Anda di halaman 1dari 3

SUNAT PEREMPUAN

LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1636/MENKES/PER/XI/2010 tentang Sunat Perempuan

DITINJAU DARI BEBERAPA ASPEK AGAMA


- ISLAM

Dalam Islam khitan atau sunat berasal dari bahasa arab Al-khitan yang
merupakan isim masdar dari kata kerja Khatana yang berarti memotong. Khitan
pada perempuan dilakukan dengan cara memotong bagian atas (klentit) dari kemaluan
(faraj). Khitan perempuan adalah memotong sedikit kulit labia minora atau preputium
clitoridis di atas uretra di farji atau kemaluan. Kata lain yang sering digunakan adalah
sunat dan istilah lain yang kurang dikenal yaitu khifad yang berasal dari kata khafd ,
istilah ini khusus untuk khitan perempuan.
Menurut MUI, sunat perempuan bukan mutilasi atau pemotongan klitoris
seluruhnya. Karena, dalam beberapa hadis memang wanita disarankan sunat, tetapi
tidak secara berlebihan. Mutilasi klitoris justru dianggap tidak akan membahagiakan
suami-istri. Dengan fatwa tersebut, MUI mengimbau, sunat perempuan hanya boleh
dilakukan dengan cara menghilangkan selaput yang menutupi klitoris, tidak boleh
sampai melukai bahkan memotong klitoris. MUI juga mengharuskan sunat dilakukan
oleh tenaga medis yang sudah diberi penyuluhan dan pelatihan.

- KRISTEN
Sunat perempuan tidak dikenal dalam agama Kristen dan Katolik.

- BUDDHA
Khitan bukan sesuatu yang diwajibkan ataupun dilarang dalam ajaran Buddha, oleh
karena itu sikap kita hendaknya menggunakan acuan bahwa ajaran Buddha adalah
ajaran praktis, rasional dan realistis dalam menyingkapi budaya atau adat disekitar kita.
Pilihan khitan atau tidak diserahkan masing-masing individu dengan pertimbangan
ajaran Sang Buddha tentunya.

- HINDU
kata "Sunat" tetapi disamarkan dengan istilah "ngeludin" artinya membuang.
Lontarnya ada empat yaitu: Yama Purwa Tattwa, Yama Purana Tattwa, Yama Purwana
Tattwa, dan Yama Tattwa. Inti yang diuraikan di keempat lontar itu masuk akal juga :
Bahwa roh/atman DIBERIKAN PINJAM berupa badan/tubuh manusia secara lengkap
oleh HYANG WIDHI sejak dari embriyo sampai tua.
Setelah meninggal dunia (artinya roh/atman tidak menggunakan tubuh lagi) maka
badan/tubuh PINJAMAN ini harus dikembalikan dalam keadaan UTUH kepada Panca
Mahabhuta. Maka dari pengertian itu umat Hindu di Bali tidak disarankan untuk MEM-
VERMAAK tubuhnya, dengan di sunat, operasi plastik, di tatto, atau menyumbangkan
organ-organ tubuh lainnya seperti ginjal, dll. Sekali lagi, karena tubuh ini bukan milik
kita tetapi PINJAMAN. Masalah kesehatan sih diatur bagaimana baiknya, misalnya
sejak anak-anak diberi tahu kalau mandi dan habis kencing maka penis ditarik kulitnya
dan dicuci bersih dengan air atau disabuni.

Latar Belakang Female Genital Mutilation

- Khitan perempuan dipercaya dilakukan sejak 6000 tahun lalu, menyebar dari satu
wilayah ke wilayah lain di Afrika secara merata. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya Mumi perempuan dengan clitoris terpotong pada abad ke 16 SM,
diperkuat dengan relief tentang khitan perempuan di Mesir yang berasal dari tahun
2800 SM.
- Di Inggris, periode terbesar adalah pada kisaran tahun 1858-1866. Penyunatan klitoris
ini berlanjut ke Amerika sekitar tahun 1925 hingga 1948. Penyunatan ini diyakini
akan menghentikan tidakan masturbasi, menurunkan gangguan mental,
menyembuhkan keluhan akan ketagihan hubungan intim pada wanita, juga dapat
mencegah atau menghentikan nymphomania (maniak seks) yang akan di alami wanita
jika tidak disunat.
- Pada akhir tahun 1979, Dr. James E. Burt telah mempraktikkan FGM type sunna
atau type I (eksisi dari permukaan klitoris, dengan atau tanpa eksisi sebagian atau
seluruh klitoris). Ketika praktik sunat perempuan ini sempat berhenti beberapa tahun,
lalu marak di lakukan kembali ketika datang banyak imigran di Amerika.
- Sampai tahun 1980-an FGM secara luas dikenal dalam bahasa Inggris sebagai
"Female Circumcision"
- The Inter-African Committee on Traditional Practices mulai menyebut Female Genital
Mutilation pada tahun 1990 melihat pernyataan Misionaris Dewan Kenya yang
menyebut kejadian tersebut Mutilasi seksual perempuan
- Pada bulan April 1997, WHO, PBB Anak Fund (UNICEF) dan dana Populasi PBB
(UNFPA) mengeluarkan pernyataan mendefinisikan FGM sebagai "semua prosedur
yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh alat kelamin perempuan
eksternal atau cedera lain ke organ genital perempuan baik untuk alasan non-
terapeutik budaya atau lainnya.
Lima alasan Female Genital Mutilation menurut WHO yaitu

1. Faktor psikososial

2. Faktor psikoseksual

3. Faktor mitos

4. Faktor agama

5. Faktor kebersihan

Anda mungkin juga menyukai