OLEH :
OLEH :
SAIFUDDIN SIRAJUDDIN
1
BAB I
PENDAHULUAN
hidup sehat, tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan
yang kini banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang
baik serta penampakan dan cita rasanya menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi
fisiologis tertentu bagi tubuh, seperti dapat menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol,
dan kadar gula darah, serta meningkatkan penyerapan kalsium, (Astawan 2003).
maju dalam memilih bahan pangan bukan hanya bertumpu pada kandungan gizi serta
fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat gizi
fungsional tidak hanya pangan alamiah tetapi juga pangan yang telah difortifikasi atau
diperkaya, dan diperkaya, dan memberikan efek potensial yang bermanfaat untuk
kesehatan jika dikonsumsi sebagai bagian dari menu pangan yang bervariasi secara
2
Menurut para ilmuwan Jepang, beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh
1) Harus merupakan produk pangan (bukan berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk) yang
2) Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari,
3) Mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan pengertian, klasifikasi, factor-faktor
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Pengertian
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, diluar manfaat yang diberikan oleh zat-zat
gizi yang terkandung di dalammya (The First Internasional Conferensi East- West
dan bermanfaat bagi kesehatan (Wildman 2001). Pangan fungsional adalah pangan yang
dapat memberikan manfaat kesehatan diluar zat-zat gizi dasar (The International Food
Information).
Pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah melalui
proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-kajian ilmiah
karakteristik sensori berupa penampakan, warna dan tekstur dan cita rasa yang dapat
diterima oleh konsumen, tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberikan efek
samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi
fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat gizi
4
dasar (IFIC Foundation,1998). Menurut konsensus pada The First International
(International Life Sciences Institute) tahun 1996, pangan fungsional adalah pangan
yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan,
di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya
Food and Nutrition Board , Institute of Medicine (1994), menyatakan bahwa yang
tergolong pangan fungsional adalah pangan yang konsentrasi satu atau lebih
fungsional tidak hanya pangan alamiah tetapi juga pangan yang telah difortifikasi atau
diperkaya, dan diperkaya, dan memberikan efek potensial yang bermanfaat untuk
kesehatan jika dikonsumsi sebagai bagian dari menu pangan yang bervariasi secara
memberikan manfaat bagi kesehatan di luar manfaat yang diberikan zat gizi yang
Pangan fungsional adalah pangan yang memiliki tiga fungsi yaitu fungsi primer,
artinya makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral); fungsi sekunder artinya makanan tersebut dapat diterima oleh
5
konsumen secara sensoris dan fungsi tersier artinya makanan tersebut memiliki fungsi
metabolisme tubuh. Jadi pangan fungsional dikonsumsi bukan berupa obat (serbuk)
tetapi dikonsumsi berbentuk makanan. Contoh makanan fungsional yaitu makanan yang
mengandung bakteri yang berguna untuk tubuh: yoghurt, yakult, makanan yang
mengandung serat, misalkan bekatul, tempe, gandum utuh, makanan yang mengandung
senyawa bioaktif seperti teh (polifenol) untuk mencegah kanker, komponen sulfur
(bawang) untuk menurunkan kolesterol, daidzein pada tempe untuk mencegah kanker,
2.2. Klasifikasi
sebagai berikut.
kanker kolon)
pembekuan)
6
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Akses Pangan
Akses pangan (rumah tangga) adalah kondisi penguasaan sumberdaya (sosial,
teknologi, finansial/keuangan, alam, manusia) yang cukup untuk memperoleh dan/atau
ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan, termasuk di rumah tangga.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua
rumah tangga mampu dan memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Masalah akses terhadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan
dari masalah kemiskinan, kurangnya pekerjaan tetap, pendapatan tunai yang rendah dan
tidak tetap, serta terbatasnya daya beli. Aksesibilitas pangan atau keterjangkauan pangan
oleh masyarakat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain: harga pangan, tingkat
pendapatan atau daya beli, kestabilan keamanan sosial, anomali iklim, bencana alam,
lokasi dan topografi, keberadaan sarana dan prasarana transportasi, kondisi jalan, dan
lainnya.
Permasalahan akses pangan secara fisik masih disebabkan oleh kurang
memadainya fasilitas prasarana jalan, pelabuhan, dan sarana angkutan/transportasi yang
menyebabkan biaya distribusi pangan menjadi mahal. Sarana distribusi pangan seperti
fasilitas pasar umum, sarana
penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian, masih terbatas jumlahnya. Terbatasnya
sarana tersebut menyulitkan masyarakat untuk melakukan penyimpanan dan pengolahan,
sehingga tidak dapat diperoleh mutu pangan dan nilai tambah yang tinggi. Peraturan
perundangan juga belum mendukung kelancaran distribusi pangan, berbagai pungutan
dan retribusi mengakibatkan meningkatnya biaya distribusi pangan.
Rendahnya akses masyarakat terhadap pangan umumnya bersifat kronis yang
meliputi aspek fisik, ekonomi, dan sosial. Aspek fisik berupa infrastruktur jalan dan
7
pasar, dan aspek ekonomi berupa daya beli yang masih rendah karena kemiskinan dan
pengangguran, serta aspek sosial berupa tingkat pendidikan yang rendah.
2. Sarana prasarana Transportasi
Masalah dan tantangan fisik utama yang dihadapi dalam perbaikan akses
pangan masyarakat antara lain adalah masih terjadinya kesenjangan, ketersediaan, dan
distribusi pangan setempat dengan kebutuhan. Hal ini antara lain disebabkan masih
belum meratanya sarana-prasarana transportasi untuk mendukung distribusi pangan,
khususnya pengiriman bahan/komoditas pangan dari daerah surplus ke daerah deficit
pangan. Sejumlah daerah, khususnya di wilayah Indonesia Bagian Timur masih belum
memiliki sarana transportasi yang memadai, padahal di wilayah tersebut justru terjadi
defisit pangan. Sebagai dampaknya, akses pangan di wilayah tersebut menghambat
pertumbuhan pasar-pasar pangan di wilayahwilayah yang defisit pangan tersebut.
Sebagai akibatnya, maka terjadi hambatan untuk memperoleh pangan untuk memenuhi
konsumsi sesuai kaidah gizi seimbang dan PPH yang diharapkan.
3. Ekonomi dan daya Beli Masyarakat
Masalah dan tantangan ekonomi karena masih rendahnya pendapatan
masyarakat berakibat pada daya beli masyarakat terhadap komoditas pangan menjadi
menurun. Rendahnya daya beli masyarakat tidak hanya terjadi di wilayah pedesaan,
tetapi juga terjadi di wilayah perkotaan. Masalah ini antara lain juga disebabkan oleh
persoalan pengangguran serta kondisi ekonomi wilayah yang masih belum baik.
Rendahnya daya beli ini antara lain menyebabkan tingkat konsumsi pangan masyarakat
masih di bawah yang direkomendasikan untuk mendukung kehidupan yang sehat dan
aktif.
Tantangan ekonomi lainnya yang menjadi hambatan dalam peningkatan
aksesibilitas pangan adalah rendahnya sumberdaya yang tersedia di wilayah untuk
mendorong terciptanya dampak pengganda ekonomi yang dapat menciptakan sumber-
sumber pendapatan dan mata pencaharian.
4. Pendidikan Masyarakat
8
Masalah dan tantangan sosial yang masih menjadi penghambat aksesibilitas
terhadap pangan terutama adalah faktor pendidikan masyarakat yang masih rendah.
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah akan berdampak pada
masih rendahnya kapasitas individu sehingga membatasi ruang gerak dalam
memperoleh sumber-sumber pendapatan (mata
pencaharian).
Kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya menggantungkan
hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya alam secara primer, sehingga tidak dapat
memperoleh nilai tambah ekonomi. Rendahnya pendidikan masyarakat juga
menyebabkan hambatan proses adopsi teknologi yang sebenarnya dapat mendorong
produktivitas usaha.
5. Budaya
Permasalahan lain yang menyangkut konsumsi pangan adalah masih adanya
budaya dalam masyarakat yang terkait dengan pantangan makanan dan kepercayaan
yang bertentangan dengan gizi dan kesehatan.
ekspresi gen
2.5. Mekanisme Kerja Kedelai sebagai salah satu Pangan Fungsional
dan fungsi
sel-beta. Impaired insulin secretion
Sekresi insulin Sekresi insulin ekspresi gen
dan fungsi
sel-beta.
CREB aktif
Kestabilan glukosa darah melibatkan empat organ utama yakni pannkreas, hati,
Meningkatkan
sensivitas Insulin
dan otot/jaringan adipose. Keempat organ tersebut juga sangat dipengaruhi oleh status
10
kesehatan seseorang seperti obesitas, pola makan, aktivitas fisik, hormonal. Serta
aradox. Ketidakstabilan pada ketiga organ tersebut akan berdampak pada ketidakstabilan
glukosa darah yang berupa hiperglikemia. Untuk itulah isoflavon pada tempe berupa
Waktu paruh plasma dari genistein dan daidzein pada orang dewasa adalah 7,9
jam dan mencapai kadar puncak 68 jam setelah pemberian komponen murni. Sebagai
konsekuensinya, konsumsi terus menerus dari diet yang mengandung kedelai pada
akhirnya akan menghasilkan konsentrasi isoflavon plasma yang tinggi dan menetap
peningkatan glukosa darah mempengaruhi penurunan gula darah pada tikus tersebut
Efek penurunan gula darah tersebut karena tempe merupakan sumber isoflavon.
Tepatnya komponen bioaktif isoflavon yang berupa genistein dan daidzein telah
dihubungkan dengan aktivitas penurunan gula darah. Berikut ini adalah peran zat aktif
cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh
2+
kerja enzim Adenilat Siklase dengan adanya Mg yang membentuk suatu kompleks
dengan ATP untuk bertindak sebagai substrat untuk reaksi (Indah, 2007).
11
Sistem adenilat siklase-cAMP mempunyai peran penting dalam mengontrol
sekresi insulin dari sel beta aradox . Secara invivo, adenilat siklase dirangsang untuk
meningkatkan kadar cAMP intraseluler dalam sel beta oleh aradox-hormon seperti
aradox , dan hal ini akan dapat meningkatkan pelepasan insulin dengan akibat dapat
Glukosa dan aktivitas cAMP memiliki mekanisme yang searah untuk untuk
meningkatkan sekresi insulin, hal ini kemungkinan karena (W. Phang, et all, 1984);
Ca2+, serta menghalangi pertukaran Na+ - Ca2+, serta meningkatnya sekresi Ca2+ memicu
peningkatan sekresi insulin oleh sel -pakreas (W. Phang, et all, 1984).
beberapa hormone diantaranya epinefrin, ACTH, dan LH. cAMP memiliki signal target
pula pada PKA (Duthoid. 2005) . Genistein mempunyai efek yang bermanfaat tidak
hanya pada variasi jaringan, tapi juga pada fisiologi sekresi insulin. Genistein
secretion (GSIS) pada Insulin-secreting cell lines (INS-1) dan mouse pancreatic islets
dan mouse pulau aradox (MIN6). Dalam hal ini genistein meningkatkan GSIS hingga
12
penting pada sekresi insulin) dan aktifnya protein kinase A (PKA) pada kedua jalur sel
dan sel pada pulau langerhans dari mekanisme. Induksi cAMP dari genistein, pada
konsentrasi fisiologi, dihasilkan dari tingginya aktivitas siklus adenylate (peran aktivitas
siklus adenylate pada induksi genistein cAMP mengakumulasi sel ), genistein pada
aktivitas siklus adenylate pada isolasi membrane plasma pada sel INS-1. cAMP
mempunyai efek yang baik pada sel , termasuk proteksi sel dari proinflamatori sitokin
dan rusaknya induksi lipid serta apoptosis stimulasi kelangsungan hidup sel dan
proliferasi, dan langsung mengatur gen ekspresi. Insulin Farmakologi atau intervensi
aradox pada aktivasi PKA termasuk efek insulinotropik pada genistein adalah media
utama melalui PKA. Penemuan ini membuktikan bahwa genistein yang langsung
bekerja pada sel- aradox , yang berperan penting untuk mengaktifkan signal
cAMP/PKA mendesak efek insulinotropik, hal itu melengkapi peranan genistein pada
yang dikatalisis oleh enzim heksokinase di otot dan glukokinase di hati untuk
membentuk glikogen. Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk
diekspor guna mempertahankan kadar glukosa dalam darah, di otot peran glikogen
adalah sebagai sumber glukosa 6-fosfat untuk glikolisis sebagai respon terhadap
kebutuhan akan ATP untuk konstraksi otot (Murray, et all, 2009: 166).
Pada tahap glikogenesis glukosa ditambah ATP dengan bantuan Mg2+ dan
13
mengalami isomerisasi menjadi glukosa 1-fosfat dengan bantuan fosfoglukomutase dan
Mg2+. Glukosa 1-fosfat selanjutnya akan disintesis menjadi glikogen dengan melibatkan
UDP (uridin difosfat) dan glikogen sintetase. Ketika asupan glukosa rendah maka akan
terjadi hipoglikemia yang akan direspon oleh sel -pakreas untuk mensekresikan
Pada tahap glikogenolisis glikogen dengan bantuan 1 ion fosfat (P1) dan enzim glikogen
fosfokinase akan terbentuk glukosa 1 fosfat. Glukosa 1 fosfat dengan bantuan enzim
fosfoglukomutase dan Mg2+ akan terbentuk glukosa 6-fosfat yang selanjutnya glukosa 6-
fosfat ditambah H2O dengan bantuan enzim glukosa 6-fosfatase akan membetuk glukosa,
glukosa 6-fosfat juga dapat memasuki jalur glikolisis untuk menghasilkan arado hingga
tercapai kadar gula darah yang stabil (Murray, et all, 2009 : 168-169).
Dari berbagai imformasi dan referensi yang kami kumpulkan dapat disimpulkan
bahwa aktivitas glukosa 6-fosfatase dan glukokinase sangat berperan penting dalam
penguraian glikogen hati menjadi glukosa yang selanjutnya akan diedarkan pada plasma
setelah makan, kadar glukosa darah yang meningkat akan ditangkap oleh sel beta
14
melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa
akan mengalami fosforilase menjadi glukosa-6 fosfat (G6P) dengan bantuan enzim
penting, yaitu glukokinase. Glukosa 6 fosfat kemudian akan mengalami glikolisis dan
akhirnya akan menjadi asam piruvat. Dalam proses glikolisis ini akan dihasilkan 6-8
ATP. Penambahan ATP akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan ini akan menutup
terowongan kalium. Dengan demikian kalium akan tertumpuk dalam sel dan terjadilah
depolarisasi aradox sel, sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan
masuk ke dalam sel. Dengan meningkatnya kalsium intrasel, akan terjadi translokasi
granul insulin ke aradox dan insulin akan dilepaskan ke dalam darah. Mengingat
GLUT2 mempunyai sifat mengangkut glukosa ke dalam sel tanpa batas, agaknya enzim
sesuai kebutuhan, dengan demikian peristiwa depolarisasi dapat diatur dan pelepasan
insulin dari sel beta ke dalam darah disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena itu
enzim glukokinase disebut sebagai glucose sensor karena bertindak sebagai sensor
genistein dan daidzein mempunyai peranan penting pada regulasi homeostatis glukosa
pada tikus yang mengidap diabetes tipe 1 dari menurunnya aktivitas G6Pase (Choi. Et
all, 2007).
15
Genistein dan daidzein merupakan isoflavon yang terkandung pada tempe
terhambatnya penguraian glikogen pada hati menjadi glukosa dapat mengurangi beban
hiperglikemia. Serta dengan aktivasi glukokinase yakni enzim yang mampu mensintetis
glikogen dari glukosa dapat segera menstabilkan glukosa plasma. Dengan demikian
tingginya kadar glukosa plasma dapat segera distabilkan dengan aktivasi glukokinase
Isoflavon juga diduga dapat menstimuli daya tahan sel beta aradox dan
proliferator activated receptor), suatu reseptor inti yang berpartisipasi dalam pengaturan
pada PPAR. Stimulasi PPAR meningkatkan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin
pada diabetes tipe 2 serta contoh hewan yang mengalami resistensi insulin Ketika aktif,
16
PPAR heterodimerizes dengan reseptor retinoid X, mendapatkan spesifik kofaktor, dan
mengikat elemen DNA, kemudian menstimulasi transkripsi pada target gen. Karena
PPAR konsentrasinya tinggi pada jaringan adipose aradox a PPAR berperan besar
pada diferensiasi adipose, Hal ini berarti efek PPAR pada jaringan adipose penting
sekali untuk menjelaskan perannya pada sensitifitas insulin. Walaupun aradox manjur
pada aksi kepekaan insulin. Data dari penelitian aradox pada manusia dan dari PPAR
heterozigot menyerang tikus-tikus termasuk bahwa reduksi pada aktivitas PPAR dapat
secara aradox meningkatkan sensitifitas insulin. Hal ini memunculkan saran bahwa
modulasi pada aktivitas PPARgamma dari sebagian lawan atau senyawa yang
memberikan efek kofaktor rekrutmen dapat digunakan untuk perlakuan pada resistensi
Isoflavon genistein dan daidzein juga ditunjukkan mengikat PPAR sama dengan
genestein dan daedzein yang terkandung dalam tempe mampu mengaktivasi PPAR
sehingga dengan teraktivasinya PPAR maka akan meningkatkan sensivitas insulin dan
menurunkan resistensi insulin, sehingga glukosa darah akan dimasukkan ke dalam sel
hati, otot, maupun adipose dengan bantuan isulin tanpa hambatan, dengan demikian
resistensi insulin yakni ketidakmampuan sel merespon glukosa yang dihantarkan oleh
17
Aktivitas Antioksidan Asam Akorbat pada Semangka
Tindakan asam askorbat pada semangka sebagai agen reduksi di larutan encer
seperti darah dan dalam sel. Bagian kecil berbeda, askorbat adalah antioksidan lawan
dari oksidasi. Agen reduksi atau antioksidan seperti askorbat boleh menghalangi
oksidasi dengan menyumbangkan electron dan ion hydrogen. Potensial reduksi pada
vitamin E yang baik untuk radikal bebas dan spesies oksigen reaktif.
encer (darah atau intrasel) dengan variasi spesies oksigen reakif memberikan electron
pada ion hidrogen kepada radikal. Radikal bebas ada dan mengandnung satu atau lebih
electron tidak berpasangan di luar orbital mengelilingi nucleus pada atom. Ingat pada
biokimia menjelaskan electron sering menemukan bagian di orbital. Radikal bebas dan
spesies oksigen reaktif lainnya dibentuk selama metabolism sel normal; proses ini
termasuk :
18
Radikal alkoksil (RO-) sebagai pusat oksigen radikal
Hidrogen peroksida, H2O2, bukan radikal karena tidak mempunyai electron yang
Sekali terbentuk, radikal bebas dan spesies oksigen reaktif menyerang asam
nukleat di DNA, asam lemak polyunsaturated di fosfolipid, dan protein di sel. Asam
askorbat pada semangka telah ditunjukkan untuk berinteraksi dengan oksidan di fase
pengenceran sebelum mulai kerusakan khususnya pada sel lemak. Selebihnya, asam
askorbat pada semangka memimpin pada antioksidan vitamin larut air yang lain seperti
Peranan Vitamin C pada semangka dan antioksidan lain sebagai agen pertahanan
oksidatif kerusakan untuk sel didiskusikan pada perspektif terakhir bab 10.
Walaupun askorbat adalah agen reduksi terkuat dan mungkin lebih suka reduktan
pada reaksi oksidasi reduksi, aksi mungkin nonspesifik. Fungsi askorbat pada sel
mungkin seimbang atau kumpulan potensial redoks. Pada selular lain substansi vitamin
larut air sebagai glutathione. Sebagai tambahan, Vitamin C pada semangka bisa transfer
19
Sebagai antioksidan, askorbat menyediakan electron dan menjadi oksidasi pada
untuk askorbat. Glutathione di bagian reduksi ( GSH) dan niasin sebagai nikotinamida
Pro-oksidant
semangka dapat mereduksi transisi logam, seperti ion cupric (Cu2+) menjadi cuprous
atau Cu1+
Produk Fe2+ dan Cu1+ menyebabkan reaksi dapat diproses untuk menyebabkan sel rusak
sehingga generasi pada spesies oksigen reaktif dan radikal bebas. Contoh:
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
manfaat kesehatan dan memberikan manfaat kesehatan dari zat gizi yang
dikandungnya
mineral);
3.2 Saran
serta memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh, seperti dapat menurunkan tekanan
darah, kadar kolesterol, dan kadar gula darah, serta meningkatkan penyerapan kalsium.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001. Kajian proses standarisasi produk pangan
Groff, James L dan Sareen S. Gropper. 2000. Advanced Nutrition and Human
5053.
129 n.6 Santiago jun. 2001. www.scielo.com. Dengan modifikasi oleh penulis
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2004. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Informasi
Witwer, R.S. 1999. Marketing bioactive ingredients in food products. Food Technol.
23
24