Anda di halaman 1dari 15

Pena Justisia Volume VII No.

14, tahun 2008

Kekerasan Terhadap Anak dan Masalah Sosial Yang Kronis


Oleh :
Nurul Huda, SH.MHum1

Abstrak
Kasus kekerasan terhadap pria, wanita bahkan anakpun sering menjadi
headline di berbagai media. Namun, banyak kasus yang belum terungkap,
karena kasus kekerasan ini dianggap sebagai suatu hal yang tidak penting,
terutama masalah kekerasan yang terjadi pada anak-anak. Begitu banyak
kasus kekerasan yang terjadi pada anak tetapi hanya sedikit kasus yang
ditindaklanjuti. Padahal, seorang anak merupakan generasi penerus bangsa
kehidupan masa kecil anak sangat berpengaruh terhadap sikap mental dan
moral anak ketika dewasa nanti. Kenyataannya, masih banyak anak Indonesia
yang belum memperoleh jaminan terpenuhi hak-haknya, antara lain banyak
yang menjadi korban kekerasan, penelantaran, eksploitasi, perlakuan salah,
diskriminasi, dan perlakuan tidak manusiawi. Semua tindakan kekerasan
kepada anak-anak direkam dalam bawah sadar mereka dan dibawa sampai
kepada masa dewasa, dan terus sepanjang hidupnya.

Kata Kunci : Kekerasan, perlindungan anak, Sikap moral dan etika anak

1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pekalongan
82
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

A. Pendahuluan tahun) telah memperoleh kekerasan


Jika ada ungkapan bahwa dari ibunya. Lintang dan
anak adalah titipan Tuhan yang (Almarhumah) Indah yang menjadi
harus dijaga tentunya ungkapan korban ibunya.Ismi yang telah
tersebut bukanlah ungkapan yang menjadi korban dari ibu Suri tempat
tanpa makna. Pada waktu dilahirkan ia tinggal. Riska Rosdiana(7 tahun)
anak memberikan kepercayaan yang dicekik oleh ibu tirinya dan
sepenuhnya pada kedua orang tua diperkosa oleh adik ibu tirinya. Tia
untuk mengasuh dirinya. Anak yang telah menjadi korban setrika
tidak pernah berprasangka bahwa dari ayahnya karena dituduh
orang tua merekalah yang akan mencuri hingga Nia Siahaan (2
menghancurkan hidup mereka. Tahun) di Manado mendapatkan
Demikian juga harapan setiap anak luka fisik dari ayah tirinya.
terhadap orang dewasa lain (http://www.kabarindonesia.com/be
disekitarnya. Mereka percaya 100% rita).
bahwa tidak ada seorang pun yang Merekaanak-anak korban
akan menyakiti dirinya. Alam kekerasan tersebutbukan saja
menitipkan si mungil pada orang menderita secara fisik tapi juga
dewasa karena tidak seperti psikis.Rasa ketakutan yang terus
kebanyakan binatang manusia membayangi adalah dampak dari
membutuhkan waktu yang lama kekerasan yang mereka terima.
untuk mandiri. Mungkin jika itu sebatas kekerasan
Namun jika kita menilik fisik masih dapat disembuhkan
pemberitaan di berbagai media seiring waktu, namun jika itu
setiap harinya, hampir tak luput dari masalah psikis maka trauma yang
pemberitaan adanya kekerasan ditimbulkannya tak akan bias
terhadap anak. Bukan lagi dihilangkan seumur hidup. Secara
dikarenakan konteks wilayah antara yuridis formal, pemerintah telah
kota dan desa lagi, tapi hampir memiliki Undang-Undang (UU) No
merata terjadi di seluruh area. 4/1979 tentang Kesejahteraan
Dengan fakta bahwa Anak, UU No 23/2002 tentang
(almarhum) Dede,harus mati karena Perlindungan Anak,
dibunuh oleh ayah tirinya, Anggi (6

83
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

UU No 3/1997 tentang penulis mencoba untuk


Pengadilan Anak, Keputusan membahasnya lebih lanjut.
Presiden No 36/1990 tentang B. Deskripi Masalah
Ratifikasi Konvensi Hak Anak. Untuk menangani permasalahan
Meski demikian, realitas kekerasan terhadap anak yang
kesejahteraan anak masih jauh dari sudah mulai menjangkiti dan
harapan. persoalan kekerasan menjadi penyakit di masyarakat ini,
terhadap anak, baik yang tentunya diperlukan pemahaman
dipekerjakan di sektor pekerjaan atas kekerasan terhadap anak itu
terburuk, diperdagangkan, maupun sendiri. Bagaimanakah penangan
korban eksploitasi seksual. terhadap kekerasan terhadap anak
Organisasi Buruh Internasional serta upaya lanjutannya
(ILO) memperkirakan, di Indonesia
terdapat 4.201.452 anak (berusia di C. Faktor-faktor Penyebab
bawah 18 tahun) terlibat dalam Terjadinya Kekerasan Terhadap
pekerjaan berbahaya, lebih dari 1,5 Anak
juta orang di antaranya anak Beberapa faktor sosial yang
perempuan. Bahkan, data IPEC/ILO menjadi penyebab terjadinya
memperkirakan, terdapat 2,6 juta kekerasan terhadap anak adalah :
pekerja rumah tangga (PRT) di 1. Tidak ada kontrol sosial pada
Indonesia dan sedikitnya 34,83 tindakan kekerasan terhadap
persen tergolong anak. Sekitar 93 anak-anak.
persen anak perempuan (Kompas, Bapak yang mencambuk
2/7/05). PRT anak perempuan anaknya tidak dipersoalkan
berada dalam posisi rentan, mulai tetangganya, selama anak itu
situasi kerja buruk, eksploitasi, tidak meninggal atau tidak
hingga kekerasan seksual. dilaporkan ke polisi. Sebagai
(http://groups.google.com/group/ma bapak, ia melihat anaknya
hasiswas/browse). sebagai hak milik dia yang
Mengamati fenomena yang dapat diperlakukan sekehendak
semakin tidak beradab terhadap hatinya. Tidak ada aturan
hak asasi manusia terutama hak hukum yang melindungi anak
perlindungan terhadap anak itulah, dari perlakuan buruk orang tua

84
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

atau wali atau orang dewasa sebanyak-banyaknya tanpa


lainnya. mendapat sanksi hukum. Orang
Saya mempunyai teman satu tua dapat memukul anaknya
sekolah yang kebetulan anak pada waktu yang lama tanpa
seorang tentara. Kegiatan di merasa bersalah. Selalu muncul
rumah diatur sesuai jadual yang pemahaman bahwa anak
ditetapkan orang tuanya. Ia dianggap lebih rendah, tidak
harus belajar sampai menjelang pernah dianggap mitra sehingga
tengah malam. Subuh harus dalam kondisi apapun anak
bangun untuk bekerja harus menuruti apapun
membersihkan rumah. Bila ia kehendak orang tua. Hirarkhi
itu melanggar, ia pasti sosial ini muncul karena
ditempeleng atau dipukuli. Sang tranformasi pengetahuan yang
Bapak sama sekali tidak merasa diperoleh dari masa lalunya.
bersalah. Ia beranggapan Zaman dulu, anak diwajibkan
melakukan semuanya demi tunduk pada orang tua, tidak
kebaikan anak. Mengatur anak boleh mendebat barang
tanpa mempertimbangkan sepatahpun. Orang dewasa
kehendak anak dianggap sudah melihat anak-anak sebagai bakal
menjadi kewajiban orang tua. manusia dan bukan sebagai
2. Hubungan anak dengan orang manusia yang hak asasinya
dewasa berlaku seperti hirarkhi tidak boleh dilanggar.
sosial di masyarakat. 3. Kemiskinan
Atasan tidak boleh Kita akan menemukan
dibantah. Aparat pemerintah bahwa para pelaku dan juga
harus selalu dipatuhi. Guru koban kekerasan anak
harus di gugu dan ditiru. Orang kebanyakan berasal dari
tua wajib ditaati. Dalam hirarkhi kelompok sosial ekonomi yang
sosial seperti itu anak-anak rendah. Kemiskinan, yang tentu
berada dalam anak tangga saja masalah sosial lainnya yang
terbawah. Guru dapat diakibatkan karena struktur
menyuruhnya untuk berlari ekonomi dan politik yang
telanjang atau push up menindas, telah melahirkan

85
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

subkultur kekerasan. Karena tindakan terhadap diri sendiri,


tekanan ekonomi, orang tua perorangan atau sekelompok
mengalami stress yang orang atau masyarakat yang
berkepanjangan. Ia menjadi mengakibatkan atau
sangat sensitif. Ia mudah marah. kemungkinan besar
Kelelahan fisik tidak mengakibatkan memar/trauma,
memberinya kesempatan untuk kematian, kerugian psikologis,
bercanda dengan anak-anak. kelainan perkembangan atau
Terjadilah kekerasan emosional. perampasan hak. Kekuatan fisik
Pada saat tertentu bapak bisa dan kekuasaan harus dilihat dari
meradang dan membentak anak segi pandang yang luas
di hadapan banyak orang. mencakup tindakan atau
Terjadi kekerasan verbal. penyiksaan secara fisik,
Kejengkelan yang bergabung psikis/emosi, seksual dan
dengan kekecewaan dapat kurang perhatian (neglected).
melahirkan kekerasan fisik. Ia (http://www.bpkpenabur.or.id/c
bisa memukuli anaknya atau harles/orasi6a.htm).
memaksanya melakukan Kekerasan dalam arti lain
pekerjaan yang berat. Orang tua juga bisa diartikan sebagai
bisa menjual anaknya ke agen penggunaan kekuatan secara
prostitusi karena tekanan destruktif terhadap orang dan
ekonomi. Gelandangan yang harta benda miliknya, seringkali
diperkosa preman jalanan terperangkap dalam mekanisme
terpuruk ke dalam nasibnya pendefinisian diri yang
yang getir juga karena disebutkan di atas. Tentu saja,
kemiskinan. ada proses antara perbedaan
D. Penanganan Kekerasan sebagai basis identitas dan
Terhadap anak kelompok di satu pihak, dan
1. Pengertian Kekerasan kemunculan tindakan kekerasan
Menurut WHO (WHO, di pihak lain. Seperti pernah
1999), kekerasan adalah dikatakan Johan Galtung, ada
penggunaan kekuatan fisik dan proses sosialisasi ketika
kekuasaan, ancaman atau kondisi-kondisi kekerasan

86
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

menjadi bagian dari pikiran, mengakibatkan kematian,


persepsi, dan sikap manusia. trauma dan hal hal yang
(http://www.csps- berbahaya. Tindakan yang
ugm.or.id/artikel) dilakukan mencakup fisik,
Sedangkan menurut PP psikologis/emosional dan
Pengganti UU No.1 tahun 2002, seksual yang dilakukan dalam
Kekerasan adalah setiap hubungan kemitraan itu. Yang
perbuatan penyalahgunaan dimaksud dengan mitra adalah
kekuatan fisik dengan atau orang tua, saudara, suami atau
tanpa menggunakan sarana istri, dating partner/pacar, bekas
secara melawan hukum dan istri dan bekas pacar.
menimbulkan bahaya bagi Selain itu kekerasan terhadap
badan, nyawa, dan kemerdekaan anak juga memiliki definisi lain,
orang, termasuk menjadikan yaitu :
orang pingsan atau tidak 1) Kekerasan berupa serangan
berdaya. pada bagian tubuh
Jenis-jenis kekerasan itu 2) Kekerasan berupa
sendiri ada banyak macamnya, komunikasi berisi
salah satunya yaitu kekerasan penghinaan, malu dan takut
terhadap anak yang menjadi 3) Kekerasan berupa tidak
topik bahasan pada makalah ini. bertindak yang berakibat
Kekerasan terhadap anak pada kegagalan tingkat
merupakan fenomena kekerasan kekerasan anak.
yang sering dilakukan oleh 2. Jenis-jenis kekerasan pada
orang-orang terdekat anak anak
tersebut. Hal ini sinkron dengan Terry E. Lawson, psikiater
definisi kekerasan yang internasional yang merumuskan
dilakukan oleh orang terdekat definisi tentang kekerasan
yaitu kekerasan dimana terdapat terhadap anak, menyebut ada
ancaman atau penggunaan empat macam abuse, yaitu
kekerasan terhadap mitra dekat emotional abuse, verbal abuse,
(orang dekat)yang physical abuse, dan sexual abuse
mengakibatkan atau berpotensi .( http://www.pikiranrakyat.com)

87
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

Kekerasan pada anak bukan dipeluk atau dilindungi.


hanya berupa deraan fisik saja, Anak akan mengingat
tapi juga hal lain yang dapat semua kekerasan
melukai anak, adapun jenisnya emosional jika kekerasan
antara lain : emosional itu berlangsung
(a) Physical Abuse konsisten. Orang tua yang
Physical abuse, terjadi secara emosional berlaku
ketika orang tua/pengasuh keji pada anaknya akan
dan pelindung anak terus-menerus melakukan
memukul anak (ketika hal sama sepanjang
anak sebenarnya kehidupan anak itu
memerlukan perhatian). Biasanya berupa perilaku
Pukulan akan diingat anak verbal dimana pelaku
itu jika kekerasan fisik itu melakukan pola
berlangsung dalam komunikasi yang berisi
periode tertentu. penghinaan, ataupun kata-
Kekerasan yang dilakukan kata yang melecehkan
seseorang berupa melukai anak. Pelaku biasanya
bagian tubuh anak melakukan tindakan
(b) Emotional Abuse Mental Abuse,
Emotional abuse terjadi menyalahkan, melabeli,
ketika orang tua/pengasuh atau juga mengkambing
dan pelindung anak hitamkan.
setelah mengetahui (c) Neglect / Pengabaian
anaknya meminta Pengabaian di sini dalam
perhatian, mengabaikan artian anak tidak
anak itu. Ia membiarkan mendapatkan
anak basah atau lapar perlindungan ataupun
karena ibu terlalu sibuk perhatian dari orang-orang
atau tidak ingin diganggu terdekat maupun orang di
pada waktu itu. Ia boleh lingkungan sekitarnya.
jadi mengabaikan Pengabaian bisa terjadi
kebutuhan anak untuk baik sengaja maupun tidak

88
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

sengaja. Pengabaian itu yang menyatakan para


sendiri bisa berupa pelaku pemaksaan
pengabaian secara : hubungan seksual dalam
fisik edukasi kesehatan rumah tangga diancam
- psikologis hukuman pidana yakni
(d) Seksual pidana penjara paling
Dalam pasal 8 dijelaskan lama 12 (dua belas tahun)
bahwa kekerasan seksual atau denda paling banyak
meliputi pemaksaan Rp 36.000.000 (tiga puluh
hubungan seksual yang enam juta rupiah)
dilakukan terhadap orang (http://www.lbh-
yang menetap dalam apik.or.id/fact-60.htm).
lingkup rumah tangga (e) Komersialisasi
tersebut (seperti istri, anak Kekerasan tipe ini
dan pekerja rumah merupakan kekerasan
tangga). Selanjutnya, dimana adanya unsure
dalam penjelasan pasal 8 pengambilan keuntungan
huruf a UU PKDRT di materi secara sepihak oleh
jelaskan bahwa kekerasan pelaku kekerasan terhadap
seksual adalah setiap korban baik secara sengaja
perbuatan yang berupa maupun tidak sengaja.
pemaksaan hubungan Komersialisasi itu bisa
seksual, pemaksaan berupa :
hubungan seksual dengan 1) Perlakuan menjadi
cara tidak wajar dan/atau buruh anak , contoh :
tidak disukai, pemaksaan menjadi buruh pabrik,
hubungan seksual dengan PRT, Jermal
orang lain untuk tujuan 2) Prostitusi
komersil dan/atau tujuan 3) Perdagangan
tertentu. 3. Faktor-faktor yang
Mengenai hukuman bagi menyebabkan kekerasan
pelaku, ditegaskan dalam terhadap anak
pasal 46 UU PKDRT ini

89
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

Beberapa faktor pencetus masa lalu yang sarat dengan


terjadinya kekerasan ialah : kekerasan. Akibatnya, terjadi
a) Faktor masyarakat: 1) proses peniruan dari peristiwa
Kemiskinan, 2) Urbanisasi yang dilihat dan dialaminya,
yang terjadi disertainya atau ada rasa ingin balas
kesenjangan pendapatan dendam dari apa yang
diantara penduduk kota 3) dialaminya dengan mengulangi
Masyarakat keluarga peristiwa tersebut, dan kali ini
ketergantungan obat 4) sasarannya adalah istri dan
Lingkungan dengan anak-anaknya. Bila dalam satu
frekwensi kekerasan dan keluarga ayah dan ibu pernah
kriminalitas tinggi. mengalami kekerasan pada
b) Faktor keluarga: 1) Adanya waktu mudanya, kemungkinan
anggota keluarga yang sakit mereka melakukan tindak
yang membutuhkan bantuan kekerasan terhadap anak mereka
terus menerus seperti sebesar 50%. Bila yang
misalnya anak dengan mengalami kekerasan waktu
kelainan mental, orang tua, muda tersebut ayah atau ibunya
2) Kehidupan keluarga yang saja, maka risikonya sebesar
kacau tidak saling mencinta 32%. Perilaku kekerasan juga
dan menghargai, serta tidak dipengaruhi oleh kepribadian
menghargai , 3) kurang ada seseorang: paranoid, narsistik,
keakraban dan hubungan dan pasif - agresif memiliki
jaringan sosial pada kecenderungan untuk memiliki
keluarga, 4) Sifat kehidupan perilaku kekerasan. Perilaku
keluarga inti bukan keluarga kekerasan juga dipengaruhi oleh
luas gangguan kejiwaan yang
(http://www1.bpkpenabur.or dialami pada masa anak dan
.id/charles/orasi6a.htm) psikopatologi yang dimiliki
4. Dampak kekerasan terhadap orang tuanya. Dari penelitian
anak yang dilakukan oleh LSM yang
Banyak peneliti membuktikan, bergerak di bidang kekerasan
pelaku kekerasan mempunyai dalam keluarga, dari 165 kasus

90
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

yang ditangani memperlihatkan D. Pemecahan Masalah Kekerasan


dampak kepada korban, antara terhadap Anak
lain: Kekerasan terhadap anak
- Gangguan kejiwaan yang mulai menjangkiti masyarakat
(73,94%) termasuk ini sudah selayaknyalah jika
kecemasan, rasa rendah diri, mendapat penanganan yang lebih
fobia dan depresi. baik dan serius dari pihak-pihak
- Gangguan fisik (50,30%) yang terkait baik itu pemerintah
berupa cedera, gangguan maupun masyarakat. Penulis di sini
fungsional, dan cacat akan memberikan beberapa
permanen. alternatif saran untuk memecahkan
- Gangguan kesehatan masalah kekerasan terhadap anak
reproduksi (4,85%), yang sudah mulai kronis ini, yaitu ;
termasuk kehamilan yang (1) Sosialisasi yang lebih gencar
tidak diinginkan, infeksi lagi dari pemerintah tentang
menular seksual, dan pentingnya untuk segera
abortus. melaporkan apabila terjadi
Anak yang mengalami atau tindak kekerasan. Hal ini
menyaksikan peristiwa mungkin tidak dilakukan oleh
kekerasan dalam keluarga dapat korban sendiri yang notabene
menderita post traumatic stress masih anak-anak tapi bisa
disorder (stres pascatrauma), dilakukan oleh orang-orang
yang dapat tampil dalam bentuk dewasa di sekitarnya, baik
sebagai gangguan tidur, sulit yang memiliki hubungan
memusatkan perhatian, keluhan darah maupun orang lain di
psikosomatik (sakit kepala atau sekitarnya. Jadi bagaimana
sakit perut). Anak juga akan pemerintah mengemas
mengalami frustrasi yang dapat publikasi untuk penanganan
membuatnya berusaha mencari korban kekerasan sesegera
pelarian yang negatif seperti mungkin dan pemerintah juga
melalui alkohol atau harus lebih memudahkan
penggunaan napza. prosedur bantuannya

91
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

(2) Hendaknya lembaga-lembaga terhadap pelaku. Setiap pelaku


baik pemerintahan maupun kekerasaan seperti yang diberitakan
LSM atau organisasi yang oleh media akan menerima berbagai
bergerak di bidang bentuk hukuman baik dari rasa
penanganan korban kekerasan bersalah terhadap dirinya sendiri,
ini memperhatikan aspek dari keluarga dan masyarakat
psikologis pelaku maupun sekitarnya dan dari instansi
korban ketika proses peradilan. Semua bentuk hukuman
menjalani bantuan pemecahan ini tidak akan membuat para pelaku
masalah agar tidak semakin jera untuk melakukannya lagi
membebani karena tindak kekerasaan terhadap
(3) Hendaknya mulai ditanamkan anak merupakan masalah kognitif (
kesadaran di masyarakat cara berfikir ), perilaku (
bahwa anak bukanlah milik terbentuknya kebiasaan untuk
orang tua atau kerabat saja bereaksi terhadap perilaku anak ),
yang bisa diperlakukan dan sosial kultural ( adanya
sesukanya tapi sebagai suatu keyakinan dan praktik-praktik yang
tanggung jawab yang harus memperoleh legitimasi dan restu
dijaga dan dilindungi masyarakat ). Agar tindakan
(4) Terjadinya kerjasama semua kekerasaan itu tidak berulang
pihak, semua pihak mulai kembali maka para pelaku harus
berempati dan menunjukkan dibantu untuk mengatasi berbagai
kepeduliannya terhadap anak persoalan dalam ranah-ranah
berupa perlindungan dan tersebut. Tentu ini bukan pekerjaan
peningkatan kesejahteraan mudah dan akan memakan waktu
Mengatasi kekerasan cukup lama. Akan tetapi tanpa
terhadap anak yang cukup endemik tindakan seperti itu mereka akan
di Indonesia pasti tidak cukup tetap berpotensi untuk melakukan
dengan menghukum para pelakunya kekerasaan.
saja. Advokasi dan pendidikan Karena sistem perlindungan
masyarakat yang intensif sangat untuk anak masih lemah dan
dibutuhkan, demikian juga advokasi masalah tersebut seolah
penanganan sosial psikologis jalan ditempat, maka kita perlu

92
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

berpikir kreatif. Antara lain, kita siksaan batinnya untuk membantu


perlu memanfaatkan pengalaman orang lain agar tidak melakukan
dan pengetahuan para pelaku kekerasan pada anak. Mereka
kekerasan untuk memberikan adalah sumber yang dapat dipercaya
pendidikan masyarakat. Kiat ini karena mereka pernah dalam
tentunya akan menuai kontroversi. keadaan emosional dan mental yang
Bagi saya pelaku kekerasan menjadikan mereka tidak lebih baik
terhadap anak adalah orang-orang dari binatang. Mereka adalah
yang sering kali tidak mampu manusia-manusia yang pernah
mengatasi nasibnya sendiri untuk bersentuhan dengan bagian yang
menjadi warga masyarakat yang paling gelap dari sifat kemanusiaan
baik. Mereka, sebagaimana mereka. Jika pengalaman mereka
kriminal yang lain juga, dalam dapat direkonstruksi menjadi enerji
perjalanan hidupnya kemungkinan positif untuk mengatasi masalah
besar pernah menjadi korban. Pada yang amat kompleks dan sulit ini,
saat itu tak seorangpun datang bukankah ini jauh lebih baik dari
untuk menolong mereka sehingga pada tenggelam dalam lingakaran
mereka tumbuh dan berkembang setan hukuman dan kekerasan? Jika
dengan keyakinan bahwa rasa bersalah atau kemarahan yang
kemalanagan itu dan segala ada pada pelaku kekerasan dapat
kekerasaan yang diterimanya kita kemas ulang menjadi
memang menjadi bagian dari kepedulian dan tanggung jawab,
hidupnya. bukankah ini bayaran yang lebih
Bantuan sosial-psikologis dari cukup dari kekejamannya?
terhadap pelaku kekerasan, Bersamaan dengan itu, kita jelas
seharusnya menjadi bagian integral harus membangun sistem
dalam prevensi primer dan perlindungan yang betul-betul
sekunder. Melalui bantuan seperti users friendly. Mari kita renungkan
itu, kita mencegah mereka bersama.
mengulang tindakannya. Selain itu, E. Solusi untuk Mencegah
beberapa di antaranya mungkin Terjadinya Kekerasan Terhadap
dapat diberdayakan untuk keluar Anak
dari stigmatisasi masyarakat dan

93
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

1. Pendidikan dan Pengetahuan melahirkan bayi-bayi lagi,


Orang Tua Yang Cukup mereka menjadi ibu-ibu yang
Dari beberapa faktor yang galak dan berbahaya. Mereka
telah kita bahas diatas, maka acuh tak acuh terhadap anak-
perlu kita ketahui bahwa tindak anaknya dan seringkali
kekerasan terhadap anak, sangat melukainya.
berpengaruh terhahap Dalam sebuah study
perkembangannya baik psikis terbukti bahwa IQ anak yang
maupun fisik mereka. Oleh tinggal di rumah yang
karena itu, perlu kita hentikan orangtuanya acuh tak acuh,
tindak kekerasan tersebut. bermusuhan dan keras, atau
Dengan pendidikan yang lebih broken home, perkembangan IQ
tinggi dan pengetahuan yang anak mengalami penurunan
cukup diharapkan orang tua dalam masa tiga tahun.
mampu mendidik anaknya Sebaliknya anak yang tinggal di
kearah perkembangan yang rumah yang orang tuanya penuh
memuaskan tanpa adanya tindak pengertian, bersikap hangat
kekerasan penuh kasih sayang dan
2. Keluarga Yang Hangat Dan menyisihkan waktunya untuk
Demokratis berkomunikasi dengan anak-
Psikolog terpesona dengan anaknya, menjelaskan
penelitian Harry Harlow pada tindakanya, memberi
tahun 60-an memisahkan anak- kesempatan anak untuk
anak monyet dariibunya, mengambil keputusan,
kemudian ia mengamati berdialog dan diskusi, hasilnya
pertumbuhannya. Monyet- rata-rata IQ ( bahkan
monyet itu ternyata Kecerdasan Emosi ) anak
menunjukkan perilaku yang mengalami kenaikan sekitar 8
mengenaskan, selalu ketakutan, point Hasil penelitian R. Study
tidak dapat menyesuaikan diri juga membuktikan bahwa 63 %
dan rentan terhadap berbagai dari anak nakal pada suatu
penyakit. Setelah monyet- lembaga pendidikan anak-anak
monyet itu besar dan dilenkuen ( nakal ), berasal dari

94
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

keluarga yang tidak utuh ( tahu karena sibuk mengurus


broken home ). Kemudian hasil bisnis dan hanya sesekali
penelitian K. Gottschaldt di mengunjungi mereka. Mereka
Leipzig ( Jerman ) menyatakan dituntut ibunya agar meraih
bahwa 70, 8 persen dari anak- prestasi di segala bidang
anak yang sulit di didik ternyata sehingga waktu mereka
berasal dari keluarga yang tidak dipenuhi kegiatan belajar dan
teratur, tidak utuh atau beragam kursus seperti balet,
mengalami tekanan hidup yang kumon, piano dan ice skating.
terlampau berat. (Ahmad, Jika tidak bersedia, mereka
Aminah . 2006 disiksa dengan segala cara.
3. Membangun Komunikasi Yang Mereka juga pernah dibiarkan
Efektif berada di luar rumah saat
Kunci persoalan musim dingin. (Kompas edisi
kekerasan terhadap anak 24 Januari 2006). Kejadian ini
disebabkan karena tidak adanya mungkin tidak terjadi jika
komunikasi yang efektif dalam ayahnya selalu mendampingi
sebuah keluarga. Sehingga yang anak-anaknya. Untuk
muncul adalah stereotyping menghindari kekerasan terhadap
(stigma) dan predijuce anak adalah bagaimana anggota
(prasangka). Dua hal itu keluarga saling berinteraksi
kemudian mengalami proses dengan komunikasi yang
akumulasi yang kadang efektif. Sering kita dapatkan
dibumbui intervensi pihak orang tua dalam berkomunikasi
ketiga. Sebagai contoh kasus terhadap anaknya disertai
dua putri kandung pemilik keinginan pribadi yang sangat
sebuah pabrik rokok di Malang dominan, dan menganggap anak
Jawa Timur. Amy Victoria sebagai hasil produksi orang
Chan (10) dan Ann Jessica tua, maka harus selalu sama
Chan (9) diduga jadi korban dengan orang tuanya dan dapat
kekerasan dari ibu kandung diperlakukan apa saja.
mereka saat bermukim di Bermacam-macam sikap orang
Kanada. Ayahnya terlambat tua yang salah atau kurang tepat

95
Pena Justisia Volume VII No.14, tahun 2008

serta akibat-akibat yang kekerasan terhadap anak


mungkin ditimbulkannya antara seperti contoh kasus di atas
lain c. Orang tua yang terlalu
a. Orang tua yang selalu keras.
khawatir dan selalu Anak yang diperlakukan
melindungi demikian cenderung tumbuh
Anak yang diperlakukan dan berkembang menjadi
dengan penuh kekhawatiran, anak yang penurut namun
sering dilarang dan selalu penakut. Bila anak berontak
melindungi, akan tumbuh terhadap dominasi orang
menjadi anak yang penakut, tuanya ia akan menjadi
tidak mempunyai penentang. Konflik ini bisa
kepercayaan diri, dan sulit berakibat terjadi kekerasan
berdiri sendiri. Dalam usaha terhadap anak.
untuk mengatasi semua Daftar Pustaka
akibat itu, mungkin si anak Dalyono, M.Drs. (1997). Psikologi
pendidikan. Jakarta : P.T.
akan berontak dan justru Rineka Cipta
akan berbuat sesuatu yang Ginott, Halim G., Dr. (2001). Between
sangat dikhawatirkan atau parents and child. Jakarta : P.T.
Gramedi Pustaka Utama
dilarang orang tua. Konflik
Gunarsa, Singgih D., dkk
ini bisa berakibat terjadinya Perkembangan anak dan
kekerasan terhadap anak Remaja. Jakarta : P.T. BPK
b. Orang tua yang terlalu Gunung Mulia
_____Harian Kompas, 22 Mei 2002
menuntut Nawawi Arief, Barda,1982, Masalah
Anak yang dididik dengan Pemidanaan Sehubungan
tuntutan yang tinggi dengan Perkembangan Delik-
delik Khusus dalam MAsyarakat
mungkin akan mengambil Modern, Jakarta: BPHN.1q
nilai-nilai yang terlalu tinggi , 1996, Bunga Rampai
sehingga tidak realistic. Bila Kebijakan Hukum Pidana,
Bandung: Citra Aditya Bakti.
anak tidak mau akan terjadi
http://www.kabarindonesia.com/berita).
pemaksaan orang tua yang http://www1.bpkpenabur.or.id/charles/o
berakibat terjadinya rasi).

96

Anda mungkin juga menyukai