. Hasil kadar protein pada fraksi nonprotein kacang komak
yaitu 3.07% (b.b) dan 13.06% (b.k). Kadar air dan kadar protein fraksi protein
dan fraksi nonprotein kacang komak dapat dilihat pada Tabel 6.
Fraksi protein memiliki rendemen sebesar 6.70 %. Sedangkan fraksi
nonprotein memiliki rendemen sepuluh kali lebih besar dari fraksi protein
yaitu sebesar 70.62 %. Komponen yang paling banyak terdapat dalam fraksi
nonprotein ini adalah karbohidrat. Menurut Duke (1983), kacang komak
memiliki kandungan karbohidrat sebesar 61.4 %. Komponen lain yang
terdapat pada fraksi nonprotein ini adalah serat, abu dan lemak. Komposisi
kimia kacang komak dapat dilihat pada Tabel 1.
C. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
1. Uji DPPH
28
maka semakin tinggi kapasitas antioksidan dan dapat dilihat dari semakin
pudar warna ungu yang dihasilkan.
Uji DPPH pada penelitian ini menggunakan standar asam askorbat 0,
0.5, 1.0, 1.5, 2.0, 2.5 mM. Dengan demikian, satuan pengukuran dinyatakan
sebagai AEAC (Ascorbic Acid Equivalent Antioksidant Capacity). Kurva
standar asam askorbat dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan hasil pengukuran (Gambar 8), aktivitas antioksidan
ekstrak air, fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol, dan
ekstrak etil asetat berturut-turut adalah 10.22, 7.10, 2.63, 1.92, dan 3.13
AEAC. Aktivitas antioksidan yang paling tinggi terdapat pada ekstrak air
yaitu sebesar 10.22 AEAC. Sedangkan aktivitas antioksidan yang paling
rendah terdapat pada ekstrak kloroform-metanol yaitu sebesar 1.92 AEAC.
Angka ini menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki aktivitas antioksidan
10.22 kali lebih besar daripada asam askorbat pada konsentrasi yang sama,
dan ekstrak kloroform-metanol memiliki aktivitas antioksidan 1.92 kali
lebih besar daripada asam askorbat pada konsentrasi yang sama.
29
Tingginya aktivitas antioksidan ekstrak air menunjukkan pada ekstrak
air banyak terdapat senyawa yang bersifat sebagai antioksidan. Hal ini
didukung oleh kadar total fenol dan asam fitat yang tinggi pada ekstrak air
serta komponen fitokimia yang banyak terdapat pada ekstrak air seperti
fenol hidrokuinon, saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid yang
dapat bersifat sebagai antioksidan. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan
sampel dengan metode DPPH dapat dilihat pada Lampiran 2.
Selanjutnya data hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis
ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada selang
kepercayaan 95%. Hasil pengolahan statistik data hasil pengukuran aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH dapat dilihat pada Lampiran 8.
Data hasil pengolahan analisis ragam menunjukkan bahwa nilai
signifikansi sampel adalah 0.000 sedangkan nilai signifikansi level adalah
0.05. Nilai signifikansi sampel yang lebih kecil daripada nilai signifikansi
level menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95%, sampel ekstrak
kacang komak yang diujikan berbeda nyata.
Data hasil pengolahan dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 8)
menunjukkan bahwa kelima sampel terbagi dalam tiga subset. Sampel 1
(ekstrak air) berbeda nyata dengan sampel 2 (fraksi protein). Sampel 3
(fraksi nonprotein) tidak berbeda nyata dengan sampel 4 (ekstrak kloroform-
metanol) dan tidak berbeda nyata dengan sampel 5 (ekstrak etil asetat).
Ketiga sampel ini berbeda nyata dengan sampel 1 (ekstrak air) dan berbeda
nyata dengan sampel 2 (fraksi protein).
30
dilihat dengan cara mengukur absorbansi sampel. Besarnya nilai absorbansi
menunjukkan besarnya kemampuan mereduksi pada sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran (Gambar 9), uji aktivitas antioksidan
dengan uji kemampuan mereduksi menunjukkan bahwa ekstrak air, fraksi
protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol, dan ekstrak etil asetat
memiliki absorbansi berturut-turut adalah 0.432, 0.272, 0.270, 0.337 dan
0.285. Absorbansi yang paling tinggi terdapat pada ekstrak air yaitu sebesar
0.432. Nilai ini menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki kemampuan
mereduksi yang paling tinggi yaitu sebesar 0.432. Hal ini sejalan dengan uji
DPPH, serta didukung oleh kadar total fenol dan asam fitat yang tinggi pada
ekstrak air dan komponen fitokimia yang banyak terdapat pada ekstrak air
seperti fenol hidrokuinon, saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid
yang dapat bersifat sebagai antioksidan. Hasil pengukuran selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3.
31
kacang komak untuk pengujian kemampuan mereduksi. Menurut Rajeshwar
et al. (2005), kemampuan mereduksi Mucuna pruriens (velvet beans)
meningkat dengan meningkatnya jumlah sampel. Pada konsentrasi 0.125
mg/ml, Mucuna pruriens (velvet beans) memiliki absorbansi sebesar 0.485.
Sedangkan ekstrak air kacang komak yang memiliki absorbansi yang paling
tinggi yaitu sebesar 0.432 membutuhkan konsentrasi sebesar 5 mg/ml
ekstrak kacang komak.
Data hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode uji
aktivitas kemampuan mereduksi selanjutnya dianalisis secara statistik
dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan pada selang kepercayaan 95%. Hasil pengolahan statistik data hasil
pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode uji aktivitas kemampuan
mereduksi dapat dilihat pada Lampiran 9.
Data hasil pengolahan analisis ragam menunjukkan bahwa nilai
signifikansi sampel adalah 0.000 sedangkan nilai signifikansi level adalah
0.05. Nilai signifikansi sampel yang lebih kecil daripada nilai signifikansi
level menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95%, sampel ekstrak
kacang komak yang diujikan berbeda nyata.
Data hasil pengolahan dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa kelima sampel terbagi dalam empat subset. Sampel 1
(ekstrak air) berbeda nyata dengan sampel 4 (ekstrak kloroform-metanol),
berbeda nyata dengan sampel 5 (ekstrak etil asetat) serta berbeda nyata
dengan sampel 2 (fraksi protein) dan sampel 3 (fraksi nonprotein). Sampel 2
(fraksi protein) tidak berbeda nyata dengan sampel 3 (fraksi nonprotein).
D. UJI KIMIA
1. Total Fenol
32
sebagian besar antioksidan dalam bahan asal tanaman merupakan senyawa
polifenol. Menurut Shahidi dan Marian (1995), pengujian total fenol
bertujuan untuk menentukan total senyawa fenolik yang terkandung di
dalam sampel, sehingga diduga bila kandungan senyawa fenolik di dalam
sampel tinggi maka aktivitas antioksidannya akan tinggi.
Analisis ini menggunakan kurva standar yang dipersiapkan dengan
menggunakan asam tanat di dalam 95 % etanol. Kurva standar
menggunakan asam tanat dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75 dan 100 ppm.
Dari hasil pengujian diperoleh persamaan kurva standar adalah sebagai
berikut: Y = 0.0078x 0.0057 dengan R2 = 0.9997. Kurva standar asam
tanat pada analisis total fenol dapat dilihat pada Lampiran 4.
Berdasarkan hasil pengukuran, kadar total fenol ekstrak air, fraksi
protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol, dan ekstrak etil
asetat berturut-turut adalah 23285.64, 4585.64, 4738.21, 5304.87, dan
15722.82 ppm (Gambar 10). Hasil pengukuran total fenol selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 5.
EA= Ekstrak Air; FP= Fraksi Protein; FNP= Fraksi Nonprotein; EKM=
Ekstrak Kloroform-Metanol; EEA= Ekstrak Etil Asetat
Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada grafik menunjukkan nilai
tidak berbeda nyata (uji Duncan = 5%)
Dari hasil pengukuran, ekstrak air memiliki total fenol yang paling
tinggi yaitu sebesar 23285.64 ppm. Jenis pelarut sangat berpengaruh
33
terhadap kadar total fenol. Pelarut yang sesuai untuk mengekstrak total
fenol adalah pelarut yang bersifat polar seperti air. Menurut Harborne
(1987), senyawa fenol cenderung larut dalam pelarut air karena umumnya
berikatan dengan gula sebagai glikosida.
Ekstrak air kacang komak memiliki kadar total fenol yang tinggi.
Kadar total fenol ekstrak air kacang komak (23285.64 ppm) lebih besar bila
dibandingkan dengan kadar total fenol ekstrak air dan ekstrak etanol dari
kacang kedelai. Hasil penelitian McCuoa et al. (2004) menunjukkan bahwa
ekstrak air dari kacang kedelai mengandung 11330 ppm dan ekstrak etanol
dari kacang kedelai mengandung 5840 ppm. Kadar total fenol kacang
komak (23285.64 ppm) juga lebih tinggi dibandingkan dengan kadar total
fenol biji kering kacang hijau. Hasil penelitian Anggraeni (2003)
menunjukkan bahwa biji kering kacang hijau varietas No. 129, Gelatik,
Merak, Merpati dan Betet berturut-turut adalah 230, 210, 164, 177 dan 179
ppm. Sedangkan Bila dibandingkan dengan Mucuna pruriens (velvet
beans), kadar total fenol ekstrak kacang komak (23285.64 ppm) lebih
rendah. Rajeshwar et al. (2005) menemukan bahwa kadar total fenol yang
terdapat pada Mucuna pruriens (velvet beans) adalah sebesar 32000 ppm.
Ekstrak air dari kacang komak diduga memiliki antioksidan yang
tinggi, karena mengandung total fenol yang tinggi. Hal ini sejalan dengan
uji aktivitas antioksidan metode DPPH dan uji kemampuan mereduksi serta
didukung oleh kadar asam fitat yang tinggi pada ekstrak air dan komponen
fitokimia yang banyak terdapat pada ekstrak air seperti fenol hidrokuinon,
saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid yang dapat bersifat sebagai
antioksidan. Menurut Meskin et al. (2002), kacang-kacangan mengandung
campuran beberapa senyawa fenol yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan dan pencegahan berbagai penyakit.
Data hasil pengukuran total fenol dianalisis secara statistik dengan
menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
pada selang kepercayaan 95 %. Hasil pengolahan statistik data hasil
pengukuran total fenol dapat dilihat pada Lampiran 10.
34
Hasil analisis ragam data hasil pengukuran total fenol (Lampiran
10) menunjukkan bahwa jenis ekstrak berpengaruh nyata terhadap nilai
total fenol ekstrak kacang komak pada selang kepercayaan 95 %. Uji lanjut
Duncan (Lampiran 10) menunjukkan bahwa sampel 1 (ekstrak air) berbeda
nyata dengan sampel 5 (ekstrak etil asetat). Sampel 2 (fraksi protein),
sampel 3 (fraksi nonprotein) dan sampel 4 (ekstrak kloroform-metanol)
tidak berbeda nyata. Ketiga sampel ini berbeda nyata dengan sampel 1
(ekstrak air) dan berbeda nyata dengan sampel 5 (ekstrak etil asetat).
2. Fitokimia
Dari hasil uji fitokimia yang diperoleh, ekstrak air dari kacang
komak diduga memiliki antioksidan yang paling tinggi karena mengandung
komponen-komponen fitokimia yang paling banyak yang dapat bersifat
sebagai antioksidan yaitu alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon, tanin,
steroid dan triterpenid. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian analisis
fitokimia Sofian (2005) terhadap sampel produk fermentasi kedelai, ekstrak
air kacang komak memiliki komponen fitokimia yang hampir sama dengan
35
sampel produk fermentasi kedelai yaitu mengandung alkaloid, saponin,
fenol hidrokuinon dan triterpenoid. Sofian (2005) menyatakan bahwa
sampel produk fermentasi kedelai mengandung komponen fitokimia yaitu
flavonoid, saponin, senyawa fenolik, alkaloid dan triterpenoid. Hasil
penelitian Sofian (2005) tentang analisis fitokimia sampel produk
fermentasi kedelai dapat dilihat pada tabel 8.
36
memberikan hasil uji positif pada ekstrak air, ekstrak etil asetat, ekstrak
kloroform-metanol, fraksi protein dan fraksi nonprotein.
Flavonoid memberikan hasil negatif pada semua ekstrak kacang
komak yang diuji. Keadaan ini diduga disebabkan oleh sedikitnya senyawa
flavonoid yang terdapat pada ekstrak kacang komak.
3. Asam Fitat
Asam fitat adalah salah satu zat antinutrisi yang dapat bersifat sebagai
antioksidan. Hal ini berhubungan dengan kemampuan asam fitat dalam
mengkelat ion logam penyebab oksidasi. Asam fitat dapat mengkelat ion
besi sehingga pembentukan radikal hidroksil yang disebabkan oleh ion besi
dapat dicegah (Meskin et al., 2002). Pembentukan radikal hidroksil oleh
ion besi dapat dilihat pada reaksi Fenton pada Gambar 3 dan reaksi Haber-
Weiss pada Gambar 4.
Penetapan kadar asam fitat yang dilakukan didasarkan pada metode
yang dikemukakan oleh Davies dan Reid (1979) di dalam Muchtadi (1989).
Sebagai standar digunakan Ca-fitat 0, 0.04, 0.08, 0.12, 0.16, 0.20 mM. Dari
hasil pengujian diperoleh persamaan kurva standar adalah sebagai berikut:
Y = 0.83x 0.0017 dengan R2 = 0.9931. Kurva standar Ca-fitat pada
analisis asam fitat dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan hasil pengukuran (Gambar 11), kadar asam fitat ekstrak
air, fraksi protein, fraksi nonprotein, ekstrak kloroform-metanol, dan
ekstrak etil asetat berturut-turut adalah 2.92, 1.85, 1.96, 0.44 dan 0.08
mg/100 g ekstrak. Hasil pengukuran asam fitat selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 7. Dari hasil pengukuran, ekstrak air memiliki kadar asam
fitat yang paling tinggi yaitu sebesar 2.92 mg/100 g ekstrak. Sedangkan
kadar asam fitat yang paling rendah terdapat pada ekstrak etil asetat yaitu
sebesar 0.08 mg/100 g ekstrak.
Kadar fitat ekstrak kacang komak yang ditemukan pada penelitian ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis kacang yang lain seperti kacang
jogo, kacang tunggak dan kacang kedelai. Penelitian Koswara (1989)
menemukan bahwa kacang jogo mentah mengandung kadar fitat 0.85 %,
37
dan kacang tunggak mentah mengandung fitat 0.38 %. Sedangkan
Sudarmadji dan Markakis (1977) menemukan kadar fitat kacang kedelai
mentah sebesar 1.4 %.
38
nyata dengan sampel 4 (ekstrak kloroform-metanol) serta berbeda nyata
dengan sampel 5 (ekstrak etil asetat).
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan uji
aktivitas kemampuan mereduksi, ekstrak air memiliki aktivitas antioksidan
yang paling tinggi. Pada uji DPPH, aktivitas antioksidan ekstrak air memiliki
nilai sebesar 10.22 AEAC. Angka ini menunjukkan bahwa ekstrak air
memiliki aktivitas antioksidan 10.22 kali lebih besar daripada asam askorbat
pada konsentrasi yang sama. Pada uji aktivitas kemampuan mereduksi,
ekstrak air memiliki kemampuan mereduksi sebesar 0.432.
Tingginya aktivitas antioksidan ekstrak air menunjukkan pada ekstrak
air banyak terdapat senyawa yang bersifat sebagai antioksidan. Hal ini
didukung oleh kadar total fenol yang tinggi pada ekstrak air dan komponen
fitokimia yang banyak terdapat pada ekstrak air seperti fenol hidrokuinon,
saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid yang dapat bersifat sebagai
antioksidan. Flavonoid, senyawa yang umum terdapat dalam kacang-
kacangan, tidak terdeteksi keberadaannya pada semua bahan yang diuji.
Keadaan ini diduga disebabkan oleh sedikitnya senyawa flavonoid yang
terdapat pada ekstrak kacang komak.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan
95%, ekstrak air pada uji DPPH, kemampuan mereduksi, total fenol dan kadar
fitat memberikan hasil yang berbeda nyata dengan fraksi protein, fraksi
nonprotein, ekstrak kloroform-metanol dan ekstrak etil asetat.
B. SARAN
Perlu dilakukan metode uji aktivitas antioksidan yang lain seperti metode
rancimat, metode FRAP (Ferric Reducing Ability of Plasma) dan metode
ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) untuk mendukung hasil
penelitian aktivitas antioksidan pada ekstrak kacang komak.
Perlu dilakukan analisis fitokimia dengan metode lain seperti metode
HPLC (High Performance Liquid Chromatograph), sehingga dapat
diketahui jumlah kuantitatif senyawa fitokimia.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Bidlack, W. R. and W. Wang. 2000. Designing Functional Foods to Enhance
Health. in: Bidlack, W. R., S. T. Omaye, M. S. Meskin, D. K. W. Topham.
Phytochemicals as Bioactive Agents. Technomic Publishing Co., Inc,
Lancaster, Basel.
Cheftel, J. C., J. L. Cuq and D. Lorient. 1985. Amino Acid, Peptide and Protein.
in: O. R. Fennema (ed). Food Chemistry. Marcell Dekker Inc., New York.
Goldberg, G. 2003. Plants: Diet and Health. I Owa State Press, Blackwell
Publishing Company, 2121 State Avenue, Ames, USA.
42
Harland, B. F. and Obertas, D. 1977. A Modified Methode for Phytate Analysis
Using An Ion Exchange Procedure-Application to Textured Vegetable
Protein. in: Meskin, M. S., W. R. Bidlack, A. J. Davies, S. T. Omaye. 2002.
Phytochemicals in Nutrition and Health. CRC Press, London-New York.
Hogiono dan Dangi. 1994. Peningkatan Nilai Tambah Tanaman Hortikultura yang
Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Sintesis Obat-Obatan Steroid. Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Khodijah, S. 2003. Pola Elektroforesis Protein Globulin 7S dan 11S dari Kacang
Komak (Lablab purpureus (L.) sweet). Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan
dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
43
Kubo, I., N. Masuoka, P. Xiao., H. Haraguchi. 2002. Antioxidant Activity of
Dodecyl Gallate. Di dalam: Radianti, M. A. 2005. Studi Tentang Pembuatan
Minuman Fungsional Tomat-Kayu Manis. Skripsi. Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
44
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan: Mencegah
Penyakit Degeneratif. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
45
Salunke, D. K., S. S. Kadam and J. K. Chafan. 1985. Postharvest Biotechnology
of Food Legumes. CRC Press, Boca Raton, Florida.
Satria, E. 2005. Potensi Antioksidan dari Daging Buah Muda dan Daging Buah
Tua Mahkota Dewa. Skripsi. Program Studi Biokimia, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
46
Suwarno, M. 2003. Potensi Kacang Komak (Lablab purpureus (L.) sweet)
Sebagai Bahan Baku Isolat Protein. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syafei, S. 1985. Pembuatan Isolat Protein dari Dedak Bebas Lemak (Defatted
Rice Bran) dan Penetapan Komposisi Asam Aminonya. Departemen
Perindustrian, Pusat Pembinaan Latihan Keterampilan dan Kejuruan
Industri, Sekolah Analisis Kimia Menengah Atas, Ujung Pandang.
Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
47
Zakaria, F., S. Abidin, Madanijah, Sanjaya. 1996. Kadar Malonaldehida dan Zat
Gizi Antioksidan Plasma pada Populasi Remaja Rentan Pencermaran
Makanan. Bul. Teknol. dan Ind Pangan. 7 (3) : 11-17 Vol. VII, No 3.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penentuan Kurva Standar DPPH
0.5415
y = 0.2101x + 0.0034
R2 = 0.9971 0.412
0.4
0.3085
0.2 0.2135
0.1205
0 0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Konsentrasi Asam Askorbat (mM)
50
Lampiran 2. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
= 0.26 mg
= 0.26 mg
25 mg ekstrak
0.26 mg x 100000 mg ekstrak = 10.32 mg
25 mg ekstrak 100 g ekstrak 100 gr ekstrak
51
Lampiran 3. Nilai Absorbansi Uji Aktivitas Kemampuan Mereduksi
52
Lampiran 4. Penentuan Kurva Standar Total Fenol
1
Delta Absorbansi
53
Lampiran 5. Pengukuran Kadar Total Fenol Sampel
Rata-rata total fenol (mg/kg ekstrak) = (total fenol 1(mg/kg ekstrak) + total fenol
2 (mg/kg ekstrak)) / 2
= (23438.21 +23133.08) / 2
= 23285.64 mg / kg ekstrak
= 23285.64 ppm
54
Lampiran 6. Penentuan Kurva Standar Ca-fitat
y = 0.83x - 0.0017
0.15 0.2, 0.158
R2 = 0.9931 0.16, 0.137
0.1 0.12, 0.1025
0.08, 0.065
0.05
0.04, 0.0255
0 0, 0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi Ca-fitat (mM)
55
Lampiran 7. Pengukuran Kadar Asam Fitat Sampel
= 1.17 mg
= 1.17 mg
400 mg ekstrak
1.17 mg x 100000 mg ekstrak = 2.91 mg
400 mg ekstrak 100 g ekstrak 100 gr ekstrak
56
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Statistik Data Hasil Pengukuran Aktivitas
Antioksidan (Metode DPPH)
ONEWAY
ANOVA
Nilai DPPH
Sum Of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between 100.565 4 25.141 41.651 .000
Groups
Within 3.018 5 .604
Groups
Total 103.583 9
HOMOGENEOUS SUBSETS
Nilai DPPH
DUNCAN
1 2 3
4 2 1.9200
3 2 2.6250
5 2 3.1300
2 2 7.1000
1 2 10.2200
Sig. .190 1.000 1.000
Means For Groups In Homogeneous Subsets Are Displayed.
A Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
57
Lampiran 9. Hasil Pengolahan Statistik Data Hasil Pengukuran Aktivitas
Antioksidan (Metode Uji Aktivitas Kemampuan Mereduksi)
ONEWAY
ANOVA
HOMOGENEOUS SUBSETS
DUNCAN
58
Lampiran 10. Hasil Pengolahan Statistik Data Hasil Pengukuran Total Fenol
ONEWAY
ANOVA
HOMOGENEOUS SUBSETS
DUNCAN
Subset For Alpha = .05
N
Jenis
1 2 3
Ekstrak
2 2 4585.6400
3 2 4738.2050
4 2 5304.8700
5 2 15722.8200
1 2 23285.6450
Sig. .153 1.000 1.000
Means For Groups In Homogeneous Subsets Are Displayed.
A Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
59
Lampiran 11. Hasil Pengolahan Statistik Data Hasil Pengukuran Asam Fitat
ONEWAY
ANOVA
HOMOGENEOUS SUBSETS
DUNCAN
Jenis Subset For Alpha = .05
N
Ekstrak 1 2 3 4
5 2 .0800
4 2 .4400
2 2 1.8500
3 2 1.9550
1 2 2.9200
SIG. 1.000 1.000 .239 1.000
Means For Groups In Homogeneous Subsets Are Displayed.
A Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
60